BAB I. Pendahuluan. menjadi fokus utama di abad ke-21 ini. Saat kota-kota di dunia tumbuh, penduduk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS POLA PERJALANAN MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA

KEBUTUHAN TAMAN KOTA RAMAH LANSIA DI KOTA BOGOR Eneng Dayu Saidah 1) ; Indarti Komala Dewi 2) ; Ni Made Esti Nurmani 3).

PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia.

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

BAB II DATA & ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota Indonesia berpenduduk lebih dari 9 juta jiwa dengan

Most Livable City Index, Tantangan Menuju Kota Layak Huni

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN KARAKTERISTIK PERGERAKAN PENDUDUK KECAMATAN KALIWUNGU DI KOTA KUDUS TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu pembentuk modal manusia yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berumur 60 tahun ke atas. Sesuai dengan undang-undang Nomor 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kota-kota di Indonesia tengah mengalami perkembangan populasi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu

PENDAHULUAN Latar Belakang

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

EKSISTENSI ANGKUTAN PLAT HITAM PADA KORIDOR PASAR JATINGALEH GEREJA RANDUSARI TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan lansia meningkat. Peningkatan jenis dan

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGGUNAAN MODA PERJALANAN KOMUTER PNS PEMERINTAH KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

INDONESIA NEW URBAN ACTION

BAB I PENDAHULUAN. tersebut bisa dalam bentuk barang ataupun jasa. Atas dasar itu negara sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik mengenai jumlah wisatawan nusantara (Wisnus) setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat alamiah dan normal terjadi pada setiap manusia. Setiap manusia

Persepsi Masyarakat terhadap Transportasi Umum di Jababodetabek

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK URBAN SPRAWL DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

URGENSI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PADA GENERASI Z UNTUK INDONESIA MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada para pelanggan. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lansia, Departemen Sosial RI, Direktorat Jenderal Pelayanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Peta Wilayah Study. Jakarta adalah ibukota Indonesia berpenduduk lebih dari 9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2007 sebesar 18,96 juta dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI

halnya lansia yang bekerja di sektor formal. Hal ini menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

ANALISIS PERGERAKAN PENDUDUK USIA KERJA DI KECAMATAN PEDURUNGAN SEBAGAI KAWASAN URBAN FRINGE KOTA SEMARANG (Studi Kasus Di Kelurahan Tlogosari Kulon)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

Masalah lain yang muncul adalah berubahnya struktur

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN ASOSIASINYA TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI DI KAWASAN PINGGIRAN KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

KARAKTERISTIK PEMILIHAN MODA SEPEDA MOTOR KELOMPOK MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM RIAU (Studi Kasus : Fakultas Teknik)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Beralihnya piramida penduduk dunia dari piramida penduduk muda menjadi piramida penduduk tua dan urbanisasi merupakan dua tren global yang menjadi fokus utama di abad ke-21 ini. Saat kota-kota di dunia tumbuh, penduduk kota-kota tersebut juga akan tumbuh dan menjadi tua. Hasil proyeksi dari PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) pada tahun 2006 memperlihatkan bahwa populasi penduduk dunia yang berusia 60 tahun ke atas akan berlipat ganda dari 600 juta jiwa menjadi 1.2 miliar jiwa pada tahun 2025 dan akan berlipat ganda lagi menjadi 2 miliar jiwa pada tahun 2050 (WHO, 2007). Dalam konteks Indonesia, isu menuanya penduduk juga menjadi suatu fenomena yang tak bisa dihindarkan. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia hanya berjumlah 7.7 juta jiwa atau sekitar 5.2% dari seluruh jumlah penduduk. Jumlah ini meningkat di tahun 1990 menjadi 11.3 juta jiwa atau sekitar 7.2% dari jumlah penduduk. Jumlah ini terus naik dengan konstan hingga pada periode tahun 2000-2010 jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas mencapai 18.6% dari jumlah total penduduk atau sebesar 5.192.000 jiwa. Jumlah ini diproyeksikan akan naik sebesar 79.5% atau sebesar 14.147.000 jiwa pada periode tahun 2020-2030, dan empat kali lipat lebih besar pada periode tahun 2040-2050 yaitu sebanyak 272.2% atau sebesar 13.129.000 jiwa (Abikusno, 2007).! 1!

Tentunya dampak penuaan penduduk ini tidak hanya mempengaruhi sektor kesehatan dan ekonomi saja, namun juga mempengaruhi sektor pendidikan, kesejahteraan, kebijakan politik dll. Hal ini memunculkan pertanyaan akan implikasi dari perubahan demografi ini. Penuaan penduduk harus menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan, perencanaan kota, pembukaan lapangan kerja, pembangunan wilayah dan program peningkatan kesejahteraan masyarakat. Mempertimbangkan kesemua hal tersebut, pada tahun 2002 WHO (World Health Organization) mengeluarkan Policy Framework on Active Ageing yang didefinisikan sebagai kesempatan untuk mengoptimalkan kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk meningkatkan kualitas kehidupan sejalan dengan bertambahnya umur seseorang atau lebih dikenal dengan istilah age actively atau menua secara aktif (WHO, 2007). Age Friendly City atau kota ramah manula adalah pendekatan untuk mewujudkan policy yang telah dibuat oleh WHO tersebut. Adapun definisi age friendly city adalah: An age friendly city encourages active aging by optimizing opportunities for health, participation and security in order to enchance the quality of life as people age. (WHO, 2007: 1) Pemerintah Indonesia memiliki kewajiban untuk memperhatikan kualitas hidup lansia. Hal ini sejalan dengan amanat UUD No. 4 Tahun 1965 Tentang Bantuan Penghidupan Orang Jompo yang berbunyi Perlu diadakan usaha-usaha untuk memberikan bantuan penghidupan dan perawatan kepada orang-orang! 2

jompo. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia ikut serta dalah usaha mengadopsi konsep age-friendly city dari WHO tersebut pada kota-kota di Indonesia. Hal ini dilakukan mengingat jumlah penduduk lanjut usia Indonesia yang cukup banyak namun belum diikuti oleh makin membaiknya kualitas hidup penduduk lanjut usia. Diharapkan dengan adanya kota yang ramah lansia akan mempermudah penduduk lansia dalam beraktifitas dan berkehidupan. Kota ramah lansia juga diharapkan dapat meningkatkan rasa nyaman lansia dalam bermobilitas dan mengakses sarana prasarana publik. Hal ini penting mengingat penduduk lanjut usia juga melakukan mobilitas yang sama banyaknya dengan penduduk dengan kategori usia lainnya. Collia dkk. (2003) mengatakan bahwa penduduk lanjut usia sama-sama bergantung layaknya penduduk usia yang lebih muda dalam penggunaan kendaraan bermotor. Lebih lanjut Collia dkk. (2003) juga menjelaskan bahwa walau penduduk lansia melakukan perjalanan yang lebih pendek dibandingkan penduduk usia lebih muda, mereka cendrung melakukan lebih banyak perjalanan, mengemudi lebih lama dan melakukan perjalanan lebih jauh dibanding lansia di dekade lalu pada mayoritas perjalanan mereka. Menjalani masa tua dengan bahagia dan sejahtera adalah dambaan semua orang. Keadaan ini tentunya hanya dapat dicapai apabila seseorang tersebut sehat secara fisik, mental, emosional, merasa dibutuhkan, merasa dicintai dan mempunyai harga diri serta dapat berpartisipasi dalam kehidupan (Suyoko, 2012). Bentuk dari hal tersebut adalah dicukupi kebutuhan hidup lansia. Salah satunya adalah kebutuhan bermobilisasi. Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan! 3!

kebutuhan bermobilisasi lansia dan memodelkan perilaku agar memudahkan pengambilan keputusan yang melibatkan lansia di kemudian hari. 1.2 Pertanyaan Penelitian Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimanakah perilaku perjalanan penduduk lansia yang dapat menaikkan kualitas hidup mereka? Permasalahan tersebut dapat dijabarkan secara lebih spesifik dalam pertanyaan penelitian di bawah ini: 1. Bagaimanakah model perilaku perjalanan penduduk lanjut usia? 2. Karakteristik perilaku perjalanan apa saja yang mempengaruhi perilaku perjalanan penduduk lanjut usia? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Menggambarkan model perjalanan penduduk lanjut usia di Kota Yogyakarta. 2. Mengidentifikasi karakteristik perilaku perjalanan yang mempengaruhi perilaku perjalanan penduduk lanjut usia di Kota Yogyakarta. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk dapat membuat model perencanaan berbasis perilaku perjalanan penduduk lanjut usia. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah mobilitas penduduk lanjut usia. Ke depannya penelitian ini! 4

diharapkan dapat memberikan andil untuk memperbaiki kualitas kehidupan penduduk lanjut usia dalam bertempat tinggal dan membuat Kota Yogyakarta menjadi lebih inklusif. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian yang membahas mengenai perilaku perjalanan lansia sudah sering dilakukan terutama di negara-negara maju yang memiliki jumlah penduduk lansia lebih banyak dibanding penduduk usia produktifnya. Di Indonesia sendiri, penelitian mengenai perilaku perjalanan lansia masih sangat minim. Namun, terdapat beberapa penelitian mengenai perilaku perjalanan ataupun model transportasi manula. Adapun penelitian sebelumnya yang memiliki fokus permodelan ataupun perilaku perjalanan antara lain: 1. Setiawan, Y. (2011). Travel Behavior of Junior High School Children in Sleman Urban Area, Yogyakarta Special Province - Indonesia. (Master of Engineering), Thesis Magister Perencanaan Kota dan Daerah.. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tidak dipublikasikan Penelitian ini berupaya untuk melihat perilaku perjalanan murid sekolah menengah di Kabupaten Sleman Provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini berusaha untuk melihat hubungan antara faktor keruangan dan non-keruangan dengan perilaku perjalanan murid-murid tersebut. Dikarenakan metode penelitian adalah deduktif kuantitatif, hubungan keduanya diukur dengan menggunakan pendekatan statistik (model korelasi regresi dan multinomial legit model)! 5!

2. Ulfa, Ikfi Maryama; Manullang, Okto Risdianto dan Buchori, Imam (2013). Perilaku Perjalanan Rumah Tangga Pengguna Sepeda Motor yang Tinggal di Daerah Pinggiran Kota Semarang (Studi Kasus). Jurnal Teknik PWK Universitas Diponegoro Volume 2 Nomor 3 2013 hal. 358-367. Penelitian ini berupaya untuk mengkaji perilaku perjalanan dalam penggunaan sepeda motor untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang tinggal di daerah pinggiran Kota Semarang sebagai dampak dari fenomena urban sprawl. Seperti halnya penelitian Setiawan (2011), pendekatan ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. 3. Budiono, Sugeng. (2006). Identifikasi Perilaku Perjalanan Penduduk Pinggiran Kota Bandung dalam Penggunaan Fasilitas Perkotaan. Thesis Magister Perencanaan Kota dan Daerah. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pola pergerakan penduduk pinggiran kota Bandung dalam pemanfaatan fasilitas kota yang dapat dijadikan masukan dalam pengembangan fasilitas kota di kawasan pinggiran kota Bandung. Metode dalam penelitian ini adalah deduktif kualitatif dengan menggunakan wawancara. 4. Purboyo H. P., Heru; Sutriadi, R. dan Maulani, S. (2008) Perilaku Perjalanan Penduduk Pinggiran Kota dan Asosiasinya dengan Sebaran Fasilitas Perkotaan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol 1 No.1,! 6

April 2008 hlm. 55-67. Penelitian ini berusaha untuk melihat preferensi penduduk pinggiran kota terhadap penggunaan moda angkutan umum sebagai bagian dari perjalanan harian penduduk pinggiran kota. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penduduk pinggiran ditanya melalui kuesioner tentang kegiatan harian yang terkait motif untuk bekerja, belajar/pendidikan, belanja dll.!! 5. Hyodo, T.; Fujiwara, A.; Montablo, Jr. C. M.; dan Soehodho, S. (2005). Urban Tavel Behavior Characteristics of 13 Cities Based on Household Interview Survey Data. Journal of the Eastern Asia Society for Transportation Studies. Vol. 6. hlm. 23-28. Penelitian ini berusaha untuk menganalisis perilaku perjalanan dan karakter sosio-ekonomik dari pembuat perjalanan di 13 kota di Asia, Amerika Tengah dan Timur Tengah menggunakan data HIS (Household Interview Survey) yang dikembangkan oleh JICA (Japan International Cooperation Agency). Penelitian ini berusaha mengkomparasikan variabel karakteristik perjalanan yang memiliki kemungkinan mempengaruhi frekuensi perjalanan. Variabel tersebut antara lain umur, jenis kelamin dan kepemilikan kendaraan bermotor.! 7!