DESENTRALISASI FISKAL, TAX EFFORT, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH: STUDI EMPIRIK KABUPATEN/KOTA SE-INDONESIA NELI AGUSTINA

dokumen-dokumen yang mirip
DESENTRALISASI FISKAL, TAX EFFORT, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH: STUDI EMPIRIK KABUPATEN/KOTA SE-INDONESIA NELI AGUSTINA

ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI PROVINSI JAWA TIMUR SITI ANNI MAKRIFAH

DESENTRALISASI FISKAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA. Oleh SUPARNO

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA BAGI HASIL

ANALISIS PEMETAAN KINERJA FISKAL DAN PENGARUH TRANSFER TERHADAP KINERJA KEUANGAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH OLEH KHURUM MAQSUROH H

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

OLEH: MARIA ROSITA PERTIWI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI JAWA TENGAH (Studi pada Enam Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)

KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA. Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KOTA - KOTA DI JAWA TENGAH PADA ERA OTONOMI DAERAH PERIODE

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI JAWA TENGAH (Studi pada Enam Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)

ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diajukan oleh: Teguh Sunyoto NIM: F

: Central Government Transfer, Tax Effort, Local Revenu

ANALISA KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KOTA DEPOK WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT

SKRIPSI DAMPAK PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PEMERATAAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEMANDIRIAN FISKAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

RINGKASAN PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat daerah terhadap tiga permasalahan utama, yaitu sharing of power,

SKRIPSI OLEH AYU LAURA

TESIS. Oleh. DWI LIZA RAMADHANI /Akt

ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI PROVINSI JAWA TIMUR SITI ANNI MAKRIFAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

PENGARUH DESENTRALISASI BPHTB TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN BADUNG. Komang Yogi Wirasatya Made Yenni Latrini

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

DAMPAK PENERIMAAN DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA EKONOMI DAN KEMISKINAN DI INDONESIA WILING ALIH MAHA RATRI

DESENTRALISASI FISKAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA. Oleh SUPARNO

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data

ANALISIS STRUKTUR APBD KABUPATEN KAMPAR TAHUN Taryono

BAB I PENDAHULUAN. dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sejalan dengan menguatnya

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Transfer antar pemerintah tersebut bahkan sudah menjadi ciri

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN SOSIAL TERHADAP PRODUKTIVITAS EKONOMI DI INDONESIA OLEH KRISMANTI TRI WAHYUNI H

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI PROVINSI JAWA TIMUR SITI ANNI MAKRIFAH

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

ANALISIS EFEKTIVITAS, EFISIENSI DAN DERAJAT OTONOMI FISKAL TERHADAP KEMAMPUAN PEREKONOMIAN DAERAH DALAM PELASANAAN OTONOMI DI KABUPATEN PROBOLINGGO

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN SAYURAN ORGANIK PT. PERMATA HATI ORGANIC FARM CISARUA. Oleh: Laura Juita Pinem P

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

PENGEMBANGAN PENYALURAN KREDIT MELALUI KOPERASI DENGAN POLA SWAMITRA UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DAERAH DAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU R. MOCHTAR.

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI ERA DESENTRALISASI FISKAL STUDI KASUS: KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH TESIS

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PAJAK PARKIR DALAM PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN NGAWI TAHUN TESIS

Oleh: Dian Arumsari NIM: S

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP

BAB III. METODE PENELITIAN

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

ANALISIS INDEKS DESENTRALISASI FISKAL KABUPATEN SAMPANG DAN SUMENEP (PERIODE 2007 DAN 2008) SKRIPSI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN PADA ERA OTONOMI DAERAH (PERIODE ) SKRIPSI

ANALISIS ENERGI DAN EKSERGI PADA PRODUKSI BIODIESEL BERBAHAN BAKU CPO (Crude Palm oil) RISWANTI SIGALINGGING

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

ANALISIS PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PEMERATAAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata

Diajukan oleh: Ganjar Pamungkas Sakti NIM : F

HUBUNGAN PENERIMAAN DENGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PERKAPITA PROVINSI DI INDONESIA. Oleh Noviyani H

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH KABUPATEN NGAWI ERA SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH (TAHUN ) TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berencana menganalisis kontribusi sumber-sumber

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN ALOKASI ANGGARAN UNTUK PENGUATAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR M. IRFAN SURYAWARDANA

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN HOTEL PANGRANGO 2 BOGOR

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL

ANALISIS PENGARUH FAKTOR KEUANGAN PADA KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus pada Kabupaten/Kota di Wilayah Pulau Jawa)

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI JAWA BARAT

PERANCANGAN PROTOKOL AKTA NOTARIS DIGITAL INAYATULLAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN INDUK DAN KABUPATEN PEMEKARANNYA DI PROPINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

ANALISIS KINERJA APBD KOTA SURAKARTA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PDRB HARGA KONSTAN DI ERA OTONOMI DAERAH TAHUN ANGGARAN

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

EVALUASI IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT PADA LAYANAN PERIZINAN DI KEMENTERIAN PERTANIAN RI

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI

HUBUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DENGAN PEMASARAN KERUPUK IKAN HASIL HOME INDUSTRY PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis ekonomi di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar

STRATEGI PENINGKATAN PENERIMAAN RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR (TKP) KABUPATEN BOGOR HASTUTI

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

Transkripsi:

DESENTRALISASI FISKAL, TAX EFFORT, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH: STUDI EMPIRIK KABUPATEN/KOTA SE-INDONESIA 2001-2008 NELI AGUSTINA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Desentralisasi Fiskal, Tax Effort, dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah: Studi Empirik Kabupaten/Kota Se- Indonesia 2001-2008 adalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Maret 2010 Neli Agustina NRP H151080454

ABSTRACT NELI AGUSTINA. Fiscal Decentralization, Tax Effort, and Economic Growth: An Empirical Study on Districts and Municipalities in Indonesia 2001-2008. Under the supervision of D.S. PRIYARSONO and BUDIASIH. Indonesia has implemented a new policy of regional autonomy and fiscal decentralization for more than ten years. One of the objectives of this fiscal decentralization is to give the full autonomy to local governments in spending and managing their revenues. The local governments have the authority to explore and collect their own-source revenue (pendapatan asli daerah, or PAD), i.e. through the improvement of their tax effort. The objectives of this study are (1) to describe the fiscal performance of districts and municipalities in Indonesia both in the revenue as well as the expenditure sides, (2) to analyze the effects of intergovernmental transfers (dana perimbangan, or balancing fund from the central to regional governments) on regional tax efforts, and (3) to identify the regional economic growth elasticity of intergovernmental transfers and ownsource revenue. This study employs a panel data set of 336 districts and municipalities covering the whole area of Indonesia over the time period of 2001-2008. The results show a relatively low contribution of PAD to regional revenues, indicating high fiscal dependency of regional governments on the central government. Intergovernmental transfers positively effect tax efforts. The result of the elasticity analysis also indicates a positive role of the transfers as stimuli to economic growth. Keywords: Regional Autonomy, Fiscal Decentralization, Own-source Revenue, Intergovernmental Transfers,Tax Effort.

RINGKASAN NELI AGUSTINA. Desentralisasi Fiskal, Tax Effort, dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah: Studi Empirik Kabupaten/Kota Se-Indonesia 2001-2008. Dibimbing oleh D.S. PRIYARSONO dan BUDIASIH. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32/2004 dan Undang-Undang Nomor 33/2004 telah menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai pengaturan hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan maupun dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, yang dikenal dengan era otonomi daerah. Salah satu konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah ini adalah adanya desentralisasi fiskal, dimana pemerintah daerah mendapat keleluasaan yang lebih besar dalam mengelola keuangan daerah yang dituangkan dalam anggaran belanja, baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran. Kewenangan daerah yang semakin luas diharapkan dapat meningkatkan kemandirian fiskal daerah serta kinerja pemerintah untuk mendorong terciptanya pembangunan ekonomi yang lebih baik, yang ditunjukkan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah (peningkatan kesejahteraan masyarakat). Tujuan pelaksanaan desentralisasi fiskal tidak akan tercapai dengan optimal tanpa disertai dengan kemampuan finansial yang cukup memadai dari pemerintah daerah, yang ditunjukkan dengan struktur PAD (pendapatan asli daerah) yang kuat. Daerah menjadi lebih mandiri yang salah satunya diindikasikan dengan meningkatnya kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) dalam hal pembiayaan daerah. Namun, adanya perbedaan kondisi dan potensi dari masing-masing daerah, menimbulkan perbedaan kemampuan daerah dalam menjalankan kewenangannya tersebut. Pemerintah pusat memberikan transfer kepada pemerintah daerah diantaranya dalam bentuk dana perimbangan untuk mengurangi kesenjangan tersebut, yang terdiri dari (1) Dana Alokasi Umum (DAU), (2) Dana Alokasi Khusus (DAK) dan (3) Dana Bagi Hasil (DBH). Selain itu transfer diberikan dengan tujuan untuk menjamin tercapainya standar pelayanan publik di setiap daerah. Transfer pemerintah pusat diharapkan dapat menjadi stimulus atau dana pendukung bagi pemerintah daerah untuk menggali berbagai potensi lokal yang dimiliki untuk peningkatan PAD melalui peningkatan tax effort daerah. Transfer pemerintah pusat menjadi insentif bagi daerah untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah. Muncul perbedaan sudut pandang dalam menyikapi masalah dana perimbangan ini. Di satu sisi, adanya dana perimbangan dalam otonomi daerah merupakan bentuk tanggung jawab dari pemerintah pusat atas berjalannya proses otonomi daerah. Namun di sisi yang lain, dana perimbangan yang terlalu besar, akan menimbulkan persepsi bahwa daerah tersebut tidak mandiri secara fiskal. Pemberian DAU yang seharusnya menjadi stimulus bagi daerah dalam peningkatan kemandiriannya, justru direspon berbeda oleh daerah. Adi dan Wulan (2008), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada kecenderungan daerah untuk mempertahankan penerimaan dana perimbangan (DAU) tanpa mengupayakan

peningkatan pendapatannya sendiri, sehingga tidak terlihat adanya peningkatan kemandirian daerah. Bertolak dari hal-hal tersebut di atas maka perlu diketahui ada tidaknya dampak pemberian dana perimbangan terhadap tax effort daerah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan (1) menganalisis perkembangan kinerja keuangan kabupaten/kota di Indonesia ditinjau dari sisi penerimaan maupun sisi pengeluaran; (2) menganalisis dampak pemberian dana perimbangan terhadap tax effort daerah dan (3) mengidentifikasi elastisitas pertumbuhan ekonomi daerah akibat perubahan PAD dan dana perimbangan. Analisis perkembangan kinerja keuangan daerah dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, yang akan disajikan dengan bantuan diagram boxplot dan tabel. Kinerja keuangan daerah dianalisis dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu sisi penerimaan (fiscal availability) dan sisi pengeluaran (fiscal needs). Analisis regresi berganda dengan data panel digunakan untuk mengestimasi pengaruh pemberian dana perimbangan terhadap tax effort daerah dan elastisitas pertumbuhan ekonomi daerah akibat perubahan komponen sumber pembiayaan daerah (PAD, DBH, DAU dan DAK). Hasil analisis kinerja keuangan daerah menunjukkan bahwa perkembangan kinerja keuangan daerah dari kabupaten/kota di Indonesia sampai saat ini masih menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Kewenangan yang diberikan kepada daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan daerah belum mampu meningkatkan kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Penyebaran kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah semakin konvergen rata-rata di bawah 10%. Ini menunjukkan, derajat desentralisasi fiskal kabupaten/kota semakin mengumpul persebarannya, namun nilainya masih rendah rata-rata di bawah 10%. Hal ini disebabkan kenaikan PAD tidak sebanding dengan kenaikan total penerimaan daerah, sehingga tingkat kemandirian daerah masih rendah, yang artinya ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat semakin besar. Selaras dengan hasil penelitian Adi (2007) yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah setelah pelaksanaan otonomi daerah. Jika dilihat dari sisi pengeluaran, kinerja keuangan kabupaten/kota pada umumnya mengalokasikan belanja daerahnya masih lebih besar untuk kebutuhan belanja rutin (rata-rata di atas 60%) daripada belanja pembangunan (rata-rata di bawah 40%), artinya sebagian besar anggaran masih digunakan untuk belanja rutin. Kabupaten/kota pada umumnya belum mampu membiayai semua kebutuhan belanja daerahnya hanya bersumber dari penerimaan PAD, bahkan hanya beberapa daerah saja yang cukup mampu membiayai kebutuhan belanja daerahnya dari PAD dan BHPBP. Kebutuhan belanja daerah untuk kabupaten/kota secara umum masih banyak bersumber dari penerimaan transfer pusat. Hal ini menunjukkan ketergantungan keuangan daerah terhadap pusat masih sangat tinggi, sehingga dapat dikatakan salah satu tujuan pelaksanaan desentralisasi fiskal kabupaten/kota di Indonesia belum tercapai dengan optimal. Hal ini disebabkan karena daerah belum mampu menggali dan memanfaatkan potensi baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia di derahnya dengan optimal, sehingga ketergantungan daerah terhadap pusat masih tinggi. Transfer pemerintah pusat dalam bentuk dana perimbangan memberikan pengaruh positif terhadap tax effort daerah. Dana perimbangan dalam bentuk DAU mempunyai pengaruh paling besar terhadap peningkatan tax effort daerah

dibandingkan dengan komponen dana perimbangan lainnya, DBH maupun DAK. Transfer pemerintah pusat efektif diberikan sebagai stimulus atau dana pendukung bagi pemerintah daerah untuk menggali berbagai potensi lokal yang dimiliki untuk peningkatan PAD melalui peningkatan tax effort daerah. Transfer pemerintah pusat menjadi insentif bagi daerah untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah. Hasil penelitian ini mendukung temuan Stine (1994), yang menunjukkan bahwa penurunan transfer akan mengakibatkan penurunan penerimaan daerah sendiri selain menurunkan pengeluaran daerah. Hal ini disebabkan turunnya penerimaan pajak karena publik merespon negatif terhadap peningkatan harga-harga pelayanan publik. Jumlah keseluruhan dana APBD baik yang berasal dari PAD maupun dana perimbangan menjadi sumber pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di daerah, termasuk pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang ditunjukkan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Elastistas pertumbuhan ekonomi daerah akibat perubahan PAD, DBH, DAU dan DAK bernilai positif. Hal tersebut juga menunjukkan ketergantungan keuangan daerah terhadap transfer pusat masih tinggi, terutama dalam bentuk DAU untuk membiayai pembangunan ekonomi daerah. Berdasarkan hasil penelitian maka beberapa saran ke depan antara lain : (1) mendorong peningkatan PAD dengan melihat kondisi dan potensi daerah masingmasing namun tetap memperhatikan dampaknya terhadap daya tarik investasi pada daerah yang bersangkutan, (2) pemberian dana perimbangan efektif diberikan sebagai stimulus bagi daerah untuk meningkatkan penerimaan PAD melalui peningkatan tax effort daerahnya. Perlu adanya pengawasan dari pemerintah atasannya dan masyarakat dalam mengoptimalkan pemanfaatan dana perimbangan sesuai dengan fungsinya sebagai stimulus bagi peningkatan penerimaan PAD dan (3) kajian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menelaah pengaruh cara pengalokasian dana transfer dari pusat untuk pengeluaran pembangunan daerah yang dialokasikan keberbagai sektor dalam APBD terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Kata Kunci: Desentralisasi fiskal, PAD, dana perimbangan, tax effort, pertumbuhan ekonomi

Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB

DESENTRALISASI FISKAL, TAX EFFORT, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH: STUDI EMPIRIK KABUPATEN KOTA SE-INDONESIA 2001-2008 NELI AGUSTINA Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Judul Tesis : Desentralisasi Fiskal, Tax Effort, dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah: Studi Empirik Kabupaten/Kota Se-Indonesia 2001-2008 Nama : Neli Agustina NRP : H151080454 Program Studi : Ilmu Ekonomi Disetujui, Komisi Pembimbing D.S. Priyarsono, Ph. D. Ketua Dr. Budiasih Anggota Diketahui, Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. R. Nunung Nuryartono, M.Si. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian : 13 Maret 2010 Tanggal Lulus :

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S.

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga tesis dengan judul Desentralisasi Fiskal, Tax Effort, dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah: Studi Empirik Kabupaten/Kota Se- Indonesia 2001-2008, dapat terselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains dari Program Studi Ilmu Ekonomi di Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada D.S. Priyarsono, Ph. D. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Budiasih selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang dengan segala kesibukannya masih meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S. atas kesediaannya menjadi penguji luar komisi serta kepada ketua dan sekretaris Program Studi Ilmu Ekonomi Sekolah Pascasarja IPB Dr. Ir. R. Nunung Nuryartono, M.Si. dan Dr. Lukytawati Anggraeni. Demikian juga terima kasih dan penghargaan untuk semua dosen yang telah mengajar penulis dan rekan-rekan kuliah yang senantiasa membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di kelas Magister Program Studi Ilmu Ekonomi IPB. Dedikasi para dosen yang tinggi dan dukungan rekan-rekan kuliah, telah banyak membantu penulis dalam perkuliahan dengan baik. Secara khusus, penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada BPS yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kuliah di Magister Program Studi Ilmu Ekonomi IPB. Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada teman-teman BPS yang telah banyak membantu penulis mulai dari proses kuliah hingga dalam menyelesaikan tesis ini. Akhir kata penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak lain yang telah membantu namun namanya tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan tesis ini maka hanya penulis yang bertanggungjawab. Kiranya hanya Allah SWT yang Maha Kuasa yang akan memberi balasan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis. Bogor, Maret 2010 Neli Agustina

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 9 Agustus 1976 dari Bapak H. Dudung Abdulhari dan Ibu Hj. Esah Kurnaesah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Kalapa Gunung I Kuningan kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Kuningan pada tahun 1988 dan lulus pada tahun 1991. Setelah lulus dari SMPN 1 Kuningan penulis melanjutkan ke SMAN 2 Kuningan. Pada tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan mengambil jurusan matematika dan lulus tahun 1998. Setelah lulus penulis bekerja di BPS, tepatnya sebagai salah satu staf pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS). Pada tahun 2008 penulis diterima menjadi mahasiswa program studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi bea siswa tugas belajar kerja sama BPS-IPB.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xv xvi xviii 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 8 1.4 Manfaat Penelitian... 8 2 TINJAUAN PUSTAKA... 11 2.1 Kajian Teori... 11 2.1.1 Konsep dan Pengertian Otonomi Daerah... 11 2.1.2 Konsep dan Pengertian Desentralisasi Fiskal... 12 2.1.3 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah... 13 2.1.3.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)... 14 2.1.3.2 Dana Perimbangan... 18 2.1.4 Pengelolaan Keuangan Daerah... 24 2.1.5 Teori Pajak... 28 2.1.5.1 Tax Effort... 29 2.1.5.2 Model Leviathan... 32 2.1.6 Pertumbuhan Ekonomi... 33 2.1.6.1 Kurva Scully... 37 2.1.6.2 Teori Peacock dan Wiseman... 38 2.2 Penelitian Empirik Terdahulu... 39 2.3 Kerangka Pemikiran... 42 2.4 Hipotesis Penelitian.... 43 3 METODE PENELITIAN.... 45 3.1 Jenis dan Sumber Data... 45 3.2 Identifikasi Variabel... 45 3.3 Metode Analisis.... 48 3.3.1 Analisis Boxplot... 48 3.3.2 Analisis Kinerja Keuangan Daerah... 51 3.3.2.1 Sisi Penerimaan (Fiscal Availibility)... 51 3.3.2.2 Sisi Pengeluaran (Fiscal Needs)... 53 3.3.3 Analisis Regresi Berganda dengan Data Panel... 54 3.4 Spesifikasi Model dalam Penelitian... 60 xiii

4 GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN PENERIMAAN DAERAH 2001-2008... 63 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 71 5.1 Perkembangan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di Indonesia... 71 5.1.1 Kinerja Keuangan Daerah ditinjau dari Sisi Penerimaan... 71 5.1.2 Kinerja Keuangan Daerah ditinjau dari Sisi Pengeluaran... 78 5.1.3 Derajat Kemandirian Daerah... 80 5.2 Analisis Regresi dengan Data Panel... 85 5.2.1 Dampak Pemberian Dana Perimbangan terhadap Tax Effort Daerah... 85 5.2.2 Elastisitas Pertumbuhan Ekonomi Daerah terhadap PAD dan Dana Perimbangan... 89 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 93 6.1 Kesimpulan... 93 6.2 Saran... 94 DAFTAR PUSTAKA... 97 LAMPIRAN.. 101 xiv

DAFTAR TABEL Halaman 1. Proporsi pajak, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah dan penerimaan lainnya terhadap PAD... 6 2. Proporsi pembagian dana bagi hasil pajak dan bukan pajak. 21 3. Pemetaan format anggaran pemerintah kabupaten/kota berdasarkan beberapa peraturan... 26 4. Nama dan keterangan variabel yang digunakan dalam penelitian 47 5. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian... 48 6. Skala interval derajat desentralisasi fiskal (DDF)... 52 7. Skala interval indeks kemampuan rutin daerah (IKRD)...... 54 8. Sumber penerimaan daerah kabupaten/kota dan sharenya tahun 2002 dan 2008 (milyar rupiah)..... 65 9. Total belanja kabupaten/kota dan pertumbuhannya menurut jenis belanja tahun 2002 dan 2008 berdasarkan harga berlaku dalam milyar rupiah)............ 68 10. Uji Hausman...... 86 11. Hasil estimasi pengujian hipotesis dampak pemberian dana perimbangan terhadap tax effort daerah..... 87 12. Uji Hausman............. 90 13. Hasil estimasi elastisitas pertumbuhan ekonomi daerah terhadap PAD dan dana perimbangan...... 91 xv

DAFTAR GAMBAR Halaman 1. PAD kabupaten/kota periode 2001-2008... 5 2. Kurva Laffer, hubungan antara tarif pajak proposional atas basis pajak tertentu.. 33 3. Hubungan stok kapital, tenaga kerja dan teknologi menurut Teori Solow... 36 4. Kurva Scully, Hubungan antara tingkat pertumbuhan ekonomi dengan rasio pengeluaran pemerintah terhadap PDRB menurut Teori Scully... 38 5. Diagram alur kerangka pemikiran... 44 6. Diagram boxplot... 50 7. Sumber penerimaan daerah periode 2001-2008.... 64 8. PAD menurut sumber periode 2001-2008.... 66 9. Dana perimbangan menurut sumber periode 2001-2008..... 67 10. Kontribusi sumber penerimaan daerah terhadap total pengeluaran daerah periode 2001-2008...... 67 11. Belanja daerah menurut jenis belanja periode 2001-2008.... 69 12. Derajat desentralisasi fiskal kabupaten/kota periode periode 2001-2008... 72 13. Jumlah kabupaten/kota menurut derajat kemandirian daerah berdasarkan kriteria tim Fisipol UGM periode 2001-2008... 73 14. Derajat potensi sumber daya manusia dan alam kabupaten/kota di Indonesia periode 2001-2008.. 74 15. Derajat ketergantungan daerah kabupaten/kota terhadap pemerintah pusat periode 2001-2008. 77 16. Derajat belanja rutin kabupaten/kota untuk periode 2001-2008... 79 17. Derajat belanja pembangunan kabupaten/kota untuk periode 2001-2008 80 18. Derajat kemandirian kabupaten/kota ditinjau dari rasio PAD terhadap belanja rutin daerah periode 2001-2008 81 xvi

19. Jumlah kabupaten/kota menurut derajat kemandirian daerah berdasarkan kriteria tim Fisipol UGM periode 2001-2008... 82 20. Derajat kemandirian kabupaten/kota ditinjau dari rasio PAD terhadap total belanja daerah periode 2001-2008... 83 21. Derajat Kemandirian daerah ditinjau dari PAD dan BHPBP terhadap total belanja daerah periode 2001-2008.... 84 xvii

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kontribusi komponen sumber-sumber penerimaan daerah terhadap total penerimaan daerah periode 2002-2008.... 101 2. Distribusi belanja rutin dan pembangunan Pulau Sumatera periode 2001-2008... 102 3. Distribusi belanja rutin dan pembangunan Pulau Jawa dan Bali periode 2001-2008... 102 4. Distribusi belanja rutin dan pembangunan Pulau Kalimantan periode 2001-2008... 103 5. Distribusi belanja rutin dan pembangunan Pulau Sulawesi dan Maluku periode 2001-2008... 103 6. Distribusi belanja rutin dan pembangunan Pulau Irian, NTB dan NTT periode 2001-2008... 104 7. Derajat desentralisasi fiskal kabupaten/kota di pulau Sumatera periode 2001-2008... 105 8. Derajat desentralisasi fiskal kabupaten/kota di pulau Jawa dan Bali periode 2001-2008... 105 9. Derajat desentralisasi fiskal kabupaten/kota di pulau Kalimantan periode 2001-2008... 106 10. Derajat desentralisasi fiskal kabupaten/kota di pulau Sulawesi dan Maluku periode 2001-2008... 106 11. Derajat desentralisasi fiskal kabupaten/kota di pulau Irian, NTB dan NTT periode 2001-2008... 107 12. Derajat potensi sumber daya manusia dan alam kabupaten/kota di Pulau Sumatera periode 2001-2008... 108 13. Derajat potensi sumber daya manusia dan alam kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Bali periode 2001-2008... 108 14. Derajat potensi sumber daya manusia dan alam kabupaten/kota di Pulau Kalimantan periode 2001-2008... 109 xviii

15. Derajat potensi sumber daya manusia dan alam kabupaten/kota di Pulau Sulawesi dan Maluku periode 2001-2008... 109 16. Derajat potensi sumber daya manusia dan alam kabupaten/kota di Pulau Irian, NTB dan NTT periode 2001-2008... 110 17. Derajat ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat di Pulau Sumatera periode 2001-2008... 111 18. Derajat ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat di Pulau Jawa dan Bali periode 2001-2008... 111 19. Derajat ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat di Pulau Kalimantan periode 2001-2008... 112 20. Derajat ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat di Pulau Sulawesi dan Maluku periode 2001-2008... 112 21. Derajat ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat di Pulau Irian, NTB dan NTT periode 2001-2008... 113 22. Derajat kemandirian kabupaten/kota di Pulau Sumatera ditinjau dari rasio PAD terhadap belanja rutin daerah periode 2001-2008... 114 23. Derajat kemandirian kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Bali ditinjau dari Rasio PAD terhadap belanja rutin daerah periode 2001-2008... 114 24. Derajat kemandirian kabupaten/kota di Pulau Kalimantan ditinjau dari rasio PAD terhadap belanja rutin daerah periode 2001-2008... 115 25. Derajat kemandirian kabupaten/kota di Pulau Sulawesi dan Maluku ditinjau dari rasio PAD terhadap belanja rutin daerah periode 2001-2008... 115 26. Derajat kemandirian kabupaten/kota di Pulau Iria, NTB dan NTT ditinjau dari rasio PAD terhadap belanja rutin daerah periode 2001-2008... 116 27. Hasil pengujian Hausman test untuk mengestimasi dampak pemberian dana perimbangan terhadap tax effort daerah... 117 28. Hasil pengujian dengan metode fixed effect untuk mengestimasi dampak pemberian dana perimbangan terhadap tax effort daerah.. 118 29. Hasil pengujian dengan metode random effect untuk mengestimasi dampak pemberian dana perimbangan terhadap tax effort daerah... 119 xix

30. Hausman test untuk mengestimasi elastisitas pertumbuhan ekonomi daerah akibat perubahan PAD dan dana perimbangan... 120 31. Hasil pengujian dengan metode fixed effect untuk mengestimasi elastisitas pertumbuhan ekonomi daerah akibat perubahan PAD dan perimbangan... 121 32. Hasil pengujian dengan metode random effect untuk mengestimasi elastisitas pertumbuhan ekonomi daerah akibat perubahan PAD dan dana perimbangan.... 122 33. Efek individu dari dampak pemberian dana perimbangan terhadap tax effort kabupaten/kota di Pulau Sumatera... 123 34. Efek individu dari dampak pemberian dana perimbangan terhadap tax effort kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Bali... 126 35. Efek individu dari dampak pemberian dana perimbangan terhadap tax effort kabupaten/kota di Pulau Kalimantan... 130 36. Efek individu dari dampak pemberian dana perimbangan terhadap tax effort kabupaten/kota di Pulau Sulawesi dan Maluku... 132 37. Efek individu dari dampak pemberian dana perimbangan terhadap tax effort kabupaten/kota di Pulau Irian, NTB dan NTT... 134 38. Efek individu dari elastisitas pertumbuhan ekonomi daerah akibat Perubahan PAD dan dana perimbangan kabupaten / kota di Pulau Sumatera... 135 39. Efek individu dari elastisitas pertumbuhan ekonomi daerah akibat Perubahan PAD dan dana perimbangan semua kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Bali... 138 40. Efek individu dari elastisitas pertumbuhan ekonomi daerah akibat perubahan PAD dan dana perimbangan kabupaten/kota di Pulau Kalimantan... 142 41. Efek individu dari elastisitas pertumbuhan ekonomi daerah akibat perubahan PAD dan dana perimbangan semua kabupaten/kota di Pulau Sulawesi dan Maluku... 144 42. Efek individu dari elastisitas pertumbuhan ekonomi daerah akibat perubahan PAD dan dana perimbangan semua kabupaten/kota di Pulau Irian, NTB dan NTT... 146 xx