BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DATA PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

1.1 Latar Belakang Masalah

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

Tinjauan Pasar Minyak Goreng

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

ANALISIS PERKEMBANGAN KAKAO RAKYAT PADA TIGA KABUPATEN SENTRA PRODUKSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pada 2020 dan berdasarkan data forecasting World Bank diperlukan lahan seluas

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. sangat diunggulkan, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor. Kelapa

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman

I. PENDAHULUAN. untuk mendatangkan hasil dalam bidang pertanian. tanaman yang diusahakan yaitu tanaman pangan, hortikultura dan tanaman

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting sebagai suatu sumber minyak nabati. Kelapa sawit tumbuh sepanjang pantai barat Afrika dari Gambia ke Angola. Kelapa sawit juga ditanami sampai batas tertentu di tengah daerah hutan hujan di Kongo, Kenya, Indonesia, dan Malaysia. Ada sedikit penanaman di negara Amerika Tengah dan Selatan (Hartmann, et. al., 1981). Penanaman dan pemilihan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) dimulai sekitar tahun 1920 di Afrika dan Asia (Malaysia dan Sumatera) ketika jenisnya mulai dimanfaatkan untuk minyak nabati secara komersial. Bagaimanapun, dasar keturunan berdasarkan populasi penanaman telah diseimbangkan secara lebih sempit dan memberikan beberapa generasi dalam pembiakannya dan tekanan yang terpilih. Berbagai populasi mempunyai kemampuan saat ini menjangkau derajat tinggi keseragaman. Seluruh dunia, keturunannya diperoleh mula-mula dari empat pohon di Bogor digunakan sebagai induk betina dari material penanaman komersil dan pada suatu palma yang digunakan sebagai induk jantan yang menekankan hal keturunan yang sempit dari kelapa sawit yang sekarang dikembangkan (Rajanaidu, et. al., 1981). Kelapa sawit tumbuh sebagian besar di pantai barat Malaysia Barat, pada lahan yang sama untuk kelapa. Kelapa sawit juga tumbuh di beberapa lahan dekat pulau yang telah ditemukan cocok untuk kelapa sawit. Kelapa sawit tidak 1

2 dapat menguntungkan jika tumbuh di semua lahan tetapi hanya pada lahan yang subur. Tanah subur ini termasuk tanah subur di pantai barat. Keuntungan kelapa sawit yang bertumbuh dapat sangat tinggi lebih banyak dibanding kelapa. Satu masalah dalam pertumbuhan kelapa sawit adalah bahwa suatu pabrik sangat mahal diperlukan untuk menyiapkan minyak itu. Kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak: 1. Minyak berwarna kemerahan yang berasal dari bagian luar dari buah, umumnya dikenal dengan minyak sawit, dan 2. Minyak tidak berwarna atau pucat yang mirip minyak kelapa sawit yang berasal dari inti atau bagian pusat dari buah yang dikenal sebagai minyak biji-bijian (Kheong, et. al., 1969). Perkembangan perkebunan kelapa sawit berkembang dengan pesat. Tidak dapat dipungkiri, prospek industri kelapa sawit kini semakin cerah baik di pasar dalam negeri maupun di pasar dunia. Sektor ini akan semakin strategis karena berpeluang besar untuk lebih berperan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional dan menyerap tenaga. Di dalam negeri, kebijakan pemerintah mengembangkan bahan bakar nabati (BBN) sebagai altenatif bahan bakar minyak (BBM) memberi peluang besar bagi industri kelapa sawit untuk lebih berkembang. Sesuai dengan target pemerintah, pada 2010 mendatang sekitar 10% dari kebutuhan bahan bakar dalam negeri akan disuplai dengan BBN, dimana 7% diantara berbasis minyak sawit atau dikenal sebagai biodiesel. Untuk itu diperlukan tambahan pasokan atau peningkatan produksi kelapa sawit dalam jumlah besar.

3 Proyek ini mendapat sambutan positif. Beberapa waktu lalu telah ditandatangani 60 kesepakatan bersama antara berbagai pihak. Sampai tahun 2010, nilai proyek pengembangan BBN akan mencapai US$ 9 miliar- US$ 10 miliar yang disertai dana perbankan kurang lebih Rp 34 triliun. Tenaga kerja yang terserap diperkirakan mencapai 3,5 juta orang. Sementara itu di pasar dunia dalam 10 tahun terakhir, penggunaan atau konsumsi minyak sawit tumbuh sekitar rata-rata 8%-9% per tahun. Ke depan, laju pertumbuhan ini diperkirakan akan terus bertahan, bahkan tidak tertutup kemungkinan meningkat sejalan dengan trend penggunaan bahan bakar alternatif berbasis minyak nabati atau BBN seperti biodiesel. Pertumbuhan penggunaan minyak sawit itu dipicu oleh peningkatan jumlah penduduk dunia dan semakin berkembangnya tren pemakaian bahan dasar oleochemical pada industri makanan, industri shortening, farmasi (kosmetik). Trend ini berkembang karena produk yang menggunakan bahan baku kelapa sawit lebih berdaya saing dibandingkan minyak nabati dengan bahan baku lainnya. Berdasarkan data dari Oil World, tren penggunaan komoditi berbasis minyak kelapa sawit di pasar global terus meningkat dari waktu ke waktu mengalahkan industri berbasis komoditas vegetable oil lainnya seperti minyak gandum, minyak jagung, minyak kelapa. Sejak 2004 penggunaan komoditi minyak kelapa sawit telah menduduki posisi tertinggi dalam pasar vegetable oil dunia yaitu mencapai sekitar 30 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 8% per tahun, mengalahkan komoditi minyak kedelai sekitar 25 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 3,8% per tahun.

4 Komoditi lainnya yang banyak digunakan adalah minyak bunga matahari yaitu sekitar 11,5 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 2,2% per tahun. Dengan ketersediaan lahan dan iklim yang mendukung, Indonesia berpeluang besar untuk memanfaatkan trend tersebut. Sejumlah kalangan (pengamat dan pelaku dunia usaha) optimis, Indonesia mampu menguasai dan menjadi pemain nomor satu di pasar industri kelapa sawit dunia yang kini dikuasasi oleh Malaysia. Saat ini saja Indonesia sudah menguasai 37% pasar dunia, sementara Malaysia sebesar 42%. Diperkirakan, dalam dua tahun ke depan pangsa pasar Indonesia akan dapat melampaui pangsa pasar Malaysia. Namun di sisi lain, banyak kalangan yang meragukan apakah Indonesia mampu mengoptimalkan daya saingnya untuk memperoleh nilai tambah (added value) yang maksimal bagi pembangunan ekonomi nasional. Ini tidak terlepas dari kenyataan, sebagian besar produk kelapa sawit nasional masih diperdagangkan dalam bentuk CPO atau minyak goreng, belum masuk ke dalam tahap industri yang mempunyai nilai tambah besar seperti industri bio surfactant (Anonimous a. 2014). Tingginya permintaan minyak sawit makan di India, Cina dan di dalam negeri membuat Indonesia menjadi produsen teratas minyak sawit mentah, demikian menurut statistik yang digabungkan ilmuwan di Center for International Forestry Research (CIFOR). Dalam beberapa tahun terakhir, sektor perkebunan dan pengolahan minyak sawit memegang peran kunci bagi ekonomi Indonesia. Meningkatnya permintaan bagi minyak makan secara domestik dan internasional menciptakan kondisi Indonesia menjadi pemimpin dunia dalam wilayah kumulatif perkebunan

5 dan produksi minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO). Pada 2011, perkebunan minyak sawit mencakup 7,8 juta hektar di Indonesia, termasuk 6,1 juta ha perkebunan produktif yang tengah dipanen. Pada 2010, perkebunan-perkebunan ini menghasilkan 22 juta ton CPO, sementara pada 2011 menghasilkan 23,5 ton. Memasuki 2020, Indonesia berencana menggandakan produksi CPO menjadi 40 juta ton per tahun dan memperluas portfolio perkebunan dengan menambah 4 juta hektar. Tingginya permintaan minyak makan dari negara ekonomi berkembang di Asia seperti India dan China serta tingginya tingkat konsumsi domestik menjadi kekuatan pendorong utama di balik pertumbuhan ini.. Sekitar separuh produksi CPO Indonesia diekspor dalam bentuk belum diolah. Sebagian besar sisanya diproses menjadi minyak goreng dan sekitar separuhnya juga diekspor, demikian menurut Bank Dunia. Sisanya dikonsumsi di dalam negeri. Sekitar 75 persen perusahaan perkebunan dan produksi CPO berlokasi di Sumatera dan Kalimantan, wilayah di Indonesia dengan sejarah panjang pengembangan minyak sawit, baik perkebunan yang beroperasi dalam skala besar maupun skala kecil. Hampir separuh dari seluruh wilayah perkebunan dikelola oleh usaha kecil dan diyakini bahwa operasi usaha kecil berkontribusi secara signifikan terhadap perluasan perkebunan minyak sawit beberapa tahun terakhir. (Anonimous b.2014) Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di wilayah Sumatera Utara saat ini meningkat dengan sangat cepat. Perkembangan antar industri pabrik kelapa sawit ini memunculkan persaingan yang sangat

6 kompetitif antar perusahaan. Secara umum kondisi perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara cukup berkembang dengan baik. Hal ini terbukti dengan terus bertambahnya areal perkebunan baik perkebunan rakyat, swasta asing, maupun nasional dan perkebunan negara (PTPN). Luas tanaman dan produksi kelapa sawit berdasarkan pengelolaan tahun 2008-2012 seperti terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan data yang disajikan di atas, diperoleh gambaran bahwa terjadi fluktuasi perkembangan areal dan produksi perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data tersebut, secara umum terjadi peningkatan luas areal perkebunan. Perkembangan luas areal perkebunan sawit yang dikelola oleh rakyat mengalami peningkatan dari 379.853 ha pada tahun 2008 menjadi 405.921,08 ha pada tahun 2012 (naik 6,86 %), PTPN mengalami peningkatan dari 299.604 ha pada tahun 2008 menjadi 306.393,62

7 ha pada tahun 2012 (naik 3,88 %). Perkebunan Besar Swasta Nasional dari 237.462 ha pada tahun 2008 menjadi 248.500,45 ha pada tahun 2012 (naik 4,65 %), dan Perkebunan Besar Swasta Asing meningkat dari 106.948 ha pada tahun 2008 menjadi 115.202,57 ha pada tahun 2012 (naik 7,72 %). Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat secara umum produksi kelapa sawit berupa tandan buah segar (TBS) juga mengalami peningkatan baik perkebunan rakyat, PTPN, perkebunan besar swasa nasional (PBSN) dan perkebunan besar swasta asing (PBSA) dari tahun 2008 hingga 2012. Dari data tahun 2008 sampai 2012, peningkatan produksi untuk perkebunan rakyat sebesar 9,8 %, PTPN sebesar 15,3 %, PBSN sebesar 4,14 %, dan PBSA sebesar 6,95 %. Dengan perkembangan luas lahan dan produktivitas lahan kelapa sawit di Sumatera Utara ini tidak terlepas dari kualitas tanaman, umur tanaman dan seluruh faktor input yang digunakan dalam setiap perkebunan kelapa sawit. Namun pada kenyataanya masih terdapat perkebunan kelapa sawit rakyat yang kesulitan dalam meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawitnya. Sehingga perkebunan tersebut belum dapat memproduksi TBS secara optimal.

8 No Tabel 2. Luas Tanam dan Produksi Kelapa Sawit Berdasarkan Kabupaten/ Kota Tahun 2009-2013 Kabupaten/Kota TBM Not Yet Productive Luas Tanaman / Area (ha) TM Productive TTM Unproductive Jumlah Total Produksi TBS Production Bunch of Palm (ton) 1 Nias 2 140,00 2 915,50 31,50 5 087,00 54022,71 2 Mandailing Natal 4 092,27 11 079,28 7,24 15 178,79 203597,33 3 Tapanuli Selatan - - - - - 4 Tapanuli Tengah 1 478,50 1 561,00 13,00 3 052,50 25 385,00 5 Tapanuli Utara 20,00 6,69 14,25 40,94 30,32 6 Toba Samosir 139,50 475,32 19,80 634,62 3281,14 7 Labuhanbatu 2 066,00 31 455,00 25,00 33 546,00 439159,09 8 Asahan 10 611,20 60 356,00 1 079,19 72 046,39 1 015 9 Simalungun 2 489,22 24 992,67 3,10 27 484,99 508 970,15 10 Dairi 40,00 112,00-152,00 967,00 11 Karo 217,00 558,00-775,00 6 597,64 12 Deli Serdang 3 158,65 10 784,05 119,00 14 061,70 175 472,36 13 Langkat 3 802,00 38 012,60 345,00 42 159,60 598 073,30 14 Nias Selatan 335,00 - - 335,00-15 Humbang Hasundutan 93,00 130,00 33,00 256,00 335,00 16 Pakpak Bharat 479,00 830,00 177,60 1 486,60 3 199,09 17 Samosir - - - - - 18 Serdang Bedagai 2 537,76 9 681,98 16,50 12 236,24 149 926,41 19 Batu Bara 2 061,00 6 186,50 376,00 8 623,50 89 431,82 20 Padang Lawas Utara 8 384,00 16 816,00 20,00 25 220,00 273 389,50 21 Padang Lawas Selatan 6 750,93 27 313,99 167,55 34 232,47 415 240,23 22 Labuhanbatu Selatan 2 032,00 39 420,00 520,00 41 972,00 608 975,27 23 LabuhanBatu Utara 5 623,00 60 983,00 612,00 67 218,00 857 323,91 24 Nias Utara - - - - - 25 Nias Barat - - - - - Kota/City 26 Gunungsitoli - - - - - Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2009-2013 Tinggi rendahnya produktivitas TBS per hektar suatu kebun tergantung dari komposisi umur tanaman yang ada di kebun tersebut. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan renta, semakin rendah pula produktivitas per hektarnya. Semakin banyak tanaman dewasa dan teruna semakin tinggi pula produktivitas per hektarnya. (Risza, 1994)

9 1.2. Identifikasi Masalah 1. Bagaimana pengaruh dari umur tanaman terhadap produktivitas TBS (Tandan Buah Segar) perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pengaruh umur tanaman terhadap produksi TBS (Tandan Buah Segar) perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan terkait dengan upaya peningkatan produksi Tandan Buah Segar (TBS). 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi-instansi terkait dalam melaksanakan penelitian yang berkelanjutan. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian mengenai perkebunan kelapa sawit. 1.5. Keaslian Penelitian 1. Model Penelitian : Dalam penelitian ini digunakan berbagai macam metode analisis yaitu, analisis regresi linear untuk menjelaskan pengaruh umur tanaman terhadap produksi TBS.

10 2. Variabel Penelitian : Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian atau fokus penelitian meliputi luas kebun dan lama bertani. 3. Besar Sampel : Sampel penelitian adalah petani sawit perkebunan rakyat sebanyak 30 orang. 4. Waktu Penelitian : Penelitian dilakukan pada tahun 2014. 5. Lokasi penelitian : Penelitian dilakukan di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.