BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia adalah salah satu fenomena yang sangat

Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menarik, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara untuk berkunjung. Seiring dengan meningkatnya kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. produk dan layanan. Desain bangunan, interior dan eksterior hotel, suasana

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia merupakan salah satu fenomena

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk kita teliti, terlebih di era globalisasi terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. untuk turut berkompetisi dalam menjaring konsumen lokal. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. perhotelan berkembang dengan cepat (Zeithaml & Bit, 2003). Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk kita simak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat boleh berbangga dengan Kota Bandungnya dimana baru-baru ini

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya untuk bersenang - senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang

BAB I. mendorong tumbuhnya berbagai industri sebagai upaya dalam memenuhi. Persaingan dalam dunia industri sebagai dampak dari beragamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memberikan pelayanan yang berkualitas dengan mutu yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. dikumpulkan dari 54 hotel berbintang dan 521 hotel non bintang di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap pembangunan ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Di negara mana pun, termasuk Indonesia, keadaan perekonomian sangat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serius terhadap bidang ini telah melahirkan beberapa kebijakan sebagai

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan dunia, salah satunya yaitu pariwisata di Indonesia. Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. sekian lama bangsa Indonesia diguncang krisis yang berkepanjangan. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun Bulan Tingkat Hunian

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ketat antar perusahaan, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. terutama akan dirasakan oleh pendatang baru yang mencoba ikut bermain dalam

BAB I PENDAHULUAN. investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk

1.1 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA BANDUNG PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu fenomena yang menarik untuk dibahas. Persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1-1 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pariwisata dunia semakin ketat yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BINTANG EMPAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang memiliki peran penting dalam peningkatan pendapatan suatu

BAB I PENDAHULUAN. maksimal guna mempertahankan keberadaan perusahaan di tengah persaingan.

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Banyumas memiliki tempat pariwisata yang bertaraf nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Memperoleh keunggulan bersaing merupakan tantangan utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. penunjang tersebut memiliki fungsi dan tujuan masing-masing, sehingga

Jumlah Restoran dan Kafe

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konferensi dan Pameran (Meeting, Incentive,

2015 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bali sudah sangat terkenal dengan pariwisata oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta masih menjadi daerah wisata yang menarik. yang disediakan bagi wisatawan untuk memperoleh pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri jasa di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup berarti,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Pengelolaan dan pengembangan pariwisata harus dilanjutkan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri pariwisata dunia semakin pesat yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini adalah cafe. Pada tahun 2016 ini banyak bisnis cafe

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu diperhatikan oleh suatu perusahaan, terlebih lagi dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Destiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. maupun keragaman kebudayaannya. Pengelolaan yang baik dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Wisatawan Jumlah Presentase. Sumber : Dinas Pariwisata Kota Bandung dalam Data Badan Pusat Statistik Kota Bandung Tahun 2013.

BAB I PENDAHULUAN. menyusun strategi untuk menarik hati para pelanggan mereka (Budi, 2013: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat menuju kearah penguasaan pasar secara luas, Baik itu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat dan persaingan pasar semakin. Apabila perusahaan sudah menetapkan strategi pemasarannya khususnya

Bab I PENDAHULUAN. untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa. pengunjung lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.

BAB I PENDAHULUAN. mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia adalah salah satu fenomena

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini industri pariwisata Indonesia mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Selama 1 tahun terakhir terjadi kenaikan dan penurunan jumlah konsumen

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan keunggulan kompetitif merupakan salah satu hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha.pertumbuhan industri yang semakin meningkat menyebabkan harus

BAB I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. juga berlangsung pesat. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya persentase

BAB I PENDAHULUAN. selling, (Anderassen et al, 1997) dengan tujuan membangun citra yang kuat

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya, dengan pariwisata juga kita bisa reffresing untuk mendapatkan

Statistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. devisa negara. Salah satu Visi Pariwisata Indonesia yaitu, industri pariwisata

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pekembangan persaingan bisnis di Indonesia adalah salah satu fenomena yang sangat menarik untuk kita simak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut berkompetisi dalam menjaring konsumen lokal. Dampak globalisasi menyebabkan industri jasa yang terdiri dari berbagai macam industri seperti industri telekomunikasi, manufaktur, perhotelan, transportasi, dan perbankan berkembang dengan cepat. Salah satunya yang berkembang dengan cepat adalah adalah industri perhotelan, dimana industri ini bergerak pada bidang jasa yang memadukan antara produk dan layanan. Desain bangunan, interior dan eksterior kamar hotel serta restoran, suasana yang tercipta di dalam kamar hotel, restoran serta makanan dan minuman yang dijual beserta keseluruhan fasilitas yang ada merupakan contoh produk yang dijual. Sedangkan layanan yang dijual adalah keramah-tamahan dan ketrampilan staff/ karyawan hotel dalam melayani pelanggannya. Dahulu fungsi hotel hanya sebagai tempat bermalam bagi konsumen yang melakukan perjalanan bisnis atau wisata dan tidak memiliki relasi di tempat tujuan. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi hotel mengalami peningkatan, yaitu digunakan untuk acara pernikahan, rapat perusahaan dan launching produk baru suatu perusahaan. 1

2 Hotel erat kaitanya dengan sektor pariwisata karena hotel adalah sebagai tempat tinggal sementara bagi para wisatawan yang berkunjung sehingga hotel juga menjadi salah satu penunjang dari keberhasilan pariwisata di kota tersebut. Kota Bandung merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Barat sekaligus kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung yang merupakan destinasi wisata unggulan Jawa Barat juga menjadi lokasi yang strategis untuk bisnis jasa penginapan. Besarnya minat wisatawan berkunjung ke Bandung memicu meningkatkan peluang dalam jenis berbisnis baik objek wisatanya itu sendiri maupun usaha-usaha lain yang berhubungan dengan aktivitas wisata seperti akomodasi hotel, transportasi, kuliner dan lain sebagainya. Hal ini merupakan suatu daya tarik para wisatawan domestik dan mancanegara untuk melakukan kunjungan ke kota Bandung. Berikut Tabel 1.1 merupakan data Perkembangan kunjungan wisatawan domestik ke kota Bandung periode tahun 2012 sampai tahun 2016: Tabel 1.1 Perkembangan Wisatawan Domestik ke kota Bandung Tahun Jumlah 2012 5.080.584 2013 5.388.292 2014 5.627.421 2015 5.877.162 2016 4.827.589 Total 26.801.048 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Berdasarkan pada tabel 1.1 jumlah wisatawan pada periode tahun 2012-2016 mencapai 26.801.048 dengan rata-rata pertahun 5.360.209 wisatawan

3 domestik yang berkunjung ke Kota Bandung ini menandakan adanya peningkatan kunjungan wisatawan dari tahun ke tahunnya. Melihat dari data pada table 1.1 tentu saja ini akan melahirkan perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan kepariwisataan khususnya industri jasa terutama industri perhotelan. Industri pariwisata terdapat berbagai jenis bisnis yang menunjang pariwisata yaitu salah satunya bisnis perhotelan. Hotel merupakan sarana tempat beristirahat bagi wisatawan. Kenyamanan pengunjung hotel dalam menggunakan jasa hotel merupakan prasyarat utama, sehingga para pengelola hotel harus menciptakan kenyamanan sebaik mungkin agar jasa hunian hotel dapat dipertahankan. Salah satu usaha yang diminati pelaku usaha di Kota Bandung adalah kegiatan usaha akomodasi hotel dengan berbagai jenis fasilitas yang ada. Usaha ini selain memberikan keuntungan bagi para pelaku usaha juga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Bandung. Pemerintah Kota Bandung telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No. 10 Tahun 2004 tentang penyelenggaraan kepariwisataan yang di dalamnya mengatur usaha pendirian hotel. Dengan adanya peraturan ini memudahkan bagi para pelaku usaha untuk membuka bisnisnya khususnya di bidang perhotelan. Sehingga dengan adanya hotel-hotel akan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) kepada Pemerintah Kota Bandung khususnya pada sektor pariwisata. Data dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Bandung, perkembangan jumlah hotel di Bandung yang sangat pesat, menimbulkan persaingan perhotelan di Bandung menjadi sangat ketat. Hal itu ditunjukan dengan pertumbuhan bisnis hotel dari tahun ke tahun yang

4 bertambah jumlahnya baik hotel berbintang maupun hotel non berbintang. Berikut data pertumbuhan hotel di Kota Bandung tahun 2012-2016: 450 400 350 300 301 328 340 364 385 250 200 150 100 50 0 Hotel di Kota Bandung 2012 2013 2014 2015 2016 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat Gambar 1.1 Pertumbuhan Hotel di Kota Bandung Tahun 2012-2016 Berdasarkan gambar 1.1 diatas menunjukan bahwa pertumbuhan hotel dikota bandung sangat pesat. Pada tahun 2012 hingga tahun 2016 jumlah hotel baik berbintang maupun non berbintang terus bertambah. Data Dinas pariwisata Bandung terdapat 275 hotel melati yang ada di kota Bandung. Hal itu menyebabkan hotel-hotel di kota bandung harus dapat mengembangkan penawaran-penawaran dalam berbagai aspek agar dapat meningkatkan kunjungan hotel dan memberikan kepuasan yang optimal bagi konsumen. Saat ini terdapat berbagai hotel baru di Bandung, dan diprediksikan akan menambah 3.000 kamar hotel. Namun di sisi lain, jumlah kamar hotel yang menurut Dinas Pariwisata Kota Bandung sudah mencapai 13.000 kamar, dinilai terlalu banyak oleh ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI)

5 Jawa Barat periode 2009-2013 Herman Muchtar. Menurutnya, jumlah itu terlalu banyak dan membuat bisnis hotel menjadi tidak sehat. Menurut Ketua Himpunan Hotel Melati Kota Bandung periode 2009-2013 Doddy Widodo, jika pertumbuhan kamar hotel tidak dapat dibendung akan semakin meresahkan pengusaha hotel yang sudah ada, terutama para pengusaha hotel melati (HU Pikiran Rakyat Selasa, 26 April 2011). Menurut Doddy, bukan tidak mungkin hotel hotel bintang akan banting harga menggunakan tarif hotel melati. Kondisi ini, lanjutnya, dipastikan akan mengancam hotel melati. Saat ini saja, menurut Doddy, sedikitnya 25 hotel melati di Bandung dalam kondisi terpuruk. Berbagai hal dilakukan oleh pihak hotel dalam menaikan tingkat penghunian kamar (TPK) agar dapat menarik minat pengunjung untuk menginap di hotel tersebut. Dari fasilitas yang disediakan, promosi, pelayanan terbaik, harga yang sesuai dan lain sebagainya, kualitas pelayanan kamar hotel yang baik. Berikut gambar mengenai tingkat penghunian kamar di provinsi Jawa Barat pada

6 tahun 2017: Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat Gambar 1.2 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel di Jawa Barat Tahun 2016-2017 Berdasarkan gambar 1.2 diatas menunjukan bahwa TPK yang paling tinggi capaianya ditahun 2016 adalah bulan Mei 41,60. TPK yang paling rendah capainya adalah bulan November 2016 sebesar 35,52. Hal itu menunjukan adanya penurunan tingkat okupasi hotel di jawa barat dalam beberapa bulan kebelakang dan hanya mengalami kenaikan pada high season dikarenakan adanya libur sekolah dan tahun baru. Tingginya TPK hotel dapat membantu hotel dalam menjalankan aktivitas perusahaanya dengan memberikan pemasukan yang nantinya menjadi sumber pemasukan untuk kegiatan operasional perusahaan. Semakin banyak pengunjung hotel juga berdampak pada citra hotel yang baik, dengan demikian akan meningkatkan tingkat keterisian kamar hotel. Kota Bandung merupakan kota wisata sehingga banyak para wisatawan yang menginap untuk menikmati wisata yang ada di kawasan bandung. Berikut terdapat beberapa hotel melati yang berada di Kota Bandung. Tabel 1.2

7 Hotel Melati Tiga di Bandung Sumber: Data diolah peneliti Tabel 1.2 menunjukkan bahwa Hotel Karmila Bandung menempati posisi terbawah dari pesaingnya yakni di antaranya Hotel Bukit Dago yang berada dalam satu wilayah, dan Graha Sartika memimpin dengan menempati posisi teratas. Hal tersebut bisa terjadi karena beberapa hal, mulai dari sarana, prasarana, service, strategi promosi, dan lain sebagainya. Dengan itu diperlukan strategi-strategi yang sudah diterapkan agar lebih optimal. Hotel Karmila merupakan salah satu hotel yang terletak dikawasan strategis dikota kembang Bandung. Tepatnya dikawasan Dago yang terkenal dengan wisata plesirnya. Kawasan ini memberikan kemudahan untuk menjangkau tempattempat wisata kota No Nama Hotel 44 Hotel Grand Pasifik 45 Hotel Bukit Dago 46 Hotel De qur 47 Hotel Jelita Parahyangan 48 Hotel Harmoy inn 49 Hotel Lotus 50 Hotel Cassa Dua 51 Hotel Kartika 52 Hotel Augusta Valley 53 Hotel Karmila Bandung di Bandung seperti Taman Budaya Jawa Barat dan Factory Outlet yang dapat dengan

8 mudah dijumpai di sepanjang jalan kota Bandung. Dalam beberapa tahun terakhir hotel ini mengalami penurunan tingkat hunian kamar hotel, padahal berada dikawasan yang padat akan wisatawan. Berikut data yang berhasil diperoleh mengenai jumlah tamu yang menginap di Hotel Karmila dalam 6 bulan terakhir : Tabel 1.3 Jumlah Tamu Hotel Karmila Periode Januari - Juni 2017 TAHUN JUMLAH Januari 696 Februari 559 Maret 535 April 547 Mei 453 Juni 402 Sumber : Data Hotel Karmila Berdasarkan tabel 1.3 diatas, terlihat bahwa jumlah tamu hotel karmila yang menginap pada tahun 2017 terlihat pula bahwa terjadi penurunan jumlah tamu yang menginap di hotel tersebut selama periode januari sampai juni 2017. Hal ini memperlihatkan adanya permasalahan terhadap keputusan tamu hotel untuk menginap di Hotel Karmila Bandung. Melihat penyebab fenomena yang terjadi, penulis juga melakukan penelitian pendahuluan dengan cara membagikan kuesioner kepada 30 tamu hotel yang menginap di Hotel Karmila Bandung. Penelitian pendahuluan tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan

2,32 2,62 3,65 4,03 3,95 3,75 3,97 3,85 9 menyebabkan rendahnya keputusan tamu hotel untuk menginap sehingga berdampak pada menurunnya tingkat keterisian kamar hotel. Berikut hasil penelitian pendahuluan mengenai sejumlah faktor yang menyebabkan rendahnya keputusan tamu hotel untuk menginap di Hotel Karmila Bandung sebagai berikut : Kualitas pelayanan Harga Lokasi Promosi Orang Bukti Fisik Proses Citra Merek H A S I L P R A S U R V E I Sumber : Olah Data Peneliti Gambar 1.3 Hasil Kuesioner Pendahuluan Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Menginap Dalam gambar 1.3 diatas, dapat dilihat bahwa hasil pra survei yang telah dilakukan peneliti menunjukan harga memperoleh hasil yang terendah dengan rata-rata 2,32 kemudian kualitas pelayanan 2,62. Tamu hotel beranggapan bahwa harga Hotel Karmila Bandung teralu mahal, kualitas pelayanan yang tersedia tidak sesuai dengan manfaat yang diberikan sehingga berdampak kepada keputusan tamu hotel untuk menginap dan membuat tingkat keterisian kamar tamu hotel karmila mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tjiptono dalam Purwari (2012:204) menyatakan, harga merupakan salah satu faktor penentu pembeli menentukan suatu keputusan pembelian terhadap suatu produk maupun

10 jasa. Sama halnya menurut Kotler dan Amstrong(2012) menyatakan bahwa konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk yang ditawarkan banyaknya dipengaruhi rangsangan pemasaran yaitu produk, harga, tempat dan promosi yang telah diterapkan perusahaan selama ini. Hubungan antara harga dengan keputusan tamu hotel menginap juga diterangkan oleh jurnal Werry Kurniawan (2012). Dari hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa Adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel harga terhadap variabel pengambilan keputusan menginap sebesar 48.4% dan sisanya sebesar 51.6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa harga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan konsumen untuk menginap. Hubungan antara kualitas pelayanan dengan keputusan menginap juga diterangkan oleh jurnal A.S.Parawansyah (2011). Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa Terdapat pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel kualitas pelayanan terhadap variabel keputusan menginap konsumen. Dengan demikian, harga dan kualitas pelayanan yang diterapkan pada Hotel Karmila dianggap kurang maksimal. Harapan konsumen terhadap harga dan kualitas pelayanan yang diberikan pihak hotel tidak berbanding lurus dan hal itu menyebabkan tingkat keputusan tamu hotel menginap rendah. Hubungan harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan tamu hotel menginap diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Nurokti Diana Luthfi (2015) yang menunjukan bahwa harga dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap keputusan menginap.

11 Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN TAMU HOTEL MENGINAP DI HOTEL KARMILA BANDUNG 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian Identifikasi masalah dan rumusan masalah berkaitan dengan permasalahan dan fenomena fenomena yang terjadi dalam penelitian ini. Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut pada latar belakang masalah peneliti dapat mengidentifikasi masalah dan rumusan masalah seperti berikut : 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan, maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi yaitu sebagai berikut: 1. Menurunnya tingkat keterisian kamar Hotel Karmila Bandung 2. Fasilitas tempat parkir yang sempit 3. Tidak terdapat ruangan meeting yang dapat digunakan sebagai tempat acara ataupun ruang serbaguna. 4. Harga kamar hotel yang mahal tidak sesuai dengan manfaat yang diberikan. 5. Banyaknya pesaing hotel lain yang memilki kualitas pelayanan yang lebih baik. 6. Promosi yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan kamar hotel kurang 7. Ketatnya persaingan industri perhotelan di Kota Bandung

12 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tanggapan tamu hotel tentang harga di Hotel Karmila Bandung. 2. Bagaimana tanggapan tamu hotel tentang kualitas pelayanan di Hotel Karmila Bandung. 3. Bagaimana keputusan tamu hotel menginap di Hotel Karmila Bandung. 4. Seberapa besar pengaruh harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan tamu hotel menginap di Hotel Karmila Bandung baik secara parsial maupun simultan. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mengetahui : 1. Tanggapan tamu hotel tentang harga di Hotel Karmila Bandung. 2. Tanggapan tamu hotel tentang kualitas pelayanan di Hotel Karmila Bandung. 3. Tanggapan tamu hotel tentang keputusan tamu hotel menginap di Hotel Karmila Bandung. 4. Besarnya pengaruh harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan tamu hotel menginap di Hotel Karmila Bandung baik secara parsial maupun simultan.

13 1.4 Kegunaan Penelitian Dalam sub bab ini akan dipaparkan mengenai kegunaan dari penelitian ini baik secara teoritis maupun praktis sehingga penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, instansi dan masyarakat secara umum, kegunaan penelitian yang dimaksud dipaparkan sebagai berikut : 1.4.1 Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna bagi pengembangan teori mengenai harga, kualitas pelayanan dan keputusan pembelian. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan teori yang dipelajari dengan fakta fakta yang ada di lapangan sehingga dapat memberikan pemikiran kajian manajemen pemasaran. 1. Sebagai bahan pengalaman dan pembelajaran baru dalam bidang industri hotel agar selanjutnya dapat memberikan pengetahuan tambahan yang dapat digunakan oleh penulis jika ingin membuka bisnis di bidang perhotelan. 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang khususnya ingin meneliti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian selain harga, dan kualitas pelayanan 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Penulis a. Dapat memahami lebih dalam mengenai materi materi manajemen pemasaran terutama tentang harga dan kualitas pelayanan serta pengaruhnya terhadap keputusan tamu hotel dalam memilih jasa hotel sehingga dapat diperoleh gambaran kesesuaian fakta dan teori.

14 b. Mengetahui bagaimana tata cara kerja yang dilakukan pihak hotel Karmila Bandung sehingga memberikan gambaran kepada penulis bagaimana realita kerja di perhotelan. c. Mengetahui karakteristik tamu hotel dalam memilih jasa hotel yang di inginkannya, sehingga penulis mengetahui berbagai macam karakteristik tamu hotel yang beragam. d. Bagi penulis memperoleh pengalaman praktis tentang penelitian, ditambah pengembangan wawasan kemampuan akademik dalam bidang manajemen pemasaran. e. Bagi penulis penelitian ini dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Universitas Pasundan dengan membuat laporan penelitian secara ilmiah dan sistematis. 2. Bagi Perusahaan a. Dapat dijadikan masukan, berupa saran sehingga dapat membantu dalam menentukan harga dan kualitas pelayanan dampaknya terhadap keputusan menginap di Hotel Karmila Bandung. b. Perusahaan dapat menentukan strategi-strategi pemasaran yang akan digunakan untuk menentukan harga dan kualitas pelayanan keputusan menginap tamu di Hotel Karmila Bandung. c. Penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan mengenai pentingnya

15 pengaruh harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan menginap di Hotel Karmila Bandung. 3. Bagi pihak lain a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau sumbangan pikiran yang bermanfaat untuk para pembaca yang akan mengadakan penelitian pada bidang yang sama. b. Dengan penelitian ini diharapkan bisa membuka paradigma baru bagi pembaca mengenai harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian.