BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah sebuah usaha meningkatan taraf hidup masyarakat, memperluas angkatan kerja dan mengarahkan pendapatan yang merata yang diukur melalui tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita. Tujuan inti dari proses pembangunan ekonomi Indonesia adalah meningkatnya ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang kehidupan pokok, meningkatnya standar hidup (pendapatan, penyediaan lapangan pekerjaan, dan perbaikan kualitas pendidikan) dan perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial (Arsyad, 2010). Faktor ketenagakerjaan sebagai bagian dari sumber daya manusia (SDM) pada pembangunan ekonomi termasuk faktor yang teramat penting bagi keberhasilan terselenggaranya pembangunan di Indonesia. Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi merupakan unsur yang penting dan paling berpengaruh dalam mengelola dan mengendalikan sistem ekonomi, seperti produksi, distribusi, konsumsi maupun investasi. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi tidak terlepas dari peran manusia dalam mengelolanya. Dimana, manusia merupakan tenaga kerja, input pembangunan, dan juga merupakan konsumen hasil pembangunan itu sendiri (izzatun, 2015). Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak terlepas dari masalahmasalah yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Masalah ketenagakerjaan yang 1
dihadapi oleh Indonesia adalah pesatnya peningkatan jumlah angka angkatan kerja. Begitu pula yang terjadi di Pulau Jawa, Badan Pusat Statistik (2015) menyebutkan Pulau Jawa merupakan Pulau dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Jumlah penduduk di Pulau Jawa pada menurut Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) BPS pada tahun 2015 adalah sebesar 149.162.161 jiwa atau setara dengan 58,4 persen dari total penduduk Indonesia. Ini berarti setengah penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa. Jumlah penduduk yang besar ini merupakan potensi tenaga kerja yang besar bagi pembangunan. Namun disisi lain, pertumbuhan penduduk yang besar ini dapat menimbulkan berbagai masalah dan hambatan bagi upayaupaya pembangunan yang dilakukan karena jumlah penduduk yang besar tersebut menyebabkan tingginya jumlah angkatan kerja (Saefudin, 2016). Laju pertambahan angkatan kerja yang disebabkan pertambahan jumlah penduduk ini harus diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja yang mencukupi, sehingga tenaga kerja yang ada dapat terserap ke dalam aktivitas perekenomian. (Saefudin, 2016). Gambar 1.1 menunjukkan grafik penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa pada tahun 2010-2015. 67000000 66000000 65000000 64000000 Pulau Jawa 63000000 62000000 61000000 60000000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Gambar 1.1 Penyerapan Tenaga Kerja Di Pulau Jawa Pada Tahun 2010-2015 Sumber: BPS 2
Berdasarkan gambar 1.1 terlihat fluktuasi dalam penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa. Pada tahun 2010, Penyerapan tenaga kerja mencapai 62.497.993 orang dan mengalami peningkatan secara terus menerus sampai tahun 2014 berjumlah 66.532.537 orang. namun, pada tahun 2015 penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa mengalami penurunan menjadi 66.035.108 orang. Penciptaan lapangan pekerjaan erat kaitannya dengan investasi. Investasi memainkan peran yang sangat penting dan positif bagi kemajuan dan kemakmuran suatu negara. Banyak negara mengandalkan investasi untuk memecahkan masalah ekonomi seperti kemiskinan, penciptaan lapangan perkerjaan, dan sebagainya. Investasi akan menciptakan akumulasi modal yang digunakan untuk membangun usaha baru dan/atau melakukan perbaikan pada usaha yang telah berjalan. Hal ini akan menimbulkan beberapa keuntungan antara lain; meningkatkan tingkat penyerapan tenaga kerja di dalam negeri, meningkatkan pendapatan individu, mengurangi kemiskinan, meningkatkan pendapatan per kapita, dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi (Haroon dan Nasr; 2011). Investasi disamping akan mendorong kenaikan output secara signifikan, juga secara otomatis akan meningkatkan permintaan input dan akan meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat sebagai kosekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat sehingga dapat dikatakan investasi adalah kata kunci laju pertumbuhan ekonomi. Kurangnya investasi modal dikenal sebagai salah satu penyebab utama berbagai negara terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan adanya investasi 3
diharapkan ekonomi akan tumbuh dan menciptakan lapangan kerja baru sehingga akan menyerap penggangguran dan mengurangi kemiskinan (Kuncoroyakti,2016). Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM, 2016) menyebut total investasi di Indonesia mencapai Rp453,4 triliun sepanjang bulan Januari-September. Dari total investasi tersebut, porsi investasi dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp158,2 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp295,2 triliun. Ratusan triliun investasi tersebut ternyata sebagian besarnya masih ditempatkan di Pulau Jawa. Total investasi PMA dan PMDN di pulau Jawa selama Januari-September 2016 sebesar Rp250,3 triliun dan luar Pulau Jawa Rp203,1 triliun. Investasi di Pulau Jawa dari tahun 2010-2015 perkembangannya dapat dilihat seperti pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Pulau Jawa Tahun 2010-2015 (Miliar Rupiah) Provinsi investasi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 DKI Jakarta 59.509,60 41.405,25 38.530,23 26.525,09 49.322,33 37.426 Jawa Barat 15.661,15 32.953,57 39.496,37 72.937,60 71.772,99 59.340 Jawa Tengah 547,03 1.502,03 2.265,27 4.753,04 5.068,52 8.793 DI Yogyakarta 45,35 20,60 796,36 303,02 709,85 921 Jawa Timur 16.375,72 11.260,90 21.562,74 34.767,92 19.715,15 26.817 Banten 14.293,12 18.639,70 25.478,89 38.083,69 22.253,78 26.285 Sumber: BPS (diolah) Tabel 1.2 Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Pulau Jawa Tahun 2010-2015 (Miliar Rupiah) Investasi Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 DKI Jakarta 4.598,50 9.256,40 8.540,10 5.754,50 17.811,50 15513 Jawa Barat 15.799,80 11.194,30 11.384,00 9.006,10 18.726,90 26273 Jawa Tengah 795,40 2737,8 5.797,10 12.593,60 13.601,60 15411 DI Yogyakarta 10,00 1,60 334,00 283,80 703,90 362 Jawa Timur 8.084,10 9.687,50 21.520,30 34.848,90 38.132,00 35490 Banten 5.852,50 4.298,60 5.117,50 4.008,70 8.081,30 10710 Sumber: BPS (diolah) 4
Tabel 1.1 dan 1.2 menunjukkan bahwa realisasi dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan baik investasi asing maupun dalam negeri, dari enam Provinsi di Pulau Jawa, realisasi investasi dari Dalam Negeri maupun Luar Negeri yang tebesar pada tahun 2015 ada di Provinsi Jawa Barat yaitu PMDM sebesar Rp26.273.000.000.000,00 dan PMA sebesar Rp59.340.000.000.000,00, sedangkan investasi terkecil ada di Provinsi DI Yogyakarta dengan PMDM sebesar Rp362.000.000.000 dan PMA sebesar Rp921.000.000.000,00. Investasi yang besar berpengaruh dalam menentukan besarnya permintaan produksi, dengan bertambahnya produksi maka berpengaruh pula terhadap permintaan tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Akmal (2010) menemukan bahwa investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Ketika terjadi kenaikan investasi sebesar 1 persen maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,01 persen. Namun, dalam beberapa kasus investasi tidak selalu menunjukkan adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Dimas (2009) menemukan bahwa investasi memiliki hubungan negatif terhadap penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta. Hal ini disebabkan pemilik usaha dalam menggunakan investasinya cenderung melakukan pembelian barang modal dalam bentuk mesin-mesin sehingga penyerapan tenaga kerja menjadi rendah. Selain investasi, salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah kertenagakerjaan yaitu adalah dengan memperbaiki sistem upah melalui kebijakan upah minimum. Penerapan kebijakan upah minimum merupakan usaha dalam rangka meningkatkan upah perkapita pekerja sehingga tingkat upah 5
rata-rata tenaga kerja dapat meningkat (Wasilaputri,2016). Pengakuan kebutuhan standar hidup minimum dalam perkembangan ekonomi diterjemehkan bukan hanya dalam penciptaan lapangan kerja, tetapi juga penciptaan lapangan kerja yang memberikan upah yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dampak upah minimum bagi penyerapan tenaga kerja tetap berlanjut menjadi fokus utama dalam penelitian tentang pasar tenaga kerja. Upah merupakan salah satu biaya produksi yang harus dikeluarkan produsen sebagai balas jasa atas kegiatan produksi yang dilakukan tenaga kerja. semakin tinggi tingkat upah yang berlaku maka tenaga kerja yang digunakan oleh produsen akan semakin sedikit, hal ini sejalan dengan model persaingan baku dimana kenaikan dalam upah minimum diatas tingkat kerseimbangan diperkirakan akan menurunkan tingkat penyerapan tenaga kerja (Buchari, 2015). Upah minimum Provinsi di Pulau Jawa masih cukup rendah dibandingkan provinsi-provinsi di Pulau lain kecuali DKI Jakarta. Gambar 1.2 menunjukkan grafik upah minimum provinsi di Pulau Jawa dibandingkan pulau yang lain. 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 Pulau Sumatra Pulau Jawa Pulau Kalimantan Pulau Sulawesi Pulau Papua - 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Gambar 1.2 Upah Minimum berdasarkan Pulau di Indonesia Tahun 2010-2015 (Rupiah) Sumber: BPS (diolah) 6
Berdasarkan gambar 1.2 terlihat upah minimum provinsi di Pulau Jawa secara nominal mengalami kenaikan, tetapi apabila dibandingkan dengan Pulau lainnya, maka upah minimum provinsi di Pulau Jawa masih cukup rendah. Dalam pasar tenaga kerja, upah merupakan harga tenaga kerja. Hal tersebut haruslah mencerminkan apa yang diberikan pekerja pada pihak yang memperkerjakannya. Penelitian Dewi (2013) mengenai pengaruh investasi dan tingkat upah terhadap kesempatan kerja di Jawa Timur menemukan bahwa tingkat upah berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja. Ketika upah meningkat sebesar 1 persen maka kesempatan kerja juga meningkat sebesar 1,604143961. Peningkatan upah ditandai dengan meningkatnya konsumsi para pekerja sehingga terjadi kenaikkan permintaan barang dan jasa. Kenaikkan permintaan barang dan jasa akan menyebabkan produksi barang dan jasa perusahaan meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikkan upah secara tidak langsung dapat meningkatkan kesempatan kerja. Meskipun kenaikan upah dapat meningkatkan kesempatan kerja melalui peningkatan konsumsi, namun beberapa penelitian dalam kenaikan upah justru berdampak negatif terhadap penyerapan tenaga kerja itu sendiri. Imam Buchari (2015) mengatakan bahwa dalam memproduksi ouput barang dan jasa yang diperlukan, perusahaan akan membutuhkan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja. Sedangkan upah merupakan salah satu biaya produksi yang harus dikeluarkan produsen sebagai balas jasa atas kegiatan produksi yang dilakukan tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat upah yang berlaku maka tenaga kerja yang digunakan oleh 7
produsen semakin sedikit. Menurut Gindling dan Terrel (2006) dalam penelitiannya mengatakan bahwa tingkat upah memiliki pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, dimana setiap 10 persen kenaikkan upah minimum terjadi penurunan pekerja di masing-masing sektor sebesar 1,09 persen. Kenaikan upah juga mendorong perusahaan meningkatkan harga per unit produk sehingga konsumen cenderung mengurangi konsumsi produk tersebut. Hal ini menyebabkan banyak hasil produksi yang tidak terjual, akibatnya produsen terpaksa mengurangi jumlah produksinya. Pengurangan jumlah produksi tersebut pada akhirnya akan mengurangi tenaga kerja yang dibutuhkan. Rata-rata lama sekolah merupakan salah satu indikator untuk mengukur pendidikan. Semakin tinggi angka rata-rata lama sekolah berarti semakin lama/tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkan. Secara umum, menuntut ilmu dijenjang yang lebih tinggi pasti akan mengorbankan waktu. Padahal waktu tersebut bisa digunakan untuk mencari uang langsung. Akan tetapi, dengan meningkatkan tingkat pendidikan, akan meningkatkan tingkat pendapatan juga sehingga manusia dalam hal ini harus memilih, akan menggunakan waktunya untuk langsung mencari uang atau mengorbankan waktunya untuk pergi ke jenjang yang lebih tinggi yang akan meningkatkan pendapatan dimasa depan (Hilmy, 2016). Gambar 1.3 menunjukkan grafik perkembangan rata-rata lama sekolah setiap Provinsi di Pulau Jawa dan perbandingannya dengan rata-rata lama sekolah Nasional. 8
12 10 8 6 4 2 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Pulau Jawa Nasional Gambar 1.3 Perkembangan rata-rata lama sekolah setiap Provinsi di Pulau Jawa tahun 2010-2015 Sumber: BPS (diolah) Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa setiap tahunnya DKI Jakarta merupakan Provinsi dengan rata-rata lama sekolah tertinggi di Pulau Jawa dan yang terendah yaitu Provinsi Jawa Timur. Namun demikian, secara keseluruhannya ratarata lama sekolah di Pulau Jawa sudah melebihi rata-rata Nasional. Pada tahun 2015 rata-rata lama sekolah di Pulau Jawa yaitu sekitar 8,32 tahun sedangkan rata-rata nasional yaitu 7,84 tahun. Artinya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Pulau Jawa pada indikator pendidikan yang diukur dari rata-rata lama sekolah lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah nasional. Pada pasar tenga kerja, pemberi kerja memberikan upah sebagai harga dari tenaga kerja, dalam hal ini yang dijual pekerja adalah keahlian dan keterampilannya. Dalam berbagai literatur empiris, bagaimanapun, tingkat pendidikan formal tenaga kerja yang paling sering digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur tingkat keterampilan profesional, karena hal tersebut mungkin lebih sulit untuk diidentifikasi dan diukur. Tingkat pendidikan juga turut mempengaruhi bagaimana kualitas tenaga kerja yang terserap dalam perekonomian. 9
Pendidikan dapat dilihat melalui angka rata-rata lama sekolah (Saefudin,2016). Penelitian yang dilakukan oleh Saefudin (2016) menunjukkan hasil bahwa pengaruh rata-rata lama sekolah terhadap penyerapan tenga kerja adalah positif dan signifikan. Setiap kenaikan 1 persen angka rata-rata lama sekolah akan mendorong naiknya penyerapan tenaga kerja sebesar 0,157 persen. Hal ini diduga sektor-sektor yang pertambahan penyerapannya tinggi membutuhkan tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan yang lebih baik. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan Indonesia terletak pada tingkat kesempatan kerja. Adanya ketidakseimbangan antara peningkatan penduduk usia kerja dengan ketersediaan kesempatan kerja akan menimbulkan gap yang disebut pengangguran. Besarnya investasi, tingkat upah, dan Rata-rata lama sekolah menjadi salah satu faktor penentu dalam penyerapan tenaga kerja. Terserapnya tenaga kerja dapat meminimalisir tingkat pengangguran yang selanjutnya bisa meningkatkan pendapatan penduduk sehingga menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Berdasarkan kajian terhadap beberapa penelitian terdahulu, terdapat gap antara penelitian satu dengan yang lainnya. Data trendline juga menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja naik turun tiap tahun dan tidak selalu sejalan dengan perkembangan investasi (dalam dan luar negeri), upah minimum, serta pendidikan yang diukur melalui rata-rata lama sekolah di Pulau Jawa. Dari ulasan tersebut perlu untuk mengetahui pengaruh investasi dalam negeri, investasi luar negeri, upah minimum provinsi, dan rata-rata lama sekolah terhadap penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa pada tahun 2010-2015. 10
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis pengaruh yang ditimbulkan dari investasi dalam negeri, investasi luar negeri, upah minimum provinsi, dan rata-rata lama sekolah terhadap penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa pada tahun 2010-2015. 1.4 Manfaat Penulisan Tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah di Pulau Jawa mengenai kondisi penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa selama tahun 2010-2015 sehingga dapat dijadikan acuan perumusan dan pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan dalam rangka mengatasi permasalahan ketenagakerjaan. Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan tambahan bagi masyarakat dan sebagai bahan kepustakaan bagi penelitian lebih lanjut. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang gambaran umum tentang penyusunan Tugas Akhir yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. BAB II GAMBARAN UMUM Bab ini berisi tentang gambaran umum penelitian yaitu berupa tinjauan pustaka yang diambil dari berbagai teori yang berkaitan dengan penulisan dan juga metodologi penelitian BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN 11
Bab ini berisi perhitungan pengaruh Upah Minimum Provinsi dan Investasi terhadap penyerapan kerja di Pulau Jawa. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran penulis berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. 12