BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil belajar Siswa Pra Siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran IPA. Menurut guru kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB III METODE PENELITIAN. Februari Maret April Observasi Penyusunan proposal dan 2 soal-soal untuk uji validitas 3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 01

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengurus surat izin penelitian dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SD Negeri 3 Kandangan Kabupaten Grobogan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pelaksanaan Tindakan Pada bagian ini pelaksanaan tindakan akan diuraikan dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) < 90 Tidak Tuntas 22 88% 90 Tuntas 3 12% Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. yang berjarak kurang lebih 12 kilometer dari ibukota Kabupaten Pringsewu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Gambaran Umum SDN Plumutan Penelitian ini dilaksanakan di SDN Plumutan Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang dengan subyek penelitian kelas 5A pada semester II tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa kelas 5A SDN Plumutan sebanyak 23 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Letak SDN Plumutan berada di wilayah Dusun Kalisari, Desa Plumutan, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sarana dan prasarana yang terdapat di SDN Plumutan sudah cukup memadai. SDN Plumutan terdiri dari 12 ruang, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang UKS, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang dapur, 1 ruang gudang, 2 toilet guru dan 2 toilet siswa. Setiap ruang memiliki ventilasi yang cukup memadai dan penerangan yang cukup. Suasana SDN Plumutan nyaman dan asri karena letaknya yang berada di pedesaan sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif. Alat peraga yang dimiliki SDN Plumutan sudah cukup lengkap, hanya saja penggunaan alat peraga tersebut jauh dari maksimal. Buku pelajaran yang dimiliki sekolah lebih sedikit dari jumlah siswa, sehingga kurang memadai. SDN Plumutan adalah sekolah paralel yang terdiri dari kelas 1 sampai 6 dengan jumlah seluruh siswa adalah 299 siswa. Staf pengajar terdiri dari 12 guru kelas, 2 guru agama Islam, 1 guru olahraga, 1 guru Bahasa Inggris, 1 Kepala Sekolah, dan 1 penjaga sekolah. Kegiatan pembelajaran berlangsung mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 12.10, kecuali pada hari Jumat dan Sabtu berlangsung mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 11.00. Seluruh siswa berasal dari penduduk desa Plumutan. Sebagian besar orang tua siswa bermata pencaharian sebagai petani. Kesadaran belajar siswa SDN Plumutan umumnya masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan hail belajar siswa yang rendah karena siswa kurang minat terhadap pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru, khususnya pada kelas 5A. 71

72 4.1.2 Deskripsi Kondisi Awal Sebelum melaksanakan penelitian siklus I dan II, penulis terlebih dahulu menganalisis data berdasarkan kondisi awal yang diperoleh dari hasil observasi pada saat guru mengajar di kelas 5A SDN Plumutan. Guru masih menerapkan metode pembelajaran yang konvensional sehingga pembelajaran bersifat monoton dimana guru hanya berceramah saja, sedangkan siswa kurang aktif. Siswa hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru, bahkan ada beberapa siswa yang menciptakan kegaduhan. Selain itu, guru juga tidak memanfaatkan alat peraga yang sudah ada dengan baik dan media pembelajaran yang digunakan kurang inovatif. Dari hasil observasi pada kondisi awal, ternyata minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih sangat rendah karena masih banyak siswa yang belum memahami materi dengan baik. Penulis memberikan angket minat belajar kepada siswa sebelum dilaksanakan siklus I dan siklus II dan simpulkan hasilnya masih banyak siswa yang kurang berminat terhadap mata pelajaran IPA. Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran IPA ternyata berpengaruh terhadap ketuntasan hasil belajar siswa tersebut. Berdasarkan deskripsi kondisi awal tersebut, maka perlu suatu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif agar minat dan hasil belajar siswa meningkat. Penulis bekerjasama dengan guru kelas 5A untuk merancang penelitian tindakan kelas sesuai dengan rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang akan diterapkan dalam dalam dua siklus. 4.1.3 Deskripsi Siklus I Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) pada siklus I ini terdapat 2 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: 4.1.3.1 Perencanaan Tindakan Siklus I Setelah diperoleh data dari hasil belajar IPA pada kondisi awal, data tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengambil tindakan yang tepat agar

73 dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5A SDN Plumutan. Maka sebelum melakukan pelaksanaan tindakan siklus I penulis dan guru kelas 5A melakukan diskusi tentang metode dan alat peraga yang akan digunakan untuk penelitian, kemudian menentukan waktu pelaksanaan siklus I. Perencanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut: A. Pertemuan Pertama Sebelum dilaksanakan siklus I pada pertemuan pertama, terlebih dahulu penulis berdiksusi dengan guru kelas 5A tentang metode pembelajaran yang akan diterapkan dan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT, serta menyiapkan alat peraga yang akan dipergunakan saat mengajar. Selain itu, penlisi juga menyiapkan perlengkapan lain seperti: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, buku pelajaran, perlengkapan yang digunakan saat pertandingan. Peneliti merancang RPP materi pokok cahaya dan sifatnya, kemudian menentukan tujuan pembelajaran. Setelah itu guru menetapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Pada pertemuan pertama siswa berdiskusi bersama kelompoknya menyebutkan sifat-sifat cahaya, kemudian menjelaskan cahaya merambat lurus melalui percobaan dan mendeskripsikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap). B. Pertemuan Kedua Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan 2 sebagai tindak lanjut dari hasil belajar dan kekurangan/kelemahan pada pertemuan 1. Pada pertemuan 2 ini siswa bersama kelompoknya melakukan percobaan tentang cahaya dan sifatnya yaitu membuktikan bayangan yang dihasilkan pada cermin datar dan cermin lengkung, serta memberikan contoh peristiwa pembiasan cahaya. Sebelum mengajar pada pertemuan 2, maka penulis menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi cahaya dan sifatnya, lembar observasi untuk guru dan siswa saat proses pembelajaran, buku pelajaran serta lembar soal evaluasi dan lembar jawaban untuk siswa yang dikerjakan secara individu, serta ruang/lokasi

74 yang akan digunakan untuk proses pembelajaran. Kemudian penulis juga menyiapkan angket minat siswa terhadap mata pelajaran IPA. 4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pada tahap ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disusun diterapkan pada pembelajaran di kelas 5A SDN Plumutan. Pelaksanaan siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2014, sedangkan pertemuan kedua pada tanggal 26 Maret 2014. Alokasi waktu pada siklus I adalah 5 x 35 menit dengan rincian pertemuan pertama 2 x 35 menit dan pertemuan kedua 3 x 35 menit. Berikut ini adalah rincian pelaksanaan tindakan siklus I: A. Pertemuan Pertama Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 25 Maret 2014. Kompetensi Dasar IPA yang digunakan pada siklus I adalah mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, dengan materi pokok cahaya dan sifatsifatnya. Sedangkan indikator pembelajaran tersebut yaitu (1) menyebutkan sifatsifat cahaya; (2) menjelaskan sifat cahaya merambat lurus; (3) mendeskripsikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, gelap). Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama: 1. Kegiatan Awal Pada kegiatan awal ini sesuai desain perencanaan pembelajaran, guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan doa, guru melakukan kegiatan absensi/presensi siswa, kemudian memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Setelah itu guru memberikan pertanyaan apersepsi: Pernahkah kalian bercermin? Mengapa wajah kalian bisa muncul di cermin? (guru mambawa cermin dan menyuruh salah satu siswa untuk bercermin). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Kemudian guru menjelaskan kepada siswa langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe TGT terdiri dari presentasi kelas, tim kelompok, game/turnamen, dan penghargaan tim.

75 2. Kegiatan Inti Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah kegiatan inti meliputi guru mengeksplorasi pengetahuan siswa tentang sifat-sifat cahaya. Kemudian guru menjelaskan materi secara garis besar tentang cahaya dan sifat-sifatnya. Setelah itu, guru membagi tim kelompok siswa secara heterogen. Satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Kemudian, guru menjelaskan tugas kelompok dan membagi Lembar Kerja Siswa (LKS). Di tim kelompok siswa berdiskusi mengerjakan LKS untuk memahami materi lebih lanjut dengan kelompok yang sudah dibagi oleh guru. Siswa bersama kelompok melakukan percobaan untuk membuktikan sifat-sifat cahaya sesuai dengan petunjuk yang ada pada lembar kerja siswa yaitu membuktikan sifat cahaya dapat merambat lurus dan sifat cahaya mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap) dengan alat peraga yang sudah dibawa oleh masing-masing kelompok. Setiap kelompok berkewajiban memastikan anggota kelompoknya benar-benar memahami pertanyaan dan jawaban yang diberikan agar saat melakukan permainan tidak mengalami kesulitan. Guru membimbing siswa melakukan diskusi untuk mengerjakan lembar kerja siswa. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan lembar kerja siswa, guru meminta salah satu kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Siswa yang tidak presentasi boleh bertanya atau menanggapi. Kemudian LKS tersebut dibahas bersama oleh guru. Langkah selanjutnya yaitu guru memberikan games akademik untuk memastikan seluruh anggota siswa kelompok telah menguasai materi pelajaran. Guru menyiapkan lembar perhitungan skor, kartu soal dan jawaban, serta alat/bahan untuk permainan. Dalam games akademik siswa dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen merupakan wakil dari kelompok masing-masing. Siswa menempati meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap siswa diusahakan setara. Siswa menempatkan diri pada posisinya masing-masing untuk melakukan

76 turnamen. Guru menjelaskan aturan turnamen. Setiap meja turnamen diisi oleh pembaca soal, pemain dan penantang. Pembaca soal membacakan soal yang sudah diundi. Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil jawaban yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Kemudian pembaca soal membacakan jawaban soal tersebut. Apabila penantang pemain menjawab benar, maka berhak mendapatkan kartu poin. Jika pemain menjawab salah dan penantang menjawab benar, maka poin diberikan kepada penantang yang memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab benar, maka semua mendapatkan poin. Permainan dilanjutkan sampai semua kartu soal habis dibacakan. Setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang dengan bergeser posisi searah jarum jam. Pemain menjadi pembaca soal, penantang pertama menjadi pemain, penantang kedua menjadi penantang pertama, pembaca soal sebagai penantang kedua, dan seterusnya. Permainan putaran pertama dilakukan sampai semua pemain merasakan posisi menjadi pembaca soal, pemain, dan penantang. Jika permaian putaran pertama selesai, maka dilanjutkan dengan turnamen putaran kedua, hingga putaran terakhir dilakukan. Selanjutnya pemain kembali ke kelompok asal dan menghitung skor yang diperoleh masingmasing pemain. Guru mencatat skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik pada lembar perhitungan skor. Skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dijumlahkan kemudian dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Penghargaan diberikan kepada kelompok yang berhasil memperoleh rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut yang memenuhi kriteria good team, great team dan super team. Setelah itu, guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami siswa dan guru meluruskan kesalahan pemahaman siswa. Kemudian memberikan refleksi pembelajaran.

77 3. Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran yang sudah dilakukan. Kemudian, Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu tentang membuktikan bayangan yang dihasilkan pada cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung) dan memberikan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan seharihari. Guru juga menyuruh setiap kelompok untuk membawa alat peraga masing-masing antara lain: cermin, sendok, pensil, uang logam, gelas bening, dan air. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup. B. Pertemuan Kedua Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 26 Maret 2014. Kompetensi Dasar IPA yang digunakan pada siklus I adalah mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, dengan materi pokok cahaya dan sifatsifatnya. Sedangkan indikator pembelajaran tersebut yaitu (4) membuktikan bayangan yang dihasilkan pada cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung); (5) memberikan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Pada pertemuan kedua ini guru memberikan angket minat siswa terhadap mata pelajaran IPA yang diberikan pada akhir pembelajaran. Berikut rincian kegiatan pada pertemuan kedua: 1. Kegiatan Awal Pada kegiatan awal ini guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan doa, guru melakukan kegiatan absensi/presensi siswa, memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Setelah itu guru memberikan pertanyaan apersepsi tentang materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Kemudian guru menjelaskan kepada siswa langkahlangkah pembelajaran model kooperatif tipe TGT terdiri dari penyajian kelas, tim kelompok, game/turnamen, dan penghargaan tim.

78 2. Kegiatan Inti Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah kegiatan inti meliputi guru mengeksplorasi pengetahuan siswa tentang sifat-sifat cahaya. Kemudian guru menjelaskan materi secara garis besar tentang cahaya dan sifat-sifatnya. Setelah itu, siswa berkumpul bersama kelompoknya sesuai pertemuan kemarin. Satu tim kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Kemudian, guru menjelaskan tugas tim kelompok dan membagi Lembar Kerja Siswa (LKS). Dalam tim kelompok siswa berdiskusi mengerjakan LKS untuk memahami materi lebih lanjut dengan kelompok yang sudah dibagi oleh guru. Siswa bersama kelompok melakukan percobaan untuk membuktikan sifat-sifat cahaya sesuai dengan petunjuk yang ada pada lembar kerja siswa. Setiap kelompok berkewajiban memastikan anggota kelompoknya benar-benar memahami pertanyaan dan jawaban yang diberikan agar saat melakukan permainan tidak mengalami kesulitan. Guru membimbing siswa melakukan diskusi untuk mengerjakan lembar kerja siswa. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan lembar kerja siswa, guru meminta salah satu kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Siswa yang tidak presentasi boleh bertanya atau menanggapi. Kemudian LKS tersebut dibahas bersama oleh guru. Langkah selanjutnya yaitu guru memberikan games akademik untuk memastikan seluruh anggota siswa kelompok telah menguasai materi pelajaran. Guru menyiapkan lembar perhitungan skor, kartu soal dan jawaban, serta alat/bahan untuk permainan. Dalam games akademik siswa dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen merupakan wakil dari kelompok masing-masing. Siswa menempati meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap siswa diusahakan setara. Siswa menempatkan diri pada posisinya masing-masing untuk melakukan turnamen. Guru menjelaskan aturan turnamen. Setiap meja turnamen diisi oleh pembaca soal, pemain dan penantang. Pembaca soal membacakan soal yang sudah diundi. Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan

79 penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil jawaban yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Kemudian pembaca soal membacakan jawaban soal tersebut. Apabila penantang pemain menjawab benar, maka berhak mendapatkan kartu poin. Jika pemain menjawab salah dan penantang menjawab benar, maka poin diberikan kepada penantang yang memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab benar, maka semua mendapatkan poin. Permainan dilanjutkan sampai semua kartu soal habis dibacakan. Setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang dengan bergeser posisi searah jarum jam. Pemain menjadi pembaca soal, penantang pertama menjadi pemain, penantang kedua menjadi penantang pertama, pembaca soal sebagai penantang kedua, dan seterusnya. Permainan putaran pertama dilakukan sampai semua pemain merasakan posisi menjadi pembaca soal, pemain, dan penantang. Jika permaian putaran pertama selesai, maka dilanjutkan dengan turnamen putaran kedua, hingga putaran terakhir dilakukan. Selanjutnya pemain kembali ke kelompok asal dan menghitung skor yang diperoleh masingmasing pemain. Guru mencatat skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik pada lembar perhitungan skor. Skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dijumlahkan kemudian dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Penghargaan diberikan kepada kelompok yang berhasil memperoleh rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut yang memenuhi kriteria good team, great team dan super team. Setelah itu, guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami siswa dan guru meluruskan kesalahan pemahaman siswa. Kemudian memberikan refleksi pembelajaran. 3. Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran yang sudah dilakukan. Siswa mengerjakan soal

80 evaluasi secara individu pada lembar jawab yang diberikan oleh guru. Setelah selesai mengerjakan soal evaluasi, guru memberikan angket minat belajar IPA kepada siswa untuk diisi secara individu. Setelah selesai, guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup. 4.1.3.3 Obervasi Siklus I Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan tindakan. Selama kegiatan pembelajaran pada siklus I berlangsung, penulis menerima bantuan dari observer yaitu guru kelas 5B untuk mengamati jalannya kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi item untuk mengamati guru kelas 5A saat proses belajar mengajar dan aktivitas siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi atau pengamatan yang mengacu pada kegiatan guru dan siswa pada saat melakukan pembelajaran. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer, guru telah menerapkan model pembelajaran kooperatife tipe TGT (Team Games Tournament) dengan baik. Guru dapat mengatur serta mengendalikan keberlangsungan proses belajar mengajar. Namun saat awal pembelajaran, banyak siswa yang masih bingung dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) karena model pembelajaran yang diterapkan masih baru untuk siswa. Akan tetapi, guru dapat mengantisipasi hal tersebut dengan cara menjadi fasilitator yang baik dan membantu siswa-siswi yang mengalami kesulitan. Observasi yang dilakukan pada tahap ini juga meliputi observasi aktivitas siswa. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh observer menunjukkan sudah lebih dari separuh siswa yang sudah antusias dalam mengikuti pembelajaran. Namun, masih ada sebagian siswa yang bingung dalam

81 melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) walaupun siswa sudah turut serta dalam tugas belajarnya. 4.1.3.4 Refleksi Siklus I Setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus I yang terdiri dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Penulis melakukan diskusi untuk merefleksi tentang pelaksanaan siklus I yang melibatkan guru kelas dan teman sejawat (guru observer). Peneliti mengalami permasalahan yang berpengaruh terhadap minat dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran IPA, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Saat kegiatan pembelajaran berlangsung banyak siswa yang belum memahami langkah-langkah pembelajaran TGT karena model pembelajaran ini masih baru diterapkan pada siswa, sehingga siswa banyak yang masih bingung. Banyak siswa yang belum menguasai materi, mereka cenderung hanya diam saja dan tidak mau bertanya. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I pertemuan pertama dan kedua, maka secara keseluruhan hasil refleksi yang digunakan untuk memperbaiki siklus I dan selanjutnya untuk ditingkatkan pada siklus II antara lain: 1. Kelebihan a. Sebagian siswa sudah mulai berani bertanya, menjawab, serta mengutarakan pendapat saat presentasi maupun diskusi kelompok. b. Guru sudah menjelaskan materi dengan baik. c. Pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak monoton. d. Antusias siswa pada pembelajaran mulai tampak. e. Kesiapan ruang dan alat peraga sudah terlaksana dengan baik. f. Minat siswa terhadap pelajaran IPA mulai tampak dari kegiatan praktikum IPA, siswa sudah mulai aktif dalam diskusi. 2. Kekurangan a. Pelaksanaan pembelajaran belum runtut tidak sesuai yang tercantum dalam RPP.

82 b. Kesiapan siswa masih perlu diperhatikan sebelum memulai pembelajaran. c. Siswa belum begitu memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT, masih ada siswa yang bingung pada aturan turnamen. d. Ada beberapa siswa yang mengganggu kelompok lain, sehingga kurang konsentrasi. e. Siswa belum terbiasa bekerja dalam kelompok. f. Banyak siswa yang belum menguasai materi karena terbiasa dengan penerimaan materi yang disampaikan oleh guru melalui metode ceramah. g. Siswa merasa kurang antusias karena alat peraga yang digunakan sudah biasa. h. Membutuhkan banyak waktu dalam pelaksanaan tindakan menggunakan model TGT. i. Alokasi waktu belum berjalan dengan tepat sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai secara maksimal. 3. Penyelesaian Cara menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pada siklus I adalah sebagai berikut: a. Mempersiapkan kesiapan siswa lebih matang sebelum memulai pembelajaran agar perhatian siswa dapat terkontrol. b. Guru sebaiknya menjelaskan kembali langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT. c. Memberikan perhatian yang lebih untuk siswa yang sering membuat kegaduhan selama kegiatan pembelajaran berlangsung agar tidak mengganggu konsentrasi siswa lain. d. Membiasakan siswa bekerja dalam kelompok. e. Menggunakan alat peraga yang menarik sehingga minat dan antusias siswa terhadap mata pelajaran IPA nampak.

83 f. Menambah waktu lebih banyak lagi agar siswa dapat menguasai materi secara menyeluruh. g. Guru harus pandai mengkondisikan siswa agar pembelajaran dengan model TGT dapat berjalan lancar, tanpa menghabiskan waktu banyak. h. Pengalokasian waktu lebih diperhatikan lagi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. 4.1.4 Deskripsi Siklus II 4.1.4.1 Perencanaan Siklus II Melalui refleksi siklus I maka dapat diketahui kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung. Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki kekurangan pada kegiatan pembelajaran siklus I dan untuk menindak lanjuti proses pembelajaran agar berjalan dengan lebih baik lagi dan sesuai dengan rencana. Kegiatan pembelajaran pada siklus II ini sama dengan siklus I, namun pokok bahasan materi yang digunakan berbeda. Pelaksanaan siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 22 April 2014, pertemuan kedua pada tanggal 23 April 2014, dan pertemuan ketiga pada tanggal 24 April 2014. Sebelum dilaksanakan siklus II pada pertemuan pertama, terlebih dahulu penulis menjelaskan tentang metode pembelajaran dan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT, serta menyiapkan alat peraga yang akan dipergunakan saat mengajar. Selain itu, penulis juga menyiapkan perlengkapan lain seperti: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); lembar observasi guru dan siswa; lembar kerja siswa; lembar soal evaluasi maupun lembar jawaban; dan angket minat siswa terhadap IPA. 4.1.4.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pada tahap ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disusun diterapkan pada pembelajaran di kelas 5A dan terdiri dari 3 pertemuan. Berikut ini merupakan rincian kegiatan pembelajaran pada siklus II: A. Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 22 April 2014. Kompetensi Dasar IPA yang digunakan pada siklus II adalah membuat

84 suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, dengan materi pokok Karya/Model Berteknologi Sederhana yang Menerapkan Sifat Cahaya. Sedangkan indikator pembelajaran tersebut yaitu (1) menyebutkan macam-macam karya/model berteknologi sederhana yang menerapkan sifat cahaya; (2) menentukan model/karya yang akan dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya (3) memilih dan menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai. Berikut ini merupakan rincian kegiatan pembelajarannya: 1. Kegiatan Awal Pada kegiatan awal ini guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan doa, guru melakukan kegiatan absensi/presensi siswa, dan memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Guru bertanya kepada siswa alat apa saja yang cara kerjanya memanfaatkan sifat cahaya? Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari: penyajian kelas, tim kelompok, game/turnamen, dan penghargaan tim. 2. Kegiatan Inti Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah kegiatan inti meliputi guru mengeksplorasi pengetahuan siswa dengan melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan materi karya/model apa saja yang menerapkan sifat-sifat cahaya?. Melalui tanya jawab siswa dapat menentukan model yang akan dibuat dengan menerapkan sifat cahaya. Kemudian guru menjelaskan secara singkat tentang materi karya/berteknologi sederhana yang menerapkan sifat cahaya. Setelah itu, guru membagi kelompok siswa secara heterogen satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa dan guru menjelaskan tugas kelompok yang akan dilakukan yang selanjutnya dikerjakan pada lembar kerja siswa yang sudah disediakan oleh guru. Siswa bersama kelompok berdiskusi untuk memilih dan menentukan bahan/benda yang sesuai untuk membuat periskop. Siswa bersama kelompok melakukan percobaan untuk membuat periskop. tentang alat

85 optik dan mempelajari materi yang sudah diberikan oleh guru. Anggota yang sudah mengerti harus menjelaskan kepada anggota kelompoknya yang belum mengerti tentang tugas atau materi yang sudah diberikan oleh guru. Guru bersama siswa menyiapkan meja turnamen yang digunakan untuk permainan. Guru mempesiapkan papan skor, kotak soal dan alat permainan. Siswa menempati meja turnamen sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Siswa berdiskusi untuk mengerjakan tugas kelompok pada lembar kerja siswa yang berisi soal. Guru membimbing diskusi siswa. Setiap kelompok berkewajiban memastikan anggota kelompoknya benar-benar memahami pertanyaan dan jawaban yang diberikan agar saat melakukan permainan tidak mengalami kesulitan, dan kemudian hasil diskusi tadi dipresentasikan di depan kelas. Guru meluruskan hasil diskusi yang sudah dikerjakan siswa. Siswa menempatkan diri pada posisinya masing-masing untuk melakukan permainan. Guru menyiapkan kartu soal dan siswa memilih kartu soal tersebut dan mengerjakannya secara individu (permainan dilakukan sebanyak 1 kali dikerjakan dalam waktu 5 menit). Guru mengumpulkan jawaban siswa. Setelah itu, guru menjelaskan aturan turnamen. Siswa menempatkan diri dalam posisinya masing-masing dalam tim. Setiap meja turnamen diisi oleh pembaca soal dan para pemain (penantang). Pembaca soal membacakan soal yang sudah diberikan guru dan pemain pertama menjawab soal sesuai dengan batas waktu yang tertera dalam soal. Kemudian pembaca soal membacakan jawaban sial tersebut. Pemain yang menjawab benar berhak mendapatkan kartu poin. Jika pemain pertama menjawab salah, maka poin diberikan kepada penantang pertama yang memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab benar, maka semua mendapatkan poin. Setelah sesi pertama selesai, para pemain bergeser posisi searah dengan jarum jam, sehingga pemain pertama menjadi pembaca soal, pemain penantang pertama menjadi pemain pertama, pembaca soal sebagai pemain penantang kedua, dan seterusnya. Permainan putaran pertama dilakukan sampai semua

86 pemain merasakan posisi menjadi pembaca soal, pemain, dan penantang. Jika permaian putaran pertama selesai, maka dilanjutkan dengan turnamen putaran kedua, hingga putaran terakhir dilakukan. Guru mencatat skor individu setiap tim selama permainan berlangsung. Guru melakukan perhitungan nilai kelompok berdasarkan skor individu hasil turnamen. Penghargaan diberikan kepada kelompok yang berhasil memperoleh ratarata nilai perkembangan individu yang memenuhi kriteria tim baik, tim sangat baik dan tim super. Setelah itu, guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami siswa dan meluruskan kesalahan pemahaman siswa. 3. Kegiatan Penutup Pada kegiatan penutup guru bersama siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan selanjutnya dan menyuruh setiap kelompok membawa alat peraga yaitu: kaleng susu bekas yang sudah dibuang satu sisinya, karet gelang, palu, paku, kecuali kertas kalkir akan disediakan oleh penulis. Kemudian guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup. B. Pertemuan Kedua Pertemuan kedua siklus II ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23 April 2014. Kompetensi Dasar IPA yang digunakan pada siklus II adalah membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Sedangkan indikator pembelajaran tersebut yaitu (4) menggunakan bahan/benda yang sesuai dengan rancangan; (5) membuat karya/model yang sesuai rancangan; (6) menguji cara kerja model yang dibuat. 1. Kegiatan Awal Kegiatan awal ini guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan doa, guru melakukan kegiatan absensi/presensi siswa, memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Setelah itu guru memberikan pertanyaan apersepsi tentang materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

87 akan dilakukan. Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari: penyajian kelas, tim kelompok, game/turnamen, dan penghargaan tim. 2. Kegiatan Inti Dalam kegiatan inti guru mengulang materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang karya/model berteknologi sederhana yang menerapkan sifat cahaya. Guru melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan materi. Melalui tanya jawab siswa dapat membuat karya/model yang sesuai dengan rancangan. Siswa dan guru bertanya jawab tentang memilih dan menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai. Siswa membentuk kelompok sesuai dengan pembelajaran minggu lalu satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa. (tim kelompok). Guru menjelaskan tugas kelompok. Guru memberi lembar kerja siswa kepada setiap kelompok untuk diperdalam atau dipelajari lebih lanjut. Siswa yang sudah mengerti mengenai materi dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Siswa bersama kelompok berdiskusi untuk memilih dan menentukan bahan/benda yang sesuai untuk membuat kamera lubang jarum. Siswa bersama kelompok melakukan percobaan untuk membuat kamera lubang jarum, kemudian menguji cara kerja model yang sudah dibuat. Guru membimbing diskusi siswa. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Siswa bersama guru meluruskan jawaban LKS tersebut. Siswa dan guru mempersiapkan game akademik yang dibagi dalam meja-meja turnamen. (game/turnamen). Siswa menempati meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik siswa (kemampuan siswa setara). Guru menjelaskan aturan turnamen. Setiap meja turnamen diisi oleh pembaca soal, pemain dan penantang. Pembaca soal membacakan soal dan jawaban yang sudah diundi. Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Apabila penantang pemain menjawab benar, maka berhak

88 mendapatkan kartu poin. Jika pemain menjawab salah dan penantang menjawab benar, maka poin diberikan kepada penantang yang memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab benar, maka semua mendapatkan poin. Setiap peserta dalam satu meja bergeser posisi searah jarum jam sampai soal yang terdapat pada kotak soal habis. Setelah selesai siswa kembali ke kelompok asal dan menghitung skor yang diperoleh. Guru menghitung skor kelompok dengan menjumlahkan skor yang diperoleh siswa dan hasilnya dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan skor kelompok yang diperoleh dengan kriteria good team, great team dan super team. (penghargaan tim). Siswa bersama guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami siswa. Guru meluruskan kesalahan pemahaman siswa. Guru memberikan refleksi pembelajaran. 3. Kegiatan Penutup Pada kegiatan penutup guru bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi pertemuan I dan II karena pada pertemuan selanjutnya akan ada evaluasi. Setelah selesai, guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup. C. Pertemuan Ketiga Pada pertemuan 3 dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 24 April 2014, guru mengulas kembali materi tentang karya/model berteknologi sederhana dengan menerapkan sifat cahaya yang telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, guru membagikan soal evaluasi dan lembar jawab kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara individu. Setelah selesai mengerjakan soal evaluasi, siswa mengisi angket minat belajar IPA secara individu. Jika sudah selesai, guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Selama kegiatan pembelajaran pada siklus II berlangsung, penulis menerima bantuan Observer (guru kelas 5B) untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi item untuk

89 mengamati guru kelas saat melakukan proses belajar mengajar dan mengamati akaivitas siswa. 4.1.4.3 Observasi Siklus II Pada penelitian ini yang bertindak menjadi observer adalah teman sejawat, yaitu guru kelas 5B. Observer menilai jalannya kegiatan pembelajaran melalui lembar observasi untuk guru dan siswa. Setelah selesai pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan pertama, peneliti merefleksi hasil pembelajaran yang sudah dilaksanakan sehingga diketahui kekurangan dan kelebihan pada kegiatan pembelajaran. Dimana kelemahan dari kegiatan pembelajaran akan diperbaiki dan kelebihannya akan tetap dipertahankan pada pertemuan kedua. Pembelajaran pertemuan pertama pada siklus II sebenarnya sudah berjalan dengan baik, namun masih ada sedikit kekurangan yang dilakukan oleh guru, antara lain: 1. Dalam menyampaikan materi, guru masih belum runtut sesuai dengan urutan RPP. 2. Saat tanya jawab siswa cenderung diam. 3. Siswa masih malu melakukan presentasi di depan kelas. 4. Guru belum melibatkan siswa dalam membuat kesimpulan. Dari hasil pengamatan pada siklus II pertemuan pertama, minat siswa terhadap mata pelajaran IPA sudah meningkat. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan praktikum yang berjalan dengan baik, walaupun masih ada beberapa siswa yang malah gaduh sendiri. Sedangkan pada pertemuan kedua siklus II, dari hasil pengamatan pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Berikut ini rinciannya: 1. Pelaksanaan pembelajaran sudah urut sesuai dengan urutan pada RPP. 2. Saat melakukan presentasi siswa sudah lancar, hanya beberapa siswa yang masih malu-malu. 3. Siswa sudah berani menjawab dan menanggapi hasil presentasi temannya.

90 4. Antusias siswa dalam permainan sangat tinggi. Mereka sudah memahami jalannya turnamen, sehingga turnamen berjalan dengan lancar. 5. Guru sudah melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi. Dari hasil pengamatan siklus II pertemuan kedua antusias siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran sudah nampak. Siswa sudah terbiasa dengan kegiatan pembelajaran tersebut sehingga pembelajaran berjalan dengan sangat baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai yang telah direncanakan. Guru sudah optimal dalam membimbing siswa saat diskusi kelompok, pelaksanaan game dan turnamen, serta saat penarikan kesimpulan mengenai materi yang melibatkan siswa. 4.1.4.4 Refleksi Siklus II Setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus II yang terdiri dari pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga. Maka penulis melakukan diskusi untuk merefleksi tentang pelaksanaan siklus II yang melibatkan guru kelas dan teman sejawat (guru observer). Penulis hanya sedikit mengalami permasalahan yang berpengaruh terhadap minat dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari persentase minat siswa yang sudah meningkat dari berminat menjadi sangat berminat dan hasil belajar siswa meningkat melebihi indikator kinerja 85% siswa tuntas KKM 65 yaitu 100 % siswa sudah tuntas. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II pertemuan pertama, kedua, dan ketiga, maka secara keseluruhan hasil refleksi pada siklus II antara lain: 1. Kelebihan a. Pelaksanaan pembelajaran sudah runtut sesuai yang tercantum dalam RPP. b. Kesiapan siswa sudah terkondisikan dengan baik, konsentrasi mereka sudah terpusat pada pembelajaran. c. Penguasaan materi sudah baik dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. d. Siswa sudah berani bertanya jika ada materi yang belum dimengerti. e. Siswa juga berani menjawab, serta mengutarakan pendapat saat presentasi maupun diskusi kelompok.

91 f. Siswa sudah lancar dalam melaksanakan permainan. g. Siswa sudah terbiasa bekerja dalam kelompok. h. Pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak monoton. i. Antusias siswa pada pembelajaran meningkat. j. Kesiapan ruang dan alat peraga sudah terlaksana dengan baik. k. Pengalokasian waktu sudah berjalan cukup baik. 2. Kekurangan a. Masih ada beberapa siswa yang mengganggu kelompok lain, sehingga kurang konsentrasi. b. Minat siswa masih ada yang kurang. 3. Penyelesaian Cara menyelesaikan permasalahan yang sudah dihadapi pada siklus II adalah sebagai berikut: a. Guru sebaiknya membimbing siswa lebih masksimal lagi agar siswa tidak mengganggu konsentrasi siswa lain. b. Guru harus lebih kreatif lagi dalam menciptakan alat peraga dan membuat pembelajaran lebih menyenangkan agar dapat menarik minat siswa terhadap mata pelajaran IPA. 4.2 Hasil Analisis Data 4.2.1 Data Kondisi Awal 4.2.1.1 Minat Belajar Siswa Terhadap IPA Kondisi Awal Minat siswa terhadap mata pelajaran IPA ternyata juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Sebelum pelaksanaan tindakan siklus I dan II, siswa mengisi angket minat belajar IPA sebelum menerapkan model TGT. Berikut ini tabel 4.1 tentang minat siswa SDN Plumutan pada mata pelajaran IPA kondisi awal.

92 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa terhadap IPA Kondisi Awal Kriteria Interval Frekuensi Persentase (%) Sangat berminat 127-150 3 13,04 Berminat 103-126 5 21,75 Cukup berminat 79-102 12 52,17 Kurang berminat 55-78 3 13,04 Tidak berminat 31-54 0 0 Jumlah 23 100 Berdasarkan tabel 4.1, maka dapat diketahui bahwa frekuensi yang berada kriteria sangat berminat hanya ada 3 siswa dengan persentasenya 13,04 %, kriteria berminat ada 5 siswa dengan presentase 21,75%, kriteria cukup berminat ada 12 siswa dengan presentase 52,17% dan masih ada 3 siswa atau 13,04% berada pada kriteria kurang berminat. Frekuensi minat belajar siswa yang paling banyak berada pada kriteria cukup berminat yaitu sebanyak 12 siswa. Oleh karena itu, pada siklus I perlu dilakukan perubahan suatu perbaikan kegiatan pembelajaran untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap IPA. Gambaran tentang frekuensi minat belajar siswa pada kondisi awal bisa dilihat pada gambar 4.1 berikut ini. Minat Belajar IPA Kondisi Awal Frekuensi 14 12 10 8 6 4 2 0 127-150 Sangat berminat 103-126 berminat 79-102 Cukup berminat 55-78 Kurang berminat 31-54 Tidak berminat Kriteria Gambar 4.1 Diagram Minat Belajar IPA Kondisi Awal

93 4.2.1.2 Hasil Belajar IPA Kondisi Awal Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, penulis terlebih dahulu meminta data nilai ulangan harian siswa mata pelajaran IPA semester II tahun pelajaran 2013/2014 yaitu materi pesawat sederhana dan meminta siswa untuk mengisi angket minat belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan dengan model TGT. Pada kenyataannya hasil ulangan harian siswa pda mata pelajaran IPA sangat rendah. Hasil belajar IPA pada siswa kelas 5A SDN Plumutan ada 65,22% atau sebanyak 15 siswa yang belum mencapai KKM pada kondisi awal. Untuk lebih jelasnya hasil belajar IPA kondisi awal disajikan pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Kondisi Awal No Rentang Persentase Keterangan Frekuensi Nilai (%) Ketuntasan Jumlah 1 <45 2 8,70 Tidak Tuntas 2 45-54 4 17,40 Tidak tuntas 15 3 55-64 9 39,13 Tidak tuntas 4 65-74 5 21,73 Tuntas 5 75-84 2 8,70 Tuntas 8 6 85-94 1 4,34 Tuntas Jumlah 23 100 Rata-rata 62 Nilai tertinggi 93 Nilai terendah 34 Berdasarkan hasil ulangan IPA pada semester II materi pesawat sederhana terlihat sebagian besar siswa memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 65). Jumlah nilai keseluruhan pada kondisi awal adalah 1.426 dengan rata-rata 62. Dari tabel 4.2 dapat dilihat dari hasil belajar IPA menunjukkan bahwa pembelajaran IPA yang dilakukan belum efektif dengan banyaknya siswa yang belum tuntas dalam belajarnya (KKM=65) ada 15 siswa sedangkan siswa yang mencapai KKM hanya sebanyak 8 siswa. Diketahui pada skor nilai kurang dari 45 frekuensinya ada 2 dengan persentase 8,70%, yang memperoleh nilai antara 45-54 frekuensinya ada 4 dengan persentase 17,40%, yang memperoleh nilai antara 55-64 frekuensinya ada 9 dengan persentase 39,13%, yang memperoleh

94 nilai antara 65-74 frekuensinya ada 5 dengan persentase 21,73%, yang memperoleh nilai antara 75-84 frekuensinya 5 dengan persentase 17,24%, dan yang memperoleh nilai antara 85-94 frekuensinya ada 1 dengan persentase 4,34 % dari jumlah keseluruhan siswa yang tuntas. Dengan nilai rata-rata 62, nilai tertinggi adalah 93 sedangkan nilai terendah adalah 34. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada daftar nilai siswa. Dari data tersebut, penulis merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran untuk membantu meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 4.2 berikut ini. 10 8 Hasil Belajar IPA Kondisi Awal Frekuensi 6 4 2 0 <45 45-54 55-64 65-74 75-84 85-94 Rentang Nilai Gambar 4.2 Diagram Hasil Belajar IPA Kondisi Awal Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) pada tabel 4.3, hasil perolehan nilai kondisi awal dapat disajikan sebagai berikut. Tabel 4.3 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal Ketuntasan Keterangan Jumlah Persentase 65 Tuntas 8 34,78 % <65 Belum Tuntas 15 65,22 % Jumlah 23 100 % Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal dapat diketahui pada tabel 4.3 bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

95 (KKM=65) sebanyak 15 siswa dengan persentase 65,22 %, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 8 siswa dengan persentase 34,78%. Untuk lebih jelasnya ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut. Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal 34.78% 65.22% Tuntas Belum Tuntas Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal Dengan kondisi seperti pada gambar 4.3 dengan ketuntasan hanya 34,78% dan yang belum tuntas 65,22%. Rendahnya kemampuan belajar siswa pada mata pelajaran IPA disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA sehingga minat siswa juga kurang terhadap IPA. Berdasarkan hasil observasi pada waktu guru mengajar, menunjukkan bahwa pembelajaran yang terjadi cenderung bersifat monoton dan membosankan, metode yang digunakan hanya ceramah, serta siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa cenderung ganduh saat guru menjelaskan materi, antusias siswa dan semangat siswa terhadap pelajaran IPA juga kurang. Berdasarkan hasil kondisi awal tersebut, maka perlu suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan situasi kelas yang kondusif, siswa terlibat aktif dalam belajar, serta minat atau hasil belajar siswa meningkat. Dari hasil diskusi antara penulis dan guru kelas 5A, maka penulis merancang penelitian tindakan kelas sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPA. Pembelajaran yang akan diterapkan terdiri dari dua siklus, siklus I memuat dua pertemuan dan siklus II memuat tiga kali pertemuan.

96 4.2.2 Data Siklus I 4.2.2.1 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Hasil observasi guru pada siklus I diperoleh dari rata-rata jumlah skor pada pertemuan 1 dan 2. Berikut tabel 4.4 hasil observasi kinerja guru siklus I. Tabel 4.4 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I No Indikator Skor Penilaian Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-Rata 1 Pra pembelajaran 4 6 5,0 2 Kegiatan Awal 10 11 10,5 3 Kegiatan Inti 59 65 62,0 4 Kegiatan Akhir 11 11 11,0 Jumlah 84 93 88,5 Persentase 65,6 % 72,65 % 69,14 % Kategori Cukup Baik Baik Cukup Baik Tabel 4.4 dapat dilihat hasil observasi guru, penilaian skor memiliki rentang 1-4, mulai dari kurang sampai sangat baik. Hasil observasi kinerja guru pada siklus I diperoleh rata-rata jumlah skor 88,5 dengan persentase 69,14 yang termasuk kriteria cukup baik. Pada aspek pertama yaitu aspek pra pembelajaran, kegiatan tersebut dibagi menjadi 2 poin. Poin pertama yaitu mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran, serta memeriksa kesiapan siswa. Pada aspek pra pembelajaran ini, observer memberikan rata-rata jumlah skor 5,0. Guru sudah baik dalam mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran, serta memeriksa kesiapan siswa dengan menggunakan tepuk konsentrasi, sehingga pusat perhatian siswa sudah terpusat pada guru. Namun masih ada nilai skor rendah yang diperoleh guru, yaitu skor 2 dengan kriteria cukup. Ini dikarenakan guru kurang mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran, masih ada siswa yang belum siap menerima pelajaran. Aspek kedua yang diamati yaitu kegiatan awal, observer memberikan rata-rata skor sebesar 10,5. Skor tersebut terbagi menjadi 5 rincian yaitu guru mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa, mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengabsen kehadiran siswa, menyampaikan apersepsi yang sesuai dengan materi ajar, menyampaikan tujuan pembelajaran

97 kepada siswa dan menjelaskan kepada siswa langkah-langkah pembelajaran kooperatif TGT. Guru sudah memberikan apersepsi yang sesuai, merumuskan hipotesis dan menyampaikan kompetensi atau tujuan dari materi yang akan disampaikan. Aspek ketiga yaitu aspek kegiatan inti dirinci menjadi 22 poin yang di dalamnya terdapat langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Dari semua aspek kegiatan inti diperoleh rata-rata skor sebesar 62,0. Pelaksanaan kegiatan inti sudah berjalan dengan cukup baik, pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Ketika siswa melaksanakan permainan atau pertandingan awalnya siswa merasa bingung tetapi lama-kelamaan mereka memahami aturan permainan sehingga permainan berjalan dengan lancar. Aspek yang terakhir yaitu kegiatan akhir. Guru memperoleh rata-rata skor 11. Aspek ini dirinci menjadi 4 poin yaitu guru bersama siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran, melakukan penilaian, memberikan umpan balik, menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya atau mengakhiri pembelajaran. Dari jumlah skor observasi guru pada siklus I dapat dikategorikan cukup baik. Aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I cukup baik karena guru belum begitu mengerti model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). 4.2.2.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Observasi juga dilakukan terhadap aktivitas siswa pada saat kegiatan pembelajaran. Berikut tabel 4.5 hasil observasi aktivitas siswa siklus I. Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I No Indikator Skor Penilaian Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-Rata 1 Pra Pembelajaran 6 6 6,0 2 Kegiatan Awal 7 9 8,0 3 Kegiatan Inti 69 74 71,5 4 Kegiatan Akhir 5 6 5,5 Jumlah 87 95 91,0 Persentase 67,97% 74,22% 71,09% Kriteria Cukup Baik Baik Baik

98 Pada tabel 4.5, terlihat rata-rata skor untuk aktivitas siswa pada siklus 1 sebesar 91 dengan persentase 71,09%. Jumlah tersebut dapat dikategorikan dalam kategori baik, meskipun masih banyak kekurangan. Pada aspek pra pembelajaran, skor yang diperoleh adalah 6,0. Siswa melakukan tepuk konsentrasi dengan bimbingan guru sehingga perhatian siswa terpusat pada guru. Pada aspek kegiatan awal, rata-rata skor yang diperoleh sudah baik yaitu 8,0. Siswa sudah mendengarkan penjelasan dari guru tentang tujuan dari pembelajaran yang disampaikan guru dan mendengarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan baik. Pada kegiatan inti, diperoleh skor 71,5. Siswa mendengarkan materi yang disampaikan guru dengan baik. Saat mengerjakan LKS yang dibagikan guru, siswa masih terlihat bingung dan pada saat diskusi, hanya siswa yang pandai dalam kelompok itu saja yang mengerjakan tugas, sedangkan yang lain hanya bergurau dengan temannya. Siswa juga masih malumalu dalam mengajukan pertanyaan ketika diberi kesempatan guru untuk bertanya. Ketika pertandingan dimulai awalnya siswa masih terlihat bingung karena model pembelajaran yang digunakan masih baru diterapkan pada siswa. Namun, siswa terlihat antusias dalam pembelajaran. Ketika skor tim sudah direkognisi, maka dapat ditentukan kelompok mana yang termasuk super team, great team, dan good team. Setiap kelompok menerima penghargaan sesuai dengan skor yang diperoleh oleh masing-masing kelompok. Pada kegiatan akhir, diperoleh skor rata-rata 5,5. Hanya beberapa siswa saja yang ikut mengutarakan kesimpulan hasil pembelajaran, sedangkan yang lain masih cenderung diam. 4.2.2.3 Minat Belajar IPA Siklus I Minat siswa terhadap mata pelajaran IPA ternyata juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berikut ini tabel 4.6 tentang minat belajar siswa SDN Plumutan pada mata pelajaran IPA siklus I.

99 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa Terhadap IPA Siklus I Kriteria Interval Frekuensi Persentase (%) Sangat berminat 127-150 7 30,43 Berminat 103-126 9 39,13 Cukup berminat 79-102 5 21,74 Kurang berminat 55-78 2 8,7 Tidak berminat 31-54 0 0 Jumlah 23 100 Berdasarkan tabel 4.6, maka dapat diketahui bahwa frekuensi yang berada pada kriteria sangat berminat sebanyak 7 siswa dengan persentase 30,43%, kriteria berminat sebanyak 9 siswa dengan persentase 39,13%, kriteria cukup berminat sebanyak 5 siswa dengan presentase 21,74%, kriteria kurang berminat sebanyak 2 siswa dengan presentase 8,7%. Gambaran tentang frekuensi minat belajar siswa terhadap IPA siklus I bisa dilihat pada gambar 4.4 berikut ini. Frekuensi 10 8 6 4 2 0 127-150 Sangat berminat Minat Belajar IPA Siklus I 103-126 berminat 79-102 Cukup 55-78 Kurang berminat berminat Kriteria 31-54 Tidak berminat Gambar 4.4 Diagram Minat Belajar IPA Siklus I 4.2.2.4 Hasil Belajar IPA Siklus I Mengingat kondisi awal yang demikian, maka penulis melakukan perbaikan terhadap pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) pada mata

100 pelajaran IPA melalui 2 siklus. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan dilaksanakan pada tanggal 25 dan 26 Maret 2014, sedangkan siklus II terdiri dari 3 pertemuan dilaksanakan pada tanggal 22, 23 dan 24 April 2014. Setelah persiapan dipersiapkan dengan baik, maka penelitian dilaksanakan dengan pengajar guru kelas 5A, guru kelas 5B sebagai observer, dan penulis sebagai dokumenter serta mengamati jalannya kegiatan pembelajaran. Pada siklus I kegiatan pembelajaran terlaksana dengan cukup baik, siswa menjadi aktif dan pembelajaran menjadi menyenangkan karena model pembelajaran ini baru dan belum pernah diterapkan pada siswa. Namun, siswa masih bingung pada saat melakukan pertandingan. Siswa belum memahami aturan permainan dan peran setiap pemain. Kemudian kurang efektifnya pembagian materi yang diberikan kepada setiap kelompok sehingga tingkat pemahaman siswa terhadap materi kurang. Siswa yang kurang mengerti belum tentu memahami apa yang dijelaskan oleh teman sebayanya. Berdasarkan kekurangan dan kelebihan pembelajaran dari siklus I, maka diperoleh hasil bahwa 8,7 % dari jumlah siswa atau sebanyak 2 siswa yang belum mencapai KKM. Berikut ini disajikan tabel 4.7 distribusi frekuensi hasil belajar IPA siklus I. No Rentang Nilai Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I Keterangan Persentase Frekuensi (%) Ketuntasan Jumlah Persentase (%) 1 <65 2 8,70 Tidak tuntas 2 8,7 2 65-70 4 17,40 Tuntas 3 71-76 2 8,70 Tuntas 4 77-82 7 30,43 Tuntas 21 91,3 5 83-88 3 13,04 Tuntas 6 89-94 5 21,73 Tuntas Jumlah 23 100 23 100 Nilai Terendah 55 Nilai Tertinggi 90 Rata-rata 78,26

101 Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 23 siswa yang memperoleh nilai kurang dari 65 sebanyak 2 siswa, yang memperoleh nilai antara 59-64 sebanyak 1 siswa, yang memperoleh nilai antara 65-70 sebanyak 4 siswa, yang memperoleh nilai antara 77-82 sebanyak 7 siswa, yang memperoleh nilai antara 83-88 sebanyak 3 siswa, dan yang memperoleh nilai antara 89-94 sebanyak 5 siswa. Hasil belajar tersebut bila disajikan dalam bentuk gambar 4.5 adalah sebagai berikut : Frekuensi 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Hasil Belajar IPA pada Siklus I < 65 65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 Rentang Nilai Gambar 4.5 Diagram Hasil Belajar IPA Siklus I Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 65) pada tabel 4.8 ketuntasan hasil belajar IPA siklus I dapat disajikan sebagai berikut. Tabel 4.8 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I Ketuntasan Keterangan Jumlah Persentase (%) 65 Tuntas 21 91,3 < 65 Belum Tuntas 2 8,7 Jumlah 23 100 Ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat diketahui pada tabel 4.8 bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 2 siswa atau dengan presentase 8,7 %, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 21 siswa dengan pesentase 91,3 %.

102 Untuk lebih jelasnya ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut. Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I 8,7% 91,3% Tuntas Belum Tuntas Gambar 4.6 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Siklus I Gambar 4.2 menunjukkan ketuntasan KKM 91,30 % dan yang belum tuntas KKM 8,70%. Rendahnya kemampuan belajar siswa pada mata pelajaran IPA disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA sehingga minat siswa juga kurang terhadap IPA. Berdasarkan hasil observasi pada waktu guru mengajar, menunjukkan bahwa pembelajaran yang terjadi cenderung bersifat monoton dan membosankan, metode yang digunakan hanya ceramah, serta siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa cenderung ganduh saat guru menjelaskan materi, kurangnya antusias siswa dan semangat siswa terhadap pelajaran IPA juga kurang. Berdasarkan hasil kondisi awal tersebut, maka perlu suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan situasi kelas yang kondusif, siswa terlibat aktif dalam belajar, serta hasil belajar siswa yang meningkat. Dari hasil diskusi antara peneliti dan guru kelas 5A, maka penulis merancang penelitian tindakan kelas sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPA. Pembelajaran yang akan diterapkan terdiri dari dua siklus, siklus I memuat dua pertemuan dan siklus II memuat tiga kali pertemuan.

103 4.2.3 Data Siklus II 4.2.3.1 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer pada guru kelas 5A mata pelajaran IPA saat mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Berikut disajikan tabel 4.9 tentang hasil observasi guru pada siklus II. Tabel 4.9 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II No Indikator Skor Penilaian Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-Rata 1 Pra pembelajaran 7 8 7,5 2 Kegiatan Awal 15 15 15 3 Kegiatan Inti 76 80 78 4 Kegiatan Akhir 14 15 14,5 Jumlah 112 118 115 Persentase 87,5 % 92,19 % 89,84 % Kategori Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Tabel 4.9 dapat dilihat hasil observasi guru, penilaian skor memiliki rentang 1-4, mulai dari kurang sampai sangat baik. Hasil observasi kinerja guru pada siklus II diperoleh rata-rata jumlah skor 115 dengan persentase 89,84% yang termasuk kriteria sangat baik. Pada aspek pertama yaitu aspek pra pembelajaran, kegiatan tersebut dibagi menjadi 2 poin. Poin pertama yaitu mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran, serta memeriksa kesiapan siswa. Pada aspek pra pembelajaran ini, observer memberikan rata-rata jumlah skor 7,5. Guru sudah baik dalam mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran, serta memeriksa kesiapan siswa dengan menggunakan tepuk konsentrasi, sehingga pusat perhatian siswa sudah terpusat pada guru. Aspek kedua yang diamati yaitu kegiatan awal, observer memberikan rata-rata skor sebesar 15. Skor tersebut terbagi menjadi 4 rincian yaitu guru mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa, mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengabsen kehadiran siswa, menyampaikan apersepsi yang sesuai dengan materi ajar, menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa dan menjelaskan kepada siswa langkah-langkah pembelajaran kooperatif TGT. Guru sudah memberikan apersepsi yang sesuai, merumuskan

104 hipotesis dan menyampaikan kompetensi atau tujuan dari materi yang akan disampaikan. Aspek ketiga yaitu aspek kegiatan inti dirinci menjadi 22 poin yang di dalamnya terdapat langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Dari semua aspek kegiatan inti diperoleh rata-rata skor sebesar 78. Pelaksanaan kegiatan inti sudah berjalan dengan sangat baik, pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Siswa melaksanakan permainan atau pertandingan dengan lancar tanpa adanya hambatan. Aspek yang terakhir yaitu kegiatan akhir. Guru memperoleh rata-rata skor sebanyak 14,5. Aspek ini dirinci menjadi 4 poin yaitu guru bersama siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran, melakukan penilaian, memberikan umpan balik, menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya atau mengakhiri pembelajaran. Dari jumlah skor observasi guru pada siklus II dapat dikategorikan sangat baik. Kinerja guru dalam pembelajaran siklus II berjalan dengan sangat baik karena guru sudah memahami model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). 4.2.3.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Observasi juga dilakukan terhadap aktivitas siswa pada saat kegiatan pembelajaran. Berikut tabel 4.10 hasil observasi aktivitas siswa siklus II. Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II No Indikator Skor Penilaian Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-Rata 1 Pra Pembelajaran 7 7 7,0 2 Kegiatan Awal 10 11 10,5 3 Kegiatan Inti 85 91 88,0 4 Kegiatan Akhir 7 8 7,5 Jumlah 109 117 113 Persentase 85,16% 91,40% 88,28% Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Pada tabel 4.5, terlihat rata-rata skor untuk aktivitas siswa pada siklus II sebesar 113 dengan persentase 88,28%. Jumlah tersebut dapat dikategorikan

105 dalam kategori sangat baik. Pada aspek pra pembelajaran, rata-rata skor yang diperoleh adalah 7,0. Siswa melakukan tepuk konsentrasi dengan bimbingan guru sehingga perhatian siswa terpusat pada guru. Pada aspek kegiatan awal, rata-rata skor yang diperoleh sudah baik yaitu 10,5. Siswa sudah mendengarkan penjelasan dari guru tentang tujuan dari pembelajaran yang disampaikan guru dan mendengarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan baik. Pada kegiatan inti, diperoleh skor rata-rata 88. Siswa mendengarkan materi yang disampaikan guru dengan baik. Saat mengerjakan LKS yang dibagikan guru, siswa sudah tidak terlihat bingung pada saat diskusi, semua siswa aktif mengerjakan tugas kelompok, walupun masih ada beberapa siswa yang masih bergurau dengan temannya. Ada beberapa siswa yang masih malu-malu dalam mengajukan pertanyaan ketika diberi kesempatan guru untuk bertanya. Siswa sudah lancar mengikuti pertandingan tanpa ada hambatan. Pada kegiatan akhir, diperoleh skor rata-rata 7,5. Semua siswa antusias membuat rangkuman hasil pembelajaran bersama guru sehingga berjalan dengan runtut. Pada pertemuan ketiga siklus II tidak dilakukan observasi karena pada kegiatan pembelajaran hanya mengulas materi dan memberi soal evaluasi kepada siswa. Sehingga model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak diterapkan pada pertemuan ketiga. 4.2.3.3 Minat Belajar Siswa Terhadap IPA Siklus II Minat siswa terhadap mata pelajaran IPA ternyata juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berikut ini tabel 4.11 tentang minat siswa SDN Plumutan pada mata pelajaran IPA siklus II. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Minat Belajar IPA Siklus II Kriteria Interval Frekuensi Persentase (%) Sangat berminat 127-150 19 82,61 Berminat 103-126 4 17,39 Cukup berminat 79-102 0 0 Kurang berminat 55-78 0 0 Tidak berminat 31-54 0 0 Jumlah 23 100

106 Berdasarkan tabel 4.11, maka dapat diketahui bahwa frekuensi yang paling banyak berada pada rentang 127-150 dengan jumlah siswa 19 dan persentasenya 82,61% yang berarti bahwa tingkat minat belajar yang dimiliki siswa terdapat pada siklus II berada pada kriteria sangat berminat atau minat tinggi. Pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan model koopertif tipe TGT dapat meningkatkan minat siswa pada mata pelajaran IPA. Gambaran tentang frekuensi minat belajar siswa terhadap IPA pada siklus II bisa dilihat pada gambar 4.7 berikut ini. Frekuensi 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 127-150 Sangat berminat Minat Belajar IPA Siklus II 103-126 berminat 79-102 Cukup 55-78 Kurang berminat berminat Kriteria 31-54 Tidak berminat Gambar 4.7 Diagram Minat Belajar IPA Siklus II 4.2.3.4 Hasil Belajar IPA Siklus II Hasil belajar IPA pada siklus mengalami peningkatan keberhasilan belajar siswa. Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dari 23 siswa yang memperoleh nilai antara 65-70 sebanyak 2 siswa dengan persentase 8,69%, yang memperoleh nilai antara 71-76 sebanyak 2 siswa dengan persentase 8,69%, yang memperoleh nilai antara 77-82 sebanyak 4 siswa, yang memperoleh nilai antara 83-88 sebanyak 5 siswa, yang memperoleh nilai antara 89-94 sebanyak 6 siswa, dan yang memperoleh nilai antara 95-100 sebanyak 4 siswa. Berikut ini hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA siklus II dapat disajikan pada tabel 4.12.

107 No Rentang Nilai Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II Keterangan Persentase Frekuensi Jumlah (%) Ketuntasan Siswa 1 65-70 2 8,69 Tuntas 2 71-76 2 8,69 Tuntas 3 77-82 4 17,40 Tuntas 4 83-88 5 21,74 Tuntas 5 89-94 6 26,08 Tuntas 6 95-100 4 17,40 Tuntas Jumlah 23 100 Nilai 65 Terendah Nilai 100 Tertinggi Rata-rata 85 Persentase (%) 23 100 sebagai berikut: Hasil belajar siklus II bila disajikan dalam bentuk diagram batang adalah Frekuensi 7 6 5 4 3 2 1 0 Hasil Belajar IPA Siklus II 65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100 Rentang Nilai Gambar 4.8 Diagram Hasil Belajar IPA Siklus II Setelah siklus II berakhir dapat diketahui bahwa 23 siswa yang mencapai KKM 65 dengan persentase 100%. Pada siklus II ini mengalami peningkatan hasil belajar dari 91,3% menjadi 100%. Sehingga siklus II meningkat

108 sebesar 8,7%. Jadi pembelajaran siklus II sudah berjalan sesuai rencana, melihat dari hasil belajar siswa pada siklus II yang sudah mencapai 100%. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) pada tabel 4.13 ketuntasan hasil belajar IPA siklus II dapat disajikan sebagai berikut. Tabel 4.13 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II Ketuntasan Keterangan Jumlah Persentase (%) 65 Tuntas 23 100 < 65 Belum Tuntas 0 0 Jumlah 23 100 Ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA siklus II mencapai 100%. Jadi, semua siswa dengan jumlah 23 tuntas atau 100% sudah mencapai KKM = 65. Untuk lebih jelasnya ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut. Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II 100.00% Tuntas Belum Tuntas Gambar 4.9 Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Siklus II 4.2.4 Data Perbandingan Hasil Analisis Data Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II 4.2.4.1 Data Observasi Siklus I dan Siklus II Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer oleh guru kelas 5B pada guru kelas 5A saat proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Untuk mengetahui