BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. menjadikan Kota Semarang sebagai pusat segala aktifitas dan interaksi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. menjadikan Kota Semarang sebagai pusat segala aktifitas dan interaksi"

Transkripsi

1 BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Tinjauan Umum Kota Semarang Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, sehingga menjadikan Kota Semarang sebagai pusat segala aktifitas dan interaksi yang berhubungan erat dengan fungsi administratif, sosial, ekonomi, dan politik. Perkembangan pembangunan di Kota Semarang pun berkembang secara drastis dari tahun ketahun mengingat menjadi pusat perputaran roda perekonomian daerah. Secara geografis Kota Semarang terletak berada antara 110º BT dan 110º BT; lintang 6º 55 6 LS dan 6º LS. Kota Semarang dengan luas wilayah sebesar 373,67 km² terdiri dari 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Kota Semarang berada di propinsi Jawa Tengah, dengan batas daerah : Utara : Laut Jawa Timur : Kab. Demak Selatan : Kabupaten Semarang Barat : Kabupaten Kendal 66

2 Pembagian Wilayah Kota Semarang Kota Semarang terdiri dari 16 kecamatan, yaitu Kecamatan Semarang Tengah, Semarang Timur, Semarang Selatan, Gajahmungkur, Caridisari, Semarang Barat, Semarang Utara, Genuk, Gayamsan,Pedurungan, Tembalang, Banyumanik, Gunungpati, Mijen, Ngaliyan, dan Kecamatan Tugu, serta 177 kelurahan. Selain terbagi dalam 16 kecamatan, kota Semarang terbagi menjadi lima Wilayah Pengembangan dan sepuluh BWK (Bagian Wilayah Kota). Pembagian 10 Bagian Wilayah Kota (BWK) yang masing-masing memiliki perbedaan menurut karakter dan pengembangan sebagai berikut : BWK I meliputi Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan Semarang Timur, dan Kecamatan Semarang Selatan BWK II meliputi Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gajahmungkur BWK III meliputi Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Utara BWK IV meliputi Kecamatan Genuk BWK V meliputi Kecamatan Gayamsari dan Kecamatan Pedurungan 67

3 BWK VI meliputi Kecamatan Tembalang BWK VII meliputi Kecamatan Banyumanik BWK VIII meliputi Kecamatan Gunungpati BWK IX meliputi Kecamatan Mijen BWK X meliputi Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Tugu ( 2014) Gambar 4.1 Peta BWK Kota Semarang Sumber: mithcd8xxw8/uailwkxapdi/aaaaaaaahxu/wqjwsysqyec/s1600/27.+rencana+p embagian+bwk.jpg 68

4 4.2. Gambaran Umum BWK I Kota Seamarang BWK 1 Kota Semarang meliputi Kecamatan Semarang Tengah, Semarang Timur dan Semarang Selatan. Jalan Pandanaran berada pada kecamatan Semarang Tengah dengan Kelurahan Pekunden. Setiap BWK Semarang memiliki fungsi kegiatan yang berbedabeda. Untuk BWK 1 Kota Semarang menurut RDTRK Kota Semarang difungsikan sebagai kawasan pusat kota yang tingkat ketersediaan fasilitas social di BWK ini sangat memadai. Ketersediaan fasilitasfasilitas tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan warga di sekitar kecamatan tersebut, juga dapat memenuhi kebutuhan warga Kota Semarang. Umumnya fasilitas-fasilitas tersebut seperti tempat perdagangan maupun jasa. Salah satu contohnya yaitu Jalan Pandanaran Gambaran Umum Jalan Pandanaran Kota Semarang Jalan Pandanaran dibangun dibangun pada tahun Setelah terbentuknya Gemeente, sebagai prasarana jalan untuk permukiman elite Belanda seiring dengan ditetapkannya pusat pemerintahan baru didaerah Tugu Muda, disamping itu bersama - sama dengan jalan A. Yani sebagai penghubung antara pusat pertumbuhan Tugu Muda dan Peterongan yang ditandai dengan kegiatan ekonomi pada kedua daerah tersebut. (Widodo dalam Harwin, 2012:46). 69

5 Seiring perkembangan waktu, terjadi perubahan di Jalan Pandanaran. Yang sebelumnya merupakan daerah permukiman menjadi daerah perdagangan dan jasa terutama setelah pertemuan Jalan Pandanaran dan Jalan A. Yani dengan Jalan Pahlawan yang menjadi pusat Kota Semarang dengan dibangunnya Open Space yang besar yaitu Lapangan Pancasila (Simpang Lima). Secara administratif, koridor Jalan Pandanaran terletak pada dua kecamatan, untuk sisi utara masuk pada wilayah kecamatan Semarang Tengah dan untuk sisi selatan masuk pada wilayah administrasi Semarang Selatan. Menurut RDTRK Kota Semarang, kawasan ini termasuk kawasan pusat Kota Semarang. Pada perkembangan selanjutnya, seiring dengan perkembangan Kota Semarang, Jalan Pandanaran menjadi semakin ramai karena semakin banyak orang melalui jalan tersebut menuju pusat kota. Karena fenomena tersebut, orang-orang mulai mengalihfungsikan hunian mereka menjadi tempat usaha dengan cara membangun fasilitasfasilitas perdagangan di sepanjang jalan tersebut. Fasilitas-fasilitas itu adalah fasilitas perdagangan dan jasa atau bahkan sekedar disewakan untuk perkantoran atau dengan kata lain terjadi kegiatan perdagangan terhadap daerah hunian pada kawasan Jalan Pandanaran ini. (Harwin, 2012) 70

6 Akibat dari fenomena tersebut ruas penggal koridor jalan pada kawasan penelitian saya ini menjadi jalan yang banyak dikenal masyarakat dengan image sebagai pusat jajan dan oleh-oleh khas Semarang. Diperkuat dengan ramainya jalan tersebut sebagai arus lalu lintas utama yang dilalui oleh ribuan orang setiap harinya terutama pada musim-musim liburan. Dan banyak pula orang yang menggantungkan hidupnya dari keberadaan jalan Pandanaran tersebut karena sebagai ladang untuk mencari nafkah Pemilihan Lokasi Penelitian Menurut RTRW Kota Semarang, Jalan Pandanaran berada pada Kecamatan Semarang Tengah yang memiliki fungsi sebagai kawasan pusat kota sebagai penggerak perekonomian Kota Semarang. Karena fungsinya sebagai kawasan Pusat Kota tentunya memiliki fasilitasfasilitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Semarang. Banyak terdapat perkantoran-perkantoran maupun pertokoan-pertokoan. Seiring perkembangan Kota Semarang, Jalan Pandanaran tidak hanya sebagai kawasan Pusat Jajanan dan Oleh-oleh Kota Semarang, namun juga menjadi kawasan bisnis dengan berdirinya bangunan-bangunan berupa rent office. Fenomena Keberagaman Activity Support tersebut sangat menarik untuk diteliti terkait dengan 71

7 citra kawasan yang akan terbentuk yang notabennya Jalan Pandanaran terkenal sebagai pusat oleh-oleh Kota Semarang. Lokasi penelitian akan dibagi menjadi 2 segmen karena terdapat perbedaan kecenderungan activity support yang mendominasi di Jalan Pandanaran. Seperti pada segmen 1, area penelitian sangat didominasi oleh bangunan perkantoran, pola aktivitasnya pun berbeda dengan yang berada pada segmen 2. Area pusat jajanan dan oleh-oleh khas Kota Semarang merupakan area penelitian segmen 2. Pola aktivitas pengunjung antara segmen 1 dan 2 sangat berbeda selain itu tata guna lahannya pun punya kecenderungan perebedaan sehingga lokasi penelitian dibagi menjadi 2 segmen. Adapun batas-batas area penelitian Kawasan Jalan Pandanaran adalah: Utara : Permukiman warga Kelurahan Pekunden Timur : Tugu Muda Selatan : Permukiman warga mugassari Barat : Lapangan Pancasila (simpang lima) 72

8 Gambar 4.2 Lokasi penelitian Jl. Pandanaran Sumber: google earth, 2014 Area penelitian dimulai dari sisi timur yang berdekatan dengan lapangan Pancasila (simpang lima) hingga ke barat yang berdekatan dengan Tugu Muda. Penelitian ini kemudian dibagi menjadi dua segmen. Pada segmen pertama, keberagaman activity support yang sangat terasa adalah bentuk keragaman tata guna lahannya sedangkan pada segmen ke 2 adalah keragaman aktivitasnya karena pada area ini lah dimana terdapat pusat oleh-oleh Kota Semarang. 73

9 Ket: : Segmen 1 Penelitian : Segmen 2 Penelitian Gambar 4.3 Kondisi Keberagaman di Jalan Pandanaran Sumber: Dokumentasi Penulis (2014) dan CAD Kota Semarang (2010) Berdasarkan gambar-gambar diatas terlihat bahwa area penelitian pada segmen 1, terlihat bentuk keberagamanan berdasarkan tata guna lahannya. Terdapat bangunan perkantoran, pertokoan, hotel-hotel, maupun tempat tinggal. Sedangkan pada area segmen 2 yang merupakan pusat jajanan dan oleh-oleh di Kota Semarang, yang sangat terasa keberagamannya adalah aktivitasnya karena tak hanya beraktivitas didalam ruangan, namun juga diluar ruangan, selain itu banyak terdapat pertokoan didalamnya tak hanya pertokoan penjual oleh-oleh saja, tetapi juga toko pakaian dan sebagainya. Aktivitas di open space juga melengkapi keberagaman aktivitas didalamnya dengan adanya pedagang-pedagang kaki lima dan pembeli yang maupun pengunjung yang mengitari area pedestrian. Gambar berikut adalah detail dari keberagaman pada area penelitian segmen 1 dan 2: 74

10 Segmen 1 Penelitian Gambar 4.4 Kondisi keberagaman di segmen 1 penelitian Jl. Pandanaran Sumber: Dokumentasi Penulis (2014) dan CAD Kota Semarang (2010) Dari gambar diatas merupakan gambaran umum obyek penelitian di segmen 1 dimana keberagaman activity supportnya terlihat dari penata gunaan lahannya. Terdapat bangunan perkantoran, pertokoan, rumah tinggal, hotel, taman maupun tempat makan. Sedangkan aktivitas yang terjadi diluar bangunan seperti jalur pedestrian tidak begitu terasa karena kawasan ini didominasi oleh bangunan perkantoran dan juga pertokoan elektronik. Kondisi jalur pedestrian sangat lengang tetapi arus lalu lintasnya cukup ramai dan padat pada jam-jam tertentu seperti pada pagi hari dan sore hari weekdays. Signages yang berfungsi sebagai identitas banguna yang terdapat pada segmen 1 juga tak begitu terasa keberagamannya karena bentuk dan ukurannya tidak seatraktif yang berada pada segmen 2. 75

11 Segmen 2 Penelitian Gambar 4.5 Kondisi keberagaman di segmen 2 penelitian Jl. Pandanaran Sumber: Dokumentasi penulis (2014) dan CAD Kota Semarang (2010) Pada segmen 2 area penelitian, dapat dilihat bahwa aktivitas yang terjadi sangat beragam terutama pada area penjualan oleh-oleh (lihat gambar yang ditandai warna hijau). Sedangkan pada sisi utara segmen 2, kurang begitu terasa aktivitas outdoornya karena didominasi oleh bangunan perkantoran. Banyak terdapat pedagang-pedagang kaki lima yang memenuhi sepanjang jalur pedestrian area pusat oleh-oleh sehingga aktivitasnya sangat terasa beragam pada segmen ini. 76

12 4.5. Kondisi Keberagaman Activity Support yang berada di Jalan Pandanaran Suatu kawasan kota tidak dapat terpisah oleh yang namanya activity support karena dengan kehadiran suatu activity support dapat menghidupkan suatu kawasan kota. Masyarakat dapat beraktivitas dan berinteraksi dengan adanya activity support. Suatu kawasan kota juga dapat berkembang dengan adanya activity support sehingga sangatlah penting kehadiran activity support dalam sebuah kota. Fungsi dari adanya activity support tersebut menurut Danisworo (1991) yaitu untuk menciptakan kehidupan kota yang lebih baik karena dengan mudah dapat mengakomodasikan kebutuhan atau barang keperluan sehari-hari kepada masyarakat kota. Pusat kota suatu kawasan kota sebagai penggerak perekonomian disebut Central Business District. Menurut Yunus (2005) dalam Struktur Tata Ruang Kota Central Business District yaitu merupakan pusat kehidupan social, ekonomi budaya dan politik. Banyak activity support yang tumbuh di kawasan pusat kota sebagai pusat penggerak aktivitas suatu kota seperti kegiatan ekonomi, social, budaya maupun politik. 77

13 Di kota Semarang, Jalan Pandanaran merupakan salah satu daerah CBD (Central Business District). Banyak terdapat kegiatan didalamnya seperti pertokoan, perkantoran, hotel, restoran, dan sebagainya. Terdapat pula pusat jajanan dan oleh-oleh Kota Semarang di Jalan Pandanaran. Sebagai area pusat kota, banyak terdapat keragaman activity support yang tumbuh. Bentuk keberagaman activity support tersebut dapat dilihat dari: 1. Tata Guna Lahan (Land Use) Menurut Darmawan (2003:12), tata guna lahan (landuse) adalah pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga secara umum dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi. Sebagai kawasan Central Business District yang bersifat komersial, tata guna lahan di Jalan Pandanaran terdiri dari macam-macam fungsi bangunan, apakah itu sebagai kawasan perdagangan maupun perkantoran. Menurut sejarahnya, kawasan Jalan Pandanaran sudah berfungsi sebagai kawasan komersial yaitu sebagai pusat perbelanjaan oleh-oleh. Pada perkembangannya, tata guna lahan Jalan Pandanaran tak lagi 78

14 sepenuhnya sebagai kawasan komersial, kemudian beberapa diantaranya berfungsi sebagai perkantoran dan fungsi lainnya. Sehingga Jl. Pandanaran menjadi kawasan yang memiliki keberagaman aktivitas apabila dilihat dari kegunaan lahannya. Berikut adalah gambaran keberagaman dari tata guna lahan yang berada di jalan pandanaran: Gambar 4.6 Sketsa kondisi keberagaman dari tata guna lahan di Jl. Pandanaran Sumber: Analisis, 2014 Untuk lebih jelasnya berikut adalah gambaran keberagaman activity support tata guna lahan yang berada di jl. Pandanaran, dari mulai fungsi bangunan perkantoran, pertokoan, rumah tinggal, rumah makan maupun hotel. 79

15 Kondisi Tata Guna Lahan di segmen 1 Jalan Pandanaran Gambar 4.7 Kondisi tata guna lahan segmen 1 jalan pandanaran Sumber: Dokumentasi penulis (2014) dan CAD Kota Semarang (2010) Berdasarkan gambar diatas, kondisi tata guna lahan di segmen 1 dapat dikatakan sangat beragam, terlihat dari macam-macam fungsi bangunan yang ada didalamnya seperti bangunan perkantoran, pertokoan, rumah tinggal, rumah makan, hotel dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk bangunan maupun signages bangunannya. Namun, tata guna lahan yang sangat mendominasi di area penelitian segmen 1 ini adalah bangunan perkantorannya seperti bank maupun perkantoran lainnya. 80

16 Kondisi Tata Guna Lahan segmen 2 Penelitian Gambar 4.8 Kondisi tata guna lahan di segmen 2 Jalan Pandanaran Sumber: Dokumentasi penulis (2014) dan CAD Kota Semarang (2010) Tata guna lahan yang berada di segmen 2 penelitian ini sangat di dominasi oleh pertokoan kecuali pada sisi utara lokasi penelitian, yang terasa sangat mendominasi adalah bangunan perkantorannya. Selain itu ada terdapat juga rumah sakit dan komplek ruko perkantoran. Yang terkenal dari jalan pandanaran adalah pada segmen 2 penelitian ini karena tata guna lahannya sangat di dominasi oleh pertokoan khususnya pertokoan oleh-oleh. Keseragaman tersebut menyebabkan masyarakat Kota Semarang menilai bahwa jalan pandanaran identik dengan kawasan pusat oleh-oleh walaupun penjual oleh-oleh tidak terdapat di sepanjang jalan pandanaran. 81

17 2. Activity Support Seperti yang sudah dijelaskan pada BAB II bahwa pengertian dari activity support itu sendiri menurut Shirvani (1985) adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang publik dalam suatu kawasan kota. Keberagaman activity support di Jl. Pandanaran itu sendiri dapat dilihat dari aktivitas pendukungnya. Kegiatan yang terjadi di Jl. Pandanaran sangatlah beragam. Mulai dari pedagang kaki lima yang memenuhi trotoar di area segmen 2 penelitian, ada juga bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai perkantoran dan juga ada yang berfungsi sebagai kegiatan komersial. Keberadaan keberagaman activity support di Jl. Pandanaran menjadikan kawasan ini sebagai kawasan yang kegiatannya nonstop dari pagi hari hingga malam hari. Aktivitas yang sangat terasa keberagamannya adalah di segmen 2 penelitian karena tidak hanya kegiatan yang berada di dalam bangunan saja, namun kegiatan yang berada diluar bangunan berupa pedagang-pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Pandanaran segmen 2 ini, sehingga aktivitas pengunjung yang berada di segmen 2 tersebut sangat terasa bentuk keberagamannya. 82

18 Gambar 4.9 Ilustrasi activity support di Jl. Pandanaran Sumber: Penulis, 2014 Sebagai kawasan yang memiliki keberagaman activity support tentunya perancangannya harus memadai untuk terjadinya arus sirkulasi yang padat. Berikut adalah potongan jalan dari jalan pandanaran: Gambar 4.10 Denah potongan jalan pandanaran Sumber: Data penulis,

19 Gambar 4.11 Potongan jalan 1-1 segmen 1 Jl. Pandanaran Sumber: Data Penulis, 2014 Gambar 4.12 Detail trotoar potongan 1-1 segmen 1 Jl. Pandanaran Sumber: Data Penulis, 2014 Gambar 4.13 Potongan jalan 2-2 segmen 1 Jl. Pandanaran Sumber: Data Penulis,

20 Gambar 4.14 Detail trotoar potongan 2-2 segmen 1 Jl. Pandanaran Sumber: Data Penulis, 2014 Gambar 4.15 Potongan jalan 3-3 segmen 2 Jl. Pandanaran Sumber: Data penulis,

21 Gambar 4.16 Detail trotoar potongan 3-3 segmen 2 Jl. Pandanaran Sumber: Data Penulis, 2014 Berdasarkan potongan jalan dan detail trotoar dari jalan pandanaran seperti pada gambar 4.11 sampai 4.16, lebar jalan pandanaran sebagai kawasan pusat kota sangat memungkinkan untuk terjadinya beragam aktivitas yang dimungkinkan akan terjadi kepadatan sirkulasi apabila tidak memiliki space. Jalur pedestrian yang berada di jalan pandanaran sangat memungkinkan untuk terjadi aktivitas seperti yang terjadi pada segmen 2 penelitian, jalur pedestrian yang lebar dimanfaatkan untuk tempat berjualan para pedagang kaki lima. Selain itu, lebar jalan dirasa cukup untuk terjadinya intensitas sirkulasi yang tinggi walaupun pada jam-jam tertentu terjadi sirkulasi yang crowded. Berikut adalah gambaran activity support yang terdapat di jalan pandanaran seperti yang digambarkan pada gambar-gambar berikut: 86

22 Kondisi Activity Support di Segmen 1 Gambar 4.17 kondisi activity support di segmen 1 jl. Pandanaran Sumber: Dokumentasi penulis (2014) dan CAD Kota Semarang (2010) 87

23 Berdasarkan gambar-gambar pada halaman sebelumnya, menggambarkan kondisi keberagaman activity support yang terdapat di jalan pandanaran segmen 1. Activity support yang terlihat pada segmen 1 penelitian tidak hanya aktivitas yang terjadi didalam gedung saja, akan tetapi juga terjadi diluar gedung seperti adanya pedagang kaki lima penjual mi ayam yang biasa muncul pada jam-jam pulang kantor, adapula penjual bunga yang berjualan di jl. Pandanaran yang jumlahnya hanya 2 sampai 3 saja. Selain itu, pada perencanaannya akan dibangun taman pandanaran dengan landmark patung warak ngendok yang merupakan salah satu kebudayaan Kota Semarang berupa boneka berkepala naga yang biasa digunakan pada acara dugderan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Deangan adanya hal tersebut dapat menambah adanya keberagaman activity support yang ada di jalan pandanaran. Akan tetapi, aktivitas yang berada di segmen 1 jalan pandanaran tidak begitu mendominasi dibandingkan tata guna lahannya. Namun pada area yang diberi warna biru, intensitas kegiatannya cukup ramai yaitu tak hanya kegiatan didalam bangunannya saja akan tetapi di area jalur pedestrian juga cukup ramai seperti orang-orang yang hendak menunggu bus, pejalan kaki maupun anak sekolah yang hanya duduk-duduk di area jalur pedestrian ini. 88

24 Kondisi Activity Support di Segmen 2 Gambar 4.18 Kondisi keberagaman activity support di segmen 2 jl. Pandanaran Sumber: Dokumentasi penulis (2014) dan CAD Kota Semarang (2010) 89

25 Berdasarkan gambar yang terlihat pada halam sebelumnya, menunjukkan kondisi keberagaman activity support di segmen 2 jl pandanaran dimana merupakan kawasan pusat jajanan dan oleh-oleh Kota semarang. Aktivitas yang terdapat disana sangat beragam baik itu yang terjadi didalam ruangan maupun luar ruangan. Banyak terdapat pedagang-pedagang kaki lima yang menjual oleh-oleh selain itu deretan pertokoan berupa pertokoan oleh-oleh, pakaian, kacamata maupun tour & travel juga terdapat didalamnya. Adapula diujung jalan pandanaran terdapat warung makan didepan komplek ruko perkantoran. Aktivitas yang mendominasi di segmen ini adalah kegiatan jual beli khususnya jual beli oleh-oleh khas Kota Semarang sehingga jalan pandanaran sangat erat dengan image pusat perbelanjaan oleh-oleh karena keseragaman kegiatan yang berada di kawasan tersebut walaupun tidak sepenuhnya berkegiatan jual beli oleh-oleh. Dapat dikatakan intensitas kegiatan paling di dominasi adalah di area jual-beli oleh-oleh (lihat area yang diberi warna merah). 90

26 3. Signages Signages atau tanda-tanda menurut Shirvani (1985) adalah salah satu elemen perancangan kota yang berfungsi untuk memberikan informasi-informasi secara visual. Signages dalam hal ini adalah papan identitas fungsi-fungsi bangunan yang berada di Jl. Pandanaran. Signages tersebut berfungsi untuk menunjukkan identitas pada suatu fungsi bangunan. Keberagaman activity support yang berada di Jl. Pandanaran dapat ditunjukkan melalui bentuk, maupun dimensi signages yang berbeda-beda dari setiap fungsi bangunan. Signages tersebut sifatnya sebagai identitas, bentuknya pun berbeda-beda dan atraktif karena fungsinya sebagai identitas sehingga pengunjung yang datang dan melihat dapat dengan mudah mengenali fungsi bangunan yang mereka lihat. Gambar 4.19 Ilustrasi bentuk signages di Jl. Pandanaran Sumber: Penulis,

27 Kondisi Signages di segmen 1 Penelitian Gambar 4.20 Gambaran bentuk signages yang berbeda-beda di segmen 1 jl. Pandanaran Sumber: Dokumentasi penulis (2014) 92

28 Kondisi Signages di segmen 2 Penelitian Gambar 4.21 Gambaran bentuk signages yang berbeda-beda di jl. pandanaran Sumber: Dokumentasi penulis,

29 Dari gambar diatas (lihat gambar 4.11) dapat disimpulkan bahwa keberagaman bentuk dan ukuran signages dapat mengidentifikasi adanya keberagaman activity support yang berada di jl. Pandanaran. Seperti pada bangunan pertokoan cenderung ukuran signage-nya besar dan terlihat lebih atraktif dibandingkan signage sebuah perkantoran atau perusahaan. Seperti signage yang terdapat di area pusat oleh-oleh, terlihat ramai dan kotor karena tiap toko berlomba-lomba untuk menarik pengunjung dengan ukuran dan bentuk signages yang besar dan atraktif tetapi terkesan menumpuk-numpuk sehingga secara kualitas visual menjadi kurang bagus. Berbeda dengan area segmen 1, signages yang berfungsi sebagai identitas bangunan masih terlihat rapi dari segi kualitas visualnya walaupun juga terdapat beberapa pertokoan. 4. Waktu Sebagai kawasan Central Business District yang bersifat komersial dan memiliki keberagaman activity support, tentunya kawasan Jl. Pandanaran aktivitasnya nonstop dari pagi hingga malam. Terutama pada area segmen 2 dimana fungsi bangunan yang berada di segmen 2 ini didominasi oleh kegiatan pertokoan karena segmen ini sebagai pusat jajanan dan oleh-oleh khas 94

30 Kota Semarang. Berbeda dengan area penelitian di segmen satu dimana kegiatannya didominasi oleh kegiatan perkantoran, sehingga pada malam hari, diatas pukul sudah tidak terlalu ramai baik pengunjung yang berkegiatan di area tersebut maupun arus lalu lintasnya. Berikut adalah gambar pemetaan kepadatan aktivitas yang terjadi pada pagi hari hingga malam hari pada hari senin - jumat (weekdays) di Jl. Pandanaran: Gambar 4.22 Pemetaan keberagaman activity support di pagi hari hingga sore hari saat weekdays (senin-jumat) Sumber: Analisis, 2014 Gambar 4.23 Pemetaan keberagaman activity support di malam hari saat weekdays (senin-jumat) Sumber: Analisis,

31 Gambar diatas menggambarkan aktivitas baik yang berada di dalam maupun luar ruangan dimana gambar yang berwarna menunjukkan bentuk kegiatan yang terjadi. Terlihat bahwa keberagaman activity support tersebut menyebabkan intensitas kegiatan yang sangat padat dari pagi hingga malam hari saat weekdays. Hal tersebut karena kegiatan yang terjadi sangat beragam dibandingkan pada saat weekend. Sedangkan berikut pemetaan keberagaman activity support yang terjadi pada saat weekend di waktu pagi hari hingga malam hari: Gambar 4.24 Pemetaan keberagaman activity support di pagi-sore hari saat weekend Sumber: Analisis, 2014 Gambar 4.25 Pemetaan keberagaman activity support di malam hari saat weekend Sumber: Analisis,

32 Terlihat bahwa keberagaman activity support tersebut menyebabkan intensitas kegiatan yang cukup padat dari pagi hingga malam hari saat weekend. Pada saat weekend intensitas kegiatannya tidak terlalu padat karena perkantoran mayoritas tutup pada hari sabtu dan minggu. Selain itu, beberapa pertokoan pun tutup di hari minggu khususnya pada minggu malam intensitas kegiatannya tidak terlalu tinggi. Akan tetapi di segmen 2 tetap selalu ramai dikarenakan didominasi oleh kegiatan berdagang berupa oleh-oleh. Untuk lebih rincinya, berikut adalah foto-foto intensitas kegiatan yang terjadi di Jl. Pandanaran baik itu pada saat weekdays maupun weekend. 97

33 Kondisi intensitas waktu kegiatan di segmen 1 jl. Pandanaran pada saat weekdays Keberagaman Activity Support di pagi hari Keberagaman Activity Support di Siang dan Sore hari Keberagaman Activity Support di Malam hari Gambar 4.26 Intensitas waktu kegiatan di Jl. Pandanaran segmen 1 saat weekdays Sumber: Dokumentasi penulis,

34 Dapat dilihat pada halaman sebelumnya bahwa intensitas waktu terjadinya kegiatan di jl. Pandanaran juga dapat menunjukkan bahwa jalan pandanaran memiliki keberagaman activity support. Foto-foto diatas diambil dari hari senin hingga jumat (weekdays) mulai pada waktu pagi hari, sore hari dan malam hari dimana pada waktu-waktu tersebut adalah intensitas waktu berkegiatan yang cukup tinggi. Suasana jalan pandanaran paling crowded adalah pada waktu sore hari dimana tidak hanya orang yang hendak pulang kantor yang mengitari jalan tersebut, akan tetapi jg pengunjung lain yang hendak menuju jalan pandanaran maupun sekedar lewat jalan tersebut karena menurut posisinya jalan pandanaran merupakan salah satu akses orang menuju jalan M.H. Thamrin dan juga penghubung jalan pahlawan menuju kawasan tugu muda dan jl. Pemuda. Kondisi tersebut menyebabkan arus lalu lintas menjadi sangat padat dan menunjukkan bahwa terjadi intensitas kegiatan yang besar dan beragam di kawasan jalan pandanaran. Sebagai kawasan kota, dalam hal intensitas waktu kegiatan, dapat dikatakan bahwa jalan pandanaran merupakan suatu kawasan kota yang memiliki tata guna lahan yang bersifat mixed-used. Dalam perancangannya dinilai berhasil karena berfungsi vital dari pagi hari hingga malam 99

35 hari walaupun intensitas keramaian di segmen 1 pada malam hari tidak seramai di segmen 2 penelitian dikarenakan pada segmen 1 tersebut sangat didominasi oleh perkantoran. 100

36 Kondisi intensitas waktu kegiatan di segmen 1 jl. Pandanaran pada saat weekend dan libur panjang Keberagaman Activity Support di Pagi hari Keberagaman Activity Support di Siang dan sore hari Keberagaman Activity Support di malam hari Gambar 4.27 Intensitas waktu kegiatan di Jl. Pandanaran segmen 1 Sumber: Dokumentasi penulis,

37 Berdasarkan foto-foto pada halaman sebelumnya, intensitas waktu kegiatan di segmen 1 pada waktu weekend maupun hari libur panjang tak begitu padat dikarenakan kawasan ini didominasi oleh kegiatan perkantoran dimana weekend adalah hari libur kantor pada umumnya khususnya pada hari minggu. Pertokoan pun ada beberapa yang tutup pada hari minggu sehingga intensitas kegiatannya tidak terlalu tinggi seperti pada hari biasa. Pada hari minggu pagi di kawasan jalan pandanaran khususnya segmen 1 ini, sangat sepi karena mayoritas jam operasional pertokoannya mulai jam Arus lalu lintas yang terjadi pun tak seramai dibandingkan pada hari biasa walaupun banyak aktivitas parkir didalamnya. 102

38 Kondisi intensitas waktu kegiatan di segmen 2 jl. Pandanaran pada saat weekdays Keberagaman Activity Support di Pagi hari Keberagaman Activity Support di Siang dan sore hari Keberagaman Activity Support di Malam hari Gambar 4.28 Intensitas waktu kegiatan di Jl. Pandanaran segmen 2 Sumber: Dokumentasi penulis,

39 Intensitas waktu kegiatan di hari biasa mulai dari pagi hingga malam cukup ramai dikarena pada segmen 2 jl. Pandanaran ini merupakan pusat oleh-oleh Kota Semarang, selain itu terdapat pertokoan lain seperti toko pakaian maupun jasa tour & travel. Karena didominasi fungsinya sebagai pertokoan, tentunya intensitas waktu kegiatannya terjadi sepanjang hari yaitu mulai pagi hari hingga malam hari, didukung oleh penjual kaki lima yang juga berjualan oleh-oleh membuat kawasan ini tidak akan sepi hingga pukul Sebagai kawasan komersial di pusat kota, jalan pandanaran dikatakan berhasil karen intensitas waktu keramaian yang terjadi di kawasan ini tidak berbatas waktu. Lain halnya dengan kawasan di segmen 1 jl. Pandanaran, dapat dikatakan cukup ramai pula namun intensitas keramaiannya tidak sepadat di segmen 2 yang tentunya juga berimbas pada kepadatan lalu lintas, sirkulasi dan parkir. 104

40 Kondisi intensitas waktu kegiatan di segmen 2 jl. Pandanaran pada saat weekdend dan libur panjang Keberagaman Activity Support di Pagi hari Keberagaman Activity Support di Siang dan sore hari Keberagaman Activity Support di Malam hari Gambar 4.29 Intensitas waktu kegiatan di Jl. Pandanaran segmen 2 Sumber: Dokumentasi penulis,

41 Karena didominasi oleh pusat jajanan dan oleh-oleh Kota Semarang, saat hari libur maupun libur panjang nasional, kawasan ini sangat ramai oleh pengunjung yang berasal tidak hanya dari Kota Semarang akan tetapi dari daerah-daerah lain. Berbeda dengan segmen 1, walaupun hari libur justru intensitas waktu kegiatannya cenderung ramai dan padat oleh pengunjung yang hendak membeli oleh-oleh. Arus lalu lintas dan parkir pun menjadi sangat padat, bahkan traffic light yang menuju kawasan oleh-oleh ini digunakan untuk tempat parkir pengunjung yang hendak memasuki kawasan oleh-oleh tersebut atau sengaja ditutup agar arus lalu lintas tidak saling bertemu atau bertabrakan yang menyebabkan kemacetan. Intensitas waktunya pun terjadi dari pagi hingga malam, akan tetapi di pagi hari intensitas kegiatannya tidak sepadat dibandingkan pada siang hari hingga malam hari. Terutama pada hari minggu dikarenakan area simpang lima biasa digunakan sebagai area car free day sehingga akses menuju Jl. Pandanaran cukup terbatas. Apabila musim liburan, kawasan pusat oleh-oleh ini sering sekali menyebabkan kemacetan. 106

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini BAB VI KESIMPULAN Setelah dilakukannya analisa data statistik dan juga pemaknaan, kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini didapat dari hasil pemaknaan dan diharapkan pemaknaan

Lebih terperinci

PENGARUH KEBERAGAMAN ACTIVITY SUPPORT TERHADAP TERBENTUKNYA CITRA KAWASAN DI JALAN PANDANARAN KOTA SEMARANG

PENGARUH KEBERAGAMAN ACTIVITY SUPPORT TERHADAP TERBENTUKNYA CITRA KAWASAN DI JALAN PANDANARAN KOTA SEMARANG Pengaruh Keberagaman Activity Support terhadap Terbentuknya Citrra Kawasan di Jalan Pandanaran Kota Semarang (Dea Putri Ghassani, Bambang Setioko, Gagoek Hardiman) PENGARUH KEBERAGAMAN ACTIVITY SUPPORT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Semarang sebagai ibu kota propinsi di Jawa Tengah mempunyai banyak potensi yang bisa dikembangkan. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara pulau Jawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semarang sebagai ibukota propinsi di Jawa Tengah mempunyai banyak potensi yang bisa dikembangkan. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, maka terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman Jalan merupakan salah satu ruang publik dalam suatu kawasan yang memiliki peran penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sedang berkembang. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: SULISTIANTO L2D 306 023 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah perkotaan mempunyai sifat yang sangat dinamis, berkembang sangat cepat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Perkembangan daerah perkotaan dapat secara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA SEMARANG 3.1.1 Keadaan Geografis BAB III TINJAUAN LOKASI Semarang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah, secara geografis terletak di Pantai Utara Jawa Tengah, tepatnya pada garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya akan memberikan konsekuensi terhadap kebutuhan ruang. Pertumbuhan penduduk di kota besar

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi di Indonesia dengan ibukota propinsinya adalah Yogyakarta, sebuah kota dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya, manusia selalu dihadapkan oleh berbagai kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia melakukan berbagai usaha atau kegiatan. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KOTA SEMARANG DAN TINJAUAN SEKOLAH LUAR BIASA DI SEMARANG

BAB III TINJAUAN KOTA SEMARANG DAN TINJAUAN SEKOLAH LUAR BIASA DI SEMARANG BAB III TINJAUAN KOTA SEMARANG DAN TINJAUAN SEKOLAH LUAR BIASA DI SEMARANG 3.1 Tinjauan Kota Semarang 3.1.1 Kondisi Fisik dan Non Fisik Kota Semarang Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah,

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi. Pelaksanaan PA6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Terkait dengan pertanyaan penelitian akan kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi walkability menjadi acuan dalam proses menganalisa dan pembahasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah adalah suatu kota yang saat ini berusaha berkembang seperti halnya kota-kota besar lainnya yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan 6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan Hasil dalam perubahan kawasan dapat dilihat berdasarkan teori-teori yang digunakan pada perencanaan ini. Dalam hal perancangan kawasan ini menggunakan teori yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) Sebagai pusat ibadah dan pusat dakwah Islam yang dirintis oleh Sunan Ampel, kawasan ini menjadi penting

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Permasalahan transportasi berupa kemacetan, tundaan, serta polusi suara dan udara yang sering kita temui setiap hari di beberapa kota besar di Indonesia, ada yang sudah

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota pada umumnya disertai dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini pada akhirnya akan menyebabkan

Lebih terperinci

TOWNHOUSE DI SEMARANG

TOWNHOUSE DI SEMARANG LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TOWNHOUSE DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : DINAR ARDIYANTA L2B 002 203 Periode

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Aspek Geografi, Topografi, dan Hidrologi Secara geografi, luas dan batas wilayah, Kota Semarang dengan luas wilayah 373,70 Km 2. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu kota dapat dilihat dari tingginya aktivitas perekonomian, aktivitas perkotaan tersebut perlu didukung dengan adanya transportasi. Konsep transportasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

PENATAAN KORIDOR JALAN LETJEN S. PARMAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN DI PURWOKERTO

PENATAAN KORIDOR JALAN LETJEN S. PARMAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN DI PURWOKERTO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN LETJEN S. PARMAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN DI PURWOKERTO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR Oleh: HAPSARI NUGRAHESTI L2D 098 433 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi penginderaan jauh yang semakin pesat menyebabkan penginderaan jauh menjadi bagian penting dalam mengkaji suatu fenomena di permukaan bumi sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAKSI... v. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAKSI... v. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAKSI... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya. kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya. kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kegiatan manusia di dalamnya,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2009 NOMOR 31 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik atau public space adalah tempat orang berkumpul untuk melakukan aktivitas dengan tujuan dan kepentingan tertentu serta untuk saling bertemu dan berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penelitian disini ingin mencari suatu masukan bagi perancangan suatu wilayah yang berorientasikan pada pejalan kaki khususnya di daerah sekitar kawasan Prof. Soedharto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030 Jalan Raden Intan sepenuhnya berfungsi sebagai jalan arteri sekunder, jalan ini cenderung macet terutama pagi dan sore

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU (Berkonsep Nuansa Taman Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang I.I Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat di wilayah perkotaan berdampak pada bertambahnya fungsi-fungsi yang harus diemban oleh kota tersebut. Hal ini terjadi seiring

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang merupakan wadah atau setting yang dapat mempengaruhi pelaku atau pengguna. Ruang sebagai salah satu komponen arsitektur menjadi sangat penting dalam hubungan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D STUDI KONTRIBUSI PLAZA CITRA MATAHARI DAN TERMINAL BUS MAYANG TERURAI TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA PEKANBARU TUGAS AKHIR Oleh: RICO CANDRA L2D 301 330 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Deskripsi Judul Judul dalam laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Penataan Plaza dan Pusat Kuliner di Kawasan Simpang Lima Semarang (Pendekatan pada Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

PENATAAN BUNDARAN KALIBANTENG SEBAGAI SIMPUL KOTA DENGAN KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN SEMARANG

PENATAAN BUNDARAN KALIBANTENG SEBAGAI SIMPUL KOTA DENGAN KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN SEMARANG P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN BUNDARAN KALIBANTENG SEBAGAI SIMPUL KOTA DENGAN KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan dan Sasaran... 2 1.3. Manfaat...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Sampul... i Lembar Pengesahan... ii Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Intisari... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xi BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D KONTRIBUSI TAMAN BERMAIN WONDERIA TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SRIWIJAYA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D 301 321 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota (Studi Kasus : Kawasan Pasar Buah Kota Kendari) Weko Indira Romanti Aulia weko.indira@gmail.com Perencanaan dan Perancangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk perkembangan suatu daerah, yaitu untuk mempermudah memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penataan 1.1.1. Gambaran Umum Kota Semarang selaku ibukota dari Provinsi Jawa Tengah memiliki keterletakan astronomis di antara garis 6º 50-7º 10 LS dan garis 109º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Lembah UGM merupakan kawasan yang didominasi oleh hijauan

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Lembah UGM merupakan kawasan yang didominasi oleh hijauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 "Sunday Morning" di Kawasan Lembah UGM Kawasan Lembah UGM merupakan kawasan yang didominasi oleh hijauan yang cukup luas. Sebagai salah satu ruang terbuka hijau

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan kota yang pesat tanpa diikuti oleh ketersediaan pembiayaan pembangunan yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya

Lebih terperinci

KAJIAN PERUBAHAN SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN KOTA SEMARANG DITINJAU DARI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN

KAJIAN PERUBAHAN SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN KOTA SEMARANG DITINJAU DARI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN KAJIAN PERUBAHAN SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN KOTA SEMARANG DITINJAU DARI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN 2010 2015 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai 1 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta sebagai ibukota Provinsi DIY adalah satu-satunya daerah tingkat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil survey dan analisis parkir yang telah dilakukan pada pusat

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil survey dan analisis parkir yang telah dilakukan pada pusat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil survey dan analisis parkir yang telah dilakukan pada pusat perbelanjaan Mega Bekasi Hypermarket, maka diperoleh hasil sebagai berikut: A. Analisis kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota pada saat ini menunjukkan kemajuan yang pesat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk serta semakin besarnya volume kegiatan pembangunan pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN Perumnas Bumi Tlogosari terletak di Kelurahan Tlogosari Kulon dan Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan yang merupakan bagian dari Bagian Wilayah Kota V Semarang.

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berawal ketika Pemerintah Kota Semarang memindahkan beberapa PKL dari kawasan Stasiun Tawang, Jl Sendowo, dan Jl. Kartini pada awal dekade 80-an. Beberapa PKL tersebut

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan tempat berinteraksi bagi semua orang tanpa ada batasan ruang maupun waktu. Ini merupakan ruang dimana kita secara bebas melakukan segala macam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

TA 91. golf side town house. di Semarang. s a n t y l u s i a n i l2b BAB I PENDAHULUAN

TA 91. golf side town house. di Semarang. s a n t y l u s i a n i l2b BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar dari manusia disamping pangan dan sandang adalah papan, yang disebut juga sebagai rumah. Awalnya manusia membuat rumah karena ingin mencari suatu tempat

Lebih terperinci

OBYEK SURABAYA VIRTUAL GAME CENTER

OBYEK SURABAYA VIRTUAL GAME CENTER OBYEK Bangunan atau tempat sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhan para pecinta gamer untuk berkumpul, serta pengenalan perkembangan dunia game. LATAR BELAKANG Sampai saat ini sarana yang mewadahi aktifitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Dalam melakukan penelitian ini terdapat beberapa tahapan kerja yang dapat mempermudah dalam pelaksanaan dan dirangkum dalam sebuah bagan alir seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring pertambahan jaman dan perkembangan suatu kota dengan peningkatan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mengakibatkan peningkatan kebutuhan transportasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Bandung memiliki daya tarik yang luar biasa dalam bidang pariwisata. Sejak jaman penjajahan Belanda, Bandung menjadi daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dari analisa dan pembahasan berdasarkan data yang diperoleh dan diolah, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pertumbuhan penduduk di Kota Semarang akan menuntut

Lebih terperinci

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM PADA BIAYA PERJALANAN TERHADAP PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MASYARAKAT DI DAERAH PINGGIRAN KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Pedurungan dan Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Hotel memiliki beberapa klasifikasi tergantung dari sudut pandang tertentu. Hotel wisata yang menjadi judul penulisan ini sebenarnya berasal dari istilah tourist

Lebih terperinci

KAJIAN WATERFRONT DI SEMARANG (Studi Kasus : Sungai Banjir Kanal Barat)

KAJIAN WATERFRONT DI SEMARANG (Studi Kasus : Sungai Banjir Kanal Barat) KAJIAN WATERFRONT DI SEMARANG (Studi Kasus : Sungai Banjir Kanal Barat) Bambang Supriyadi ABSTRAKSI Kota Semarang merupakan salah satu kota yang banyak memiliki ruang-ruang kota yang pertumbuhannya berawal

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 163 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Menjawab Pertanyaan Penelitian dan Sasaran Penelitian Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini dihasilkan pengetahuan yang dapat menjawab

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dilihat dari korelasi kegiatannya, terutama kegiatan transportasi, komunikasi dan perdagangan, kota Purwokerto merupakan kota transit menuju daerah Jawa Barat yang

Lebih terperinci

KONDOMINIUM BAB I PENDAHULUAN

KONDOMINIUM BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jumlah penduduk Kota Semarang cenderung mengalami peningkatan setiap tahun. Menurut data BPS Kota Semarang, dari tahun 2005 hingga 2009 tercatat mengalami kenaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penulis menggunakan metode kualitatif karena peneliti sendiri akan menjadi

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA

HASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA Fitriani S. Rajabessy 1, Rieneke L.E. Sela 2 & Faizah Mastutie 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR Oleh: CAHYAWATI YULY FITRIANI HARYOPUTRI L2D 303 285 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap karakteristik setting fisik dan non fisik (aktivitas) di kawasan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR

KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR Oleh : KIKI RACHMAWATI L2D 098 442 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah cara mencari kebenaran dan asas-asas gejala alam, masyarakat, atau kemanusiaan berdasarkan disiplin ilmu tertentu (Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mall, menurut Ma ruf (2005), adalah suatu tempat berkumpulnya para peritel yang mampu menjual aneka barang dan jasa yang dibutuhkan pribadi dan rumah tangga, namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masing-masing arah untuk berjalan secara bergantian. Kemajuan ilmu pengetahuan dari tahun ke tahun terus berkembang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masing-masing arah untuk berjalan secara bergantian. Kemajuan ilmu pengetahuan dari tahun ke tahun terus berkembang dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lampu lalu lintas adalah lampu yang digunakan untuk mengatur kelancaran lalu lintas di suatu persimpangan jalan dengan cara memberi kesempatan pengguna jalan dari masing-masing

Lebih terperinci

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada jurusan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, 130 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Cihampelas termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pedestrian merupakan permukaan perkerasan jalan yang dibuat untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Di mana orang-orang dapat tetap berpindah

Lebih terperinci