BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB VI PENUTUP. bawah umur yang berlaku di Kota Batam ; Sebagaimana berlaku di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan khusus terkait dengan perkawinan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

P E N E T A P A N Nomor : 0012/Pdt.P/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Perkawinan dengan Wali Muhakkam

ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. terhadap manusia dengan berbagai konsekuensi hukumnya. Karena itu,

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

P E N E T A P A N Nomor 0143/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

bismillahirrahmanirrahim

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

PUBLIKASI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SITUBONDO. P E N E T A P A N Nomor 0126/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENETAPAN. Nomor XXX/Pdt.P/2013/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. Analisis Terhadap Dalil Hukum Hakim dalam Penetapan Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Nganjuk Tahun 2015

BAB IV. A. Analisis Tentang Kriteria Memilih Calon Menantu di Kalangan Warga. Muhammadiyah Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya

BAB VI PENUTUP. menolak permohonan dispensasi nikah yang diajukan ke Pengandilan Agama pada

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian perkawinan dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1974 dalam pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut.

PUBLIKASI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SITUBONDO. P E N E T A P A N Nomor 0156/Pdt.P/2015/PA.Sit B ISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

BAB IV PEMBAHASAN. Dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Bantul

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

Penyuluhan Hukum Hukum Perkawinan: Mencegah Pernikahan Dini

PENETAPAN. Nomor : 270/Pdt.P/2013/PA.SUB DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

P E N E T A P A N NOMOR : 0018/Pdt.P/ 2013/PA.Kbm BISMILAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL UNTUK MENGURANGI JUMLAH PERNIKAHAN ANAK

17 tahun 5 bulan ;

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hubungan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa setempat:

Mam MAKALAH ISLAM. Pernikahan Beda Agama Perspektif Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. yang positif dalam mewujudkan tujuan pernikahan. Allah SWT. Berfirman

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. NINlNG SEKTIANINGSIH IMPLMENTASI PENIL\HAN DINI MENURUT UNDANG-UNDANGNO 1 TAHUN 1974

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

P E N E T A P A N Nomor 0083/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS TENTANG MEKANISME DAN FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI. A. Analisis Mekanisme Perkawinan Usia Dini di desa Kalilembu Kecamatan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menikah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

P E N E T A P A N. Salinan. Nomor : 0015/Pdt.P/2011/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

SALINAN PENETAPAN Nomor ; 373/Pdt.P/2010/PA. Tse BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan sunnahtullah yang berlaku kepada semua makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh bagi umat manusia untuk mewujudkan kebahagiaan hidup keluarga dan menghalalkan hubungan antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan ketentuan syariat agama islam. Allah SWT memerintahkan kepada kaum muslimin agar menikah, sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 : Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-nya.dan Allah Maha luas (pemberian-nya), Maha Mengetahui. Kemudian di dalam Hadist Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa diantara kalian sudah mampu untuk menikah maka menikahlah, sesungguhnya menikah bisa menjaga mata dan kemaluan.dan barangsiapa belum mampu untuk menikah maka berpuasalah, karena berpuasa dapat menghindarkan dari kemaksiatan. [HR.Bukhori, nomor Hadis 5065]. 1 Perkawinan merupakan perbuatan yang mengandung nilai-nilai ideal yakni perkawinan semata-mata merupakan fungsi hidup manusia sebagai khalifah di bumi, dan mengandung nilai-nilai struktural yaitu tanda kepatuhan dan ketaatan muslim terhadap syari at islam yang mempunyai aspek memberikan kesucian dalam pergaulan hidup laki-laki dan perempuan. 2 Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Di dalam Pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 1 Imam Al-Mundziri, 2003, Ringkasan Hadis Shahih Muslim,Jakarta,Pustaka Amani, hlm.435. 2 Syafrudin Yudowibowo, Tinjauan Hukum Perkawinan di Indonesia Terhadap Konsep Kafa ah Dalam Perkawinan Islam, Yustisia, Vol.1,No.2, Mei-Agustus 2012,hlm.101. 1

menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Peran Pasal tersebut tidak lepas dari ideologi dasar negara yaitu pancasila,silayang pertamayakniketuhanan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu Perkawinan memiliki hubungan yang sangat erat dengan agama. Dilihat dari perkembangan kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, terdapat suatu permasalahan yang terjadi, yaitu lunturnya nilai akhlak dalam hal pergaulan bebas dikalangan remaja, selanjutnya adalah faktor ekonomi keluarga yang rendah, hal tersebut menjadikan orang tua mau tidak mau menikahkan anaknya tanpa memperhatikan usia anak. Hal ini bertolak belakang dengan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang batas usia perkawinan yang menyatakan bahwa hanya dapat diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun. Hal demikian juga ditunjang dengan adanya ketentuan di dalam KHI Pasal 15 yang manyatakan bahwa untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan hanya boleh dilakukan oleh calon mempelai yang telah mencapai umur yang telah ditetapkan oleh Pasal 7 Undang-Undang No.1 Tahun 1974, meskipun demikian Pengaturan tentang batas usia perkawinan dapat disimpangi, yaitu di dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang No.1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa Dalam hal penyimpangan dalam ayat (1) pasal ini dapat minta dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat lain yang diminta oleh kedua orang tua pihak pria atau pihak wanita. 2

Di dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa anak adalah seorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan, kemudian pada Pasal 13 Undang-Undang No.23 Tahun 2002 menyebutkan bahwa setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain manapun yang bertanggungjawab atas pengasuhan, berhak mendapat pendampingan dari perlakuan eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, selanjtnya menurut Pasal 26 ayat (1) butir c Undang-Undang No.23 Tahun 2002 menyebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggungjawab untuk mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak. Di dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak tidak secara spesifik menjelaskan usia minimum anak dalam melangsungkan perkawinan, namun menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak menyatakan bahwa anak adalah seorang yang belum berusia 21 tahun dan belum pernah menikah. Yang mana kematangan sosial, mental dan pribadi seorang anak belum dicapai pada usia tersebut. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Yogyakarta menganalisis Perkawinan anak di bawah umur untuk mengendalikan jumlah penduduk yang dilihat dari batas usia minimal perkawinan. Berdasarkan data dari dinas tersebut, angka perkawinan dibawah umur tingkat nasional pada tahun 2012 sebanyak 26 kasus per 1000 perkawinan dan pada tahun 2013 menjadi 32 kasus 3

per 1000 perkawinan. Sementara untuk di Yogyakarta mengalami hal yang demikian. 3 Menurut hasil survei yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu Survei Ekonomi Nasional (Susenas) pada Tahun 2008-2012 dan Sensus Penduduk (SP) pada tahun 2010 menunjukan bahwa perkawinan dibawah umur di Indonesia tidak hanya tinggi (dengan lebih dari seperenam anak perempuan menikah sebelum mencapai usia dewasa, atau sekitar 340.000 anak perempuan setiap tahunnya) namun perhitungan tersebut terus meningkat. 4 Selanjutnya Menurut survei yang dilakukan oleh Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 ada satu dari empat perempuan yang menikah pada usia 15-19 Tahun. Kemudian ada satu dari sepuluh perempuan yang hamil. Selanjutnya data Dr.Tubagus Rachmat Sentika,Sp,A, Mars, yaitu staf ahli Menkokesra menunjukkan bahwa ada 34,6% perempuan menikah di bawah 15 tahun, 37% menikah antara 16 tahun dan 23% menikah setelah 17 tahun, kemudian 68% terjadi kematian karena menikah terlalu muda. Kemudian dilihat dari delapan tujuan Millennium Development Goals (MDGs) yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia, ternyata ada empat program yang dinilai tidak akan mungkin tercapai,yaitu salah satunya adalah masih tingginya angka remaja yang menikah pada usia dini dan mengakibatkan kematian ibu dan anak. 5 3 Tribunnews, Jumlah Remaja Nikah Dini Di Yogyakarta Menigkat, 30 Oktober 2017 http://www.tribunnews.com/regional/2017/06/08/jumlah-remaja-nikah-dini-di-yogyakartameningkat, (14.13) 4 BPS, 30 Oktober 2017,https://www.bps.go.id, (15.00) 5 BKKBN, Resiko Penikahan Dini, 31 Oktober 2017 (http://ntb.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform, (13.57 ) 4

Ada beberapa faktor yang melatar belakangi adanya permohonan dispensasi perkawinan di bawah umur di Kabupaten Bantul, adalah dari 40 responden yang menikah di bawah umur yang diwawancarai, 38 atau 95% menyatakan karena sudah hamil lebih dulu, 2 orang atau 5% karena sudah pacaran lama dan sudah ditegur oleh warga setempat. Faktor yang melatarbelakangi orang tua yang dalam hal ini menikahkan anaknya pada usia yang masih dibawah umur berjumlah 24 orang, 20 atau 83,33% responden menyatakan perkawinan dilakukan karena anak sudah mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, sisanya 4 atau 16,66% bahwa perkawinan di bawah umur yang dilakukan oleh anaknya kerena alasan suka sama suka dan minta untuk dinikahkan. 6 Perkawinan yang dilakukan sebelum mencapai batas usia perkawinan sejatinya mengakhiri masa remaja, yang seharusnya menjadi masa bagi perkembangan fisik, emosional maupun sosial mereka. Masa ini juga sangat penting bagi mereka karena masa ini adalah masa dimana mereka mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa. Dalam hal permohonan dispensasi perkawinan dibawah umur hal yang harus dikemukakan adalah alasan-alasan yang jelas sebelum memenuhi batas minimal usia. Dalam agama islam pengadilan yang berwenang dalam memberikan permohonan dispensasi perkawinan di bawah umur adalah Pengadilan Agama. Hukum terbentuk dan berakar dari berbagai aspek masyarakat, sehingga secara tidak langsung sebenarnya hukum itu sendiri ikut membentuk tatanan kehidupan masyarakat.oleh sebab itu dalam pembentukan hukum seharusnya 6 Akif Khilmiyah, 2014, Pandangan Remaja dan Orang Tua Terhadap Pernikahan Dini Dalam Membangun Keluarga Di Kabupaten Bantul (Paper Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UMY tidak diterbitkan, Fakultas Agama Islam UMY), hlm.23 5

hendaklah memperhatikan aspek dan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, sehingga tidak menjadikan produk hukum tersebut berdampak negatif bahkan bertentangan dengan nilai yang berkembang di dalam masyarakat, oleh karena itu peraturan tersebut harus mencerminkan nilai yang hidup di dalam masyarakat. 7 Berdasarkan uraian-uraian diatas perlu sekiranya dilakukan pengkajian tentang permohonan dispensasi perkawinan di bawah umur, salah satunya adalah Pengadilan Agama yang dalam hal ini sangat berperan penting dalam pemberian dispensasi perkawinan di bawah umur, yang mana hakim mempunyai peran sebagai pembuat kepenetapan haruslah bijaksana dan berhati-hati, sehingga tidak mudah dalam memberikan dispensasi yang diajukan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengambil permasalahan apa saja yang menjadi pertimbangan hakim dalam menolak dan/atau menerima dispensasi Perkawinan anak di bawah umur berdasarkan Penetapan Nomor 0036/Pdt.P/2011/PA.Btl dan/atau Penetapan Nomor 141/Pdt.P/2017/PA.Btl? Tujuan penelitian ini meliputi tujuan objektif dan tujuan subjektif sebagai berikut : 1. Tujuan Objektif Untuk mempelajari dan menganalisis pertimbangan hukum hakim dalam perkara dispensasi perkawinan di bawah umur dengan Penetapan 7 Tengku Erwinsyahbana, Sistem Hugfvp;[oi8kum Perkawinan Pada Negara Hukum Berdasarkan Pancasila, Jurnal Ilmu Hukum, Vol.3, No.1,hlm.18. 6

Nomor : 0036/Pdt.P/2011/PA.Btl dan Penetapan Nomor 141/Pdt.P/2017/PA.Btl. 2. Tujuan Subjektif Dalam rangka untuk mendapatkan gelar sarjana hukum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 7