BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang menjadikan peserta didik, baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Pelaksanaan pembelajaran ini dibagi menjadi tiga pengaturan peserta didik yaitu klasikal, kelompok, dan individu (Rusman, 2012). Pelaksanaan pengaturan peserta didik pada pembelajaran tematik terutama pada kegiatan yang bersifat kelompok, peserta didik dituntut dapat berkomunikasi, berinteraksi, dan bermusyawarah dengan baik sehingga peserta didik harus selalu dibiasakan berbicara dalam situasi dan bahasa yang formal. Kemampuan berbicara formal terutama dengan menggunakan bahasa yang santun dan tepat dibutuhkan untuk dapat menciptakan suasana belajar yang baik serta saling menghargai satu sama lain. Kebiasaan berbicara dan berkomunikasi sejak dini dapat membantu memudahkan peserta didik dalam membangun interaksi dan hubungan antar teman dan guru. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau katakata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, 1
2 dan perasaan (Tarigan, 2008:16). Komunikasi lisan mencakup penggunaan bahasa secara transaksional yang bertujuan untuk mempertukarkan informasi serta mencakup pula penggunaan bahasa secara interaksional, yaitu fungsi-fungsi sosial dari berbicara (Ghazali, 2010:248). Seseorang dalam berbahasa lebih banyak berkomunikasi secara lisan dibandingkan dengan cara lain. Secara alamiah seseorang mampu berbicara namun dalam situasi formal sering timbul rasa gugup, sehingga gagasan dan bahasa yang dikemukakan menjadi tidak teratur, bahkan ada yang tidak berani berbicara (Tukiyem, 2012). Hasil observasi awal di SDN Sumbersari 2 Malang menunjukkan bahwa permasalahan peserta didik adalah kegiatan berbicara dalam kelas yang tidak teratur dan kurang maksimal. Peserta didik yang bertanya dan mengungkapkan pendapat kadang didominasi oleh beberapa peserta didik yang sama selain itu jawaban dan pendapat yang diajukan tidak sesuai dengan materi yang dipelajari. Kalimat yang diutarakan peserta didik kadang tidak baku dan masih dipengaruhi Bahasa Daerah yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila diberi kesempatan berbicara di depan kelas gesture tubuh masih kurang maksimal, peserta didik cenderung tampak malu, dan tidak tegas. Pelafalan peserta didik saat berbicara juga masih belum jelas dan volume suara yang kurang nyaring. Data yang diambil pada observasi awal berupa tes lisan karena data yang diperlukan merupakan data mengenai kemampuan berbicara peserta didik. Berdasarkan data yang diperoleh pada observasi awal dari 13 peserta didik, seluruh peserta didik masih belum memiliki kemampuan berbicara yang
3 maksimal. Sebanyak 2 peserta didik (15,3%) mendapat skor tertinggi yaitu 50, skor tersebut masih belum mencapai standar ketuntasan yang ditetapkan guru yaitu 70. Masalah kemampuan berbicara pada peserta didik kelas II SDN Sumbersari 2 Malang memiliki beberapa alasan yaitu peserta didik dalam proses pembelajaran masih kurang berani dan percaya diri dalam mengungkapkan pendapat serta keseharian peserta didik masih terbiasa menggunakan Bahasa Daerah sehingga komunikasi secara formal dengan menggunakan Bahasa Indonesia masih belum maksimal. Peserta didik sering mengutarakan pendapat atau cerita mengenai hal yang dirasakan di luar kelas dengan bahasa santai sehari-hari namun peserta didik cenderung takut dan tidak lancar dalam mengutarakan pendapat apabila diberi kesempatan dalam situasi yang formal. Guru juga berperan penting dalam peningkatan kemampuan berbicara peserta didik namun pada kenyataan di lapangan pembelajaran masih sering menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik tidak terbiasa melaksanakan diskusi kelas yang dapat memberikan ruang bagi peserta didik untuk dapat mengungkapkan dan menghargai pendapat yang disampaikan orang lain. Cara yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik di dalam kelas adalah dengan menggunakan metode time token. Metode time token adalah metode yang digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial dan menghindari peserta didik mendominasi pembicaraan atau peserta didik diam sama sekali (Hanafiah dan Suhana, 2009:55). Metode time token dapat membantu peserta didik untuk memacu
4 keberanian dalam mengungkapkan pikiran ke dalam bahasa lisan tanpa harus takut melakukan kesalahan. Peserta didik akan mendapat kesempatan yang sama dalam berbicara. Pembelajaran dengan metode time token akan melatih peserta didik untuk lancar berbicara menggunakan bahasa yang formal dengan lafal, tata bahasa, kosakata yang benar sehingga mereka akan terbiasa mengemukakan pendapat pada setiap pembelajaran dengan menggunakan bahasa yang tepat. Keunggulan yang dimiliki metode time token ini, antara lain (1) mendorong peserta didik untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi, (2) menghindari dominasi peserta didik yang pandai berbicara dan memberi kesempatan yang sama untuk peserta didik yang lain, (3) membantu peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran, (4) meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi, (5) melatih peserta didik untuk mengungkapkan pendapat, (6) menumbuhkan kebiasaan kepada peserta didik untuk mendengarkan dan berbagi masukan atau kritik, (7) mengajarkan peserta didik untuk menghargai pendapat orang lain, (8) mengajak peserta didik untuk mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang dihadapi, dan (9) tidak memerlukan banyak media pembelajaran (Huda, 2013:241). Penelitian terdahulu mengenai upaya meningkatkan kemampuan berbicara dengan menggunakan metode cooperative learning time token arend, menunjukan bahwa terjadi suatu peningkatan pada setiap siklus yang dilakukan. Pada pre test nilai rata-rata kelas yang diperoleh mencapai 47,80 dan siswa yang mencapai tuntas belajar sebanyak 10 siswa atau 32,25%. Pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative learning time token arends pada siklus I nilai
5 rata-rata kelas meningkat menjadi 57,67 dan siswa yang mencapai tuntas belajar 17 siswa atau 54,83% kemudian pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi menjadi 75,85 dan siswa yang tuntas belajar 29 siswa atau 93,54%. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative learning time token arend dapat meningkatkan kemampuan berbicara (Aryati, 2012). Penerapan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode time token diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berbicara secara formal di dalam kelas. Berdasar latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Kemampuan Berbicara Peserta Didik pada Pembelajaran Tematik Kelas II dengan Menerapkan Metode Time Token di SDN Sumbersari 2 Malang untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan berbicara peserta didik dengan menerapkan metode time token. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana penerapan metode time token dalam pembelajaran tematik kelas II untuk meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik di SDN Sumbersari 2 Malang? b. Bagaimana peningkatan kemampuan berbicara peserta didik dalam pembelajaran tematik kelas II dengan menerapkan metode time token di SDN Sumbersari 2 Malang?
6 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: a. Mendeskripsikan penerapan metode time token dalam pembelajaran tematik kelas II untuk meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik di SDN Sumbersari 2 Malang. b. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan berbicara peserta didik dalam pembelajaran tematik kelas II dengan menerapkan metode time token di SDN Sumbersari 2 Malang. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi peserta didik: a) Memberikan situasi belajar yang baru dan menarik b) Memberikan kesempatan peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. c) Meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik dengan menggunakan bahasa yang santun dalam forum yang formal di dalam kelas serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. b. Bagi Guru: a) Memperoleh informasi mengenai metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. b) Meningkatkan kemampuan guru dalam menentukan metode yang sesuai dengan materi dan potensi yang dimiliki peserta didik.
7 c. Bagi Sekolah: a) Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dalam upaya peningkatan keterampilan berbicara peserta didik. b) Memberikan contoh metode alternatif meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik. d. Bagi Peneliti berikutnya: a) Dapat menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan bagi peserta didik b) Mengetahui lebih dalam mengenai penyusunan dan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dalam meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik. c) Mempersiapkan calon pendidik untuk peka terhadap masalah pendidikan serta kreatif dalam mencari solusi yang tepat dalam menangani masalah tersebut. 1.5 Batasan Istilah a. Kemampuan berbicara adalah kecakapan seseorang dalam berbahasa berupa kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi dan kata-kata untuk mengubah pikiran, gagasan, dan perasaan menjadi bunyi yang bermakna serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan agar informasi dapat diterima oleh pendengar atau lawan bicara. b. Pembelajaran Tematik adalah salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang membuat peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, aktif
8 menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik (Rusman, 2012:254). c. Metode adalah cara yang digunakan dalam menjalankan fungsi guru dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran (B.Uno dan Nurdin, 2011:7). d. Time Token merupakan salah satu metode yang ada pada model pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial serta menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali (Hanafiah dan Suhana, 2009:55).