BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Aktivitas sehari-hari kita tidak pernah terlepas dari ancaman serangan radikal bebas. Mulai dari paparan sinar ultraviolet (UV), polusi lingkungan, asap rokok, makanan dan lain-lain. Dewasa ini dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas mengenai radikal bebas dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh (Winarsi, 2007). Berbagai macam dampak buruk yang dapat terjadi akibat adanya radikal bebas di dalam tubuh antara lain adalah timbulnya penyakit degeneratif seperti jantung koroner, kanker, atritis, penuaan dini serta menurunnya daya tahan tubuh. Menurunnya daya tahan tubuh dapat menyebabkan individu mudah terserang penyakit infeksi. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Berdasarkan survai dari WHO, penyakit menular kini menjadi perhatian di seluruh dunia dan infeksi akibat resistensi antibiotik mikroorganisme telah meluas (WHO, 2001). Sebagian besar orang menghindari pengaruh buruk radikal bebas dengan cara mengkonsumsi suplemen atau mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan sintetik dengan kadar antioksidan yang tinggi, seperti BHT (butylated hydroxytoluene) dan BHA (butylated hydroxyanisole). Akan tetapi penggunaan BHT dan BHA kini sangat dibatasi karena dapat menimbulkan dampak negatif. Ada berbagai jenis bakteri yang dapat menimbulkan penyakit infeksi diantaranya adalah bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) dan Salmonella thyposa (gram negatif). Bakteri Staphylococcus aureus (S. aureus) selama ini dikenal sebagai bakteri penyebab bronkhitis, keracunan makanan, gangguan pencernaan dan meningitis. Bakteri Salmonella thyposa (S. thypossa) merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit tipes dan demam tifoid (Jawetz, 2005). Usaha penanggulangan penyakit infeksi akibat bakteri yang selama ini dilakukan secara umum adalah dengan cara mengkonsumsi obat-obatan antibiotik 1
2 sintetik seperti metisilin, eritromisin, amoksilin, kloramfenikol, tetrasiklin, penisilin dan lain sebagainya. Secara khusus, penyakit infeksi akibat bakteri S. aureus dapat diobati dengan antibiotik amoksilin dan tetrasiklin, sedangkan penyakit infeksi akibat bakteri S. thyposa dapat diobati menggunakan antibiotik golongan kloramfenikol, tiamfenikol dan ciprofloaxin. Akan tetapi penggunaan obat-obatan antibiotik sintetik yang sudah sejak lama digunakan mengakibatkan resistensi terhadap bakteri-bakteri tertentu, seperti bakteri S. aureus yang kini telah resisten terhadap antibiotik metisilin dan eritromisin (Gopalakrishnan et al., 2012; Kumala et al., 2010). Penggunaan antioksidan sintetik dan obat antibakteri sintetik yang sering menimbulkan efek samping, serta antibiotik yang telah resisten terhadap bakteribakteri tertentu telah mendorong peneliti untuk mencari suatu obat-obatan alternatif yang lebih aman untuk dikonsumsi yang berasal dari bahan alam. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati, terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah sebagai obat tradisional. Penelitian tentang kimia bahan alam semakin dieksploitasi sebagai bahan obat-obatan alternatif baik untuk industi farmasi, kosmetik maupun yang lainnya. Hal itu disebabkan karena bahan alam memiliki keanekaragaman struktur kimia dan tidak menimbulkan efek samping yang merugikan tubuh. Salah satu tanaman tersebut adalah Curcuma aeruginosa Roxb yang sering disebut dengan nama temu ireng atau temu hitam. Bagian dari tanaman Curcuma aeruginosa (C. aeruginosa) yang sering digunakan sebagai obat adalah rimpangnya. Secara empiris, masyarakat menggunakan rebusan rimpang C. aeruginosa ini sebagai penambah nafsu makan. Reanmongkol et al., (2006) melaporkan bahwa ekstrak kloroform rimpang C. aeruginosa dapat dimanfaatkan sebagai antinosiseptif, antipiretik dan antiinflamasi. Selain itu, ekstrak etanolnya dapat digunakan sebagai anticacing. Rajamma et al., (2012) melaporkan bahwa rimpang dan daun genus Curcuma mengandung senyawa aromatik yang mengindikasikan adanya volatil atau minyak atsiri. Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap dan
3 merupakan campuran dari senyawa yang berwujud cair atau padatan dengan komposisi maupun titik didih yang beragam. Minyak atsiri dapat diperoleh dari bagian tanaman, akar, batang, kulit, daun, biji maupun bunga, dan dapat menghasilkan produk-produk seperti parfum, obat-obatan, bahan beraroma untuk makanan, campuran dalam pasta gigi, permen, dan sebagainya (Sastrohamidjojo, 2004). Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan menggunakan metode penyulingan, yaitu distilasi uap, distilasi air dan distilasi uap-air. Akan tetapi pada umumnya hanya digunakan salah satu metode penyulingan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri murni yang diperoleh dari penyulingan C. aeruginosa dari Malasyia dan India mampu menghambat pertumbuhan beberapa mikroba seperti Cyptococcus neoformans, Staphylococcus aureus, Eschercia coli, dan Basilus subtilis (Kamazeri et al., 2012; Nambisan et al., 2012). Akan tetapi pada penelitian tersebut yang digunakan adalah 100% murni minyak atsiri, dan belum ada penelitian yang melakukan variasi konsentrasi minyak atsiri C. aeruginosa sebagai antibakteri. Penelitian mengenai variasi konsentrasi minyak atsiri C. aeruginosa sebagai antibakteri perlu dilakukan agar didapatkan konsentrasi optimum, sehingga pengunaannya dapat lebih tepat dan efisien. Gopalakrishnan et al., (2012) melaporkan bahwa minyak atsiri Curcuma amada Roxb memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik daripada antioksidan sintetik BHT. Curcuma amada Roxb dan Curcuma aeruginosa Roxb masih dalam satu genus yang sama. Hubungan kekerabatan tersebut mengindikasikan bahwa minyak atsiri Curcuma aeruginosa dimungkinkan memiliki aktivitas antioksidan yang hampir sama dengan Curcuma amada Roxb. Penelitian mengenai aktivitas antioksidan dan antibakteri minyak atsiri C. aeruginosa di Indonesia memang belum pernah dilakukan. Penelitian ini melakukan pemanfaatan minyak atsiri C. aeruginosa sebagai antioksidan dan antibakteri dengan berbagai variasi konsentrasi minyak atsiri. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka muncul beberapa permasalahan yaitu :
4 1. Bagaimana pengaruh variasi metode distilasi terhadap randemen minyak atsiri C. aeruginosa? 2. Bagaimana pengaruh variasi metode distilasi terhadap jenis dan komposisi senyawa dalam minyak atsiri C. aeruginosa jika diidentifikasi dengan GC-MS? 3. Bagaimana aktivitas antioksidan minyak atsiri C. aeruginosa yang diperoleh dengan metode distilasi uap, distilasi air dan distilasi uap-air terhadap radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrihidrazil (DPPH)? 4. Berapakah konsentrasi optimum minyak atsiri C. aeruginosa yang dapat digunakan sebagai antioksidan? 5. Berapakah diameter hambat minimum minyak atsiri C. aeruginosa terhadap bakteri gram positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri gram negatif (Salmonella thyposa)? I.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh variasi metode distilasi terhadap hasil rendemen minyak atsiri C. aeruginosa. 2. Mengetahui pengaruh variasi metode distilasi terhadap jenis dan komposisi senyawa dalam minyak atsiri C. aeruginosa yang diidentifikasi dengan GC-MS. 3. Mengetahui aktivitas antioksidan minyak atsiri C. aeruginosa hasil destilasi air, destilasi uap-air dan destilasi uap dengan metode penangkapan radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrihidrazil (DPPH). 4. Menentukan konsentrasi optimum minyak atsiri C. aeruginosa sebagai antioksidan. 5. Menentukan diameter hambat minimum minyak atsiri C. aeruginosa terhadap bakteri gram positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri gram negatif (Salmonella thyposa).
5 I.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bahan alam Indonesia yang dapat digunakan sebagai antioksidan dan antibakteri terutama minyak atsiri. Selain itu diharapkan diperoleh data pada konsentrasi berapa minyak atsiri mampu menghambat radikal bebas dan mampu menghambat pertumbuhan bakteri sebagai dasar pembuatan dan penggunaan obat-obatan tradisional yang berasal dari bahan alam, serta dapat memberikan konstribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kimia dan aplikasinya.