BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut PKPU) pada umumnya dikaitkan dengan permasalahan

dokumen-dokumen yang mirip
B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam kasus PT. Indo Plus dengan PT. Argo Pantes Tbk.

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

AKIBAT HUKUM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA MENURUT UNDANG-UNDANG No. 37 TAHUN 2004 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tumbangnya perusahaan-perusahaan skala kecil, menengah, besar dan

BAB V PENUTUP. 1. Didalam pasal 222 ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang. kepailitan dan PKPU, dikatakan Debitur yang tidak dapat atau

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

(SKRIPSI) Oleh: Anik Suparti Ningsih

TUGAS DAN WEWENANG HAKIM PENGAWAS DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH: LILIK MULYADI 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban debitor untuk membayar kembali utang sesuai jangka waktu yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pasal 294 UU Kepailitan dan PKPU. Adapun PKPU ini berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

Disusun Oleh : Anugrah Adiastuti, S.H., M.H

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan. meningkatkan pembangunan serta perekonomian nasional.

melakukan pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang dari para telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam utang-piutang, kreditor bersedia menyerahkan sejumlah uang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan banyak

BAB III UPAYA HUKUM DEBITOR PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH KREDITOR

BAB I PENDAHULUAN. restrukturisasi dengan musyawarah dan mufakat, atau

BAB I PENDAHULUAN. Kepailitan merupakan suatu sitaan umum atas harta kekayaan debitor yang

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan sekarang tidak terlepas dari suatu krisis moneter yang melanda hampir

Monograf Hukum Dagang PERDAMAIAN DI DALAM KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014

Penundaan kewajiban pembayaran utang

Asas dan Dasar Hukum Kepailitan. Dr. Freddy Harris Fakultas Hukum Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan perikatan yang lahir dari undang-undang yang. mewajibkan seseorang yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

BAB I PENDAHULUAN. penundaan kewajiban pembayaran utang yang semula diatur dalam Undang-

KEWENANGAN PENGADILAN NIAGA DALAM MENYELESAIKAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. Oleh : Linda Firdawaty * Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melakukan tindakan-tindakan keperdataan, dalam arti lain, debitor

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 37 tahun 2004,

I. PENDAHULUAN. membutuhkan modal karena keberadaan modal sangat penting sebagai suatu sarana

BAB II PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH PERSEROAN TERBATAS (PT) SEBAGAI DEBITOR UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN PKPU

BAB I PENDAHULUAN. Sengketa merupakan suatu hal yang sangat wajar terjadi dalam kehidupan ini.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, baik orang perorangan (natural person) maupun

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang

BAB I PENDAHULUAN. PT Pupuk Kalimantan Timur (selanjutnya disebut PKT) adalah suatu perseroan

JURNAL. Penulis : Richardo Purba Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Setiap debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar dapat dijatuhi

BAB III AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL APABILA ON GOING CONCERN GAGAL DALAM PELAKSANAANNYA. apabila proses On Going Concern ini gagal ataupun berhasil dalam

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

IMPLEMENTASI PENGATURAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PENANGANAN PERKARA KEPAILITAN DI KEJAKSAAN NEGERI BANJARMASIN. Abstrak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT UNTUK KEPENTINGAN UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tahun Putusan pailit ini dapat dikatakan menghebohkan, k arena tidak ada yang

PENGERTIAN PERDAMAIAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Heri Hartanto - FH UNS

Pembuktian Sederhana dalam Perkara PKPU. PENERAPAN PRINSIP KELANGSUNGAN DALAM PKPU

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

Kepailitan. Miko Kamal. Principal, Miko Kamal & Associates

BAB II PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG KEPADA PENGADILAN NIAGA

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kemakmuran masyarakat. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lazimnya dalam suatu gugatan yang diajukan oleh kreditor terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan usahanya, bahkan untuk mempertahankan. kelangsungan kegiatan usaha tidak mudah. Kesulitan tersebut sangat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Akuntansi forensik berperan dalam beberapa proses dalam perkara kepailitan. Hal ini

HUKUM DAGANG. Panji Susilo ( ) 03 HUKMD 417 KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama keterpurukan negara Indonesia dewasa ini. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. utang-utangnya pada umumnya dapat dilakukan dengan cara dua hal, yaitu:

PERLINDUNGAN HUKUM KREDITOR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DEDY TRI HARTONO / D

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan kecanggihan teknologi dan sumber informasi semakin menunjang

ANALISA MENGENAI PUTUSAN PENGADILAN NIAGA NO.22/PAILIT/2003/PN

BAB II PENGANGKATAN PENGURUS DALAM PKPU. Ada dua cara yang disediakan oleh UU Kepailitan dan PKPU agar debitur

BAB III PENUTUP. belum dapat berjalan dengan baik. Kurangnya konsistensi dalam

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan

BAB VIII KEPAILITAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang berkembang, baik dari sumber alam,

BAB I PENDAHULUAN. terbukti secara sederhana bahwa persyaratan permohonan

Indikator Insolvensi Sebagai Syarat Kepailitan Menurut Hukum Kepailitan Indonesia. Oleh : Lili Naili Hidayah 1. Abstrak

TINJAUAN YURIDIS PERKARA KEPAILITAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN

Penundaan Pembayaran Utang bagi Debitor yang dinyatakan Pailit dalam Kasus Kepailitan Oleh : Umar Haris Sanjaya 1 ABSTRAKSI

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan menimbulkan masalah-masalah berantai, yang apabila tidak. adanya perangkat hukum yang mendukungnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. piutang. Debitor tersebut dapat berupa orang perorangan (natural person) dan. terhadap kreditor tak dapat terselesaikan.

KOMPETENSI PENGADILAN NIAGA DALAM MENYELESAIKAN PERKARA KEPAILITAN YANG MEMUAT KLAUSULA ARBITRASE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-harinya tidak dapat terlepas dari interaksi atau hubungan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPAILITAN DAN PERUSAHAAN ASURANSI. Kepailitan berasal dari kata pailit dari bahasa Belanda Failliet.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan sejumlah uang misalnya, dapat meminjam dari orang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (yang selanjutnya disebut PKPU) pada umumnya dikaitkan dengan permasalahan antara seorang debitor dengan kreditor-kreditornya. Dimana permasalahan ini timbul apabila debitor mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya kepada kreditor-kreditornya, yang mana kewajiban tersebut adalah mengembalikan utang-utangnya kepada kreditor. Oleh karena itu, untuk penyelesaian permasalahan antara debitor dan kreditor ini dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu Kepailitan dan PKPU. Kedua cara ini memiliki perbedaan baik dari segi proses, dasar pengajuan bahkan hingga akibat yang ditimbulkan. Akan tetapi, kepailitan dan PKPU memiliki keterkaitan satu dengan lainnya dan tak terpisahkan. Pengaturan mengenai kedua hal ini diatur dalam peraturan yang sama, yaitu Undang-undang Nomor 37 tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (yang selanjutnya di sebut dengan (Undang-undang Kepailitan dan PKPU). 1 Pada dasarnya proses PKPU ini merupakan langkah yang dapat diajukan oleh seorang debitor yang tidak dapat membayar utangnya, akan tetapi mungkin dapat membayar utangnya tersebut dikemudian hari. Dengan kata lain, PKPU ini memberikan keringanan kepada debitor dengan cara menunda 1 Subhan., 2008, Hukum Kepailitan Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan. Kencana, Jakarta, hlm. 15.

2 pembayaran utangnya kepada kreditor dengan perpanjangan selama periode tertentu, sehingga debitor dapat tetap menjalankan kegiatan-kegiatan usahanya sehingga dapat memenuhi kewajibannya terhadap para kreditor. Dengan adanya keringanan ini, banyak debitor yang lebih memilih untuk mengajukan PKPU terhadap utang-utangnya yang telah memenuhi syarat untuk dipailitkan yaitu jatuh tempo dan dapat ditagih daripada harus dimohonkan untuk dipailitkan oleh para kreditor. 2 Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 222 ayat (2) Undang-undang Kepailitan dan PKPU yang menyatakan, Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan dapat melanjutkan utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditor Permohonan PKPU ini biasanya hanya merupakan cara dari debitor untuk menghindari adanya permohonan kepailitan yang diajukan oleh kreditor. Karena sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 229 ayat (3) Undangundang Kepailitan dan PKPU, dimana apabila permohonan-permohonan untuk PKPU dan kepailitan diperiksa oleh Pengadilan Niaga pada waktu yang bersamaan, maka permohonan untuk PKPU akan diperiksa dan diputus terlebih dahulu. 3 Dengan demikian, dalam praktiknya timbul kemungkinan- 2 Hoff. 2000, Undang-undang Kepailitan Di Indonesia, Penerjemah Kartini Mulyadi. Cet. I. Tatanusa, Jakarta, hlm. 188. 3 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Pasal 223 Ayat (3).

3 kemungkinan yang dapat merugikan kreditor, seperti misalnya ketika seorang debitor telah memenuhi persyaratan untuk dipailitkan dan minimal 2 (dua) kreditor telah mengajukan permohonan kepailitan ke Pengadilan Niaga, debitor dapat memohonkan PKPU dan besar sekali kemungkinan dalam proses PKPU ini debitor dapat terhindar dari kepailitan, apabila debitor dapat meyakinkan mayoritas kreditor untuk menyetujui proposal perdamaian yang diajukan oleh debitor. Lebih lanjut lagi, tidak ada peraturan yang mengatur secara tegas upaya hukum apa yang dapat ditempuh oleh pihak yang merasa dirugikan dalam proses PKPU ini, jika terdapat indikasi kecurangan-kecurangan yang timbul dalam proses PKPU yang mungkin saja dilakukan oleh debitor dan/atau kreditor lainnya, kecurangan tersebut bisa berupa penipuan, persengkongkolan atau pemakaian upaya lain yang tidak jujur. 4 Dalam penelitian yang yang dilakukan oleh Juventhy M. Siahaan terdapat kesimpulan yang menyatakan bahwa munculnya perbuatan curang dalam proses perdamaian pada PKPU dilatarbelakangi adanya itikad buruk dari pihak Debitor untuk memenangkan perkara, yaitu agar rencana perdamaian yang dibuat oleh Debitor dapat disetujui oleh para kreditor. Adanya itikad buruk ini diimplementasikan debitor dengan melakukan perbuatan curang untuk memenuhi ketentuan persyaratan PKPU tetap sebagaimana diatur dalam Pasal 229 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU yaitu memenangkan pemungutan suara (voting), sehingga rencana 4 Sastrawidjaja, 2006, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Alumni, Bandung, hlm. 74-75

4 perdamaian yang dibuat oleh debitor disetujui oleh mayoritas kreditornya, terlepas apapun isinya. 5 Dalam Pasal 235 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004 menyatakan, Terhadap putusan penundaan kewajiban pembayaran utang tidak dapat diajukan upaya hukum apapun. 6 Sehingga dengan demikian, jelaslah bahwa terhadap putusan PKPU baik yang berujung dengan perdamaian maupun tidak, tidak dapat diajukan upaya hukum lainnya. Lalu ketika terjadi kecurangan dalam proses PKPU, tentu saja ada beberapa kreditor yang dirugikan, karena dengan terjadinya perdamaian, maka debitor tidak dipailitkan, sehingga tertundalah kewajiban debitor untuk membayar utang-utangnya. Seperti halnya yang terjadi dalam kasus antara PT. Sinar Intijaya Putraperkasa dengan PT. Kartika Selabumi Mining, dimana PT. Sinar Intijaya Putraperkasa yang merupakan salah satu kreditor dari PT. Kartika Selabumi Mining yang mengajukan permohonan PKPU atas PT. Kartika Selabumi Mining. Akan tetapi ketika proses PKPU, PT. Sinar Intijaya Putraperkasa tidak menyetujui proposal perdamaian yang diajukan oleh Debitor, karena merasa ada kejanggalan-kejanggalan dalam proposal tersebut. Namun, karena mayoritas kreditor konkuren yang lain (33 kreditor) yang diwakili satu kuasa hukum menyetujui proposal perdamaian yang diajukan oleh Debitor, maka terjadilah perdamaian yang putuskan oleh Hakim dalam 5 Juventhy M. Siahaan., 2015, Tinjauan Yuridis Terhadap Perbuatan Curang Dalam Proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Tesis, Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta. hlm 116. 6 Undang-undang tentang Kepailitan dan PKPU, Op.cit., Pasal 235 ayat (1).

5 PKPU. Menindaklanjuti hal tersebut PT. Sinar Intijaya Putraperkasa mengajukan kasasi karena merasa ada dugaan perbuatan curang berupa persekongkolan yang dilakukan oleh Debitor dan mayoritas Kreditor Konkuren. Berdasarkan uraian di atas, Penulis akan mencoba meneliti mengenai halhal yang dapat merugikan para kreditor konkuren yang dapat terjadi dalam proses PKPU terutama terkait dengan kasus antara PT. Sinar Intijaya Putraperkasa dengan PT. Kartika Selabumi Mining. Penelitian ini akan ditulis dalam sebuah tesis dengan judul: Perlindungan Hukum Terhadap Hak Kreditor Konkuren Yang Dirugikan Dalam Proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) (Studi Kasus: Perkara Antara PT. Sinar Intijaya Putraperkasa Dengan PT. Kartika Selabumi Mining) B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi permasalahan yang akan coba diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah proses PKPU yang terjadi dalam perkara antara PT. Sinar Intijaya Putraperkasa dengan PT. Kartika Selabumi Mining sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku? 2. Apakah perlindungan hukum terhadap PT. Sinar Intijaya Putra Perkasa sebagai kreditur konkuren yang dirugikan dalam proses PKPU PT. Kartika Selabumi Mining sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

6 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis mengenai proses PKPU yang terjadi dalam perkara antara PT. Sinar Intijaya Putraperkasa dengan PT. Kartika Selabumi Mining sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku 2. Untuk menganalisis perlindungan hukum terhadap PT. Sinar Intijaya Putra Perkasa sebagai kreditur konkuren yang dirugikan dalam proses PKPU PT. Kartika Selabumi Mining sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. D. Manfaat Penelitian Disamping dengan tujuan yang telah dikemukakan pada sub-bab sebelumnya, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain: 1. Kegunaan Secara Teoritis Sebagai bahan masukan terhadap regulator dalam menyusun kebijakan mengenai kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang, khususnya mengenai kemungkinan-kemungkinan yang belum diantisipasi oleh Undang-undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang terkait dengan kemungkinan adanya praktik-praktik kecurangan yang terjadi di dalam proses PKPU sehingga menimbulkan kerugian dan ketidakadilan bagi pihak lainnya;

7 2. Kegunaan Secara Praktis Memberikan pemikiran baru mengenai dengan adanya praktikpraktik kecurangan yang mungkin saja dilakukan oleh pihak debitor untuk menghindar dari pailit. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini adalah hasil karya penulis sendiri. Dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang menjadi rujukan telah penulis nyatakan dengan benar. Adapun salah satu penelitian sebelumnya yang menjadi rujukan dari Penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Juventhy M. Siahaan, yang berjudul, Tinjauan Yuridis Terhadap Perbuatan Curang Dalam Proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Penelitian ini Penulis jadikan rujukan, karena penelitian ini mendukung pemikiran penulis bahwasanya perbuatan curang dalam proses PKPU itu dalam praktiknya dapat terjadi. Meskipun demikian, penelitian ini memiliki pokok pembahasan yang berbeda, dimana penelitian ini lebih menitikberatkan mengenai pembuktian jika terhadap adanya perbuatan curang dalam proses perdamain pada PKPU dan mengenai kewenangan Pengadilan Niaga untuk menangani perbuatan curang dalam proses perdamaian pada PKPU berdasarkan Undangundang Kepailitan dan PKPU.

8 Sedangkan penelitian yang Penulis lakukan lebih menitikberatkan mengenai perlindungan hukum yang diperoleh oleh pihak-pihak (yang dalam hal ini adalah kreditor konkuren) yang dirugikan proses perdamaian pada PKPU. Adapun penelitian sejenis yang penulis temukan yang dibuat oleh Wisnu Ardytia, yang berjudul, Perlindungan Hukum Kreditor dalam Kepailitan (Studi Kasus Terhadap Peninjauan Kembali Reg. No. 07 PK/N/2004) yang dibuat dalam bentuk tesis dalam Program Pascasarjana Universitas Diponegoro pada tahun 2009. Meskipun penelitian ini sejenis dengan yang dibuat oleh penulis, namun jelas terdapat perbedaan-perbedaan yang substansial, dimana penelitian yang dibuat oleh Wisnu Ardytia merupakan perlindungan hukum kreditor dalam Kepailitan sedangkan penelitian yang penulis lakukan perlindungan hukum dalam proses Penundaan Kewajiaban Pembayaran Utang (PKPU).