BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KEBERAGAMAN ACTIVITY SUPPORT TERHADAP TERBENTUKNYA CITRA KAWASAN DI JALAN PANDANARAN KOTA SEMARANG

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. menjadikan Kota Semarang sebagai pusat segala aktifitas dan interaksi

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III


BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

6.1 Peruntukkan Kawasan

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)


BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR


BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KAJIAN AREA PARKIR SEPEDA MOTOR PLAZA SIMPANGLIMA SEMARANG DITINJUA DARI PERILAKU PENGUNJUNG

Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KAJIAN WATERFRONT DI SEMARANG (Studi Kasus : Sungai Banjir Kanal Barat)

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Konsep Perancangan dari 5 Elemen Kawasan. berdasarkan Teori Kevin Lynch menyimpulkan bahwa dari 5 elemen yang

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR KEBONDALEM PURWOKERTO SEBAGAI KAWASAN WISATA BELANJA

BAB III TINJAUAN KEBIJAKAN DAN KONDISI EKSISTING ELEMEN RANCANG KOTA KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN PERKOTAAN TOBOALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENDESAIAN MALL PADA SUB KAWASAN CIBADUYUT SEBAGAI SENTRA PERDAGANGAN SEPATU

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

PENATAAN KORIDOR GATOT SUBROTO SINGOSAREN SURAKARTA SEBAGAI KAWASAN WISATA

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengumpulan data, metode analisis data serta metode penyajian hasil analisis data.

KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Oleh : ANUNG NERNAWAN A

Oleh : ANUNG NERNAWAN A

PENATAAN BUNDARAN KALIBANTENG SEBAGAI SIMPUL KOTA DENGAN KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN SEMARANG

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

LINGKUNGAN VISUAL KORIDOR JALAN AGUS SALIM JALAN KAUMAN MALANG BERDASARKAN PERSEPSI PENGGUNA JALAN

Urban Space, Mall, dan City Walk Ruang Hijau Kota (Ruhiko) atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space)

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III TINJAUAN TEMA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN Setelah dilakukannya analisa data statistik dan juga pemaknaan, kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini didapat dari hasil pemaknaan dan diharapkan pemaknaan ini dapat melengkapi teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. 6.1. Temuan Penelitian Dari penelitian yang sudah dilakukan melalui uji statistik maupun pemaknaan maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat menjawab pertanyaan penelitian yang pertama, yaitu apakah ada pengaruhnya keberagaman activity support terhadap terbentuknya citra kawasan? Hal ini dapat dilihat dari hasil uji statistik yaitu melalui uji regresi yang telah dijelaskan secara rinci pada bab sebelumnya. Hasil pengujian statistik ini menggunakan program SPSS 17.0 for windows menyatakan bahwa variabel keberagaman activity support memiliki pengaruh yang baik dan positif serta secara bersama-sama terhadap terbentuknya citra kawasan. Hipotesis yang dikemukakan oleh penulis juga sesuai dan terbukti melalui hasil analisis statistik bahwa terdapat pengaruh dari keberagaman activity support terhadap terbentuknya citra kawasan. 191

Pada pertanyaan penelitian yang kedua, yaitu bagaimanakah pengaruh keberagaman activity support terhadap terbentuknya citra kawasan? Setelah dilakukan analisis-analisis pada bab sebelumnya, maka didapatkan hasil bahwa keberagaman activity support pada segmen 1 memiliki besar pengaruh dari keberagaman activity support terhadap terbentuknya citra kawasan yaitu sebesar 37% yang berarti memiliki pengaruh yang cukup. Pada segmen 1, keberagaman yang paling mendominasi adalah tata guna lahannya. Nilai 37% tersebut menunjukkan bahwa pada segmen 1, keberagaman activity support yang ada di Jl. Pandanaran sedikit sulit untuk membentuk citra pada kawasan karena keberagaman tersebut. Akibat keberagaman yang terjadi, bagi pengamat cukup sulit untuk mempersepsikan, mengkognisikan maupun mempersepsikan secara visual mengenai citra khusus yang akan terbentuk. Sedangkan sisanya sebesar 63% yang dapat membentuk citra kawasan, dipengaruhi oleh model yang lain diluar dari penelitian ini. Di segmen 2, keberagaman yang paling mendominasi adalah activity support-nya. Nilai pengaruh dari kedua variabel penelitian yaitu sebesar 43,5% dimana nilai ini lebih besar dari yang terdapat di segmen 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa citra kawasan yang terbentuk di segmen 2 cukup terbentuk. Keberagaman aktivitas yang berada di 192

segmen 2 baik itu yang terjadi di dalam bangunan maupun diluar bangunan yang berupa aktivitas berdagang khususnya beradagang oleh-oleh, lebih mudah untuk membentuk citra kawasan. Keseragaman jenis kegiatan yang terjadi di segmen 2 menyebabkan pengamat lebih mudah mempersepsikan, mengkognisiskan maupun mempersepsikan secara visual bahwa Jl. Pandanaran sebagai kawasan pusat oleh-oleh Kota Semarang. Sedangkan sisanya sebesar 56,5% yang dapat membentuk citra kawasan, dipengaruhi oleh model yang lain diluar dari penelitian ini. Sedangkan secara keseluruhan keberagaman activity support memiliki pengaruh terhadap terbentuknya citra kawasan yaitu sebesar 40%, sedangkan sisanya sebesar 60% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model. Nilai tersebut tidak cukup besar karena keberagaman yang terdapat di lokasi penelitian kurang dapat membentuk suatu citra yang khusus terhadap citra kawasan. Keragaman aktivitas yang sifatnya khusus dapat membentuk suatu citra seperti yang terdapat di segmen 2 penelitian karena aktivitas yang terdapat di segmen 2 sangat didominasi oleh kegiatan berdagang. Nilai 60% diluar model tersebut bisa jadi adalah kualitas visual, open spaces maupun fasade bangunan yang berpengaruh terhadap citra kawasan. Faktor-faktor tersebut 193

dimungkinkan dapat membentuk citra kawasan selain dari keberagaman activity support. Apabila dibandingakan besar pengaruhnya antara segmen 1 dan segmen 2, maka dapat dilihat pada tabel perbandingan dibawah ini: 194

Tabel 6.1 Perbandingan temuan penelitian di segmen 1 dan 2 lokasi penelitian Batasbatas lokasi penelitian Segmen 1 Jl. Pandanaran Utara: Permukiman warga Selatan: Permukiman warga Timur: Lapangan Pancasila Simpang Lima Barat: Kawasan pusat oleh-oleh Jl. Pandanaran Segmen 2 Jl. Pandanaran Utara: Permukiman warga Selatan: Permukiman warga Timur: Mcdonalds, Bank BRI, Taman segitiga Barat: Tugu Muda Temuan Penelitian Berdasarkan analisa deskriptif dengan nilai mean, faktor yang mendominasi pada keberagaman activity support-nya adalah faktor tata guna lahannya. Sedangkan faktor terbentuknya citra kawasan yang mendominasi adalah persepsi visual. Terlihat bahwa tata guna lahan yang terdapat di Jl. Pandanaran segmen 1 sangat beragam seperti bangunan perkantoran, pertokoan, rumah makan, hotel dan sebagainya. Sedangkan berdasarkan analisa regresi Berdsarkan analisa deskriptif dengan menggunakan nilai mean, faktor yang mendominasi pada keberagaman activity support-nya adalah faktor activity support. Sedangkan faktor terbentuknya citra kawasan yang mendominasi adalah persepsi visual. Terlihat bahwa aktivitas pendukung yang terdapat di Jl. Pandanaran segmen 2 yang berupa kegiatan berdagang sangat beragam yaitu orang-orang yang berdagang baik yang didalam bangunan maupun diluar bangunan. Pedagang yang berjualan diluar bangunan 195

didapat bahwa nilai pengaruh dari keberagaman activity support terhadap terbentuknya citra kawasan sebesar 37% dimana nilai tersebut dapat dikatakan memiliki pengaruh yang cukup terhadap terbentuknya citra kawasan. Keberagaman activity support di Jl. Pandanaran segmen 1 dapat dikatakan cukup sulit untuk membentuk citra kawasan khususnya pada segmen 1 dimana tidak terdapat activity support yang spesifik sehingga citranya tidak terlalu mudah untuk dibentuk. Aktivitasnya pun sangat beragam seperti kegiatan perkantoran maupun berdagang. Fungsi bangunannya pun beragam seperti perkantoran, pertokoan, hotel, rumah makan, dan sebagainya. Hal tersebut yang menyebabkan pada segmen 1 tidak memiliki activity support yang spesifik. Nilai sisa besar pengaruh pada segmen 1 ini sebesar 63% lebih besar membentuk citra kawasan yang dipengaruhi oleh model lain diluar penelitian ini. Sumber: Analisis, 2014 berupa pedagang kaki lima yang menjual oleh-oleh khas Kota Semarang. Sedangkan berdasarkan analisa regresi didapat bahwa besar pengaruh dari keberagaman activity support terhadap terbentuknya citra kawasan yaitu sebesar 43,5% dimana nilai tersebut dapat dikatakan cukup memberi pengaruh. Keberagaman activity support di segmen 2 Jl. Pandanaran dapat dikatakan dapat membentuk citra pada kawasan tersebut karena pola aktivitasnya seragam yaitu berupa pertokoan yang didominasi oleh toko oleh-oleh sehingga citra yang terbentuk adalah sebagai kawasan pusat oleh-oleh. Fungsi bangunan yang beragam akan tetapi pola aktivitasnya yang seragam, hal tersebut yang menyebabkan segmen 2 penelitian memiliki keberagaman actvity support yang spesifik sehingga dapat membentuk citra kawasan. Nilai sisa besar pengaruh pada segmen 2 ini sebesar 56,5% lebih besar membentuk citra kawasan yang dipengaruhi oleh model lain diluar penelitian ini. 196

6.2. Rekomendasi 6.2.1. Rekomendasi bagi Pemerintah Kota dan Pihak-Pihak yang Berkepentingan dalam Pembangunan Fisik Kawasan Penelitian Sebagai kawasan pusat kota yang memiliki keberagaman activity support memiliki masalah terhadap sirkulasi dan parkir terutama di kawasan pusat oleh-oleh. Hal ini terjadi karena tingginya tingkat aktivitas yang terjadi di kawasan ini. Perlu adanya penataan parkir maupun sirkulasi agar pengunjung yang hanya sekedar melewati Jl. Pandanaran maupun yang hendak beraktivitas didalamnya tetap merasa nyaman. Apabila perlu, sangat menarik jika memiliki kawasan untuk parkir kendaran yang hendak memasuki kawasan pusat oleh-oleh sehingga para pengunjung bisa berjalan kaki untuk menuju toko oleh-oleh. Tak hanya pada kawasan pusat oleh-oleh, kawasan Jl. Pandanaran diluar itu juga perlu adanya lahan parkir khusus bagi pengunjung terutama perkantoran yang tidak memiliki lahan parkir cukup bagi pegawai maupun nasabahnya. Selain itu, untuk memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki, perlu adanya penanaman tanaman peneduh yang lebih rindang 197

karena realita yang ada di jalur pedestrian jalan Pandanaran tanamannya seperti kurang terawat dan kurang rindang sehingga pada siang hari terasa gersang dan panas terutama pada segmen 1 Jl. Pandanaran. Selain itu perlu adanya street furniture yang lainnya seperti bangku-bangku untuk pejalan kaki yang hendak beristirahat. Seperti contoh pada gambar berikut: Gambar 6.1 contoh jalur pedestrian yang dipenuhi tanaman peneduh dan sitting grup di Orchard Road Singapore Sumber: Dokumentasi Penulis, 2012 Dari studi banding yang dapat dilihat di jalan Orchard Road Singapore dapat dijadikan acuan dalam proses perancangan kota agar memberikan kenyamanan pada pejalan kaki. Dari gambar tersebut dapat dilihat pula adanya pembatas antara jalur kendaraan dan pedestrian berupa tanaman. Pemerintah Kota maupun pihakpihak yang berkepentingan dalam pembangunan Kota Semarang 198

dapat menjadikan acuan model perancangan yang diterapkan oleh pemerintah singapura untuk memberikan kenyamanan pada pengguna jalan baik itu untuk kendaraan bermotor maupun pejalan kaki mengingat Jl. Pandanaran merupakan kawasan pusat bisnis dimana terdapat bermacam-macam pertokoan maupun perkantoran yang intensitas pengunjungnya sangat tinggi. Aktivitas di jalur pedestrian juga sangat banyak khususnya pada segmen 2 Jl. Pandanaran. Selain itu pada perencanaannya, lahan kosong bekas SPBU yang berada di Jalan Pandanaran akan dibangun sebuah taman yang akan didirikan patung warak ngendok dimana warak ngendok merupakan salah satu kebudayaan kota Semarang berupa mainan binatang dengan kepala naga yang diharapkan akan menjadi salah satu landmark Kota Semarang selain Tugu Muda dengan dibangunnya taman pandanaran ini. Selain itu,s dengan kehadiran taman tersebut diharapkan akan menarik warga Kota Semarang untuk mengunjungi taman tersebut sebagai tempat untuk berwisata dan berinteraksi sosial. 199

Gambar 6.2 Rencana Taman Pandanaran di Jl. Pandanaran Sumber: Dokumentasi penulis, 2014 Proses perancangannya hendaknya menyajikan tempat untuk bermain anak karena dipastikan pengunjung paling banyak adalah keluarga maupun para remaja yang ingin bersantai-santai di taman selain itu kehadiran sitting gruop menjadi elemen penting pada taman aktif sebagai tempat untuk bersantai. Perancangan sitting group hendaknya cukup untuk menampung pengunjung dan tetap memberikan kenyamanan bagi pengunjung. 6.2.2. Rekomendasi bagi Peneliti Sebagai kawasan pusat kota yang memiliki keberagaman activity support, memiliki dua bagian yang memiliki bentuk keberagaman yang berbeda. Seperti pada kawasan di area pusat oleh-oleh yang terasa keberagamannya yaitu dari faktor aktivitas pendukungnya dibandingkan faktor tata guna lahannya. Sedangkan dari faktor tata guna lahan, cenderung lebih monoton. Karena ke- 200

monoton-an tersebutlah sehingga dapat membentuk ciri terhadap kawasan tersebut. Tidak heran apabila secara visual kawasan Jl. Pandanaran sangat terkenal dengan image sebagai kawasan pusat oleh-oleh Kota Semarang. Oleh karena itu diperlukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam mengenai bagaimana hubungan dari tata guna lahan tersebut terhadap image maupun ciri dari Jl. Pandanaran tersebut. Berdasarkan hasil analisis statistik pada BAB V, didapatkan hasil bahwa keberagaman activity support hanya berpengaruh sebesar 40% terhadap terbentuknya citra kawasan. Sisanya yakni sebesar 60% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini apakah itu dilihat dari faktor kualitas visual, open spaces atau fasade bangunan. Oleh karena itu, untuk peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti terbentuknya citra kawasan dapat menggali melalui faktor-faktor lain diluar faktor keberagaman activity support. Selain itu, seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa Jl. Pandanaran akan dibangun sebuah taman dimana terdapat patung Warak Ngendok yang merupakan salah satu patung boneka kebudayaan yang dimiliki Kota Semarang dan dimungkinkan dapat menjadi salah satu Landmark Kota Semarang selain Tugu Muda. Bagi peneliti selanjutnya, apabila taman tersebut sudah selesai 201

proses pembangunan perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai apakah taman tersebut bisa menjadi salah satu Landmark Kota semarang atau tidak. 6.2.3. Rekomendasi bagi Ilmu Penelitian Pada penelitian ini, melibatkan faktor-faktor penyusun keberagaman activity support yaitu, tata guna lahan, activity support, signages maupun waktu. Sedangkan faktor-faktor terbentuknya citra kawasan yaitu persepsi, kognisi maupun persepsi visual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua faktor menjadi dominan dalam meneliti pengaruh keberagaman activity support terhadap terbentuknya citra kawasan. Perbedaan latar belakang responden dalam penelitian ini dianggap juga memiliki kontribusi terhadap pemahamannya mengenai activity support yang beragam serta kawasan yang dapat membentuk citra kawasan. Selain itu kondisi bagian Jl. Pandanaran yang memiliki pola keberagaman yang berbeda-beda sehingga faktor-faktor yang paling menonjol juga akan berbeda sesuai dengan kondisi kawasan tersebut. Oleh karena itu, dalam perencanaan dan perancangan kawasan kota, perlu adanya penelitian untuk dapat menonjolkan citra 202

kawasan agar lebih dapat menjadi daya tarik untuk pengunjung dan juga sebagai tujuan pariwasata suatu kota. 203