Romiyatun Mijiling Astuti, Noer Hayati Lestari Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Perubahan Fisik. mengetahui bagaimana proses dekomposisi berjalan. Temperatur juga sangat

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN KOMPOS DAN PUPUK CAIR ORGANIK DARI KOTORAN DAN URIN SAPI. Dahono

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

MEMBUAT PUPUK ORGANIK PADAT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

KEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

Kata kunci: jerami padi, kotoran ayam, pengomposan, kualitas kompos.

Bab II Tinjauan Pustaka

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

JURNAL INTEGRASI PROSES. Website:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT ORGANIK (SAMPAH SAYURAN DAN AMPAS TEBU)

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Berat Total Limbah Kandang Ternak Marmot. Tabel 3. Pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot

PENGOLAHAN SAMPAH SAYUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAKAKURA SERTA PENGARUH EM4 DAN STATER DARI TEMPE PADA PROSES PEMATANGAN KOMPOS.

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGOMPOSAN SEKAM PADI MENGGUNAKAN SLURRY DARI FERMENTASI LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI AKTIVATOR DALAM PROSES PENGOMPOSAN SEKAM PADI (Oryza sativa)

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sifat fisik. mikroorganisme karena suhu merupakan salah satu indikator dalam mengurai

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP HASIL PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE COMPOSTER TUB

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU KOMPOS (SAMPAH ORGANIK PASAR, AMPAS TAHU, DAN RUMEN SAPI) TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS KOMPOS

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PENAMBAHAN AKTIVATOR BMF BIOFAD TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh penambahan EM-

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahu, parameter yang berperan dalam komposting yang meliputi rasio C/N. ph. dan suhu selama komposting berlangsung.

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

TEKNIK PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK. Oleh : Zumrodi, S.Si, MIL

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos

PENGGUNAANAK TIVATOR KOMPOS SAMPAH ORGANIK RUMAH. Muchsin Riviwanto dan Andree Aulia Rahmad (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengujian fisik

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS

EFEKTIVITAS PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH DAUN DENGAN TIGA SUMBER AKTIVATOR BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Salak Pondoh. Menurut data dari Badan Pusat Stastistik tahun (2004) populasi tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Fisik. dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja dekomposisi, disamping itu juga untuk

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

PENGARUH JENIS BIOAKTIVATOR PADA LAJU DEKOMPOSISI SAMPAH DAUN KI HUJAN Samanea saman DARI WILAYAH KAMPUS UNHAS. Hasanuddin, Makassar, 2014 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

BAB VIII UJI KUALITAS KOMPOS SAMPAH ORGANIK HALAMAN KANTOR GEOSTECH PUSPIPTEK SERPONG. Rosita Shochib, Ikbal, Firman L. Sahwan, Sri Wahyono, Suyadi

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Green House

PENGARUH UKURAN BAHAN TERHADAP KOMPOS PADA PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

UPAYA MEMPERCEPAT PENGOMPOSAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis) DENGAN BERBAGAI MACAM AKTIVATOR

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT (SLUDGE) PABRIK PULP DAN PAPER

II. TI JAUA PUSTAKA NH 2. Gambar 1. Reaksi kimia selama pengomposan

TINJAUAN PUSTAKA. bahan organik dibawah 2 %. Sementara dari Pusat Penelitian Tanah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

Niken Wijayanti, Winardi Dwi Nugraha, Syafrudin Jurusan Teknik Lingkungan,Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat maupun oleh lembaga pemerintah tetapi seringkali hanya

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

JENIS DAN DOSIS AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KOMPOS BERBAHAN BAKU MAKROALGA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metoda

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

TATA CARA PENELITIAN

PENGARUH LAJU AERASI DAN PENAMBAHAN INOKULAN PADA PENGOMPOSAN LIMBAH SAYURAN DENGAN KOMPOSTER MINI *

PEMBUATAN KOMPOS DARI SAMPAH SAYURAN : PARAMETER SUHU DAN WAKTU PEMBALIKAN

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. apabila diterapkan akan meningkatkan kesuburan tanah, hasil panen yang baik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

PENGARUH PENAMBAHAN SERPIHAN KAYU TERHADAP KUALITAS KOMPOS SAMPAH ORGANIK SEJENIS DALAM KOMPOSTER RUMAH TANGGA

Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB II PELESTARIAN LINGKUNGAN

TINJAUAN PUSTAKA II.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KARAKTERISTIK BIOLOGI SAMPAH KOTA PADANG

EFEKTIFITAS MIKROORGANISME (EM) PADA PERTUMBUHAN TANAMAN GELOMBANG CINTA (Anthurium Plowmanii) DENGAN MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN KOMPOS SKRIPSI

Transkripsi:

TEKNOBUGA Volume 4 No.1 November EFEKTIVITAS PEMANFAATAN LIMBAH PRAKTEK LABORATORIUM PENDIDIKAN TATA BOGA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Romiyatun Mijiling Astuti, Noer Hayati Lestari Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Abstract: Activity on campus especially dilaboratorium practice activity produce enough garbage anddiverse. Catering laboratory practice activities produce lots of wet garbage or green garbage that contains a lot of nitrogen, while garbage yard including dry waste / brown which contains carbon. During this waste is thrown away just to the trash. Penaliti wants to use this waste to be a more useful item of compost. The purpose of this research is to know: compost quality; how long the composting process; how much nitrogen content and carbon from compost result of waste of practice and garbage yard.this research includes laboratory experimental research, located in the laboratory of Culinary Engineering Department of PKK, Faculty of Engineering UNNES, with practical research materials and page E7. The research procedure is X1 of brown and green mixed waste material with 3: 1 ratio, X2 brown waste material, and X3 green waste material. Observed changes are; temperature, composting time, color, odor, N content and grade C. Data collection technique using observation of change during composting process and chemical test of C content with AOAC test method 967.05.2000 and N content with Kjeldahl test method.the results showed that the composting temperature ranged between 28oC - 40oC. The time spent on composting brown waste is longer than green and mixed waste. The smell of green garbage stinks / ammonia, mixed garbage and brown rubbish does not cause bad smell. Nitrogen content of 0.14% mixed waste compost, 0.23% cocoa waste compost and 0.27% green garbage compost. Carbon compost content of mixed waste 1.43%, compost 8.72% chocolate waste, and compost 7.72% green garbage. Key words : compost, green waste material, brown waste material. Abstrak: Aktivitas di kampus terutama kegiatan praktek dilaboratorium menghasilkan sampah yang cukup banyak dan beragam. Kegiatan praktek laboratorium Tata boga banyak menghasilkan sampah basah atau sampah hijau yang banyak mengandung nitrogen, sedangkan sampah halaman termasuk sampah kering/ coklat yang banyak mengandung carbon. Selama ini sampah dibuang begitu saja ketempat sampah. Penaliti ingin memanfaatkan Sampah ini menjadi barang yang lebih bermanfaat yaitu menjadi kompos.tujuan dari penelitian ini ingin mengetahuai: kualitas kompos; berapa lama proses pengomposan; berapa kadar nitrogen dan carbon dari kompos hasil limbah praktek dan sampah halaman. Penalitian ini termasuk penelitian eksperimen laboratorium, bertempat di laboratoriun Penedidikan Tata Boga jurusan PKK Fakultas Teknik UNNES, dengan bahan penelitian sampah praktek dan halaman E7. Prosedur penelitian yaitu X1 bahan sampah campuran coklat dan hijau dengan perbandingan 3:1, X2 bahan sampah coklat, dan X3 bahan sampah hijau. Perubahan yang diamati yaitu; suhu, lama waktu pengomposan, warna, bau, kadar N dan kadar C. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan perubahan selama proses pengomposan dan uji kimia kadar C dengan metode uji AOAC 967.05.2000 dan kadar N demgan metode uji Kjeldahl. Hasil penelitian menunjukkan suhu pengomposan berkisar antara 28oC 40oC. Waktu yang digunakan untuk pengomposan sampah coklat lebih lama bila dibandingkan sampah hijau dan sampah campuran. Bau sampah hijau menimbulkan 43

TEKNOBUGA Volume 4 No.1 November bau busuk/amoniak, sampah campuran agak bau dan sampah coklat tidak menimbulkan bau busuk. Kadar nitrogen kompos sampah campuran 0,14%, kompos sampah coklat 0,23% dan kompos sampah hijau 0,27%. Kadar carbon kompos sampah campuran 1,43%, kompos sampah coklat 8,72%, dan kompos sampah hijau 7,72%. PENDAHULUAN Pengelolaan sampah atau limbah telah menjadi sebuah permasalahan yang cukup besar dan rumit. Hampir disetiap kegiatan mahluk hidup menghasilkan sampah yang semakin hari semakin bertambah banyak. Sampah tidak hanya berasal dari manusia saja tapi juga hewan dan tumbuh-tumbuhan. Setiap hari sampah bertambah bayak berasal dari kota-kota besar, kota-kota kecil, pedesaan, perkantoran, industri, pasar, laboratorium, rumah tangga dan lain-lain. Gaya hidup dan pola pikir buanglah sampah pada tempatnya ternyata tidak bisa menyelesaikan permasalahan sampah, hal ini hanya memindahkan permasalahn sampah dari tempat satu ke tempat yang lainnya. Pola pikir yang seperti ini harus kita tinggalkan. Kita harus sadar apa yang terjadi dengan sampah-sampah setelah dibuang keluar rumah, kantor,laboratoriun, pasar dan lain-lain, sampah tidak akan hilang begitu saja. Gaya hidup dan pola pikir terhadap sampah dan pengelolaanya harus dibenahi dan dirubah mulai dari diri kita dan lingkungan disekitar kita. Penliti keseharianya berkecimpung di laboratoriun Pendidikan Tata Boga dimana setiap kali praktek selalu menghasilkan sampah yang beranekaragam baik sampah organik maupun anorganik. Sampah/limbah hasil praktek tata boga yaitu batang atau sisa sayuran, kulit buah, potongan buah, kulit telur. Limbah ini merupakan sampah hijua atau sampah basah yang banyak mengandung nitrogen (N) yang sangat baik untuk pertumbuhan batang dan daun tanaman. Sampah dilingkungan laboratorium tata boga berasal dari daun tumbuhtumbuhan yang gugur, sampah ini termasuk sampah coklat atau kering yang banyak mengandung carbon (C) sangat baik untuk mempercepat pertumbuhan buah. Selama ini sampah sampah hanya dibuang begitu saja ketempat sampah, setiap hari bertambah banyak dan menibulkan masalah bau yang kurang sedap dan banyak lalat. Melihat permasalahan ini peneliti ingin memanfaatkan sampah limbah hasil praktek tata boga dan sampah lingkunga menjadi barang yang lebih bermanfaat yaitu mengolah menjadi kompos. METODE 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan judul Efektifitas Pemanfaatan Limbah Praktek Laboratorium Pendidikan Tata Boga Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. 2. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan dan uji laboratorium kimia. 44

TEKNOBUGA Volume 4 No.1 November 3. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dengan cek list untuk pengamatan dan uji laboratorium kimia untuk penilaian obyektif. a. Cek list Cek list dipergunakan untuk mengamati perubahan yang terjadi selama proses pembuatan kompos meliputi : suhu, lama waktu,bau, dan warna kompos. b. Penilaian Obyektif Penilaian obyekfif dilakukan dilakukan di laboratorium kimia untuk mengetahui kadar N (nitrogen) dengam metode uji Kjeidahl, dan C (carbon) dengan metode uji AOAC 967.05.2000 dari kompos hasil eksperimen 4. Metode Analisis Data Analisia data dengan menggunakan alalisis diskriptif BAHAN DAN ALAT 1. Alat Alat yang dipergunakan dalam pembuatan kompos yaitu: skop, drum/ keranjang, garpu, karung goni, timbangan, plastik. Paving blok, ayakan, termometer. 2. Bahan Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu limbah paraktek tata boga dan sampah yang berada dilingkungan laboratorium tata boga yang dikelompok menjadi: sampah coklat, sampah hijau, dan sampah campuran. Bahan yang dipergunakan dalam pembuatan kompos yaitu: - Sampah - EM4 CARA KERJA Prosedur pembuatan kompos yaitu: pemisahan dan pemotongan sampah, pencampuran, pematangan/ pemeraman, pengayakan dan pengemasan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian meliputi hasil pengamatan fisik (panca indra) dan hasil analisis kimiawi kompos sampah praktek Tata Boga dan sampah halaman. Pengamatan fisik meliputi: waktu, bau, warna dan suhu. Analisis kimiawi meliputi: kadar N (nitrogen), kadar C (carbon), kadar air, dan kadar abu dari Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri, Kementrian Perindustrian Republik Indonesia Jl. Ki Mangunsarkoro No 6 Semarang. 5.1. Kualitas kompos dari limbah praktek Tata Boga dan sampah halaman Berdasarkan hasil pengamatan pada waktu proses pembuatan kompos yang meliputi: waktu, suhu, bau dan warna. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pembuatan kompos sampah coklat membutuhkan waktu lebih lama bila dibandingkan dengan sampah hijau. Sampah hijau 7 minggu, sampah coklat 8 minggu dan sampah campuran 7 minggu. Bau sampah hijau lebih busuk (amoniak), sampah campuran agak busuk (agak bau amoniak) dan sampah coklat tidak menimbulkan bau busuk. Bau busuk ini 45

TEKNOBUGA Volume 4 No.1 November disebabkan sampah hijau lebih banyak setelah 4 minggu, kompos mengandung Nitrogen yaitu (0,27%) sampah coklat setelah 8 minggu, dibandingkan dengan sampah coklat yaitu 0,23%), kurang oksigen, atau terlalu sedangkan kompos sampah campuran setelah 7 minggu. lembab.warna kompos coklat Tabel :1 Hasil Pengamatan Proses seperti warna tanah, berbentuk butiran Pembuatan Kompos gembur.kompos sampah hijau warna Waktu Suhu ( o C) Bau Warna Y1 Y2 Y3 Y1 Y2 Y3 Y1 Y2 Y3 27-5- 3-6- 10-6- 17-6- 24-6- 1-7- 8-7- 15-7- 22-7- 28 28 28 segar segar Segar Hijau Coklat Coklat segar kehijauan 40 37 39 Bau amoniak Tidak berbau Bau amoniak 28 28 28 Bau Tidak Bau amoniak berbau amoniak 28 28 28 Bau Tidak Tidak amoniak berbau berbau 28 28 28 Bau Tidak Tdak amoniak berbau berbau 28 28 28 Bau Tidak Tidak amoniak berbau berbau 28 28 28 Tidak Tidak Tidak berbau berbau berbau 28 28 28 Tidak Tidak Tidak berbau berbau berbau 28 28 28 Tidak Tidak Tidak berbau berbau berbau 5.2. Lama proses pengomposan limbah praktek Tata Boga dan samapah halaman. Berdasarkan hasil pengamatan pada waktu proses pembuatan kompos lamanya waktu yang dipergunakan (lihat tabel 1) Lama waktu pengomposan Sampah hijau membutuhkan waktu 4 minggu, sampah coklat membutuhkan waktu 8 minggu dan sampah campuran membutuhkan waktu 7 minggu. Lamanya waktu pengomposan Hijau busuk Coklat coklat Hijau Coklat coklat Coklat Coklat coklat Coklat Coklat coklat Coklat Coklat coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang. Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbedabeda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat 46

TEKNOBUGA Volume 4 No.1 November untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri. Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain: Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat. Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen. Ukuran Partikel Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut. Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos. Porositas Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu. Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. 47

TEKNOBUGA Volume 4 No.1 November Kelembaban (Moisture content) Kelembapan memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembapan 40-60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila kelembapan lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap. Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 60 o C menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60 o C akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma. ph Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran ph yang lebar. ph yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. ph kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan ph bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan ph (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan ph pada fase-fase awal pengomposan. ph kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral. 5.3. Kadar N dan C dari kompos hasil limbah praktek Tata Boga dan sampah halaman. Berdasarkan hasil pengujian kadar nitrogen (N) dengan metode Uji Kjeldahl dan carbon (C) dengan metode Uji AOAC 967.05.2000 dari kompos hasil eksperimen dibandingkan dengan kompos yang ada dipasaran sebagai kontrol yang dilakukan dilaboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri kementrian Perindustrian Republik Indonesi Jl. Kimangunsarkora No 6 Semarang didapatkan hasil: nitrogen kompos sampah hijau 0,27% < dari kompos kontrol 0,38%, kompos sampah coklat 0,23% < dari kompos kontrol 0,38%, kompos sampah campuran 0,14% < dari kompos kontrol 48

TEKNOBUGA Volume 4 No.1 November 0,38%. Kadar carbon kompos sampah hijau 7,72% > dari kompos kontrol 6,48%, kompos sampah coklat 8,72% > dari kompos kontrol 6,48%, kompos sampah campuran 1,43%< dari kompos kontrol 6,48% hal ini disebabkan karena sampah coklat lebih banyak mengandung carbon (C) dan sampah hijau lebih banyak mengandung nitrogen (N). (tabel...) Tabel: 2. Hasil Uji Kandungan Kimia Kompos Hasil Eksperimen dan Kontrol. No Parameter Satuan Hasil Analisis Metode Uji Y1 Y2 Y3 Y4 1. Kadar % 0,14 0,23 0,27 0,38 Kjeldahl nitrogen (N) 2. C- Organik % 1,43 8,72 7,72 6,48 AOAC 967.05.2000 7.1.2. Lama waktu pengomposan Y1 : Kompos sampah campuran Y2 : Kompos sampah coklat Y3 : Kompos sampah hijau Y4 : Kompos kontrol Sampah hijau membutuhkan waktu 4 minggu, sampah coklat membutuhkan waktu 8 minggu dan sampah campuran membutuhkan waktu 7 minggu. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 7.1.1. Kompos sampah hijau memiliki kadar nitrogen (N) 0,27% lebih tinggi dari kompos sampak coklat dan campuran, kadar carbon (C) 7,72% lebih tinggi dari kompos sampah campuran lebih rendah dari kompos coklat 8,72% dan kompos sampah hijau membutuhkan waktu lebih cepat di bandingkan sampah coklat dan campuran. 7.1.3. Kadar nitrogen (N) kompos sampah campuran 0,14%, kompos samapah coklat 0,23% dan kompos sampah hijau 0,27%. Kadar carbon (C) kompos sampah campuran 1,43%, kompos sampah coklat 8,72% dan kompos sampah hijau 7,72%. 7.2. Saran Saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 7.2.1. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui cara menghilangkan bau busuk/amoniak pada proses pembuatan kompas sampah hijau dan sampah campuran. 49

TEKNOBUGA Volume 4 No.1 November UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah hasil penelitian yang berjudul Efektifitas Pemanfaatan Limbah Praktek Laboratorium Pendidikan Tata Boga Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan kontribusi pada program studi Pendidikan Tata Boga jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik dalam pengelolaan laboratorium yang berkaitan dengan penanganan limbah praktikum. Dalam penyusunan makalah hasil penelitian ini dapat diselesaikan atas kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Ketua LP2M Universitas Negeri Semarang yang menyetujui kegiatan penelitian ini. 3. Dekan dan pihak Fakultas Teknik yang membantu dalam kelancaran penelitian. 4. Ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dan pihak jurusan yang membantu kelancaran penelitian. 5. Rekan-rekan peneliti yang membantu kelancaran dalan proses penelitian. Kami menyadari bahwa makalah hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami memohon maaf yang sebesarbesarnya dan mengharapkan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah hasil penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifudin. 2015. Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar alamtani.com/cara membuat kompos.html alamtani.com/pupuk.kompos.html agroteknologi.web.id/pengertian-dan-definisikompos/ daunijo.com/mengolah-sampah-rumahtangga-menjadi-kompos-pupukorganik/ https://id.wikipedia.org/wiki/kompas https:www.youtube.com/watch?u=tpnz-9 9 - BUM https//www.merdeka.com/peristiwa/4.langkah -mengolah0sampah-rumah-tanggajadi-kompos-html/ www.agrotani.com/cara-membuat-pupukkompos-menggunakan-em4/ www.distributorpupukorganik.com/2015/10/c ara-membuat-pupuk-kompos-darisampah.html www.lintangsore.com/2016/05/caramembuat-pupuk-kompossederhana.html 50