BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pengekspor kayu lapis yang berada di Desa Bajong, Kecamatan Bokateja,

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 2 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Setiawan (2007) melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

1.1. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Sedangkan pengertian kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, rumah sakit adalah 7 :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang mendasari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa

BAB II LANDASAN TEORI. maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan

BAB II RERANGKA TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. mencakup pengertian budaya kinerja tinggi dan juga kepuasan kerja.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN. KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebut Teori Dua Faktor atau Two Factor Theory yang terdiri atas: faktor hygiene, yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu negara salah satu yang mencakup di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI & HIPOTESIS. Stoner mendefinisikan kepemimpinan manajerial sebagai suatu proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi saling menunjang dan melengkapi, atau dengan kata lain bersinergi satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan peradaban sudah sangat maju, menuntut Sumber Daya Manusia yang

Motivasi dan Kepemimpinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. mengoreksi apakah sebelumnya ada peneliti yang pernah menulis

BAB I PENDAHULUAN. peranan sangat penting (Lukiyanto, 2013). Sumber daya manusia sebagai sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

Bab 9 Memotivasi & Memimpin Karyawan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pekerjaan bukanlah dua hal yang saling berlawanan, tetapi dua entitas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikarenakan sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor penentu berhasil atau

Riset Per iila il k O u rgan isas

BAB II LANDASAN TEORI. mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda, seperti yang didefinisikan oleh

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB 1 PENDAHULUAN. arahan yang positif demi tercapainya tujuan organisasi.

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ( MSDM ) Pengertian Sumber Daya manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan kerja menurut Martoyo (2004:132) adalah keadaan emosional karyawan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Porter dan Lawler (dalam Kreitner & Kinicki, 2004) menyatakan. atau ekstrinsik (gaji dan pengakuan dari publik).

Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA. Disusun oleh: Ida Yustina

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR Pengertian Kepemimpinan Entrepreneurial

Landasan hubungan interaksi antara karyawan dan majikan yang. Kepuasan dan motivasi bergantung pada kontrak psikologis antara organisasi dan karyawan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Motivasi : proses yg berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu, ke arah pencapaian sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pada berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, faktor manusia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang melakukan tindak pidana dan oleh hakim dijatuhi hukuman masuk ke Lembaga

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Sunyoto (2012), kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan memandang pekerjaanya. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini nampak pada sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang di hadapi di lingkungan kerjanya. Menurut penelitian di bidang kepuasan kerja ada tiga macam arah yang dapat dilihat: a. Adalah usaha untuk menemukan faktor-faktor yang menjadi sumber kepuasan kerja serta kondisi-kondisi yang mempengaaruhinya. b. Adalah usaha untuk bagaimana efek dari kepuasan kerja terhadap sikap dan tingkah laku orang terutama tingkah laku kerja seperti produktivitas, absentisme, kecelakaan akibat kerja, labour turnover dan sebagainya. c. Apakah dalam rangka usaha mendapatkan rumusan atau definisi yang lebih tepat itu sendiri. 8

9 2.1.2. Teori Kepuasan Kerja Menurut As ad dalam Sunyoto (2012), teori kepuasan kerja ada tiga macam yaitu: a. Teori Keadilan (Equity Theory) Prinsip teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas dan tidak puas, tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity). b. Teori Perbedaan (Discrepancy Theory) Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter. Ia mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang di rasakan. c. Dua Faktor Teori (Two Factor Theory) Prinsip teori ini bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda, artinya kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan tidak merupakan variable yang kontinyu. Teori ini ini pertama kali ditemukan oleh Frederick Herzberg tahun 1959. Beliau membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaan menjadi dua kelompok, yakni : Satisfiers atau motivator adalah situasi yang membuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja, yang terdiri dari achievement, recognition,work itself, responsibility and advancement. Dissatisfiers (hygiene factor) adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari company

10 policy and administration, supervision, technical, salary, interpersonal, relation, working condition, job security and status. Menurut teori ini perbaikan gaji dan kondisi kerja tidak akan mengurangi ketidakpuasan kerja. 2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Ada beberapa faktor atau pendapat yang dikemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yakni: a. Menurut Harold E.Burt dalam Sunyoto (2012) Tentang faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu: 1) Faktor hubungan antar karyawan a. Hubungan antara manajer dengan karyawan b. Faktor fisik dan kondisi kerja c. Hubungan sosial di antara karyawan d. Sugesti dari teman bekerja 2) Faktor individual, hubungan dengan: a. Sikap orang terhadap pekerjaan. b. Usia orang dengan pekerjaan c. Jenis kelamin 3) Faktor keadaan keluarga karyawan 4) Rekreasi, meliputi pendidikan

11 b. Menurut Ghiselli dan Brown dalam Sunyoto (2012) Tentang faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yakni: 1) Kedudukan Orang beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas daripada yang berkedudukan lebih rendah. 2) Pangkat Pada pekerjaan yang mendasar pada perbedaan tingkat golongan, sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya. 3) Umur Dinyatakan adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan. Umur 25 tahun sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45 tahun adalah umur yang biasa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaannya. 4) Mutu Pengawasan Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan dan hubungan yang lebih baik dari pimpinan dan bawahan sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang terpenting dari organisasi kerja tersebut.

12 2.1.4. Indikator Kepuasan atau Ketidakpuasan Kerja Menurut Ruvendi (2005), indikator kepuasan atau ketidakpuasan pegawai dapat diperlihatkan oleh beberapa aspek diantarannya: a. Jumlah kehadiran pegawai. b. Perasaan senang atau tidak senang dalam melaksanakan pekerjaan. c. Perasaan adil atau tidak adil dalam penerimaan imbalan. d. Suka atau tidak suka dengan jabatan yang di pegangnya. e. Sikap menolak pekerjaan atau menerima dengan penuh tanggung jawab. 2.2. Sistem Imbalan 2.2.1. Pengertian Imbalan Imbalan dapat di artikan sebagai kompensasi yang merupakan komponen penting dalam hubungannya dengan karyawan. Kompensasi meliputi bentuk pembayaran tunai langsung, pembayaran tidak langsung dalam bentuk manfaat karyawwan, dan insentif untuk motivasi karyawan agar bekerja keras untuk mencapai produktivitas yang semakin tinggi. Jika dikelola dengan baik, kompensasi membantu perusahaan untuk mencapai tujuan dan memperoleh, serta memelihara, karyawan dengan baik (Sunyoto, 2012). Menurut Simamora dalam Sunyoto (2012), imbalan dibagi menjadi menjadi 2 kelompok yaitu imbalan intrisik dan imbalan ekstrinsik. Imbalan intrinsik adalah imbalan yang dinilai di dalam dan

13 dari mereka sendiri. Imbalan intrinsik bersifat internal bagi individu dan normalnya berasal dari keterlibatan dalam aktivitas-aktivitas atau tugas tertentu. Sedangkan imbalan ekstrinsik dihasilkan secara eksternal oleh seseorang atau sesuatu yang lainya. Imbalan ekstrinsik tidak mengikuti kinerja sebuah aktivitas secara alamiah atau secara inheren, namun di berikan kepada seseorang oleh pihak eksternal atau dari luar. Sebagian besar imbalan ekstrinsik dikendalikan dan dibagikan secara langsung oleh organisasi dan lebih berwujud daripada imbalan intrinsik. 2.2.2. Fakor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Kompensasi Menurut Moekijat dalam Sunyoto (2012), untuk tercapainya keadilan tersebut, maka ada beberpa faktor penting yang perlu di perhatikan dalam penetapan tingkat upah seorang pegawai, yaitu: pendidikan, tanggungan, kemampuan perusahaan, keadaan ekonomi, dan kondisi-kondisi pekerjaan. a. Pendidikan, Pengalaman, dan Tanggungan. Ketiga faktor tersebut harus mendapat perhatian. Bagaimanapun juga tingkat upah seorang sarjana dari yang belum sarjana harus dibedakan, demikian pun antara yang pengalaman dengan yang belum berpengalaman.

14 b. Kemampuan Perusahaan Faktor ini dalam merealisasikan keadilan dalam pembayaran upah belum berada dalam proposi yang setepat-tepatnya. Jika perusahaan mengalami keuntungan, para pegawai perusahaan harus turut menikmatinya melalui kenaikan tingkat upah atau pembagian keuntugan dan sebaliknya. c. Keadaan Ekonomi Keadaan ekonomi atau ongkos hidup adalah salah satu faktor penting dalam realisasi keadilan dalam pemberian upah. d. Kondisi-kondisi Pekerjaan Orang yang bekerja di daerah terpencil atau dilingkungan pekerjaan yang berbahaya harus memperoleh upah yang lebih besar dari pada mereka yang bekerja di daerah yang ada tempattempat hiburan atau di lingkungan pekerjaan yang tidak berbahaya. 2.2.3. Langkah-langkah Penentuan Kompensasi Untuk penentuan kompensasi tersebut, ada beberapa langkah yang dapat digunakan, yaitu menganalisis jabatan, mengevaluasi jabatan, melakukan survey gaji dan upah, dan menentukan tingkat gaji (Marihot Tua dalam Sunyoto, 2012). a. Menganalisis Jabatan Analisis jabatan sebagaimana telah dijelaskan merupakan kegiatan untuk mencari informasi tentang tugas-tugas yang

15 dilakukan dan persyaratan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas tersebut supaya berhasil untuk mengembangkan uraian tugas, spesifikasi tugas, dan standar unjuk kerja. b. Mengevaluasi Jabatan Evaluasi jabatan adalah proses sistematis untuk menentukan nilai relatif dari suatu pekerjaan dibandingkan dengan pekerjaan lain. c. Melakukan Survei Gaji dan Upah Survei gaji dan upah merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat gaji yang berlaku secara umum dalam perusahaanperusahaan yang mempunyai jabatan yang sejenis. d. Menentukan Tingkat Gaji Untuk menciptakan keadilan internal yang menghasilkan ranking jabatan, dan melakukan survei tentang gaji yang yang berlaku di pasar tenaga kerja, selanjutnya adalah penentuan gaji, misalnya untuk penggunaan metode poin, faktor-faktor pekerjaan telah ditentukan poinnya dan jabatan-jabatan kunci telah diketahui harga pasarnya berdasarkan survei yang dilakukan. 2.2.4. Indikator Imbalan Intrinsik dan Ekstrinsik Menurut Simamora dalam Sunyoto (2012) yaitu: a. Imbalan Intrinsik: - Jenjang karir yang jelas

16 - Pekerjaan yang menarik - Kepuasan kerja - Status b. Imbalan Ekstrinsik: - Gaji - Tunjangan karyawan - Lingkungan kerja - Promosi 2.3. Gaya Kepemimpinan Transaksional 2.3.1. Pengertian Gaya Kepemimpinan Transaksional Gaya kepemimpinan transaksioanal menurut Komariah dan Triatna dalam Masaong dan Tilomi (2011), adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang di emban bawahan. Pemimpin adalah seorang yang mendisain pekerjaan beserta mekanismenya, dan staf adalah seseorang yang melaksanakan tugas sesuai dengan kemampunya dan keahlian. Kepemimpinan transaksional tidak mengembangkan pola hubungan laissez fair atau membiarkan personel menentukan sendiri pekerjaannya karena dikhawatirkan dengan keadaan personel yang perlu pembinaan, pola ini dapat menyebabkan mereka menjadi pemalas dan tidak jelas apa yang dikerjakannya. Pola hubungan yang dikembangkan kepemimpinan transaksional adalah berdasarkan suatu

17 sistem timbal balik (transaksi) yang sangant menguntungkan ( mutual system of reinforcement ), yaitu pemimpin memahami kebutuhan dasar para pengikutnya dan pemimpin menemukan penyelesaian atas cara kerja dari para pengikutnya tersebut. 2.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Gaya Kepemimpinan Keberhasilan atau kegagalan gaya kepemimpinan transaksional seseorang dapat ditandai oleh empat hal: a. Moril Moril adalah keadaan jiwa atau emosi seseorang yang mempengaruhi kemauan untuk melaksanakan tugas dan akan mempengaruhi hasil pelaksanaan tugas perorangan maupun organisasi. b. Disiplin Disiplin adalah ketaatan tanpa ragu-ragu dan patuh terhadap perintah atau petunjuk serta peraturan yang berlaku. Disiplin yang terbaik adalah disiplin yanng didasarkan oleh disiplin pribadi. c. Jiwa Korsa Jiwa korsa adalah loyalitas, kebanggaan dan antusiasme yang tertanam pada anggota termasuk pimpinan terhadap organisasinya. Dalam suatu organisasi yang mempunyai korsa

18 yang tinggi, rasa ketidakpuasan bawahan dapat dipadamkan oleh semangat organisasi. d. Kecakapan Kecakapan adalah kepandaian melaksanakan tugas dengan hasil yang baik dalam waktu yang singkat dengan menggunakan tenaga dan sarana yang seefisien mungkin serta berlangsung dengan tertib. Pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki pimpinan dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan, inisiatif dan pengembangan pribadi serta pengalaman tugas. 2.3.3. Indikator Gaya Kepemimpinan Transaksional Menurut Masaong dan Tilomi (2011), mengindentifikasi beberapa indikator sebagai berikut: a. Pimpinan memotivasi dan mempengaruhi bawahan. b. Pemimpin menjanjikan imbalan bagi usaha yang dicapai. c. Pemimpin mengancam dan mendisiplinkan bawahannya yang berkinerja buruk. d. Pemimpin menjanjikan dan memberikan penghargaan. 2.4. Budaya Organisasi 2.4.1. Pengertian Budaya Organisasi Menurut Robbins dan Judge dalam Sunyoto (2012), mendefinisikan budaya organisasi sebagai sebuah sistem makna

19 bersama yang dianut oleh para anggota organisasi yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Karakteristik budaya organisasi terdiri dari: a. Inovasi dan keberanian mengambil resiko. Sejauhmana karyawan didorong agar bersikap inovatif dan berani mengambil resiko. b. Perhatian pada hal-hal rinci/detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan kecermatan atau precision, analisis dan perhatian pada hal-hal detail. c. Orientasi hasil. Sejauh mana pihak manajemen lebih fokus pada hasil daripada fokus pada teknik atau proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut. d. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut terhadap orang-orang yang ada di dalam organisasi. e. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim daripada individu-individu. f. Keagresifan atau aggressiveness. Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif daripada santai. g. Stabilitas. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo sebagai lawan dari pertumbuhan.

20 2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi. a. Pengaruh umum dari luar yang luas. Mencangkup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya seddikit dapat di kendalikan oleh organisasi. b. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat. Keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan kebersihan. c. Faktor-faktor yang sepesifik dari organisasi. Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. 2.4.3. Tipe-tipe Budaya Organisasi Para peneliti berusaha untuk mengidentifikasi dan mengukur berbagai tipe budaya organisasi dengan tujuan untuk mempelajari hubungan antara tipe efektivitas budaya dan organisasi. Ada tiga tipe budaya organisasi, yaitu budaya konstruktif, budaya pasif-defensif, dan budaya agresif-defensif, serta masing-masing tipe berhubungan dengan seperangkat keyakinan normatif yang berbeda (Kreitner dan Kinicki dalam Sunyoto, 2012). a. Budaya konstruktif adalah budaya dimana para karyawan didorong untuk berinteraksi dengan individu lain serta mengerjakan tugas dan proyeknya dengan cara yang akan

21 membantu mereka memuaskan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang. b. Budaya pasif-defensif. Budaya ini bercirikan keyakinan yang memungkinkan karyawan berinteraksi dengan karyawan lain dengan cara yang tidak mengancam keamanan kerjanya sendiri. c. Budaya agresif-defensif. Budaya ini mendorong karyawan mengerjakan tugas-tugasnya dengan keras untuk melindungi keamanan kerja dan status mereka. 2.4.4. Indikator Budaya Organisasi Indikator-indikator yang dikembangkan menurut David (1999). a. Konformitas Perasaan bahwa ada banyak batasan eksternal yang di paksakan dalam organisasi. b. Tanggung jawab Para anggota organisasi di beri tanggung jawab pribadi untuk mencapai sebagian tujuan organisasi. c. Standar Organisasi menekankan pentingnya kualitas kinerja dan produksi yang amat bagus.

22 d. Kejelasan Organisasioanal Perasaan yang dimiliki para anggota bahwa segala sesuatu berjalan dengan baik, rapi, teratur dan tujuan didefinisikan secara jelas, tidak membingungkan dan kacau. e. Dukungan dan Perhatian Perasaan bahwa dukungan dan perhatikan di anggap penting dan menjadi norma dalam organisasi, bahwa anggota saling percaya antara satu dengan yang lainya dan memberikan dukungan kepada orang lain. f. Kepemimpinan Kemauan anggota untuk menerima kepemimpinan dan arahan dari orang yang memenuhi kualitas. 2.5. Kerangka Pemikiran Menurut Sunyoto (2012), kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaannya. Hal ini nampak pada sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Berkenaan dengana masalah kepuasan kerja pegawai tersebut, sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan pegawai dalam pekerjaan diantaranya adalah sistem imbalan yang di anggap tidak adil menurut persepsi pegawai. Setiap pegawai akan selalu membandingkan antara rasio hasil dengan input dirinya terhadap rasio hasil dengan input orang lain.

23 Perlakuan yang tidak sama baik dalam reward maupun punist ment merupakan sumber kepuasan pegawai baik atas kepuasan kerja. Imbalan disini merupakan pemberian kepada pegawai atau sesuatu yang diterima pegawai sebagai balas jasa atas prestasinya kepada perusahaan dalam melaksanakan pekerjaan. Menurut Komariah dan Triatna dalam Masaong dan Tilomi (2011), gaya kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemban bawahan. Pola hubungan yang dikembangkan kepemimpinan transaksional adalah berdasarkan suatu sistem timbal balik (transaksi) yang sangant menguntungkan ( mutual system of reinforcement ), yaitu pemimpin memahami kebutuhan dasar para pengikutnya dan pemimpin menemukan penyelesaian atas cara kerja dari para pengikutnya tersebut. Untuk melaksanakan tugas tersebut, manajer perlu menggunakan kemampuanya dalam membaca kondisi lingkungan organisasi, menetapkan strategi organisasi, memilih teknologi yang tepat, menetapkan struktur organisasi yang sesuai. Budaya atau kultur organisasi mempengaruhi cara manusia bertindak di dalam organisasi, bagaimana mereka bekerja, memandang pekerjaan mereka bekerja sesama rekan kerja, dan memandang masa depan yang sebagian besar ditentukan oleh norma kultur, nilai-nilai dan kepercayaan mereka ( Robbins dalam Lumbanraja (2008). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent adalah imbalan, gaya kepemimpinan transaksional, budaya organisasi. Sedangkan variabel dependen adalah

24 kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan uraian di atas, maka hubungan antara variabelvariabel tersebut dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut : IMBALAN (X 1 ) GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL (X 2 ) KEPUASAN KERJA (Y) BUDAYA ORGANISASI (X 3 ) 2.6. Hipotesis Hipotesis merupakan anggapan dasar yang kemudian membuat suatu teori yang masih harus diuji kebenarannya. 1. Imbalan berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan kerja karyawan. 2. Gaya Kepemimpinan Transaksional berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan kerja karyawan. 3. Budaya Organisasi berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan kerja karyawan. 4. Imbalan, Gaya Kepemimpinan Transaksional dan Budaya Organisasi berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan kerja karyawan.