TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor utama dan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. ini belum mampu mengangkat derajat subjek pertanian (petani) dalam arti luas,

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

Perkembangan Kelembagaan Petani Melalui Pemanfaatan Dana PUAP (Hasil Studi Lapang Di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara) Oleh:

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)

KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP.

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal tersebut dikarenakan pupuk organik yang dimasukan ke lahan akan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

P E N I N G K A T A N K A P A S I T A S P O K T A N &

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67/PERMENTAN/SM.050/12/2016 TENTANG PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

2013, No BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOKTANI DAN GABUNGAN KELOMPOKTANI

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.

PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) nis Perdesaan (PUAP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

INSTRUMEN PENILAIAN GAPOKTAN BERPRESTASI

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

PROGRAM KERJA KELOMPOK KONTAK TANI NELAYAN ANDALAN (KELOMPOK KTNA) KOTA BUKITTINGGI TAHUN

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

KATA KUNCI: PUAP, Dinamika Organisasi dan Karakteristik Sosial Ekonomi Pertanian

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.52, 2010 Kementerian Pertanian. Pelatihan. Pertanian Swadaya. Pedoman.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 DAFTAR ISI

5. PEMBAHASAN 5.1 Pelaksaan Program PUAP di Desa Tengaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) PERMENTAN Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) menetapkan bahwa Gapoktan sebagai pelaksana PUAP merupakan penggabungan dari beberapa kelompok tani dalam satu kawasan desa. Tujuan penggabungan kelompok menjadi Gapoktan dalam PERMENTAN Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 adalah untuk menggalang kepentingan bersama secara kooperatif agar kelompok tani lebih berdaya guna dan berhasil guna, dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani di sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar (Anonimus, 2007a). Departemen Pertanian Republik Indonesia (1980 dalam Mardikanto, 1993) kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani-taruna (pemuda-pemudi), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pimpinan seorang kontak tani. Menurut Mosher (1967 dalam Mardikanto, 1993) mengemukakan bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kerjasama kelompok tani. Munculnya berbagai peluang dan hambatan sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi setempat, membutuhkan adanya pengembangan kelompok tani ke dalam suatu organisasi yang jauh lebih besar. Beberapa kelompok tani bergabung ke dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan). Penggabungan dalam Gapoktan

terutama dapat dilakukan oleh kelompok tani yang berada dalam satu wilayah administrasi pemerintahan untuk menggalang kepentingan bersama secara kooperatif. Wilayah kerja Gapoktan sedapai mungkin di wilayah administrasi desa/kecamatan (Anonimus, 2007b) Fungsi Gapoktan Gapoktan melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut: 1. Merupakan satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang menyangkut kuantitas, kualitas, kontunuitas, dan harga. 2. Penyedia saprotan yang melipui: pupuk, benih bersertifikat, pestisida, dan lainnya, serta menyalurkan saprotan kepada petani melalui kelompok. 3. Penyedia modal usaha dan menyalurkan secara kredit atau pinjaman kepada petani yang memerlukan. 4. Melakukan proses pengolahan produk para anggota yang meliputi: penggilingan, grading, pengepakan, dan lainnya yang dapat meningkatkan nilai tambah produksi. 5. Menyelenggarakan perdagangan, memasarkan atau menjual prodouk petani kepada pedagang atau industri hilir. Struktur Organisasi a. Gapoktan Kriteria Gapoktan penerima bantuan modal usaha PUAP adalah antara lain: (1) Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis; (2) Mempunyai struktur kepengurusan yang aktif; dan (3) Dimiliki dan dikelola oleh petani.

Untuk kepentingan keberlanjutan program PUAP, maka Gapoktan berfungsi sebagai executing dalam penyaluran dana BLM-PUAP (Anonimus, 2007b). Dalam pelaksanaan PUAP maka rapat anggota (RA) merupakan forum tertinggi dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang diputuskan pada RA, diantaranya memilih dan memberhentikan pengurus, penambahan anggota, pengesahan program, penetapan unit usaha otonom, evaluasi pengembangan pengelolaan unit usaha Gapoktan dan hal lain yang perlu mendapatkan kesepakatan anggota. Rapat Anggota merupakan forum pertemuan yang dihadiri oleh seluruh anggota dan setiap anggota memiliki hak suara yang sama. Untuk menjalankan pengelolaan PUAP maka Gapoktan PUAP dilengkapi pengurus yang terdiri dari: (1) Ketua, (2) Sekretaris dan (3) Bendahara yang ditetapkan melalui RA yang dimasukkan dalam dokumen AD/ART Gapoktan. b. Rapat Anggota Gapoktan Sebagai forum tertinggi dalam pelaksanaan PUAP, Rapat Anggota dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Rapat Anggota dihadiri oleh seluruh pengurus Gapoktan, wakil dari kelompok tani, Penyuluh Pendamping dan Komite Pengarah. 2. Rapat anggota dilaksanakan secara periodik sesuai kesepakatan anggota. 3. Tujuan rapat anggota adalah untuk menetapkan RUB (Rencana Usaha Bersama), mekanisme penyaluran dan pemanfaatan dana PUAP, pola pengembangan usaha agribinis anggota dan unit usaha otonom Gapoktan, Tata tertib rapat anggota,pengesahan pertanggungjawaban pengurus. c. Pengurus Gapoktan

Pengurus Gapoktan yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara adalah petani anggota yang dipilih dalam Rapat Anggota. Untuk menjalankan fungsi organisasi PUAP, masing-masing Pengurus Gapoktan PUAP mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Ketua Mengkoordinasikan, mengorganisasikan serta bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatan PUAP dengan rincian sebagai berikut : (1.) Melaksanakan hasil keputusan rapat anggota; (2.) Memimpin rapat pengurus yang dihadiri pengurus poktan, komite pengarah dan penyuluh pendamping; (3.) Menanda tangani surat menyurat dan dokumen pelaksanaan PUAP (RUB) dan dokumen yang terkait dengan pencairan dana PUAP; (4.) Mewakili Gapoktan dalam pertemuan dengan pihak lain (5.) Mengkoordinasikan pelaporan dan pertanggung jawaban dana; (6.) Memimpin organisasi dan administrasi Gapoktan PUAP 2. Sekretaris Bertugas melaksanakan administrasi kegiatan Gapoktan PUAP, dengan rincian sebagai berikut : (1.) Membuat dan memelihara notulen rapat, berita acara, serta dokumen PUAP lainnya. (2.) Menyelenggarakan surat-menyurat dan pengarsipannya. (3.) Menyelenggarakan administrasi dokumen RUB, RUK, RUA dan kegiatan organisasi lainnya. (4.) Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan kegiatan Gapoktan.

3. Bendahara Bertugas menangani seluruh kegiatan administrasi keuangan Gapoktan baik penyaluran maupun pengelolaan dana PUAP, dengan rincian tugas adalah sebagai berikut : (1.) Melaksanakan penarikan/pencairan sesuai dengan jadwal pemanfaatan oleh anggota; (2.) Menyalurkan dana BLM PUAP sesuai dengan RUB, RUK dan RUA dan atau jadwal pemanfaatan dana yang diusulkan anggota; (3.) Membukukan setiap penyaluran dana PUAP kepada anggota; (4.) Menyimpan dan memelihara arsip pembukuan dana PUAP; (5.) Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan keuangan Gapoktan PUAP; 4. Komite pengarah Komite Pengarah adalah komite yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa yang terdiri dari wakil tokoh masyarakat, wakil dari kelompok tani dan penyuluh pendamping. Komite Pengarah terdiri atas seorang ketua dan dua orang anggota dengan tugas sebagai berikut : (1.) Memberikan masukan dan pertimbangan dalam penetapan RUB pada saat Rapat Anggota; (2.) Mengawasi penggunaan dana BLM-PUAP sesuai keputusan Rapat Anggota; (3.) Memberikan masukan dan pertimbangan dalam penumbuhan dan pengembangan unit usaha otonom Gapoktan.

Kelompok tani Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Jumlah anggota kelompok tani terdiri atas 20 orang sd 30 orang atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat dan usahataninya Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan, maka kebijakan penguatan modal di bidang pertanian pun ikut berubah dan dimodifikasi lagi agar lebih baik. Pada tahun 2008 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mencanangkan program baru yang diberi nama Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). PUAP merupakan bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri adalah program pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja (Departemen Pertanian, 2008). Khusus untuk program dari Departemen Pertanian RI yakni PUAP, dilaksanakan pada tahun yang sama yakni tahun 2008 dengan menyalurkan dana BLM-PUAP ke 10.000 desa pertanian. Masing-masing desa menerima BLM-PUAP sebesar Rp 100.000.000 untuk mengembangkan agribisnis perdesaan. Kebijakan Departemen Pertanian RI dalam pemberdayaan masyarakat tersebut diwujudkan dengan penerapan pola bentuk fasilitasi bantuan penguatan modal usaha bagi petani anggota baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga

tani. Operasional penyaluran dana PUAP tersebut dilakukan dengan memberikan kewenangan kepada Gapoktan terpilih sebagai pelaksana PUAP dalam hal penyaluran dana penguatan modal kepada anggotanya. Agar mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani. Gapoktan PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani (Departemen pertanian, 2008). Tujuan PUAP Tujuan utama program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan berdasarkan pedoman umum PUAP adalah untuk : 1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah; 2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, penyuluh dan penyelia mitra tani. 3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. 4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Gambaran Umum Pelaksanaan PUAP PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja di perdesaan serta membantu penguatan modal dalam

kegiatan usaha di bidang pertanian sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Operasional penyaluran dana PUAP dilakukan dengan memberikan kewenangan kepada Gapoktan yang telah memenuhi persyaratan. Gapoktan juga didampingi oleh tenaga penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh Gapoktan sebagai penyalur PUAP antara lain : 1) Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis; 2) Memiliki struktur kepengurusan yang aktif; 3) Dimiliki dan dikelola oleh petani; 4) Dikukuhkan oleh bupati atau wali kota. Jumlah dana yang disalurkan ke setiap Gapoktan sebesar Rp 100 juta. Dana tersebut disalurkan kepada anggota Gapoktan guna menunjang kegiatan usahataninya. Tentunya dalam penyaluran dana tersebut terdapat beberapa prosedur yang harus dipenuhi bagi mereka yang akan memanfaatkan bantuan tersebut. Oleh sebab itu, dalam rangka mengantisipasi agar penyaluran dan pemanfaatan PUAP berjalan lancar, aman dan terkendali, maka dibentuk suatu tim pemantau, pembinaan dan pengendalian di tingkat propinsi dan kabupaten atau kota Sasaran Program PUAP Adapun sasaran yang diharapkan dari program PUAP adalah : 1. Berkembangnya usaha agribisnis di desa miskin atau tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa. 2. Berkembangnya Gapoktan atau Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani.

3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani atau peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan 4. Berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan maupun musiman. 5. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan Indikator Keberhasilan PUAP Indikator keberhasilan output meliputi : a. Tersalurkannya BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian; dan b. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Indikator keberhasilan outcome meliputi : a. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. b. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha. c. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan; dan d. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah. Indikator benefit dan Impact antara lain:

a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP. b. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani. c. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan (Deptan, 2008). Landasan Teori Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga, kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interpendensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi selama ada di dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah-ubah (Shaw, 1971). Dinamika mempelajari sebab-sebab atau faktor-faktor yang menyebabkan satu kelompok atau organisasi dapat dinamis, hidup, bergerak, aktif, efektif, efisien dalam mencapai tujuan dan produktif untuk memajukan pengetahuan tentang kehidupan kelompok atau organisasi (Ginting, 2000). Margono (1978) dalam Ginting (2003) menyebutkan bahwa tingkat kedinamisan suatu organisasi/kelompok bergantung pada 8 faktor yaitu: a. T ujuan organisasi

Suatu keadaan yang ingin dicapai oleh organisasi yang merupakan sejumlah citacita dari individual yang sama yang hendak dicapai secara bersama di dalam organisasi. Struktur organisasi Struktur organisasi adalah bentuk hubungan antara individu-individu di dalam organisasi yang menyangkut struktur kekuasaan atau pengambilan keputusan, struktur tugas atau pembagian pekerjaan dan struktur komunikasi yaitu bagaimana aliran-aliran komunikasi terjadi. Fungsi Tugas Organisasi Fungsi tugas organisasi adalah apa yang seharusnya dilakukan dalam organisasi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Menurut Slamet dalam Ginting (1995) ada 6 indikator yang dipakai, yaitu: fungsi memberi informasi, fungsi memuaskan anggota, fungsi menyelenggarakan organisasi, fungsi menghasilkan inisiatif, fungsi mengajak untuk berpartisipasi, dan fungsi menjelaskan. Pembinaan Organisasi Merupakan upaya menjaga agar organisasi tetap hidup atau orientasi kepada kehidupan organisasi. Menurut Slamet dalam Ginting (1995) ada enam usaha mempertahankan kehidupan kelompok, yaitu: partisipasi semua anggota kelompok, adanya fasilitas, adanya kegiatan kelompok, adanya kontrol sosial, adanya kesempatan untuk mendapatkan anggota baru, dan adanya sosialisasi. Kekompakan organisasi Kekompakan organisasi tercipta dengan adanya rasa keterikatan yang kuat diantara para anggotanya terhadap organisasi. Menurut Slamet dalam Ginting (1995) ada tujuh indikator yang dipakai, yaitu: kepemimpinan, keanggotaan, nilai

tujuan, homogenitas anggota, keterpaduan kegiatan, jiwa kerjasama, dan jumlah anggota. Iklim atau suasana organisasi Biasa disebut juga atmosfer organisasi yaitu keadaan moral, sikap dan perasaanperasaan yang umum terdapat dalam organisasi. Menurut Slamet dalam Ginting (1995) ada tiga indikator yang dipakai, yaitu: hubungan antara anggota, kebebasan berpartisipasi, dan lingkungan fisik. Iklim atau suasana organisasi Segala sesuatu yang dapat menimbulkan ketegangan dalam organisasi yang diperlukan untuk menumbuhkan kedinamisan organisasi, tetapi tegangan yang terlalu tinggi atau terlalu besar dapat mematikan kedinamisan organisasi. Tekanan kepada organisasi dapat berasal dari dalam (intern) organisasi yaitu tuntutan ataupun keinginan dari para anggotanya. Sumber dari dalam adalah: konflik, otoriter, persaingan dan lain-lain. Sedangkan tekanan dari luar organisasi (ekstern) dapat berupa tuntutan-tuntutan dan harapan dari pihak luar, yang dapat menimbulkan ketegangan yang akan mempengaruhi kedinamisan organisasi yang sumbernya adalah berupa: tantangan, keritikan, sanksi, penghargaan, hukuman dan lain-lain. ektifitas organisasi Efektifitas yang dapat diukur dari tercapainya kepuasan anggota dalam mencapai dan setelah mencapai tujuan kelompok. Menurut Slamet dalam Ginting (1995) ada tiga indikator, yaitu dapat dilihat dari segi produktivitas, moral dan kepuasan atau keberhasilan anggota dalam mencapai kebutuhan pribadinya (Ginting, 2000).

Ruth Benedict menjelaskan bahwa persoalan yang ada dalam dinamika kelompok, yaitu: a. Kohesi/ persatuan, yaitu tingkah laku anggota dalam kelompok seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok, dan sebagainya. b. Motif/ dorongan, yaitu interes anggota terhadap kehidupan kelompok seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok, dan sebagainya. c. Struktur, yaitu bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antaranggota, pembagian tugas, dan sebagainya. d. Pimpinan, yaitu bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan, dan sebagainya. e. Perkembangan kelompok, yaitu perubahan dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan sebagainya (Santosa, 2004). Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Departemen Pertanian (2008) mendefinisikan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah suatu wilayah administrasi desa atau yang berada dalam satu wilayah aliran irigasi petak pengairan tersier. Menurut Syahyuti (2005), Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi

anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsifungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian. Dinamika organisasi Gapoktan adalah kekuatan-kekuatan yang terdapat di dalam maupun di lingkungan Gapoktan yang akan menentukan perilaku dari anggota dan perilaku kelompok tani,untuk bertindak atau melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan.cepat tidaknya petani mengadopsi inovasi tergantung kepada faktor sosial dan ekonomi petani. Faktor sosial diantaranya umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman bertani. Sedangkan faktor ekonomi diantaranya adalah tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki dan ada tidaknya usahatani yang dimiliki petani (Soekartawi, 1995). Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja maka semakin berpengelaman dalam mengelola usahataninya (Suratiyah, 2009). Pendidikan dan pelatihan selain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengurus dan pimpinan, korelasi sangat diperlukan untuk peningkatan apresiasi sosial dari para pembinanya terhadap aspirasi yang hidup di masyarakat (Lubis, 2008).

Menurut Soekartawi (1999) semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Semakin lama seseorang bekerja, maka akan semakin tinggi pula pengalaman kerjanya sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi pendapatan dan prodiktivitasnya (Suwita, 2011). Kerangka Pemikiran Untuk memperjelas mengenai dinamika organisasi GAPOKTAN terhadap program pengembangan usaha agribisnis pedesaan, serta hubungan dan pengaruhnya terhadap karateristik sosial ekonomi anggota dengan hal hal yang tercantum pada identifikasi masalah, maka dapat di lihat pada skema kerangka pemikiran sebagai berkut:

PROGRAM PUAP GABUNGAN KELOMPOK PERKEMBA NGAN PERKEMBA NGAN ANGGOTA GAPOKTA FAKTOR-FAKTOR DINAMIKA ORGANISASI 1. TUJUAN ORGANISASI 2. STRUKTUR ORGANISASI 3. FUNGSI /TUGAS ORGANISASI 4. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI 5. KEKOMPAKAN ORGANISASI 6. SUASANA ORGANISASI 7. TEKANAN ORGANISASI 8. EFEKTIVITAS ORGANISASI KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI 1. UMUR 2. TINGKAT PENDIDIKAN 3. LUAS LAHAN 4. JUM LAH TANGGUNGAN KELUARGA 5. PENGALAMAN BERTANI Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Dinamika Organisasi GAPOKTAN Terhadap PUAP Keterangan: : Menyatakan pengaruh : Menyatakan Proses

2.4 Hipotesis Penelitian 1. Adanya peningkatan dinamika organisasi selama 5 tahun terakhir. 2. Dinamika organisasi gapoktan didaerah penelitian tergolong tinggi. 3. PUAP mengalami perkembangan setiap tahunnya didaerah penelitian dengan perkembangan yang positif (+). 4. Karakteristik sosial ekonomi pertanian memiliki pengaruh dengan dinamika organisasi gapoktan. 5. Karakteristik sosial ekonomi pertanian memiliki hubungan dengan dinamika organisasi gapoktan.