INTERAKSI ANTARA PEMBEBANAN LALU LINTAS DAN PENGENDALIAN SINYAL LALU LINTAS TESIS MAGISTER. oleh VICI HARTAWAN TJAJA NIM :

Transkripsi

1 INTERAKSI ANTARA PEMBEBANAN LALU LINTAS DAN PENGENDALIAN SINYAL LALU LINTAS TESIS MAGISTER oleh VICI HARTAWAN TJAJA NIM : BIDANG KHUSUS REKAYASA TRANSPORTASI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1998

2

3 INTERAKSI ANTARA PEMBEBANAN LALU LINTAS DAN PENGENDALIAN SINYAL LALU LINTAS ABSTRAK Pada umumnya pembebanan lalu lintas dan pengendalian sinyal diperhatikan secara terpisah karena, asumsi dasar perancangan sinyal yang umum digunakan adalah bahwa pemilihan rute tidak dipengaruhi oleh pengaturan sinyal. Asumsi ini wajar jika pemilihan rutenya terbatas, atau tingkat kemacetan rendah, tetapi secara umum tidak demikian. Biasanya, pengaruh pengaturan sinyal terhadap keputusan pengendara dalam memilih rute tidak dipertimbangkan demikian juga terhadap re-routing dapat mempengaruhi efisiensi jaringan secara keseluruhan. Karenanya mencari kebijakan pengaturan sinyal yang optimal dengan menyertakan pengaruh keputusan pemilihan rute pengendara menjadi suatu pertanyaan alamiah. Kebutuhan untuk mengintegrasikan interaksi kedua perspektif ini telah mendorong perkembangan suatu model yang dikenal sebagai model Kombinasi Pembebanan dan Pengendalian Lalu lintas (KPPL), yaitu model yang mengkombinasikan pembebanan lalu litas dan pengendalian sirnpang dengan mernperhitungkan secara eksplisit interaksi antara keduanya. Namun demikian, implementasi model ini untuk membandingkan kinerja dari beberapa aternatif jenis pengendaian pada suatu jaringan masih sangat jarang dilakukan. Penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan dan merneriksa kinerja dari dua jenis penganturan sinyal yang umum digunakan, yakni kebijakan equsaturation atau Metode Webster dan kebijakan minimasi tundaan, dengan kebijakan yang didesain khusus terhadap pengaruh pemilih rute yaitu Po. Dengan menperhatikan re - routing dalam mengevaluasi kinerja jaringan, ketiga kebijakan ini dibandingkan satu sama lainya dalam model pembebanan-pengendalian sleady-state. Ada empat buah jaringan buatan dan sebuah jaringan sebenamya yaitu Kota Bandung yang diperiksa dalarn studi ini Hasil pemeriksaan dan uji coba yang dilakukan menunjukkan bahwa sulit untuk merokemendasikan jenis pengendalian yang mana yang lebih unggul, karena kinerja dari ketiga kebijakan hasilnya bervariasi. Dan ditemukan bahwa kinerja kebijakan itu akan sangat tergantung dari bentuk konfigurasi jaringan dan tingkat pennintaan perjalanan. Bagaimanapun juga, hasil pengujian dari jaringan sebenamya menunjukkan bahwa keadaan lalu lintas yang baik dapat diperoleh dengan menerapkan model KPPL.

4 THE INTERACTION BETWEEN TRAFFIC ASSIGNMENT AND TRAFFIC SIGNAL CONTROL ABSTRACT Traffic assignment and signal control are generally considered separately because standard signal setting policies commonly used are based on the fundamental assumption that route choices are unaffected by the signal settings chosen. This is reasonable when route-choice is obvious and severely limited, or congestion is slight, but it is not reasonable in general. Usually, no account is taken either of the effect of these signal settings on the future routing decisions of drivers, or of the effect any such re-routing may have on the efficiency of the network as a whole. It is therefore natural to seek signal setting policies which are optimal when route-choice decisions by drivers are taken into account. The need to effectively integrate these two perspectives has motivated the development over the last two decades of a class of models known as combined traffic assignment and control ( CTAC) models. However, implementation of these models and comparative tests of the performance of alternative signal control policies that have been published were very limited. This research was designed to compare and investigate the performances of two standard responsive control policies, i.e. equisaturation policy similar to Webster's and the familiar local delay-minimising policy, with the performance of the specially-designed policy Po, allowing for the likely future re-routing decisions of drivers. To allow for future re-routing in the evaluation of long-run network performances, these policies were compared within a steadystate assignment-control model. Four artificially-constructed networks and one realistic network within City of Bandung were examined in this study. It was difficult to make a recommendation for a policy to be used, as the performance of the three policies varied with the network. From tests conducted using various networks, it was found that the performance of a control policy is subject to the network configuration and the trip demand level. However, test results from the real network showed that a better traffic condition could be obtained by using a CTAC model.

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16