BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. lama menjadi hakim, jenis kelamin, pendidikan terakhir, alamat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sangat penting dalam realita

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TENTANG CERAI GUGAT DENGAN ALASAN IMPOTEN. A. Prosedur Cerai Gugat Dengan Alasan Impoten

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir batin ini harus ada, karena

Nomor: 0148/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

P U T U S A N. Nomor: 0178/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

Nomor: 0217/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

PUTUSAN Nomor 1278/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

KUASA KHUSUS NONMUSLIM DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA MENURUT HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Pengadilan Agama Blora ) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. dalammenjadikan dan menciptakan alam ini. Perkawinan bersifat umum,

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

P U T U S A N. Nomor: 0158/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

Nomor: 0041/Pdt.G/2011/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET

P U T U S A N. Nomor: 1294/Pdt.G/2014/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor :../Pdt.G/2010/PA.Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 301/Pdt.G/2011/PA.Pkc.

Permohonan Cerai Talak antara pihak-pihak ; LAWAN. Termohon ;--

PUTUSAN Nomor 0223/Pdt.G/2015/PA.Pkc. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk selamanya. Tetapi adakalanya karena sebab-sebab tertentu bisa

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

P U T U S A N. Nomor: 0133/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PUTUSAN. Nomor : 1321/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

PUTUSAN Nomor : 049/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

PUTUSAN. Nomor : 0060/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

PUTUSAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

P U T U S A N. Nomor 330/Pdt.G/2010/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 0109/Pdt.G/2015/PA.Pkc

BAB IV. rumah tangga dengan sebaik-baiknya untuk membentuk suatu kehidupan. tangga kedua belah pihak tidak merasa nyaman, tenteram dan mendapaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

PUTUSAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

PUTUSAN. Nomor : 0977/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 0043/Pdt.G/2011/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

PUTUSAN. Nomor : 0066/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

PUTUSAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

PUTUSAN. Nomor : 1118/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAAHIRRAAHMAANIRRAAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

PUTUSAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P E N E T A P A N Nomor: XXX/Pdt.P/2012/PA.GM

PUTUSAN. Nomor : 0910/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

Prosiding Peradilan Agama ISSN:

P U T U S A N. Nomor: 0061/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

P E N E T A P A N Nomor: XXX/Pdt.P/2011/PA.GM

PUTUSAN. Nomor : 0648/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

PUTUSAN. Nomor : XX/Pdt.G/2012/PA.Ktb. Bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perkara perdata islam tertentu, bagi orang-orang islam di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi utuh. Dalam syariat Islam ikatan perkawinan dapat putus bahkan

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Gugat

PUTUSAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PUTUSAN Nomor : 0127/Pdt.G/2012/PA.Pas

PUTUSAN. Nomor : 1723/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

SALINAN P U T U S A N Nomor 144/Pdt.G/2011/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor 0606/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat

PUTUSAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

PUTUSAN Nomor 1387/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Salinan P U T U S A N NOMOR.../Pdt.G/2010/PA.Pso

P U T U S A N. Nomor: 0072/Pdt.G/2010/PA.Spn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunnatullah, bahwa kehidupan di muka bumi ini diciptakan

PUTUSAN. Nomor : 0095/Pdt.G/2010/PA.Pas DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 1636/Pdt.G/2012/PA.Plg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 1717/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Talak

A. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Perkara Perceraian Putusan. mediator yang tujuannya agar dapat memberikan alternatif serta solusi yang terbaik

P U T U S A N. Nomor: 0016/Pdt.G/2011/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

PUTUSAN Nomor : 0536/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Nomor : 0048/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

Nomor : 0473/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Meskipun tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga bahagia (sakinah) yang kekal, namun perjalanan dan fakta sejarah menunjukkan bahwa tidak semua perkawinan berjalan sesuai dengan tujuan dan tuntunan agar tercapai tujuan dari perkawinan itu sendiri. Hal ini didasarkan pada mengingat banyaknya pasangan suami-istri yang perkawinannya terpaksa harus berakhir di tengah jalan. Perceraian meskipun perbuatan yang halal, tetapi merupakan sesuatu yang dibenci oleh Allah swt. Perceraian boleh dilakukan apabila berbagai macam cara telah ditempuh, namun tidak dapat lagi menyelamatkan mahligai perkawinan. Pada dasarnya perceraian adalah merupakan wewenang suami, bukan wewenang istri, atau dengan kata lain kata cerai mestinya keluar dari mulut seorang laki-laki, bukan keluar dari mulut perempuan, sebagaimana hadis Nabi saw: 1 Undang-undang Perkawinan Indonesia 2007 Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Dasar Perkawinan,cet 1Wipress, 2007, h. 1

2 الطلا ق 2 للر جا ل و العد ة با لنساء Talak ada di pihak laki-laki dan iddah di pihak perempuan. Akan tetapi dalam kasus-kasus perceraian lainnya, perceraian juga dapat melalui seorang istri yang diajukan ke Pengadilan Agama dalam bentuk cerai gugat. Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 115 disebutkan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan setelah Pengadilan tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Selanjutnya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama Pasal 70 Ayat (1) menyebutkan bahwa. Pengadilan setelah berkesimpulan bahwa kedua belah pihak tidak mungkin lagi didamaikan dan telah cukup alasan perceraian, maka pengadilan menetapkan bahwa permohonan tersebut dikabulkan, dan selanjutnya menurut Pasal 70 Ayat (4) suami atau wakilnya yang diberi kuasa khusus dalam suatu akta otentik untuk mengucapkan ikrar talak, mengucapkan ikrar talak yang dihadiri oleh istri atau kuasanya. Pada asasnya setiap orang boleh berperkara di depan Pengadilan, namun ada pengecualiannya, yaitu mereka yang belum dewasa dan orang yang sakit ingatan. 3 Orang yang langsung berkepentingan dapat aktif bertindak sebagai pihak di muka pengadilan. Mereka bertindak untuk dan atas namanya sendiri. Namun para pihak 2 Imam Jalaluddin Abdurrahman as Suyuthi asy Syafi i, Tanwirul Hawalik Syarah ala Muwatha Malik, (Beirut: Dar al Fikr: tt), h. 100. 3 Ny. Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek.(Bandung: Mandar Maju, 1997), h. 18.

3 yang berperkara dapat mewakilkan dan memberikan kuasa pada orang lain kalau dikehendakinya ( Pasal 147 R. Bg dan 123 HIR ) 4 dengan syarat pihak yang langsung berkepentingan tersebut menyerahkan kepada orang lain dengan memberikan surat kuasa khusus. Berdasarkan Pasal 1792 BW, pemberian kuasa ialah suatu persetujuan yang berisikan pemberian kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya untuk melakukan sesuatu atas nama orang yang memberikan kuasa. 5 Agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang oleh kuasa hukum, maka Pasal 123 HIR HIR/147 R. Bg mengatur bahwa pemberian kuasa idealnya dilakukan secara tertulis, akan tetapi tidak tertutup jika dilakukan secara lisan ( Pasal 1793 BW ). 6 Menurut hukum positif Indonesia, kuasa hukum laki-laki dan perempuan berada dalam status yang sama tanpa mempersoalkan apakah perempuan tersebut bersuami atau tidak ( Pasal 1793 BW ). Sebagai pihak yang bertindak atas nama dan untuk kepentingan pemberi kuasa, menurut Pasal 1797 BW penerima kuasa tidak boleh melakukan suatu perbuatan yang melampaui kewenangannya. Bila dilakukannya, maka pemberi kuasa dapat menuntut agar penerima kuasa menghentikan tindakan tersebut. Dalam rangka antisipasi hal-hal tidak terduga yang menimpa penerima kuasa sehingga berakibat lambatnya proses pemeriksaan perkara, 4 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1988), Cet. I, h.15. 5 Soedharyo Soimin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2001), Cet. 3, h. 445. 6 Ibid., h. 447.

4 maka dalam surat kuasa sekaligus dicantumkan hak penerima kuasa untuk menunjuk kuasa pengganti. Dalam praktik pengadilan, penerima kuasa ada kalanya berasal dari keluarga para pihak yang disebut kuasa insidentil, advokat, atau pengacara praktik. Adapun dalam hukum Islam, pemberian kuasa dikenal dengan istilah wakalah. Islam mensyariatkan wakalah karena manusia membutuhkannya. Tidak semua manusia berkemampuan untuk menekuni segala urusannya secara pribadi. Ia membutuhkan kepada pendelegasian mandat orang lain untuk melaksanakan sebagai wakil darinya. Wakalah sah dilakukan pada setiap akad, 7 seperti dikatakan fuqaha semua akad yang boleh diakadkan sendiri oleh seseorang, boleh pula ia wakilkan pada orang lain. 8 Misalnya jual beli, nikah, hibah, rahn, atau talak yang jelas sasarannya serta tidak digantungkan pelaksanaannya pada suatu kejadian. 9 Sedang hal-hal yang tidak boleh diwakilkan adalah semua pekerjaan yang tidak ada campur tangan perwakilan, seperti shalat, sumpah, dan thaharah. Persoalannya adalah apakah pihak suami diperkenankan menunjuk wakil atau kuasa hukum perempuan untuk menggucapkan ikrar talak di depan sidang Pengadilan Agama mengingat kata cerai mestinya terucap dari mulut seorang laki-laki. 7 Ibid., h. 249. 8 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 13, Diterjemahkan oleh Kamaludin A. Marzuki (Bandung: Al- Ma arif, 1988), h.61. 9 Zainuddin al Malibary, Fathul Mu in, Diterjemahkan oleh Aliy As ad (Kudus: Menara Kudus, 1979), h.249.

5 Dari hasil penjajakan awal di lapangan, yakni setelah melakukan wawancara permulaan dengan beberapa hakim Pengadilan Agama Banjarmasin, penulis menemukan adanya perbedaan pendapat para hakim menggenai masalah pengucapan ikrar talak oleh kuasa hukum perempuan di depan sidang pengadilan Agama ini. Ada sebagian hakim yang membolehkan dan ada juga hakim yang tidak memperbolehkannya. Persoalan inilah yang membuat penulis merasa sangat tertarik untuk lebih meneliti secara lebih mendalam bagaimana sebenarnya Hakim Pengadilan Agama menilai kebolehan seorang kuasa hukum perempuan untuk mewakili seorang suami untuk melakukan pengikraran talak kepada seorang istri di depan sidang Pengadilan Agama serta alasan atau dalil yang mereka kemukakan, mengingat kuasa hukum bukan hanya profesi bagi kaum laki-laki, bahkan sekarang kuasa hukum perempuan juga mempunyai kompetensi yang sama untuk menangani masalah perceraian baik bagi kliennya, laki-laki maupun perempuan. Hasil penelitian tersebut akan penulis tuangkan dalam sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul: Pendapat Hukum Hakim Pengadilan Agama Banjarmasin tentang Ikrar Talak oleh Kuasa Hukum Perempuan di Depan Sidang Pengadilan Agama. B. Rumusan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah serta memudahkan dalam penelitian, maka penulis menyusun kerangka permasalahan ke dalam suatu rumusan masalah sebagai berikut:

6 1. Bagaimana pendapat hukum hakim Pengadilan Agama Banjarmasin tentang ikrar talak oleh kuasa hukum perempuan di depan sidang Pengadilan Agama? 2. Apa alasan atau dalil yang dipergunakan hakim Pengadilan Agama Banjarmasin dalam mengemukakan pendapat hukum tersebut? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pendapat hukum hakim Pengadilan Agama Banjarmasin tentang ikrar talak oleh kuasa hukum perempuan di depan sidang Pengadilan Agama. 2. Mengetahui alasan atau dalil yang dipergunakan hakim Pengadilan Agama Banjarmasin dalam mengemukakan pendapat hukum tersebut. D. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami maksud yang dikehendaki dalam penelitian ini, maka penulis merasa perlu memberikan defenisi operasional sebagai berikut: 1. Pendapat Hukum. Pendapat berarti pikiran; anggapan, buah pemikiran atau perkiraan tentang sesuatu hal, kesimpulan (sesudah mempertimbangkan, menyelidiki, dsb). 10 Pendapat hukum yang penulis maksud di sini adalah hasil Pustaka, 2001), h. 236. 10 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

7 pemikiran atau kesimpulan tentang hukum setelah mempertimbangkan penggunaan dalil-dalil yang ada. 2. Hakim yang penulis maksudkan di sini adalah seluruh hakim Pengadilan Agama Banjarmasin sebanyak sepuluh orang sebagaimana disebutkan di dalam metode penelitian. 3. Ikrar talak yang penulis maksudkan adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan, sebagaimana disebutkan pada pasal 117 Kompilasi Hukum Islam. 4. Kuasa hukum perempuan, yaitu seseorang yang memberikan jasa-jasanya dalam mengajukan perkara kepada pengadilan dan mewakili orang-orang yang beperkara di muka pengadilan 11. Di sini penulis membatasi hanya untuk advokad dan pengacara praktik berjenis kelamin perempuan. E. Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Bahan kajian ilmiah dalam ilmu kesyari ahan, khususnya dalam bidang kajian jurusan Ahwal al-syakhshiyyah. 2. Sebagai sumbangan pemikiran dalam mengisi khazanah ilmu pengetahuan dalam bentuk karya ilmiah dan disiplin ilmu kesyariahan pada khususnya. 11 R. Subekti, Hukum Acara Perdata, Cet 1, (Bandung: Binacipta, 1977), h. 13

8 3. Informasi ilmiah bagi mereka yang akan mengadakan penelitian pada masalah yang sama, dengan sudut pandang yang berbeda. F. Kajian Pustaka Berdasarkan penelaahan terhadap skripsi terdahulu ternyata penelitian tentang ikrar talak oleh kuasa hukum perempuan telah ada yang melakukan. Skripsi yang berjudul Ikrar talak oleh Kuasa Hukum Perempuan di Depan Sidang Pengadilan Agama (Tinjauan Normatif Islam) ditulis oleh Auliana Rizqi NIM. 0201115003. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Auliana Rizqi ini merupakan jenis penelitian normatif atau studi literatur, yakni meneliti tentang status keabsahan ikrar talak yang diucapkan oleh kuasa hukum perempuan menurut tinjauan fiqih atau hukum Islam. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan jenis penelitian lapangan atau bersifat empiris, yakni penulis menggali menggenai para pendapat hakim Pengadilan Agama Banjarmasin tentang ikrar talak oleh kuasa hukum perempuan di depan sidang Pengadilan Agama. Dengan demikian penelitian penulis berbeda dengan skripsi terdahulu, baik dari segi isi, konsep, maupun fokus penelitian. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dalam lima bab yang masing-masing bab memuat pembahasan dengan meliputi sejumlah materi sebagai berikut:

9 Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, signifikasi penelitian, kajian pustaka, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan landasan teoritis yang berisi tentang tinjauan umum tentang ketentuan-ketentuan perceraian dan pemberian kuasa. Hal ini meliputi ketentuan umum perceraian dan pemberian kuasa atau wakalah yang terbagi menjadi dua bagian. Pertama ketentuan umum mengenai cerai talak yang terdiri dari pengertian perceraian beserta dasar hukumnya, macam-macam talak, dan siapa yang berhak menjatuhkan talak dan yang kedua berisikan ketentuan-ketentuan mengenai kuasa (wakalah) yang terdiri dari pengertian kuasa menurut hukum Islam beserta dasar hukumnya, rukun dan syarat wakalah, berakhirnya akad wakalah, dan hal-hal yang boleh dikuasakan. Bab III merupakan metode penelitian, terdiri dari jenis, sifat dan lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan tahapan penelitian. Bab IV merupakan laporan hasil penelitian, yang berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data dan analisis data. Bab V merupakan penutup, berisikan simpulan dan saran.