I. PENDAHULUAN. Perubahan strategik dalam tatanan pemerintahan Indonesia diawali. dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNOLOGI DALAM AGRIBISNIS

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

Renstra BKP5K Tahun

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

VISI Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto adalah :

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PENGANTAR. Ir. Suprapti

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian

PENDAHULUAN Latar Belakang

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

PROGRAM KERJA KELOMPOK KONTAK TANI NELAYAN ANDALAN (KELOMPOK KTNA) KOTA BUKITTINGGI TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 kiranya dapat

LAPORAN KINERJA (LKJ)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

MANFAAT KEMITRAAN USAHA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

PANDUAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN TEKNIS SPESIFIK LOKALITA

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Good Agricultural Practices

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. oleh sektor pertanian. Sehingga pembangunan yang menonjol juga berada pada sektor

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PROFIL DISTANNAK NAGAN RAYA

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Rencana Strategis (RENSTRA)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 5 TAHUN 2015 T E N T A N G

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

III KERANGKA PEMIKIRAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dan tidak. terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional. Hasil

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan strategik dalam tatanan pemerintahan Indonesia diawali dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam bidang pertanian kebijakan ini dicirikan antara lain berbasis pada pendayagunaan keragaman sumberdaya lokal, berkembangnya pelaku ekonomi lokal, meningkatnya kemampuan Pemerintah Daerah sebagai pengelola utama pembangunan agribisnis dan meningkatnya bagian nilai tambah yang dinikmati masyarakat setempat. Permasalahan-permasalahan klasik dalam pembangunan pertanian di Indonesia dan sampai saat ini masih belum terselesaikan adalah skala usaha yang kecil dan dilaksanakan oleh berjuta-juta petani dengan tingkat pendidikan sebagian besar relatif rendah, berlahan sempit, bermodal kecil serta memiliki produktifitas yang rendah. Kondisi ini memberikan dampak yang kurang menguntungkan terhadap persaingan di pasar global, karena petani dengan skala usaha kecil pada umumnya belum mampu menerapkan teknologi maju yang spesifik lokal, selanjutnya berakibat kepada rendahnya efisiensi usaha, jumlah dan mutu produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, paradigma pembangunan pertanian mengalami perubahan pendekatan dari pendekatan usahatani ke pendekatan sistem agribisnis. Pendekatan ini mengisyaratkan agar kebijakan di bidang penyuluhan harus melihat usaha yang dikelola petani

(on-farm) sebagai bagian dari sistem agribisnis (Departemen Pertanian, 2002). Kebijakan ini akan memperluas sasaran penyuluhan tidak saja petani beserta keluarganya akan tetapi juga pelaku agribisnis lainnya. Kegiatan penyuluhan pertanian meliputi: (1) memfasilitasi proses pembelajaran petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis, (2) memberikan rekomendasi dan mengihtiarkan akses petani dan keluarganya ke sumber-sumber informasi dan sumberdaya yang akan membantu mereka dalam memecahkan masalah yang dihadapi, (3) membantu menciptakan iklim usaha yang menguntungkan, (4) mengembangkan organisasi petani menjadi organisasi sosial ekonomi yang tangguh, dan (5) menjadikan kelembagaan penyuluhan sebagai lembaga mediasi dan intermediasi, terutama yang menyangkut teknologi dan kepentingan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis (Departemen Pertanian, 2002). Dengan demikian materi penyuluhan pertanian yang menyangkut aspek ekonomi dan pengembangan organisasi petani sebagai organisasi sosial ekonomi akan mendapat porsi yang tinggi. Merujuk arah kebijakan pembangunan pertanian nasional, Kabupaten Belitung menjabarkan kebijakan tersebut mulai dari pembentukan kelembagaan, program dan pendanaan secara proporsional dengan tetap memperhatikan potensi wilayah. Kelembagaan teknis yang bertanggungjawab dalam pembangunan pertanian adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan dengan visinya Terwujudnya pertanian yang modern, tangguh dan efisien menuju masyarakat Belitung yang sejahtera. 2

Berangkat dari visi tersebut, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai adalah mewujudkan perekonomian daerah yang mandiri melalui subsektor pertanian, peternakan, perkebunan dan kehutanan dengan melakukan pengoptimalisasi potensi daerah. Tindak lanjut dari pada tujuan dan sasaran tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung menetapkan lada sebagai komoditi unggulan daerah. Hal ini didasarkan pada kesesuaian agroklimat daerah dengan tanaman lada, dan komoditi tersebut telah akrab dengan masyarakat, akan tetapi produktivitas baik secara kuantitas maupun kualitas belum tercapai, sehingga untuk pengembangan ke depan masih memungkinkan. Agar tanaman lada dapat menjadi komoditi unggulan daerah, sehingga mampu mengangkat perekonomian masyarakat, pendekatan pengembangan tidak lagi melalui sisi produksi saja, akan tetapi melalui pendekatan sistem yang dikenal dengan agribisnis. Pendekatan ini mengisyarat bagaimana setiap sub-sistem yang terlibat dalam pembangunan pertanian dapat terintegrasi dengan baik, sehingga produk yang dihasilkan memiliki daya saing yang tinggi dan siap mengantisipasi dampak globalisasi. Sebagai salah satu bagian dari subsistem agribisnis, kegiatan perlindungan tanaman lada merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi produksi tanaman, baik secara kualitas maupun kuantitas. Sedangkan hama, penyakit dan gulma pada suatu tumbuhan atau sering disebut dengan organisme penggangu tumbuhan (OPT), apabila tidak segera dilakukan tindakan pengendalian secara baik dan benar akan 3

berakibat fatal pada produksi tanaman tersebut. Dengan demikian, diperlukan cara pengendalian hama yang tepat untuk mengatasi serangan organisme pengganggu tumbuhan, namun tetap berwawasan lingkungan dan mengurangi penggunaan bahan kimia, sehingga dapat menghasilkan produk bermutu yang ramah lingkungan yaitu bebas residu pestisida maupun kimia lainnya sesuai dengan tuntutan pasar. Dengan segala keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki petani diperlukan alih teknologi tentang pengendalian hama secara terpadu melalui penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non-formal di bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai. Dengan demikian filosofi yang tercermin dalam penyuluhan pertanian adalah bagaimana upaya membangun kemampuan masyarakat secara persuasif-edukatif, terutama dilakukan melalui proses pembelajaran petani dengan menerapkan prinsip-prinsip penyuluhan pertanian secara baik dan benar, serta didukung oleh kegiatan pembangunan pertanian lainnya. Melalui kegiatan penyuluhan pertanian, petani dan keluarganya dikembangkan kemampuannya, keswadayaannya dan kemandiriannya agar mereka dapat mengelola usahataninya secara produktif, efektif dan efisien sehingga mempunyai daya saing yang tinggi. Sekolah Lapang merupakan salah satu metode yang diterapkan dalam aktifitas penyuluhan pertanian. Metode ini merupakan suatu cara 4

belajar memadukan teori dan praktek melalui pengalaman petani atau kelompok tani yang ada dalam usaha tani. Prinsip dari metode ini adalah pendidikan bagi orang dewasa yang menekan pada aktifiitas peserta dalam mengembangkan dirinya sebagai orang dewasa yang memiliki potensi untuk maju dan berkembang, termasuk dalam mempelajari teknologi baru. Pada sisi lain metode ini memiliki kurikulum yang rinci dalam satu siklus tertentu dan dipandu oleh pemandu lapangan dengan prinsip kerja sama kelompok. Berdasarkan pengalaman petani, masalah masalah yang ditemui di dalam usaha tani didiskusikan dan diselesaikan secara bersama. Lahan pertanaman merupakan sarana belajar utama, sumber ilmu pengetahuan dan sekaligus ruang kelas pengendalian hama terpadu. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta kesadaran peserta pengendalian hama terpadu. Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu memberi kesempatan kepada petani/ kelompok tani untuk belajar dan menganalisa sendiri ekosistim dan mengambil keputusan, serta melaksanakan keputusan tersebut. Berdasarkan hal tersebut peserta dapat secara mandiri, aktif dan parsipatif dalam serangkaian kegiatan yang diperlukan dalam perlindungan tanaman berdasarkan pengamatan dan praktek langsung dalam pelatihan. Pada akhirnya diharapkan pengetahuan peserta tentang konsep, prinsip dan metode pengendalian hama terpadu serta keterampilan peserta dalam penerapan pengendalian hama terpadu meningkat. 5

Untuk menunjang pelaksanaan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu di Kabupaten Belitung, dianggarkan melalui Proyek Pengendalian Hama Terpadu pada Tahun Anggaran 2003. Jumlah kelompok tani yang terlibat dalam kegiatan ini sebanyak enam kelompok dengan jumlah petani sebanyak 150 orang, luas kepemilikan lahan petani berkisar dari seperempat sampai dengan dua hektar, sedangkan umur tanaman lada berkisar dari satu sampai dengan lima tahun. Berdasarkan keadaan tersebut perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan sekolah lapang pengendalian hama terpadu Tahun Anggaran 2003. Apakah kegiatan tersebut telah memberikan perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani? Bagaimana tindak lanjut kegiatan yang setelah proyek berakhir? Mampukah petani/ kelompok tani menjadi pusat informasi pengendalian hama terpadu di wilayahnya? Beberapa pertanyaan tersebut untuk menjawab permasalahan, bahwa pengendalian hama terpadu pada tanaman lada tidak cukup dilakukan selama satu tahun, karena tanaman lada merupakan tanaman tahunan. Sehingga kemungkinan terserang penyakit dalam suatu periode cukup tinggi. Pada sisi lain untuk pengembangan tanaman lada sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan keluarganya aspek-aspek non-teknis harus juga diperhatikan. Oleh karena itu, walaupun kegiatan proyek telah berakhir kelompok tani harus tetap melaksanakan pengendalian hama terpadu dan kegiatan lainnya untuk menunjang pengembangan agribisnis lada secara berkesinambungan. Kegiatan ini membutuhkan motivasi dan komitmen yang kuat dari petani atau kelompok tani. 6

1.2 Rumusan Masalah Pelaksanaan sekolah lapang pengendalian hama terpadu di Kabupaten Belitung Tahun Anggaran 2003 dilaksanakan pada enam kelompok tani dibiayai melalui dana dekonsentrasi Provinsi Bangka Belitung. Akan tetapi pengendalian hama, penyakit dan organisme pengganggu tanaman lainnya harus secara terus menerus dilaksanakan oleh petani dengan memperhatikan prinsip prinsip pengendalian hama terpadu secara benar dan tepat. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan tersebut dinyatakan ke dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana pelaksanaan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu? b. Bagaimana hubungan antara pelaksanaan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu dengan efektifitas pencapaian sasaan? c. Bagaimana efektifitas pencapaian sasaran Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu dan hubungan dengan aktifitas kelompok tani setelah proyek berakhir? 1.3 Tujuan Penelitian Berititik tolak dari permasalahan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini bertujuan : a. Menganalisis pelaksanaan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu. b. Menganalisis hubungan antara pelaksanaan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu dengan pencapaian sasaan. 7

c. Menganalisis pencapaian sasaran Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu dan hubungan dengan aktifitas kelompok tani setelah proyek berakhir. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat berguna sebagai: a. Bahan pertimbangan bagi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kebupaten Belitung untuk menyusun kebijakan-kebijakan dalam mengembangkan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu. b. Sebagai sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh secara langsung dilapangan, sesuai dengan tugas penulis sebagai pegawai yang berhubungan dengan penyuluhan pertanian. 1.5 Ruang Lingkup Selama ini, aktifitas kelompok tani di Kabupaten Belitung sangat tergantung dari keberadaan proyek. Semasih proyek membiayai kegiatan tersebut aktifitas kelompok tani cukup tinggi, akan tetapi bagaimana aktifitas kelompok tani setelah proyek berakhir?, pada sisi lain petani dengan kelompok taninya diharapkan mampu menjadi penyuluh pertanian swakarsa. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan persepsi petani dengan menggunakan data ordinal terhadap pelaksanaan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu, pencapaian sasaran yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap serta bagaimana hubungannya dengan aktifitas kelompok tani sekolah lapang pengendalian hama terpadu Tahun Anggaran 2003 yang tidak lagi dibiayai oleh Pemerintah 8