ROSA ALAMRI 1, LA ODE RASULI 2, Hj. VALENTINA MONOARFA 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Belanja Daerah tahun sekarang pada kabupaten/kota di propinsi Sumatera Utara

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH KABUPATEN BOALEMO (Studi Pada Kantor BadanPengelolaanKeuangandanAset Daerah KabupatenBoalemo)

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada Bab ini akan dibahas tentang hasil analisis yang diperoleh secara rinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bone Bolango. Dinas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH POTENSI PERTUMBUHAN PAJAK PENERAN GAN JALAN TERHADAP EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK DAERAH PADA KABUPATEN GORONTALO DAN KOTA GORONTALO

I. PENDAHULUAN Belanja daerah merupakan pengalokasian dana yang harus dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah dapat menjadi tolak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah otonomi di Provinsi Sulawesi Utara. Ibu kota Kabupaten

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

Artikel. Persetujuan Pembimbing YULI LIDYA MONOARFA. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo) Pembimbing I.

ZELFIA YULIANA SUTAMI ( ) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (Studi Kasus Pada SKPD Di Boyolali) MEVIANA SUSILOWATI B

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tengah.secara astronomis DIY terletak antara Lintang Selatan dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis.

Lampiran 1 Daftar Populasi Sampel Penelitian

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB III METODE PENELITIAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 32 Provinsi di Seluruh

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

: Niken Kurniawati NPM :

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN. : Silvina Ramadani NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Prihantoro, SE., MM..

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat)

Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Disusun oleh : Nama : Ismy Chaerunissa Oktia NPM : Jurusan : Akuntansi / S1 Pembimbing : Supiningtyas P., SE., MM

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. dilakukan untuk mengetahui seberapa pengaruh variabel-variabel independen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan data sekunder.

Lampiran 1 Hasil Regression Model GLS FIXED EFFECT (FEM)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

ANALISIS ALOKASI BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BANTEN


BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Pajak Daerah, Retribusi

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di lakukan dikantor Dinas Pendapatan Pengelolaan

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP PDRB PADA PROVINSI DKI JAKARTA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. deskriptif yaitu : N merupakan jumlah data yang akan diolah dalam penelitian

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ( ) JURNAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. per fungsi terhadap pertumbuhan ekonomi 22 kabupaten tertinggal dengan

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dari

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota.

Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diambil adalah Kabupaten/ Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menguji hipotesis (hypothesis testing) yang telah dirumuskan

LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. standar deviasi suatu data. Hasil analisis deskiptif didapatkan dengan. Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

3. METODE. Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independennya adalah pajak daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum dan

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH (Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

Jurusan Manajemen Universitas Negeri Gorontalo. Abstrak

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Halaman ini sengaja dikosongkan

BAB III. Metode Penelitian

Lampiran 1. Data Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Indonesia. Teknik sampling pada penelitian ini adalah menggunakan purposive

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Metode

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Tulungagung, Jl. A. Yani Timur No. 37 Tulungagung. yaitu karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis

Transkripsi:

1

2 PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH TERHADAP BELANJA DAERAH (Studi Kasus Kabupaten-Kota Di Provinsi Gorontalo) ROSA ALAMRI 1, LA ODE RASULI 2, Hj. VALENTINA MONOARFA 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo Rosa Alamri. 921 411 085. 2015. Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Terhadap Belanja Daerah (Studi kasus Kabupaten-Kota Di Provinsi Gorontalo). Skripsi. Program Studi S1 Akuntansi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. Dibawah bimbingan Bapak La Ode Rasuli, S.Pd., SE., M.SA dan Ibu Hj.Valentina Monoarfa, SE., MM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah terhadap belanja daerah. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah periode 2009-2013. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian didapatkan dengan mengunduh laporan keuangan tahunan melalui website resmi direktorat jenderal perimbangan keuangan. Populasi dalam penelitian sebanyak 6 kabupaten-kota yang ada di Provinsi Gorontalo. Tehnik analisis data menggunakan regresi berganda data panel. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial pajak daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah kabupaten-kota di Provinsi Gorontalo, retribusi daerah berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap belanja daerah kabupaten-kota di Provinsi Gorontalo, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap belanja daerah kabupaten-kota di Provinsi Gorontalo. Berdasarkan pengujian simultan ditemukan bahwa pajak daerah, retrubusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh simultan terhadap belanja daerah kabupaten-kota di Provinsi Gorontalo. Kata Kunci: Pajak daerah, Retribusi daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan Dan Lain-Lain Pendapatan Asli daerah Yang sah, Belanja Daerah 1 Rosa Alamri. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo 2. La Ode Rasuli, S.Pd.,SE.,M.SA. Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo 3. Hj. Valentina Monoarfa, SE., MM. Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo

3 PENDAHULUAN Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Agar lebih siap melaksanakan otonomi daerah, diperlukan proses pembelajaran bagi setiap daerah agar dapat mengubah tantangan menjadi peluang bagi kemajuan masing-masing di daerah. Demikian pula dengan pemerintah pusat, sebagai pihak yang mengatur pengembangan konsep otonomi daerah, bertanggung jawab agar konsep otonomi daerah dapat dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan (Suwarno dan Suhartiningsih, 2008). Sesuai Pasal 37 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 belanja daerah terbagi atas Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Hal Ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program/kegiatan (Nugraeni, 2011). Tingginya belanja daerah pada suatu daerah perlu diimbangi dengan penerimaan keuangan daerah. Tingginya belanja pemerintah ini digunakan untuk membiayai pembangunan diberbagai bidang dan sektor, baik pembangunan fisik maupun non fisik. Keberhasilan suatu daerah dapat dilihat dari pendapatan asli daerah dan kemakmuran rakyatnya, sehingga kemandirian suatu daerah dapat dilihat dari seberapa besar kontribusi pendapatan asli daerah terhadap APBD daerah tersebut. Pada prinsipnya bahwa semakin besar sumbangan pendapatan asli daerah terhadap APBD akan menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah terhadap pusat. Pendapatan asli daerah tersebut tidak hanya berasal dari sumber pendapatan dan bantuan tetapi juga harus dari potensi daerah itu sendiri sehingga pemerintah daerah dapat secara leluasa untuk mengakomodasikan kepentingan

4 masyarakatnya tanpa muatan kepentingan pusat yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerah (Karo-karo, 2010). Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan suatu usaha daerah yang digunakan untuk memperkecil ketergantungan pemerintah daerah atas pemerintah pusat. Pendapatan asli daerah menjadi bagian keuangan terbesar bagi pemerintah daerah, yang perlu untuk terus menerus ditingkatkan agar penyelenggaraan pemerintah daerah bisa berjalan lancar sehingga daerah secara bertahap dan berangsur - angsur dapat menjadi daerah mandiri dan ketergantungan terhadap pemerintah pusat dapat dikurangi. Pendapatan Asli Daerah berasal dari potensi yang digali dari suatu daerah yang bersangkutan. Sumber dari pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004 terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain - lain pendapatan asli daerah yang sah. Provinsi Gorontalo merupakan salah satu dari 6 Provinsi yang ada di Sulawesi, yang didalamnya terdiri dari 5 kabupaten dan 1 kota. Banyak potensi dari setiap daerah yang bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan asli daerah, salah satu contohnya potensi sumber daya yang ada di Kabupaten Boalemo, khususnya untuk perkebunan dan pertanian dimana Kabupaten Boalemo merupakan penghasil jagung, kakao, dan tebu yang terbesar dari kabupaten lain di Provinsi Gorontalo. Berikut merupakan data pendapatan asli daerah dan belanja daerah pada kabupaten-kota di Provinsi Gorontalo periode 2009-2013, dapat dilihat pada tabel berikut:

5 Kab/Kota Kota Gorontalo Kabupaten Pohuwato Kabupaten Boalemo Kabupaten Gorontalo Utara Kabupaten Gorontalo Kabupaten Bone Bolango Tabel 1: Data PAD dan Belanja daerah Kabupaten-Kota Provinsi Gorontalo (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Belanja Daerah 2009 9.327,07 28.602,22 1.730,00 13.931,23 440.009,56 2010 11.219,78 6.692,74 1.257,58 43.144,73 475.470,29 2011 17.931,67 7.070,72 2.030,89 4.603,16 527.658,98 2012 24.181,64 8.210,21 1.825,01 50.132,18 584.847,25 2013 29.938,83 10.043,41 3.081,31 54.028,77 655.064,49 2009 2.101,30 3.764,24 287,96 8.992,62 370.958,33 2010 2.169,50 4.260,33 604,02 4.096,38 390.030,81 2011 2.452,80 8.319,19 1.742,26 4.926,52 445.415,17 2012 3.023,49 9.469,22 1.398,76 5.020,72 446.296,22 2013 15.338,21 11.136,39 2.569,44 7.388,48 530.905,75 2009 1.617,35 2.661,48 1.301,25 4.618,42 327.840,69 2010 1.563,95 3.156,50 1.796,81 3.365,28 326.257,27 2011 1.957,23 4.725,43 3.403,10 4.491,32 390.986,84 2012 6.099,59 3.441,11 3.933,76 10.164,01 414.972,43 2013 2.740,36 3.235,61 6.099,48 11.807,99 479.986,22 2009 1.780,04 1.122,22 0,00 5.761,66 288.449,35 2010 2.051,27 1.325,36 14,18 4.775,85 312.697,83 2011 2.015,07 1.791,60 738,13 5.681,87 407.685,47 2012 2.740,64 1.623,11 913,58 4.080,40 362.524,70 2013 2.666,84 2.586,04 1.285,88 4.342,65 381.503,27 2009 2.505,14 8.584,59 4.450,26 15.261,89 551.436,83 2010 2.842,84 3.692,06 1.498,44 20.135,26 530.900,31 2011 3.998,12 3.987,71 2.569,50 2.962,85 648.241,02 2012 10.724,54 7.241,84 2.674,18 3.004,30 674.160,57 2013 7.620,02 7.409,74 5.839,15 39.297,55 749.721,29 2009 1.412,84 3.246,96 0,00 6.445,51 326.659,82 2010 1.158,03 4.410,73 0,00 1.153,77 322.765,40 2011 1.368,71 2.770,50 0,00 11.506,70 411.641,65 2012 1.972,03 1.313,66 113,70 12.550,21 452.939,91 2013 3.002,22 925,62 746,49 16.075,28 531.909,49 Sumber: www.djpk.depkeu.go.id, 2015 Masalah yang dapat dilihat dari tabel di atas yakni adanya ketidaksesuaian antara teori dengan data yang disajikan di atas. Sebagaimana menurut Mardiasmo (2002: 3-4) bahwa dengan besarnya penerimaan pada suatu daerah maka belanja daerah juga otomatis akan meningkat. Karena adanya dana yang besar yang tentunya digunakan sebagai belanja daerah seperti Belanja Rutin dan Belanja

6 Pembangunan. Disamping itu pula dengan besarnya PAD disuatu daerah, maka akan mengurangi ketergantungan daerah tersebut terhadap dana bantuan dari pemerintah pusat. Pada variabel pajak daerah yang mengalami peningkatan tidak dibarengi dengan peningkatan belanja daerah. Begitu juga dengan retribusi daerah yang mengalami peningkatan tidak sejalan dengan peningkatan belanja daerah. Hal sama juga terjadi pada Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Fenomena-fenomena ini salah satunya dapat dilihat pada Kabupaten Boalemo, Pohuwato, dan Bone Bolango. KAJIAN PUSTAKA Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menyatakan bahwa pemberian otonomi pada daerah kabupaten dan daerah kota didasarkan pada asas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama. Disamping itu, keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi (Adiyoso, 2012). Menurut Mahsun (2011: 95) dalam Fitriyani (2013) mengemukakan bahwa belanja daerah merupakan semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurang ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.

7 Menurut UU No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat (16), belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Sinergitas dan pemberlakuan terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, memberikan perubahan yang fundamental dalam hubungan tata pemerintahan dan hubungan keuangan sekaligus memberikan perubahan penting dalam pengelolaan anggaran daerah. Pendapatan Asli daerah (PAD) menurut Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah (PAD) yang sah (Mardiasmo, 2002: 132 dalam Budiarti 2014). Kontribusi yang dicapai dari pendapatan asli daerah (PAD) dapat terlihat dari seberapa besar pendapatan tersebut disalurkan untuk membangun daerah agar lebih berkembang dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. METODE PENELITIAN Objek dari penelitian ini terdiri dari lima variabel yakni empat variabel bebas (independent variable) dan satu variabel terikat (dependent variable).. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah periode 2009-2013. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian didapatkan dengan mengunduh laporan keuangan tahunan melalui website Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Populasi dalam penelitian sebanyak 6 kabupaten-kota yang ada di Provinsi Gorontalo. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

8 regresi berganda data panel. Berikut adalah bentuk persamaan dari regresi berganda adalah: Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 +ε Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas. Untuk menguji hipotesis digunakan Uji F, Uji T, dan Koefisien Determinasi. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada Kabupaten-kota yang ada di Provinsi Gorontalo. Dengan menggunakan data Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. data dalam penelitian ini dalam bentuk data tahunan dan diolah menggunakan bantuan program E-views 6. Berdasarkan hasil pengujian normalitas bahwa probabilitas pengujian normalitas data 4 variabel tidak satupun yang memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Artinya signifikansinya lebih besar dari 0,05 sehingga dengan demikian Ho diterima, data dalam penelitian ini memenuhi uji Normalitas (Data berdistribusi normal). Hasil pengujian asumsi klasik multikolinearitas bahwa semua variabel bebas memiliki VIF di bawah 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas antara variabel bebasnya. Pengujian autokorelasi dengan metode Box-Lojung bahwa terdapat lebih dari 2 lag yang memiliki nilai signifikan lebih kecil dari 0.05. Sehingga dengan berdasarkan teori Latan dan Temalagi (2013: 73), dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi. Kemudian pengujian heterokedastisitas dengan metode uji Glejser bahwa didapat nilai signifikansi dari t hitung sebesar 0,7757 untuk Pajak Daerah, sebesar 0,0947 untuk retribusi daerah, sebesar 0,1904 untuk hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan sebesar 0,4700 untuk lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Nilai signifikansi keempat variabel bebas lebih besar dari nilai alpha (0,05) sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan secara keseluruhan, tidak terjadi gejala heterokedastisitas dalam model regresi.

9 Hasil regresi data panel dengan bantuan E-views 6 ditampilkan pada tabel berikut ini: Tabel 14: Model Analisis Regresi Dependent Variable: BELANJA? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 05/20/15 Time: 19:51 Sample: 1 5 Included observations: 5 Cross-sections included: 6 Total pool (balanced) observations: 30 Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C 3.60E+11 3.82E+10 9.423261 0.0000 PAJAK? 7.427421 2.174941 3.415000 0.0022 RETRIBUSI? -1.863525 2.310265-0.806628 0.4275 HPKD? 32.69912 8.638735 3.785175 0.0009 LPAD? 0.451125 0.928920 0.485645 0.6314 Random Effects (Cross) _KOTA--C -1.71E+10 _PHWT--C 6.79E+09 _BLMO--C -9.15E+10 _GOUT--C -4.18E+10 _GTLO--C 1.15E+11 _BNBL--C 2.87E+10 R-squared 0.678004 Mean dependent var 1.15E+11 Adjusted R-squared 0.626484 S.D. dependent var 7.26E+10 S.E. of regression 4.43E+10 Sum squared resid 4.92E+22 F-statistic 13.16016 Durbin-Watson stat 0.844727 Prob(F-statistic) 0.000007 Sumber: Pengolahan Data E-Views 6, 2015 Berdasarkan hasil analisis menggunakan bantuan program E-views 6 di atas maka diperoleh model regresi sebagai berikut: Belanja = 360 Milyar+ 7,427(Pajak) 1,863(Retribusi) + 32,699(HPKD) + 0,451(LPAD)+ e berikut: Hasil pengujian parsial dengan menggunakan E-Views 6 adalah sebagai

10 Model Tabel 15: Hasil Pengujian Parsial Nilai Koefisien (t- Signifikansi t Tabel Keterangan Hitung) (Constant) 9.423261 0.0000 Pajak Daerah 3.415000 0.0022 Retribusi Daerah -0.806628 0.4275 Hasil Kekayaan Dipisahkan 3.785175 0.0009 Lain-lain PAD 0.485645 0.6314 Sumber: Pengolahan Data Eviews 6, 2015 2,059 Berpengaruh Signifikan 2,059 Berpengaruh Tidak Signifikan 2,059 Berpengaruh Signifikan 2,059 Berpengaruh Tidak Signifikan Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai t- hitung yang diperoleh setiap variabel. Untuk mendapatkan simpulan apakah menerima atau menolak Ho, terlebih dahulu harus ditentukan nilai t- tabel yang akan digunakan. Nilai t- tabel ini bergantung pada besarnya df (degree of freedom) atau derajat kebebasan serta tingkat signifikansi yang digunakan. Data observasi dalam penelitian ini sebanyak 30 data (data time series/tahun sebanyak 5 dikali dengan data cross section sebanyak 6 Daerah) dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% dan nilai df sebesar n-k-1 = 30-4-1 = 25 diperoleh nilai t- tabel sebesar 2,059 (pada taraf 5% uji 2 pihak karena disesuaikan dengan hipotesis yang dibangun). Hasil pengujian model regresi (simultan) pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah terhadap variabel terikat yakni Belanja Daerah pada Kabupaten-kota di Provinsi Gorontalo dengan bantuan program E-Views 6 ditampilkan pada tabel berikut ini:

11 F- Hitung Probabilitas F- Tabel Tabel 16: Hasil Pengujian Simultan Ketentuan Alpha Keterangan 13,16016 0,000007 2,76 0,05 Berpengaruh Signifikan Sumber: Pengolahan Data Eviews 6, 2015 Berdasarkan tabel di atas didapat nilai F- hitung penelitian ini sebesar 13,16016. Sedangkan nila F- tabel pada tingkat signifikansi 5% dan df1 sebesar k = 4 dan df2 sebesar N-k-1 = 30-2-1 = 25 adalah sebesar 2,76. Jika kedua nilai F ini dibandingkan, maka nilai F hitung yang diperoleh jauh lebih besar dari F tabel sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Hal yang sama pula dapat dilihat pada tingkat signifikansi, yakni nilai probabilitas yang diperoleh dari pengujian lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain PAD Yang Sah) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel Belanja Daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo tahun 2009-2013. PEMBAHASAN Pengaruh Pajak Daerah Terhadap Belanja Daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo T.A 2009-2013 Pada Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo dapat dilihat bahwa rata-rata Pajak Daerah sebesar Rp. 5,98 Milyar. Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten- Kota di Provinsi Gorontalo mampu mengelolah pendapatan asli daerah secara maksimal. Sebagaimana hasil pengujian hipotesis pertama ditemukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% Pajak Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo. Hal ini dikarenakan nilai t hitung dari pengujian lebih besar dari nilai t tabel. Signifikannya hasil pengujian karena rata-rata dari Pajak Daerah yang dipungut oleh Pemerintah Daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo mampu untuk menopang belanja yang ditargetkan oleh Pemerintah walaupun kontribusinya masih kurang.

12 Pengaruh Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo T.A 2009-2013 Hasil pengujian hipotesis kedua yang menemukan bahwa secara parsial dengan tingkat kepercayaan 95%, Retribusi Daerah berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap Belanja Daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo tahun 2009-2013. Pengaruh negatif ini menunjukan bahwa pada Kabupaten-Kota pada tahun 2009-2013 terjadi peningkatan pada sumber-sumber pendapatan asli daerah lainnya, kemudian dalam hal retribusi sifatnya fluktuatif karena hanya berdasarkan sejumlah pengurusan izin dan lain-lain yang dilakukan oleh masyarakat. Pengaruh Hasil Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan Terhadap Belanja Daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo T.A 2009-2013 Pada Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo dapat dilihat bahwa rata-rata Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan sebesar Rp. 1,8 Milyar. Jumlah ini menunjukan bahwa Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo sudah mampu memaksimalkan sumber-sumber PAD. Namun dapat dilihat bahwa pada Kabupaten Gorontalo utara tahun 2009 dan Kabupaten Bone Bolango tahun 2009-2011 tidak mampu memberikan sumbangan terhadap pendapatan asli daerah terkait Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan. Hal tersebut karena Kabupaten Bone Bolango dan Gorontalo Utara merupakan Kabupaten termuda di Provinsi Gorontalo yakni yang berdiri kelima dan keenam. Sehingga investasiinvestasi pada Badan Usaha Miliki daerah belum mampu dimaksimalkan. Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga ditemukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo. Hal ini dikarenakan nilai t hitung dari pengujian lebih besar dari nilai t tabel. Pengaruh Lain-Lain PAD yang sah Terhadap Belanja Daerah Kabupate- Kota di Provinsi Gorontalo T.A 2009-2013 Berdasarkan pengujian hipotesis keempat ditemukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% lain-lain PAD yang sah berpengaruh positif namun tidak

13 signifikan terhadap Belanja Daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo. Hal ini dikarenakan nilai t hitung dari pengujian lebih kecil dari nilai t tabel. Tidak signifikannya hasil ini karena beberapa periode dan pada beberapa kabupaten terlihat bahwa setiap peningkatan lain-lain PAD yang sah tidak dibarengi dengan peningkatan belanja daerah ataupun sebaliknya setiap penurunan lain-lain PAD yang sah tidak dibarengi secara signifikan dangan peningkatan belanja daerah. Hal ini pula dipengaruhi oleh komponen dari penerimaan ini, penerimaan dengan lainlain pendapatan hanya berupa jasa giro yang nominalnya tidak dapat untuk ditingkatkan karena merupakan pelanggaran apabila pemerintah daerah membungakan uang daerah yang semestinya pembayarannya harus segera dilakukan. Misalnya membungakan uang gaji pegawai pemerintah daerah. Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah Terhadap Belanja Daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo T.A 2009-2013 Berdasarkan pengujian hipotesis penelitian yakni hipotesis kelima ditemukan bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel sehingga pada tingkat kepercayaan 95% variabel pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo. Hal tersebut juga dapat dilihat dari nilai Adjusted R square sebesar 62,64% yang berarti bahwa besarnya Belanja Daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo dipengaruhi oleh pajak daerah, retribusi daerah, hasil kekayaan yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Nilai pengaruh dari variabel Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Kekayaan Yang Dipisahkan dan Lain-lain PAD Yang Sah yang masih rendah merupakan suatu gambaran bahwa masih banyak faktor lain yang mempengaruhi pendapatan asli daerah, diantara faktor tersebut dapat berasal dari Dana Alokasi umum, Alokasi khusus dan Pinjaman.

14 SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial pajak daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah kabupaten-kota di Provinsi Gorontalo, retribusi daerah berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap belanja daerah kabupaten-kota di Provinsi Gorontalo, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap belanja daerah kabupaten-kota di Provinsi Gorontalo. Berdasarkan pengujian simultan ditemukan bahwa pajak daerah, retrubusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh simultan terhadap belanja daerah kabupaten-kota di Provinsi Gorontalo. Hal tersebut juga terlihat dari nilai Adjusted R Square sebesar 62,64%. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti memberikan saran yakni Perlunya perhatian yang besar oleh Pemerintah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo terkait pemungutan pajak daerah karena hampir semua kabupaten terlihat fluktuatif. Pemerintah Kabupaten- Kota di Provinsi Gorontalo seharusnya lebih memaksimalkan semua potensi terkait pajak daerah agar pendapatan asli daerah yang diperoleh melalui tindakan ekstensifikasi maupun instensifikasi mampu dimaksimalkan sehingga retribusi daerah akan memberikan dampak yang besar bagi belanja daerah bahkan kemandirian daerah. Pada Kabupaten Gorontalo Utara dan Kabupaten Bone Bolango sebaiknya melakukan analisis dan pengawasan yang ketat terkait pemungutan dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan karena Kabupaten Gorontalo utara dan Bone Bolango merupakan kabupaten yang baru berdiri. Sebaiknya dalam rangka mengembangkan lain-lain PAD yang sah, sebaiknya pihak Pemerintah Kabupaten-Kota berhati-hati dalam pengelolaan hasil lain-lain PAD terutama yang berasal dari penjualan aset. Karena masalah yang terjadi terkait dengan pemeriksaaan BPK yakni mengenai aset.

15 DAFTAR PUSTAKA Adiyoso. Pradipta. 2012. Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Pada Kabupaten-Kota Di Provinsi Jawa Tengah). Tesis. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Budiarti, Pipit. 2014. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Belanja Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Struktur Belanja Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Jawa Timur). Skripsi. Universitas Brawijaya Malang. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 2015. Data Series Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Http://www.djpk.depkeu.go.id). Diakses tanggal 20 Februari 2015). Fitriyani. 2013. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Kabupaten Boalemo. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo. Karo-Karo, Surbakti. 2010. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten- Kota Di Sumatera Utara. Jurnal Telaah Akuntansi, Juni 2014, Volume 17 No. 1. Universitas Negeri Medan. Latan, Hengky, dan Temalagi, Selva. 2013. Analisis Multivariate Teknik Dan Aplikasi Menggunakan Program IBM Spss 20.0. Alfabeta, Bandung. Nugraeni. 2011. Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Prediksi Belanja Daerah (Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten-Kota Di Indonesia). Jurnal Akmenika UPY, Volume 8, 2011. Suwarno, Endro Agus, dan Suhartiningsih. 2008. Efektifitas Evaluasi Potensi Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 7, No. 2. Universitas Muhammdiyah Surakarta., Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah., Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.