BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Ngelo. Tengah dengan luas wilayah ha/m 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat. yang tepat melakukan toilet training setelah anak mulai bisa

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

63 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak

LAMPIRAN C SKALA STRES DAN AGRESIFITAS

Perawan / Menikah / Janda Cerai / Janda Meninggal * Jumlah Anak : Orang * Coret yang tidak perlu C A R A P E N G E R J AAN

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

BAB III PSIKOLOGIS SUAMI YANG DITINGGAL ISTRI SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI DESA TEMBONG

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTITAS. Usia :...tahun Jenis Kelamin : L / P PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

Psikologi Terapan UI ini.

134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus A-2 Skala Konsep Diri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

#### Selamat Mengerjakan ####

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6 KEBIASAAN BAYI YANG MASIH TERBAWA SAMPAI BATITA

Tabel validitas alat ukur kompetensi interpersonal

BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN. A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB III TINJAUAN KASUS

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEMUNDURAN FISIOLOGIS DENGAN STRES PADA LANJUT USIA DI POLI LANSIAPUSKESMAS KECAMATAN KALIDERES TAHUN 2014

Bagan Pengambilan Keputusan Pada Anak Bungsu Remaja Akhir

ANAMNESIS. I. Identitas. 1. Nama : Ny. Bandi. 3. Jenis Kelamin : Perempuan. 4. Alamat : Jalan Taman S.Parman II no. 5 Rt. 09/ Rw.

Subjek I T10 T11 T12

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG

ANGKET UJI COBA PENELITIAN. 1. Identitas Siswa Nama : Kelas : Jenis Kelamin : Alamat :...

Tema 1. Keluarga yang Rukun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

Sepotong Matahari dan Awan untuk Ibu* :ibuku

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum TK Purwanida I

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

( ) Perguruan Tinggi lulus / tidak lulus, semester

I. PENDAHULUAN. transisi, dimana terjadi perubahan-perubahan yang sangat menonjol dialami. fisik dan psikis. Sofyan S.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud melaksanankan penelitian dengan

LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

POLA ASUH MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF AUD. Zumrotus Sholichati PPL PLS UNY

BAB 4 KONSEP DESAIN Premise Penyesalan seorang anak atas apa yang telah dilakukannya terhadap ibunya.

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Skala Kecemasan Anak Perempuan Pada Masa. Pubertas Menghadapi Perubahan Fisik

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Nama : Jenis Kelamin :

INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua)

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

AZAN PERTAMA DENDY. (Penulis : IDM)

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA. No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

BAB III METODE PENELITIAN. bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi). Penelitian kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. Toilet training yaitu suatu usaha melakukan latihan buang air besar dan buang

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERAN KELUARGA DALAM PENCEGAHAN RISIKO JATUH PADA LANSIA TERHADAP KEJADIAN JATUH DI RW.06

BAB I PENDAHULUAN. keluarga lain, pengalaman dini belajar anak khususnya sikap sosial yang awal

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

dengan penuh hormat. rumah. mata.

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun

Oleh: Windra Yuniarsih

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Apa itu menstruasi? Menstruasi adalah tanda anak perempuan tumbuh menjadi dewasa. Menstruasi adalah proses alami bagi perempuan.

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

LAMPIRAN-LAMPIRAN. a. Menurut bapak, seperti apa kecerdasan emosi dan spiritual?

Bab 1. Awal Perjuangan

Dibalik perjuangan seorang "PAPA"

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

TOILET TRAINING. 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati

RANGKUMAN HASIL PENELUSURAN KONDISI PSIKOLOGIS ANAK BERISIKO MELAKUKAN AGRESIVITAS. Endang Ekowarni

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Dusun Ngelo Dusun Ngelo merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Getasan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 32.000 ha/m 2 dengan jumlah penduduk 551 orang yaitu 200 laki-laki dan 351 perempuan. Adapun batas-batas wilayah Dusun Ngelo yaitu sebelah utara berbatasan dengan Dusun Kali Tengah, sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Jambelan, sebelah timur berbatasan dengan Dusun Sanggar, dan sebelah barat berbatasan dengan Dusun Gedad. Dusun Ngelo merupakan dusun dengan karakteristik wilayah yang terdiri dari bukit, pegunungan, dan hutan pinus serta berada di sekitar lereng gunung merbabu sehingga memiliki hawa yang dingin dan sejuk. Sebagian besar masyarakat Dusun Ngelo bekerja sebagai petani dengan jenis sayuran yang ditanami berupa kol, kentang, wortel, labu siam, ketimun, cabai, dan tomat. 33

4.1.2 Gambaran Umum Partisipan Tabel 4.1 Gambaran Umum Partisipan No Partisipan Nama Jenis Kelamin Usia (Tahun) Pekerjaan Pendidikan Terakhir 1. Pertama Ibu S Perempuan 24 Ibu Rumah Tangga Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2. Kedua Ibu K Perempuan 32 Karyawan Swasta Sekolah Menengah Atas (SMA) 3. Ketiga Ibu D Perempuan 23 Ibu Rumah Tangga Sekolah Menuju Kejuruan (SMK) 4. Keempat Ibu I Perempuan 21 Ibu Rumah Tangga Sekolah Menengah Pertama (SMP) 34

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Kategorisasi Hasil Wawancara Tabel 4.2 Kategorisasi Hasil Wawancara No Aspek Indikator 1. Psikologis Jengkel Merasa jengkel. P1 (51) Kategorisasi Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3 Partisipan 4 Terkadang saat di Perasaannya sabar Kalau sudah di toilet ajarkan buang air karena masih susah maunya main air besar dan buang air kalau awal-awal jadi saya juga kecil malah main air begitu. merasa jengkel. jadi merasa jengkel P3 (97-98, 100-103) P4 (74-75, 102-103) tetapi masih kecil jadi harus pelanpelan. Kadang kalau di latih sibuk main jadi P2 (33-36) buang air kecil di Hanya perlu sabar tetapi kalau di ajarkan terus membantah pasti seorang ibu juga merasa jengkel. 35

P1 (333-336) Merasa kesal sudah capek kerja masuk siang pulang malam masih harus membersihkan terkadang buang air besar atau kecil sembarangan. P2 (57-60, 64-65) Ya kesal karena mau tidur harus membersihkan dulu. P2 (68-69) Merasa jengkel karena tidak mau menuruti apa yang di katakan. P2 (102, 116) Kalau saya termasuk ibu yang menuruti kemauan anak tidak terlalu lantai jadi saya merasa jengkel. P4 (89-90, 92, 138-140) Saya suruh ayahnya yang kongkong kalau di latih buang air besar dan buang air kecil biar anaknya mau. P4 (215-217, 119-120) 36

Emosi Merasa emosi. (51) Hanya perlu sabar tetapi kalau di ajarkan terus membantah pasti seorang ibu juga merasa emosi. P1 (333-336) jahat mungkin karena terlalu pelan jadi anak tidak mau nurut, terkadang kalau pelan-pelan tidak mau nurut saya jengkel juga. P2 (212-215) Merasa emosi karena tidak mau menuruti apa yang di katakan. P2 (102) Merasa emosi sudah capek kerja masuk siang pulang malam masih harus membersihkan terkadang buang air besar atau kecil sembarangan. P2 (57-60, 64-65) Marah Iya pernah merasa Mengajarkan buang 37

Sedih marah tetapi tidak pernah melakukan kekerasan. P1 (48-49) Merasa marah. P1 (51) Merasa sedikit marah tetapi di maklumi karena anak masih kecil jadi harus sabar. P1 (132-133) Tidak ada hanya perlu sabar tetapi kalau di ajarkan terus membantah pasti seorang ibu juga merasa marah. P1 (333-336) air besar dan buang air kecil itu melatih kesabaran. P1 (39) Merasa marah karena kalau anak tidak mau menuruti apa yang di katakan. P2 (116) Marah tetapi tidak sampai pakai kekerasan. P2 (236-237) Merasa sedih ketika marah nanti anaknya tidak mau dengan ibunya. 38

Takut Takut sampai besar tidak bisa buang air besar dan kecil secara mandiri apalagi anak perempuan harus bersih beda dengan anak laki-laki. P1 (235-236) P2 (79-81) Merasa takut ketika marah nanti anaknya tidak mau dengan ibunya. P2 (79-81) Takut kalau di kamar mandi kepleset karena tulangnya masih rawan. P2 (97-98) Takut temantemannya sudah bisa tetapi anak saya belum. P2 (127, 129) Takut tidak terbiasa buang air besar dan kecil di toilet. P3 (117, 142-143) Harus bisa soalnya sudah mau menganjak besar takutnya kalau tidak bisa buang air besar dan kecil secara mandiri. Saya sebagai ibu harus bisa mengajarkan karena sudah berumur 2 tahun jadi harus bisa. P4 (55-56) Merasa takut saat melatih anaknya terjatuh. P4 (71) Takut tidak bisa buang air besar dan kecil secara mandiri dan ketinggalan dengan temantemannya. 39

P2 (132, 154) Takut anak jatuh di toilet jadi di pegang. P2 (188) Khawatir dan cemas Khawatir kalau tidak di latih nanti besar tidak bisa buang air besar dan buang air kecil secara mandiri. P1 (54-57) Kalau tidak bisa melakukan tugas perkembangan toilet training terutama buang air besar khawatir nanti besar masih mengandalkan orang tua. Takut jatuh dan belum bisa. P2 (197) Merasa khawatir ketika marah anaknya tidak mau dengan ibunya. P2 (79-81) khawatir tidak bisa buang air besar dan kecil secara mandiri dan ketinggalan dengan temantemannya. P2 (132) Biasanya saya sharing dengan ibuibu yang Penting untuk mengajari buang air besar dan kecil di toilet kalau tidak nanti jadi kebiasaan seperti keponakan saya sudah taman kanak-kanak tetapi masih buang air besar di celana karena orang tuanya tidak bisa mengajarkan ke toilet kalau di ajarin kan pasti mengerti. P3 (70-76) Merasa khawatir saat melatih anaknya terjatuh. P4 (71) Belum bisa membersihkan kalau habis buang air besar atau buang air kecil langsung pakai celana saja tidak bilang. P4 (132-133) Saya pernah cerita ke orang yang lebih 40

P1 (88-90) Merasa sedikit cemas. P1 (138) Merasa cemas karena pada saat di latih tidak mau menuruti perintah dan cemas jika besar nanti belum bisa buang air besar dan buang air kecil secara mandiri nanti membebani orang tua. P1 (140-143) mempunyai anak seumuran dengan anak saya tanyatanya saran. P2 (204-207) Khawatir ketinggalan sama teman-teman sebayanya. P2 (223) Khawatir kalau anak tidak terbiasa buang air besar dan buang air kecil di toilet nanti buat susah orang tua dan jadi bahan pembicaraan orang. P3 (111-115) Khawatir tidak terbiasa buang air besar dan kecil di toilet. P3 (117, 142-143) tua tetapi di suruh buat lubang di tanah tetapi saya tidak mau harus di toilet. P4 (205-207) Merasa cemas karena kondisi kamar mandi yang licin. P1 (168) Merasa cemas jika 41

tidak di ajarkan nanti menjadi kebiasaan. P1 (170) Saya bertanya kepada ibu-ibu yang mempunyai anak yang seumuran dengan anak saya tentang mengajarkan buang air besar dan buang air kecil yang saya ajarkan sudah benar atau tidak. P1 (176-177) Saya sering membicarakan soal tugas perkembangan anak dengan ibuibu. P1 (179-181) 42

Sering bertukar pikiran dengan ibuibu lain karena anak umur 1 3 tahun sulit di ajarkan. P1 (183-184) Meminta saran kepada suami, membicara kendala yang di hadapi saat mengajarkan tugas perkembangan anak dan di sarankan untuk pelan-pelan dalam mengajarkan, tidak marah, dan mengikuti kemauan anak. P1 (201-204) Suami saya menyarankan untuk mengikuti kemauan anak saat di ajarkan 43

nanti kalau salah baru di beri nasihat dengan pelanpelan. P1 (206-207) Sulit atau susah Anak saya kalau di ajarkan tidak mau menuruti. P1 (130) Harapan saya kalau di latih mau mengikuti perintah yang di berikan. P1 (145-146) Saya melihat anak saya takut jatuh saat di ajarkan buang air besar dan buang air kecil karena kakinya belum sampai (toilet terlalu lebar) dan tidak bisa pegangan Terkadang tidak mau menuruti apa yang di katakan karena sibuk main air. P2 (42-43) Terkadang waktu di ajarkan gampang dan terkadang sulit. P2 (104-105) Saat di ajarkan terkadang di suruh berdiri tidak mau malah melamun. P2 (109-110) Terkadang anak tidak mau menuruti Kendalanya tidak mau buang air kecil di kamar mandi. P3 (23, 26-27, 29, 31-34) Terkadang anak di ajarkan buang air besar dan kecil di kamar mandi tidak mau, maunya di luar karena gelap. P3 (100-103) Biasanya mengajarkan anakanak itu sedikit sulit karena di tanya mau buang air besar tidak mau buang air kecil tidak nurut jadi sedikit sulit. P4 (35-36) Ya ada kendala dalam mengajarkan anak-buang air besar dan buang air kecil tetapi saya anggap tidak ada maklumi. P4 (40-41) Masih kecil jadi 44

jadi anak saya tidak mau di ajarkan. P1 (158-160) Umur 3 tahun di ajarkan sulit menuruti apa yang di katakan. P1 (243-244, 246, 248) Anak saya pada saat di ajarkan tidak mau nuruti dan banyak alasannya seperti tidak mau karena takut jatuh. P1 (250-252) Kalau menurut saya R itu manja kalau menuruti apa yang di katakan pasti ada perubahan karena anak manja apaapa minta di temani. apa yang di katakan. P2 (184) Kesulitannya bagaimana biar anak bisa ke kamar mandi sendiri dan bisa buang air besar sendiri. P2 (194-195) kadang tidak nurut mau buang air kecil di luar. P4 (83-84, 87) Kalau buang air besar masih takut sendiri karena jarak toilet yang terlalu lebar anaknya takut jatuh jadi tidak mau di toilet harus ibunya atau ayanya yang kongkong tetapi malah sulit buang airnya kalau di kongkong. P4 (160-164, 179-181, 194-196) 45

P1 (257-259) Saya merasa kesulitan saat mengajarkan karena tidak ada yang R takuti tetapi kalau ada orang lain seperti neneknya pasti mau dan anak seusia ini masih sulit di ajarkan. P1 (285-287) R di manja sama ayahnya jadi saya marah juga masih belum mau menuruti. P1 (289-291) Anak yang manja itu hanya mau yang gampang saja tidak mau berusaha jadi di ajarkan masih 46

sulit. P1 (297-300) Sulit saat di beri arahan pokoknya tidak mau menuruti apa yang di katakan kalau di ajarkan dan masih mengandalkan orang tua. P1 (341-343) Mengajarkan anak seusia ini bertahap jadi harus di maklumi. P1 (348-350) Memikirkan Merasa memikirkan tentang tugas perkembangan anak tetapi tidak terlalu di jadikan beban karena anakanak umur 1 3 Memikirkan karena takut ketinggalan dengan temanteman sebayanya. P2 (127) Ya terkadang di Saya memikirkan kenapa anaknya takut terkadang di tatur suruh menghadap ke tembok biar tidak takut tetapi tidak 47

tahun harus di ajarkan secara bertahap tidak bisa di paksakan. P1 (213-216) Suami saya kalau anak salah di bela jadi tidak bisa membedakan mana yang benar dan yang salah. P1 (224-226) Saya memikirkan tugas perkembangan karena belum bisa melakukan sendiri dan sulit saat di ajarkan. P1 (140-143) Saya tuangkan air ke dalam ember sebagai tempat pikirkan kenapa tidak mau menuruti apa yang di katakan terkadang juga sampai berdoa. P2 (134-136, 138) Memikirkan bagaimana cara agar anak menuruti apa yang di katakan. P2 (163, 165-166) Yang membuat terpikirkan bagaimana biar anak bisa buang air besar dan buang air kecil secara mandiri. P2 (220) Terkadang terpikirkan gimana cara mengajarkan mau takut terjatuh. P4 (198-199, 201) Harapan saya agar anak itu bisa hidup bersih kalau mau buang air besar dan buang air kecil di kamar mandi tidak di sembarang tempat. P4 (223-224) Saya cerita di suami terus di bilang jangan di pikirkan sendiri di ajarkan saja terus nanti juga bisa. P4 (232-234) 48

pegangan anak saya saat di ajarkan buang air besar dan buang air kecil. P1 (166) Hanya memikirkan kenapa sulit saat di ajarkan. P1 (354) biar mau nurut sambil berdoa karena anak saya belum bisa, cara didik saya yang salah harus pelanpelan atau bagaimana tetapi kalau pelan-pelan malah tidak ada rasa takut jadi marah. P2 (228-234) 2 Fisiologis Sulit tidur Terkadang di pikirkan sampai sulit tidur. P2 (143-145) Sakit kepala Terkadang saya Ya sulit tidur karena memikirkan tugas perkembangan anak. P2 (151, 161) 49

atau pusing memikirkan sampai sedikit pusing karena tidak mau menuruti apa yang di katakan. P1 (220-222) Ya merasa pusing karena memikirkan anak saya belum bisa dan sulit di ajarkan. P1 (346) 50

4.2.2 Hasil Data Pendukung 4.2.2.1 Data Pendukung Observasi a) Observasi partisipan 1 saat melakukan toilet training Partisipan pertama (P1) melakukan toilet training dengan mendampingi anaknya ke toilet pada saat ingin buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK), P1 juga membiasakan anaknya pergi ke toilet pada saat anak bangun tidur di pagi hari. Pada saat di toilet P1 memberikan instruksi untuk membuka celana dan berjongkok di atas kloset, setelah habis BAB atau BAK P1 membersihkan sisa kotoran yang ada di kloset. Kemudian membersihkan sisa kotoran yang menempel di tubuh, memakaikan celana, dan mencuci tangan anaknya. Instruksi yang P1 berikan terkadang tidak dipatuhi seperti tidak mau berjongkok di atas kloset, berdiri pada saat membersihkan sisa kotoran yang menempel, dan tidak mau mencuci tangan hal tersebut yang membuat P1 marah. 51

b) Observasi partisipan 3 saat melakukan toilet training Partisipan ketiga (P3) pada saat melakukan toilet training P3 hanya membiasakan anaknya ke toilet saat ingin buang air besar (BAB) tetapi saat ingin buang air kecil (BAK) P3 membiarkan anaknya BAK di teras depan rumah. Pada saat di toilet P3 memberikan instruksi untuk membuka celana dan berjongkok di atas kloset, setelah habis BAB P3 membersihkan sisa kotoran yang menempel di tubuh dan mencuci tangan anaknya. Setelah itu membersihkan sisa kotoran yang ada di kloset kemudian memakaikan celana. Terkadang anak P3 tidak mau BAB di toilet karena takut gelap dan bermain air saat BAB hal tersebut yang membuat P3 marah. Observasi partisipan saat melakukan toilet training hanya dapat dilakukan kepada partisipan 1 dan partisipan 3 karena partisipan 52

2 dan partisipan 4 tidak mengijinkan peneliti untuk melakukan observasi. 4.2.3 Analisa Hasil Penelitian 4.2.3.1 Aspek psikologis kecemasan melakukan toilet training Aspek psikologis kecemasan yang dialami partisipan pertama (P1) seperti perasaan jengkel, emosi, dan marah tetapi tidak menggunakan tindakan kekerasan saat melakukan toilet training. Hal ini disebabkan karena anak tersebut tidak mau menuruti serta menolak untuk diajarkan mengenai toilet training (P1, 48-49, 51, 132-133, 333-336). P1 merasa takut akan keberhasilan dan kegagalan toilet training yang dilakukan, perasaan takut di sebabkan karena anak P1 adalah anak perempuan jadi harus bisa hidup bersih berbeda dengan anak laki-laki (P1, 235-236). P1 merasa cemas dan khawatir akan keberhasilan dan kegagalan toilet training yang dilakukan karena nanti jika tidak dapat buang air besar atau kecil secara mandiri akan 53

membebani atau menyusahkan orang tua (P1, 54-57, 88-90, 138, 140-143, 170, 176-177, 201-204). Perasaan khawatir dan cemas yang di alami P1 juga karena kondisi toilet yang licin dan berukuran besar sehingga membuat P1 merasa khawatir dan cemas akan keamanan anaknya saat melakukan toilet training (P1, 138). P1 merasa kesulitan dalam melakukan toilet training kepada anaknya karena anak tersebut tidak mau menuruti setiap arahan serta pemahaman yang disampaikan oleh P1 (P1, 130, 145-146, 158-160, 243-244, 246, 248, 250-252, 257-259, 341-343, 348-350). Konflik-konflik yang timbul dalam diri P1 perasaan tersebut membuat P1 merasa memikirkan akan keberhasilan serta kegagalan toilet training yang dilakukan, karena partisipan mengalami kesulitan dalam memberikan pengarahan dan pemahaman kepada anaknya (P1, 140-243, 213-216, 354). Partisipan kedua (P2) merasa jengkel karena anak P2 tidak mau menuruti apa yang ia 54

katakan serta sibuk sendiri bermain air sehingga tidak fokus saat melakukan toilet training (P2, 33-36, 102, 116, 212-215). P2 merasa kesal karena anak P2 didapati buang air besar atau kecil sembarangan (P2, 57-60, 64-65, 68-69), P2 merasa emosi dan marah karena anaknya tidak mau menuruti apa yang P2 katakan, akan tetapi P2 tidak menggunakan tindakan kekerasan (P2, 39, 57-60, 64-65, 102, 116, 236-237). P2 merasa sedih dan menyesal setelah memarahi anaknya karena takut anaknya tidak mau lagi menuruti perkataan P2 (P2, 79-81). P2 merasa takut jika anak P2 belum bisa buang air besar atau buang air kecil secara mandiri sehingga bisa tertinggal dengan teman-teman sebayanya, serta merasa takut dengan keamanan saat melakukan toilet training karena kondisi toilet yang licin serta berukuran besar (P2, 79-81, 97-98, 127-129, 132-154, 188, 197). P2 merasa khawatir dan cemas karena anaknya belum dapat buang air besar dan kecil 55

secara mandiri serta ketinggalan dengan temanteman sebayanya (P2, 223, 132). P2 mengalami kesulitan dalam melakukan toilet training karena kesulitan memberikan pengarahan dan pemahaman kepada anak P2 (P2, 42-43, 104-105, 109-110, 184, 194-195). P2 sangat memikirkan akan keberhasilan dan kegagalan toilet training yang dilakukan karena takut anaknya ketinggalan dengan teman-teman sebaya, serta memikirkan caracara yang efektif dalam memberikan pengarahan dan pemahaman kepada anaknya, agar anak tersebut bisa buang air besar atau kecil secara mandiri (P2, 127, 134-136, 138, 163, 165-166, 220, 228-234). Partisipan ketiga (P3) merasa harus sabar saat melakukan toilet training karena anaknya tidak mau menuruti apa yang dikatakan olehnya (P3, 97-98, 100-103). P3 merasa takut jika anaknya tidak terbiasa buang air besar atau kecil di toilet sejak usia dini sehingga di masa yang akan datang menyusahkan orang tua serta 56

akan menjadi bahan ejekan atau pembicaraan oleh lingkungan sekitar terutama oleh temanteman sebayanya (P3, 117, 142-143). P3 merasa khawatir dan cemas akan keberhasilan dan kegagalan toilet training yang dilakukan serta anaknya tidak dapat buang air besar dan kecil secara mandiri (P3, 70-76, 111-115, 117, 142-143). P3 mengalami kesulitan terkadang anak P3 tidak mau buang air besar atau kecil di toilet (P3, 23, 26-27, 29, 31-34, 100-103). Partisipan keempat (P4) merasa jengkel karena saat dilakukan toilet training anak P4 sibuk bermain air sehingga tidak fokus saat diajarkan (P4, 74-75, 102-103, 89-90, 92, 138-140, 215-217, 119-220). P4 merasa takut akan keamanan anaknya karena kondisi toilet yang licin (P4, 71), P4 merasa takut akan keberhasilan dan kegagalan toilet training yang dilakukan karena sudah beumur 2 tahun belum bisa buang air besar dan kecil dengan mandiri (P4, 55-56), dan P4 merasa bertanggungjawab dalam mengajarkan anak P4 agar bisa buang air besar dan kecil secara mandiri (P4, 55-56). P4 57

juga merasa khawatir dan cemas akan keamanan serta keberhasilan dan kegagalan toilet training yang dilakukan (P4, 71, 132-133, 205-207). 4.2.3.2 Aspek fisiologis kecemasan melakukan toilet training Aspek fisiologis kecemasan hanya dialami oleh partisipan pertama (P1) dan partisipan kedua (P2). P1 saat melakukan toilet training yaitu merasa pusing atau sakit kepala dikarenakan kesulitan dalam memberikan pengarahan serta pemahaman, selain itu juga anak P1 belum dapat buang air besar dan buang kecil secara mandiri (P1, 220-222, 346). Partisipan kedua (P2) saat melakukan toilet training, sulit tidur karena terlalu memikirkan tugas perkembangan serta memberikan pengarahan dan pemahaman kepada anak P2 (P2, 143-145, 151-161). 58

4.3 Uji Keabsahan Data 4.3.1 Member Check Partisipan 1 Member check dilaksanakan pada tanggal 7 April 2016 pukul 14.00 wib di rumah partisipan. Peneliti membawa hasil rekaman suara dan verbatim yang telah dibuat dan didengarkan serta diperlihatkan kepada partisipan supaya dikoreksi oleh partisipan apabila ada data-data yang tidak sesuai. Partisipan setuju dengan hasil rekaman suara dan verbatim yang didengarkan dan diperlihatkan 4.3.2 Member Check Partisipan 2 Member check dilaksanakan pada tanggal 7 April 2016 pukul 11.20 WIB di rumah partisipan. Peneliti membawa hasil rekaman suara dan verbatim yang telah dibuat dan didengarkan serta diperlihatkan kepada partisipan supaya dikoreksi oleh partisipan apabila ada data-data yang tidak sesuai. Partisipan setuju dengan hasil rekaman suara dan verbatim yang didengarkan dan diperlihatkan tetapi meminta untuk mengganti kata-kata seperti Kecek-kecek. 59

4.3.3 Member Check Partisipan 3 Member check dilaksanakan pada tanggal 7 April 2016 pukul 09.00 WIB di rumah partisipan. Peneliti membawa hasil rekaman suara dan verbatim yang telah dibuat dan didengarkan serta diperlihatkan kepada partisipan supaya dikoreksi oleh partisipan apabila ada data-data yang tidak sesuai. Partisipan setuju dengan hasil rekaman suara dan verbatim yang didengarkan dan diperlihatkan. Partisipan juga memberikan informasi tambahan yaitu bahwa saat melakukan toilet training kepada anak pada tahun pertama dan kedua itu sulit diberi pemahaman dan pengarahan untuk itu seringkali membuat partisipan merasa khawatir akan keberhasilan dan kegagalan dalam melakukan toilet training. 4.3.4 Member Check Partisipan 4 Member check dilaksanakan pada tanggal 7 April 2016 pukul 10.00 WIB di rumah partisipan. Peneliti membawa hasil rekaman suara dan verbatim yang telah dibuat dan didengarkan serta diperlihatkan kepada partisipan supaya dikoreksi oleh partisipan apabila ada data-data yang tidak sesuai. Partisipan setuju dengan 60

hasil rekaman suara dan verbatim yang didengarkan dan diperlihatkan. 61

4.4 Pembahasan Berdasarkan analisa hasil penelitian diketahui bahwa aspek psikologis kecemasan yang muncul seperti yang dikatakan partisipan pertama (P1) saat mengajarkan anaknya buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK) terkadang anaknya tidak mematuhi apa yang dikatakan P1, hal tersebut yang membuat P1 merasa jengkel dan emosi. Selain itu mengajarkan BAB atau BAK dibutuhkan kesabaran karena tidak mudah, hal ini yang membuat P1 marah jika anaknya terus membantah tetapi tidak sampai melakukan tindakan kekerasan. Kemudian partisipan kedua (P2) mengatakan saat mengajarkan BAB atau BAK, anaknya tidak mematuhi apa yang dikatakan P2 walaupun P2 sudah memberitahukan dengan pelan-pelan sehingga membuat P2 merasa jengkel. P2 terkadang merasa kesal dan emosi saat mendapati anaknya BAB atau BAK sembarangan. P2 mengatakan mengajarkan BAB atau BAK dibutuhkan kesabaran karena seringkali anaknya tidak patuh sehingga membuat marah. Selanjutnya partisipan ketiga (P3) mengatakan saat mengajarkan BAB atau BAK dibutuhkan kesabaran supaya anak terbiasa BAB atau BAK di toilet, seringkali hal tersebut 62

yang membuat jengkel. Sedangkan Partisipan keempat (P4) mengatakan saat mengajarkan anaknya BAB atau BAK, anaknya sibuk bermain air sehingga tidak fokus dengan apa yang P4 katakan dan terkadang tidak memberitahukan kepada P4 kalau telah BAK di lantai toilet sehingga membuat P4 merasa jengkel. Sebagaimana dikemukakan oleh Daradjat (1985), kecemasan dapat dilihat dari aspek psikologis kecemasan yang muncul seperti merasa tertekan, merasa takut, mudah marah, gelisah, ingin menghindar atau lari dari kenyataan, selalu khawatir, gugup, rendah diri, hilang kepercayaan diri, tidak berani mengambil keputusan, dan sulit berkonsentrasi. Penelitian ini menemukan adanya dampak psikologis kecemasan pada ibu dalam melakukan toilet training pada anak pertamanya sebagaimana yang dijelaskan di atas. Selain itu P1 mengatakan bahwa anak perempuan itu harus bersih terutama setelah BAB atau BAK berbeda dengan anak laki-laki, hal ini yang membuat P1 merasa takut jika anaknya belum dapat BAB atau BAK dengan mandiri. Kemudian P2 mengatakan kondisi toilet yang licin membuat P2 merasa takut anaknya terjatuh pada saat mengajarkan BAB atau BAK dan merasa takut anaknya tertinggal dengan teman- 63

teman sebayanya jika belum dapat BAB atau BAK dengan mandiri. Selanjutnya P3 mengatakan merasa takut jika anaknya tidak diajarkan BAB atau BAK di toilet akan menjadi kebiasaan sehingga berpengaruh pada perkembanganya. Sedangkan P4 mengatakan hal mengajarkan BAB atau BAK merupakan tugas P4 apalagi anaknya sudah berumur 2 tahun untuk itu P4 merasa bertanggungjawab sehingga menimbulkan ketakutan tersendiri. Kecemasan yang timbul karena ada ketakutan yang dirasakan oleh keempat partisipan pernyataan ini berkaitan dengan pendapat Sulaeman (1995), kecemasan adalah rasa khawatir terus menerus yang ditimbulkan oleh adanya inner conflict dan merupakan perasaan samar-samar atau tidak jelas yang bersumber dari ketakutan terhadap sesuatu yang akan terjadi. Tidak jauh berbeda dengan pernyataan di atas P1 mengatakan ketika mengalami kesulitan dalam mengajarkan BAB atau BAK, P1 bertanya kepada suami dan ibu-ibu yang memiliki anak yang seumuran dengan anaknya karena P1 cemas dan khawatir anaknya besar kelak masih belum bisa BAB atau BAK dengan mandiri dan harus di dampingi ke toilet. Kemudian P2 mengatakan ketika mengalami kesulitan dalam mengajarkan BAB atau BAK, P2 meminta saran kepada ibu-ibu yang mempunyai anak seumuran dengan anaknya karena 64

cemas dan khawatir teman-teman sebaya anaknya sudah bisa BAB atau BAK dengan mandiri sedangkan anaknya belum. Selanjutnya P3 mengatakan ketika mengalami kesulitan saat mengajarkan BAB atau BAK, P3 harus membiasakan anaknya BAB atau BAK di toilet karena cemas dan khawatir ketika masuk taman kanak-kanak masih BAB di celana sama seperti keponakannya sehingga menyusahkan orang tua dan menjadi bahan pembicaraan orang lain. Sedangkankan P4 mengatakan ketika mengalami kesulitan dengan bercerita kepada suami dan orang yang lebih tua karena merasa cemas dan khawatir tidak bisa BAB atau BAK dengan mandiri. Hal ini merupakan bentuk kecemasan pada sesuatu hal yang belum terjadi tetapi timbul karena dinilai mengancam sehingga berkaitan dengan pernyataan Kaplan dkk (1997), kecemasan adalah sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam, dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Kecemasan adalah respon terhadap sesuatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar, atau konfliktual. Pernyataan di atas berkaitan dengan pendapat Nevid dkk (2005), kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluh bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Duran & Barlow (2006), kecemasan 65

adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketengan jasmaniah di mana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Penelitian ini menunjukan partisipan pertama (P1) dan partisipan kedua (P2) yang memiliki anak perempuan sangat memikirkan keberhasilan dan kegagalan toilet training dibandingkan partisipan ketiga (P3) dan partisipan keempat (P4) dilihat dari aspek fisiologis kecemasan yang muncul seperti yang dikatakan partisipan pertama (P1) merasa sakit kepala dan partisipan kedua (P2) merasa sulit tidur saat kesulitan melakukan toilet training. Sebagaimana dikemukakan oleh Daradjat (1985), kecemasan dapat dilihat dari aspek fisiologis kecemasan yang muncul seperti detak jantung cepat, istirahat tidak teratur, nafsu makan hilang, ganguan pencernaan, tidur tidak nyenyak, mudah mengeluarkan keringat, ujung jari dingin, gemetar, nafas sesak, dan kepala pusing. Mendukung pernyataan di atas Freud (2009), menyatakan kecemasan adalah suatu keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingati orang terhadap bahaya yang akan datang. 66

Hasil penelitian juga menunjukan keempat partisipan dalam penelitian ini tidak memperoleh informasi mengenai tugas perkembangan dalam hal ini toilet training dari tenaga kesehatan setempat. Pengetahuan yang diperoleh keempat partisipan berdasarkan pengalaman secara turun-temurun, sehingga dalam melakukan toilet training keempat partisipan mengatakan mengalami kesulitan. Hal ini berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2015) bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik maka akan melakukan praktik toilet training dengan baik pula. Kecemasan yang di alami keempat partisipan juga dipengaruhi oleh pengalaman baru karena semua partisipan baru memilki anak pertama. hal ini berkaitan dengan pernyataan Kalpan (dalam Fausiah & Widury., 2005) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. 67