BAB I A. LATAR BELAKANG Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) merupakan penyebab utama dari morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang menderita akibat PPOK. PPOK merupakan suatu penyakit yang memiliki beberapa dampak ekstrapulmoner yang berkontribusi terhadap keparahan pada setiap pasien yang sesungguhnya dapat dicegah dan diterapi. PPOK dicirikan dengan adanya hambatan aliran udara yang biasanya bersifat progresif dan dihubungkan dengan suatu respon inflamasi kronik yang tidak normal dari paru terhadap partikel atau gas yang bersifat merusak (GOLD UP DATED, 2013). Data Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO), menunjukkan bahwa pada tahun 2002 PPOK menempati urutan ke-3 sebagai penyebab utama kematian di dunia, setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker. Berdasarkan hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001, sebanyak 54,5% penduduk laki-laki dan 1,2% perempuan. Jumlah perokok yang berisiko menderita PPOK atau kanker paru berkisar antara 20-25%. Hubungan antara rokok dengan PPOK merupakan hubungan dose response. Dengan meningkatnya jumlah perokok dan polusi udara sebagai faktor risiko terhadap PPOK maka diduga jumlah penyakit tersebut juga akan meningkat (DEPKES RI, 2008). 1
2 Terdapat bukti bahwa komorbiditas psikiatrik secara bermakna berkontribusi pada kelemahan fungsi pasien PPOK dan terapi psikiatrik mungkin tidak hanya memperbaiki status psikiratrik tetapi juga status fungsi paru (Mikkelsen et al., 2004). Temuan bahwa penderita PPOK yang sering mengalami eksaserbasi adalah penderita PPOK yang depresi dibandingkan penderita PPOK yang tidak mengalami depresi merupakan suatu temuan penting, oleh karenanya frekuensi eksaserbasi merupakan outcome penting yang diukur pada PPOK. Pasien yang cenderung sering mengalami eksaserbasi ternyata memiliki penurunan fungsi paru yang lebih cepat (Quint et al., 2008). Prevalensi gejala depresi pada pasien PPOK yang ditemukan secara klinis adalah 42% sampai 57% (Lacasse et al., 2001). Sebuah penelitian tentang dampak yoga pada pasien PPOK menunjukkan bahwa parameter fungsi paru, yaitu Forced Expiratory Volume in one second (FEV 1 ), Forced Vital Capacity (FVC). FEV 1 % prediksi, FVC % prediksi, dan PEFR (peak expiratory flow rate) mengalami perbaikan setelah melakukan yoga dan mengindikasikan bahwa yoga mungkin sangat berguna digabungkan dengan bentuk terapi konvensional lainnya pada beberapa penelitian PPOK (Katiyar et al., 2006). Ciri klinis dari gangguan PPOK adalah batuk, berdahak, dan sesak napas yang bersifat progresif pada saat beraktivitas. Metode pengobatan yang bersifat farmakologis sedikit mengobati atau tidak menyembuhkan. Berhenti merokok hanya efektif pada stadium awal dari PPOK, dan jika pasien tidak berhenti merokok,
3 penyakit tersebut akan berkembang menjadi disabilitas dan pada akhirnya pasien akan meninggal (Mikkelsen et al., 2004). Tabel 1. Penyakit kronik utama yang tampak pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronik; semua yang berkontribusi terhadap menurunnya status kesehatan (Bourdin et al., 2009). Latihan pasrah diri termasuk dalam bidang mind and body intervention merupakan bagian dari Complementary and Alternative Medicine (CAM). Terapi ini menggunakan perpaduan dan hubungan tubuh dan mental untuk perbaikan kesehatan (Steyer, 2001). Latihan pasrah diri adalah suatu metode yang memadukan antara relaksasi dan dzikir dengan fokus latihan pada pernafasan dan kata yang terkandung didalam
4 dzikir, dimana timbulnya respon telaksasi diharapkan mampu memperbaiki gejala stress ataupun gejala depresi (Hidayat, 2008). B. Pertanyaan penelitian Apakah pengaruh Latihan Pasrah Diri terhadap perbaikan fungsi paru penderita penyakit paru obstruksi kronik dengan gejala depresi? C. Tujuan penelitian Untuk mengetahui perubahan ke arah perbaikan fungsi paru penderita PPOK yang juga menderita depresi setelah menjalani latihan pasrah diri. D. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Bagi ilmu pengetahuan Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan data untuk penelitian lebih lanjut dan pengelolaan penderita PPOK yang menderita depresi. 2. Bagi peneliti Menambah pengetahuan bagi dokter bahwa perbaikan fungsi paru dapat terjadi bila aspek kejiwaan diperbaiki juga, sehingga harus mendapat perhatian dalam pengelolaan pasien dari standar yang sudah ada.
5 3. Bagi pasien penyakitnya. Pasien mendapatkan tambahan pengetahuan dalam pengelolaan terhadap E. Keaslian penelitian Penelitian pengaruh latihan pasrah diri terhadap fungsi paru pasien PPOK yang juga menderita gejala depresi, menurut peneliti sejauh ini belum pernah diteliti sebagai tambahan terapi rutin untuk perbaikan fungsi paru penderita PPOK. Penelitian tentang latihan pasrah diri pernah dilakukan oleh Hidayat (2008) yang meneliti tentang pengaruh latihan pasrah diri terhadap kualitas hidup pada penderita diabetes melitus dengan gejala depresi. Katiyar et al. (2006) melakukan penelitian mengenai efek yoga terhadap perbaikan fungsi paru pasien PPOK. Hasilnya menunjukkan bahwa fungsi paru pasien PPOK yang diberikan tambahan terapi yoga pranayama mengalami perbaikan fungsi paru dibandingkan kelompok kontrol yang hanya mendapat terapi standar.