BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

I. PENDAHULUAN. menggunakan zat warna alami dan sintetis untuk membuat tampilan produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimental dengan

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. adalah pewarna bibir. Pewarna bibir termasuk dalam sediaan kosmetik. untuk menyembunyikan kekurangan pada kulit sehingga dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia


BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di

FORMULASI DAN ANALISIS KUALITAS SEDIAAN SALEP MATA DENGAN BAHAN AKTIF CIPROFLOXACIN. Atikah Afiifah, Dapid Caniago, Rahmah Restiya

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian dpl.

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN. I. Definisi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

3. METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

4. PEMBAHASAN Karaktersitik Fisik Sorbet Liqueur Jahe Merah

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB IV PROSEDUR KERJA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

BAB III BAHAN DAN METODE

HUBUNGAN PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK KUNYIT PUTIH (Curcuma mangga Val) TERHADAP SIFAT FISIK LOTION

PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP

LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI SIMPLISIA BUAH APEL

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017.

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering

KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

BAB V METODOLOGI Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat Pembuatan Lem Tembak. No. Nama Alat Jumlah. 1. Panci Alat Pengering 1. 3.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. parfum, lipstik, kuku dan cat kuku kaki, mata dan riasan wajah, gelombang

FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH STRAWBERRY (Fragaria Sp.)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30 yang disimpan selama satu bulan dalam suhu kamar (29ºC). Selama satu bulan dilakukan pengujian dan pemeriksaan terhadap dua formula tersebut untuk mengetahui formula yang terbaik dan sesuai dengan standar. A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK Penentuan formula bertujuan untuk mendapatkan formula lipstik yang baik. Fungsi dari setiap bahan yang akan digunakan perlu diketahui sebelum membuat formulasi lipstik dapat dilihat Tabel VII. Tabel VII. Fungsi bahan-bahan yang digunakan Nama Bahan Fungsi Larut air Propilenglikol Pelarut, humektan Pewarna pangan merah rasberri Pewarna Larut minyak Minyak jarak Emolien, pendispersi warna Lemak cokelat Memberi kelembutan pada bibir Carnauba wax Meningkatkan titik leleh lipstik Lemak cokelat digunakan untuk memberi kehalusan pada kulit bibir. Selain itu lemak cokelat dapat berfungsi untuk mencegah efek kekeringan, memberi lapisan pada bibir dan meningkatkan daya dispersi pigmen (Okayani, 1990). 30

31 Minyak jarak dapat digunakan untuk mendispersikan warna secara merata. Minyak jarak mempunyai viskositas yang tinggi yang sangat menguntungkan dalam pengaturan warna lipstik, mengurangi kotoran dan tingkat kelenturan. Viskositas yang tinggi dapat menghambat proses pembasahan pigmen karena tegangan permukaan menjadi tinggi (Balsam et al, 1974). B. PEMBUATAN SEDIAAN LIPSTIK Proses pembuatan lipstik dilakukan dengan cara memanaskan carnauba wax dan 2/3 lemak cokelat di atas waterbath listrik suhu 70-85ºC. Memakai suhu tersebut agar carnauba wax cepat melebur karena suhu lebur carnauba wax yang tinggi yaitu ±85ºC akan memakan waktu lama apabila suhu yang digunakan di bawah suhu tersebut. Lemak cokelat yang dipanaskan 2/3 bagian terlebih dahulu karena lemak cokelat mempunyai sifat polimorfisme atau keberadaan zat tersebut dalam berbagai bentuk kristal. Menurut Ansel (1989), bila lemak cokelat dicairkan pada suhu melebihi suhu minimumnya lalu segera didinginkan maka hasilnya berbentuk kristal metastabil (suatu bentuk kristal) dengan titik lebur yang lebih rendah dari titik lebur lemak cokelat. Waktu tunggu hingga campuran basis padat tadi melebur semua digunakan untuk melapisi cetakan dengan parafin cair dan membuat campuran basis cairnya yaitu pewarna pangan merah rasberri dilarutkan dalam propilenglikol hingga larut tetapi dalam pencampurannya pewarna pangan merah rasberri kurang larut sempurna dalam propilenglikol. Selanjutnya ditambahkan minyak jarak sedikit demi sedikit diaduk hingga tercampur merata (campuran 2).

32 Setelah carnauba wax dan 2/3 lemak cokelat melebur (campuran 1) ditambahkan campuran 2 ke dalam campuran 1 tetap pada suhu 70-85ºC walaupun campuran 2 terdapat pewarna sediaan, karena pewarna sediaan yang digunakan merupakan pewarna sintetis yang aman dan pastinya lebih stabil menurut FAO Indonesia (2007) serta tahan terhadap suhu pemanasan. Lalu diaduk hingga melebur semua dan tercampur merata. Dalam pembuatan tidak diberi pengawet karena menurut Handbook of Pharmaceutical Excipients (2009) propilenglikol sudah berfungsi sebagai pengawet serta komponen yang digunakan sebagian besar adalah minyak dan lemak yang sifatnya asam kemungkinan sulit ditumbuhi mikroorganisme. Setelah tercampur merata dituangkan ke dalam cetakan yang sudah dilapisi dengan parafin cair agar sediaan lipstik tidak lengket dan mudah dilepaskan dari cetakan. Kemudian dimasukkan ke dalam almari pendingin hingga padat. Setelah padat, sediaan dikeluarkan dari cetakan lalu disimpan dalam wadah yang berbeda antara Formula I dan Formula II selama satu bulan atau empat minggu pada suhu kamar (29ºC). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan sifat fisis sediaan lipstik meliputi uji organoleptis, homogenitas, dan suhu leleh, pemeriksaan kimia yaitu uji ph, serta uji iritasi dan uji kesukaan. 1. Pemeriksaan Sifat Fisis Sediaan Lipstik a) Homogenitas Sediaan C. EVALUASI SEDIAAN LIPSTIK

33 Pemeriksaan homogenitas sediaan bertujuan mengetahui sediaan lipstik tercampur merata dilihat dari tercampur meratanya basis dan pewarna yang digunakan dalam pembuatan sediaan lipstik dan tidak memperlihatkan butirbutir kasar. Data pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel VIII. Tabel VIII. Data Hasil Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Lipstik Formula Minggu ke - 0 1 2 3 4 F1 KH KH KH KH KH F2 KH KH KH KH KH Keterangan : KH = Kurang Homogen Hasil pemeriksaan homogenitas secara visual dan melalui pengolesan sediaan menunjukkan sediaan lipstik kurang homogen karena masih terdapat bintik-bintik pewarna dapat dikatakan kurang memenuhi standar. Kemungkinan hal ini disebabkan zat pewarna tidak terdispersi dengan baik dalam formula lipstik, salah satu penyebabnya yaitu sifat dari pewarna yang larut dalam air, tidak bisa menyatu dengan baik bersama minyak jarak karena adanya tegangan permukaan antara air dan minyak, sehingga masih terbentuk gumpalan pigmen serperti pasir (gritty). Penambahan surfaktan kemungkinan dapat mengatasi tegangan permukaan yang terjadi. b) Uji Organoleptis Stabilitas sediaan dilihat dari pengamatan organoleptis sediaan lipstik yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan secara organoleptis selama penyimpanan dari hari ke hari pada suhu kamar (29ºC). Pengamatan organoleptis meliputi warna, aroma, bentuk yang dapat diamati secara visual dengan panca indera. Pengamatan organoleptis dilakukan pada minggu ke- 0,

34 1, 2, 3, hingga minggu ke- 4. Data hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel IX. Hasil pengamatan organoleptis terhadap dua formula lipstik selama 4 minggu ternyata stabil atau dengan kata lain tidak mengalami perubahan baik dari segi bentuk, warna dan bau. Bentuk dari sediaan lipstik padat sedikit berongga, diduga ada udara yang terjebak di dalam cetakan karena penuangannya yang terlalu cepat, seharusnya penuangannya perlahan-lahan dan kontinyu. Tabel IX. Data Hasil Pengamatan Organoleptis Sediaan Lipstik Formula Pemeriksaan Minggu ke - 0 1 2 3 4 Bentuk PSB PSB PSB PSB PSB F1 Warna MT MT MT MT MT Bau C C C C C Bentuk PSB PSB PSB PSB PSB F2 Warna MT MT MT MT MT Bau C C C C C Keterangan : PSB: Padat Sedikit Berongga MT: Merah Tua C : Coklat c) Uji Suhu Leleh Uji suhu leleh bertujuan untuk mengukur suhu awal sediaan meleleh. Pada pengujian ini, suhu yang dicatat adalah suhu pada saat sediaan mulai meleleh. Data pengujian suhu leleh kedua formula dapat dilihat pada Tabel X. Tabel X. Data Pengujian Suhu Leleh Suhu Leleh (ºC)±SD Formula Minggu 0 Minggu 4 FI 52,133±0,404 51,5±0,5 FII 54,033±0,153 53,367±0,252 Keterangan : Formula I : Lipstik dengan basis lemak cokelat : minyak jarak (60:40) Formula II : Lipstik dengan basis lemak cokelat : minyak jarak (70:30)

35 Gambar 1. Nilai suhu leleh lipstik Dari Tabel X dapat diamati bahwa lipstk Formula II memiliki nilai suhu leleh yang lebih tinggi dibandingkan dengan Formula I namun kedua formula tersebut sama-sama mengalami penurunan suhu leleh. Diduga karena suhu ruangan penyimpanan tidak dikendalikan dan terkadang terkena sinar matahari. Pengaruh suhu dapat menyebabkan kepadatan atau ketegaran lipstik menjadi berkurang karena basis di dalam lipstik terpengaruh oleh suhu. Nilai suhu leleh yang tinggi pada Formula II akan berdampak pada konsistensi lipstik yang dihasilkan sehingga pada Formula II lipstik mempunyai konsistensi yang lebih keras dan padat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi lemak cokelat dan minyak jarak memberikan pengaruh pada suhu leleh lipstik. Sedangkan Formula I memiliki konsistensi yang kurang keras dan kurang padat daripada Formula II karena memiliki suhu leleh yang tidak terlalu tinggi. Peningkatan suhu leleh ini dipengaruhi oleh penambahan basis sediaan yaitu lemak cokelat sebesar 10% dan pengurangan minyak jarak 10%. Semakin besar konsentrasi basis padat ke dalam formula akan meningkatkan suhu leleh. Sebaliknya jika semakin besar basis cair, sediaan lipstik akan lebih creamy atau lunak dan pastinya suhu lelehnya akan menurun. Dari hasil terlihat bahwa suhu

36 leleh yang diperoleh dari pengujian ini memenuhi persyaratan suhu lebur sediaan lipstik yaitu 50º-70ºC menurut SNI 16-4769-1998. Berdasarkan uji statistik menggunakan program SPSS 17 dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov Test pada Formula I dan Formula II didapatkan nilai signifikasi sehingga dapat dinyatakan data dari kedua formula terdistribusi normal dengan nilai signifikasi lebih dari 0,05. Pengujian dilanjutkan pada homogenitas dengan melihat nilai dari Levene's Test for Equality of Variances dan didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,441 sehingga dapat dinyatakan data telah homogen dengan nilai signifikasi lebih dari 0,05. Pengujian dilanjutkan dengan uji Independent Samples t Test dengan taraf kepercayaan 95% dan didapatkan nilai t hitung sebesar -5,776 sehingga dapat dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua formula tersebut dengan nilai t hitung lebih dari nilai t tabel dengan df = 4 yaitu 2,132 (lihat Lampiran). 2. Pemeriksaan Sifat Kimia (ph) Sediaan Lipstik Uji pemeriksaan ph bertujuan untuk mengetahui sesuai tidaknya ph sediaan lipstik dengan range ph kulit yaitu berkisar antara 4,5 sampai dengan 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007). Data pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel XI dan hasil pemeriksaan ph kedua formula lipstik dapat dilihat pada Gambar 2. Tabel XI. Data Pemeriksaan ph Sediaan Lipstik Formula ph±sd Minggu 0 Minggu 2 Minggu 4 FI 6,170±0,044 5,750±0,202 5,417±0,165 FII 6,130±0,061 5,583±0,021 5,217±0,202 Keterangan : Formula I : Lipstik dengan basis lemak cokelat : minyak jarak (60:40) Fomula II : Lipstik dengan basis lemak cokelat : minyak jarak (70:30)

37 Gambar 2. Nilai ph lipstik Hasil pengujian ph pada FI dan FII selama 4 minggu penyimpanan yaitu antara 5,22 6,17. Hal ini sesuai dengan standar yaitu ph kulit 4,5 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007). Formula I dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 memiliki ph antara 5,42 6,17. Formula II dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 70:30 memiliki ph antara 5,22 6,13. Harga ph yang mendekati asam ini diakibatkan oleh adanya pengaruh dari basis yang ada dalam lipstik yaitu lemak cokelat dengan persentase jumlah paling banyak dalam formulasi yang mempunyai sifat asam (Sonntag, 1979) dan diduga terjadi proses hidrolisis pada lemak yaitu perubahan trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Dari kedua formula tersebut dapat diamati bahwa Formula II memiliki nilai ph yang lebih asam dibanding dengan Formula I. Berdasarkan uji statistik menggunakan program SPSS 17 dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan bahwa pada Formula I dan Formula II dapat dinyatakan data dari kedua formula terdistribusi normal dengan nilai signifikasi lebih dari 0,05. Pengujian dilanjutkan pada homogenitas dengan melihat nilai dari Levene's Test for Equality of Variances dan didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,764 sehingga dapat dinyatakan data telah homogen dengan nilai signifikasi

38 lebih dari 0,05. Pengujian dilanjutkan dengan uji Independent Samples t Test dengan taraf kepercayaan 95% dan didapatkan nilai t hitung sebesar 1,328 sehingga dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari ph kedua formula tersebut dengan nilai t hitung kurang dari nilai t tabel dengan df= 4 yaitu 2,132 (lihat Lampiran). 3. Uji Iritasi Uji iritasi bertujuan untuk mengetahui reaksi setelah pemakaian sediaan lipstik menimbulkan iritasi atau tidak. Pada pengujian ini dilakukan pada 25 panelis dengan cara mengoleskan sediaan lipstik pada kulit lengan atas bagian dalam selama tiga hari berturut-turut. Hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel XII. Tabel XII. Data Uji Iritasi Pengamatan Kulit kemerahan I Formula II (-) (-) Kulit gatal-gatal (-) (-) Kulit bengkak (-) (-) Keterangan : (-) : tidak terjadi iritasi (+) : kulit kemerahan (++) : kulit gatal-gatal (+++) : kulit bengkak Berdasarkan hasil uji terhadap 25 panelis menunjukkan bahwa semua panelis memberikan hasil yang negatif terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu kulit merah, gatal-gatal, maupun bengkak. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat aman untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007).

39 4. Uji Kesukaan (Hedonic Test) Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan lipstik yang telah dibuat. Hasil penilaian terhadap 25 panelis kesukaan terhadap warna, aroma, tekstur dan keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran. a. Kesukaan terhadap Warna Nilai kesukaan terhadap warna dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Nilai kesukaan terhadap warna Dari Gambar 3 tersebut dapat dianalisa panelis yang suka terhadap warna sediaan lipstik Formula I dan II sama banyak karena sediaan Formula I dan II secara visual warnanya hampir sama tetapi jika dilihat secara seksama Formula I lebih pekat warnanya karena penambahan basis lemak cokelat yang lebih sedikit daripada Formula II. Intensitas warna yang dihasilkan pada waktu pengolesan di kulit pada Formula I dan Formula II lemah kemungkinan karena konsentrasi pewarna yang digunakan kurang sehingga warna tidak melekat lama pada bibir, tetapi cenderung membuat bibir terasa kering karena kandungan minyaknya yang lebih sedikit dibandingkan dengan lemak cokelat namun tetap lembab di bibir.

40 b. Kesukaan terhadap Aroma Nilai kesukaan terhadap aroma dapat dilihat pada Gambar 4. Dari Gambar 4 tersebut dapat dianalisa panelis yang suka terhadap aroma sediaan lipstik FI dan FII lebih banyak panelis yang suka aroma FI. Diduga panelis suka aroma FI karena aroma cokelat FI tidak terlalu kuat dibandingkan dengan aroma FII karena basis lemak cokelat FII lebih banyak daripada basis lemak cokelat FI. c. Kesukaan terhadap Tekstur Gambar 4. Nilai kesukaan terhadap aroma Nilai kesukaan terhadap tekstur dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Nilai kesukaan terhadap tekstur Dari Gambar 5 tersebut dapat dianalisa panelis yang suka terhadap tekstur sediaan lipstik FI dan FII lebih banyak panelis yang suka tekstur FII.

41 Diduga panelis suka tekstur FII karena basis lemak cokelat yang dapat melembutkan pada saat dioleskan (Okayani, 1990) lebih banyak kosentrasinya pada FII. d. Kesukaan terhadap FI dan FII secara keseluruhan Nilai kesukaan terhadap FI dan FII dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Nilai kesukaan terhadap FI dan FII Berdasarkan hasil penilaian kesukaan terhadap 25 panelis pada Gambar 6 diketahui bahwa sediaan lipstik Formula I, panelis yang suka sebanyak 48%, netral sebanyak 52% dan tidak suka sebanyak 0%. Sedangkan lipstik Formula II persentase suka sebanyak 60%, netral 36% dan tidak suka 4%. Dapat disimpulkan bahwa sediaan lipstik yang paling disukai oleh panelis yaitu sediaan lipstik Formula II dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 70:30. Diduga karena tekstur lipstik Formula II lebih lembut pada saat pengolesan di kulit, dibandingkan dengan Formula I karena basis lemak cokelat yang digunakan dalam proses pembuatan lipstik lebih banyak pada FII, sehingga lebih lembut dan lembab.