Bab II Tinjauan Pustaka
|
|
- Susanti Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Sampah Sampah merupakan barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi. Pada kenyataannya, sampah menjadi masalah yang selalu timbul baik di kota besar maupun di daerah-daerah. Berbagai cara dalam mengatasi akumulasi sampah ini telah menjadi program rutin pemerintah daerah (Suriawiria, 2002). II.1.1 Klasifikasi Sampah Sampah dapat diklasifikasikan menurut sumber, bentuk, jenis, sifat, dan toksisitasnya. Berdasarkan sumbernya, sampah dapat digolongkan menjadi sampah domestik, yaitu sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia secara langsung, misalnya sampah rumah tangga dan sampah pasar, dan sampah non domestik, yaitu sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia secara tidak langsung, misalnya limbah pabrik dan sampah dari peternakan. Sedangkan berdasarkan bentuknya, sampah digolongkan sebagai sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari bahan-bahan padat, lalu sampah cair, yaitu sampah yang berbentuk cair atau terlarut dalam cairan, dan sampah udara, biasanya disebut sebagai polusi udara. Berdasarkan jenisnya, sampah dapat digolongkan menjadi dua yaitu sampah organik, yaitu sampah yang berasal dari senyawa organik, misalnya sisa tanaman, makanan, ataupun kotoran hewan. Lalu sampah anorganik, yaitu sampah yang berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi atau dari proses industri, misalnya plastik, kaca, dan logam. Berdasarkan sifatnya, sampah digolongkan dalam kelompok mudah terdegradasi, umumnya sampah organik termasuk dalam kelompok ini, dan sukar terdegradasi, umumnya sampah anorganik seperti plastik dan kaca.
2 5 Menurut toksisitasnya, sampah dikelompokkan menjadi dua yaitu sampah non toksik dan sampah toksik. Pengelompokkan menurut toksisitas sangat berguna untuk pemilihan metode yang tepat dan standar keselamatan kerja dalam mengolah sampah (Suriawiria, 2002). II.1.2 Pertumbuhan Sampah Kota Sampah di kota besar sangat bervariasi. Timbulan sampah kota Bandung pada tahun 2003 ditunjukkan dengan tabel berikut. Tabel 1. Timbulan Sampah kota Bandung pada tahun 2003 No. Sumber Timbulan Sampah (m 3 /hari) 1 Pemukiman Komersial Industri Pasar Tradisional Fasilitas Umum Sapuan Jalan Lainnya - Jumlah Sumber: PD Kebersihan Kota Bandung (2003) Pengelolaan Kebersihan Kota Bandung Data menunjukkan bahwa sumber timbulan sampah kota Bandung tertinggi adalah sampah yang berasal dari pemukiman. Sedangkan komposisi sampah kota Bandung sendiri menunjukkan jumlah terbanyak adalah sampah basah atau sampah organik. Sampah organik mencapai lebih dari 70% dari total sampah kota yang dihasilkan kota Bandung. Tahun 2007 ini diperkirakan timbulan sampah per hari semakin meningkat dan menghasilkan sampah yang jumlahnya setara dengan kota besar seperti Surabaya dan Jakarta dengan adanya akumulasi timbulan sampah Kabupaten Bandung, Kotamadya Bandung dan Cimahi (PD Kebersihan, 2003). Pertumbuhan sampah yang makin cepat sempat mengakibatkan bom sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Leuwigajah pada tahun 2005 dimana jumlah
3 6 sampah telah melewati kapasitas maksimum TPA dan mengakibatkan beberapa korban jiwa penduduk setempat. Oleh karena itu pengolahan sampah menjadi topik yang menarik untuk dilakukan dimana permasalahan yang dihadapi riil sehingga dapat dilanjutkan menjadi proyek penelitian pemerintah dan dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan standar lingkungannya. II.1.3 Sampah Organik Sampah kota di setiap kota besar, termasuk di kota Bandung, sebagian besar merupakan jenis sampah organik. Tabel 2. Komposisi Sampah di Semarang, Bandung dan Jakarta tahun 1995 Komposisi (%) Semarang Bandung Jakarta Bahan Organik 68,75 73,25 73,92 Kertas 5,45 9,70 10,18 Plastik 14,15 8,58 7,86 Logam - 0,50 2,04 Kulit - 0,40 0,55 Kayu - 3,60 0,98 Tekstil - 0,90 1,57 Gelas 0,16 0,43 1,75 Lain-lain 5,97 2,64 1,22 Sumber: BPPT. (1998) Teknologi Pembuatan Pupuk Organik (KOMPOS) dari Sampah Kota, diakses tanggal 30 Maret 2003 Jadi dengan mengolah bahan organik dari sampah kota, permasalahan sampah dapat direduksi 70% lebih dari total sampah yang dibuang tiap harinya. Karakteristik dari sampah organik telah banyak diteliti untuk memperoleh kandungan senyawa organik dan kimia dari sampah. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya racun selama proses pembuangan dan menjaga kondisi tanah di lokasi pembuangan sampah. Berdasarkan beberapa data analisa yang telah
4 7 dilakukan peneliti sebelumnya, kandungan kimia yang terdapat di dalam sampah sisa tanaman adalah sebagai berikut : Tabel 3. Kandungan sampah sisa tanaman Kandungan Persentasi Air 10-60% Senyawa Organik 25-35% Nitrogen 0,4-1,2% Fosfor 0,2-0,6% Kalium 0,8-1,5% Kapur 4-7% Karbon 12-17% Pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos merupakan biokonversi yang sangat baik dimana sampah yang merupakan masalah dikonversi menjadi pupuk tanaman yang memiliki kandungan unsur hara yang tinggi dimana unsur hara ini merupakan komponen utama metabolisme pada tanaman (Suriawiria, 2002). II.2 Kompos dari Sampah Organik Kompos merupakan hasil dekomposisi biologis dari sampah organik oleh mikroba, jamur, cacing, dan organisme lain dimana kondisi proses terkendali dan terdapat oksigen selama proses. Dalam penelitian ini dilakukan sampling pada tempat pengkomposan skala kawasan di TPS (Tempat Pembuangan Sementara) RW 11 Cibangkong Bandung. Pemilihan tempat pengkomposan tersebut karena pencapaian temperatur yang cukup tinggi pada fase utamanya. II.2.1 Jenis Kompos Kompos dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu kompos hijau (green compost) dan kompos coklat (brown compost). Kompos hijau merupakan kompos dengan kandungan nitrogen yang cukup besar, biasanya diperoleh dari sumber daundaunan dan kotoran hewan, sedangkan kompos coklat merupakan kompos dengan
5 8 kandungan karbon yang cukup besar. Jenis kompos tersebut dapat ditentukan dengan melihat rasio C/N material. II.2.2 Manfaat Kompos Kompos memiliki banyak manfaat terutama dalam bidang pertanian. Peranan kompos menyangkut tanah adalah di dalam mempertahankan dan meningkatkan sifat fisik, biologis dan kimia tanah. Terutama sifat fisik tanah yang mudah sekali berubah bergantung pada cuaca dan kondisi lingkungan sekitar. Hal ini memberikan banyak keuntungan kepada para petani dalam mengolah tanah pertaniannya. Kompos sebagai pupuk organik memiliki beberapa fungsi yang berkaitan dengan perannya sebagai penahan dan peningkat fungsi fisik tanah. Fungsi pertama adalah untuk mengatur kelembaban tanah. Kondisi tanah yang lembab mengakibatkan kehidupan mikroorganisme dan proses metabolisme tanah dapat berjalan dengan baik. Kompos juga berguna sebagai pengatur sirkulasi keadaan oksigen di dalam tanah, sedangkan oksigen sangat diperlukan dalam kehidupan mikroorganisme tanah. Selain itu, kompos dapat mempermudah penetrasi akar di dalam tanah. Penetrasi akar di dalam tanah merupakan cara tanaman memperoleh nutrient. Fungsi kompos yang lain adalah untuk membentuk tanah menjadi resapan air yang baik. Hal ini sangat berguna dalam bidang konservasi air tanah dimana kesuburan tanah dapat terjaga. Kompos juga berguna sebagai sumber untuk unsurunsur mikro dan zat pertumbuhan bagi tanaman dari dalam tanah. Pertumbuhan, perkembangan, bahkan kesehatan tanaman bergantung dari kandungan organik yang cukup sehingga makin baik komposisi kandungannya makin baik pula hasil tanamannya. Karakter tekstur dan sifatnya membuat kompos berguna dalam pengaturan penyerapan unsur-unsur oleh akar. Kondisi ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk oleh tanaman.
6 9 Sifat fisik tanah yang baik akan berpengaruh pula terhadap sifat biologis dan kimia tanah namun sifat biologis dan kimia juga dipengaruhi oleh iklim serta letak geografis dari tanah tersebut sehingga kompos kurang berperan secara langsung (Suriawiria, 2002; Buurman, et al., 1996). II.2.3 Komposisi dan Parameter Kualitas Kompos Komposisi kandungan kompos yang baik buat tanah dan tanaman dipengaruhi oleh beberapa parameter utama. Parameter tersebut meliputi rasio C/N, kelembaban (moisture), aerasi atau pengaliran udara, suhu, ukuran partikel, ph, kandungan nutrisi, dan agitasi atau pembalikan dan pencampuran selama proses. Kualitas kompos juga ditentukan dari warna dan teksturnya yang berubah. Kompos tersebut telah matang jika tekstur bersifat gembur dan dapat hancur dipegang tangan serta warnanya telah berubah coklat kehitaman. Penentuan rasio C/N menunjukkan jenis kompos dan laju proses degradasi sampah organik. Dalam menentukan rasio C/N biasanya dilakukan dengan penentuan total karbon dan penentuan total nitrogen. Metode yang umum digunakan dalam menentukan total karbon organik adalah titrasi oksidasi K 2 Cr 2 O 7 dan total nitrogen adalah titrasi Kjeldahl. Telah diteliti sebelumnya bahwa setiap material organik memiliki jumlah total karbon yang lebih besar daripada jumlah total nitrogen sehingga nilai rasio C/N tidak mungkin kurang dari 1,0. Sedangkan rasio C/N pada fase optimum sekitar 30 hingga 35 dan kompos yang sudah jadi memiliki rasio C/N di bawah 20 (Leifeld, et al., 2002). Kandungan air atau kelembaban sangat mempengaruhi kompos oleh karena itu dalam tempat sampling dilakukan penyemprotan air saat kondisi udara kering. Jika kondisi cuaca hujan atatu basah, air lindi dari kompos tersebut langsung terserap ke dalam tanah sehingga tidak diperlukan pengeringan lagi. Kelembaban yang baik untuk kompos yang telah jadi sekitar 60% (Leifeld, et al., 2002).
7 10 Aerasi berguna untuk kehidupan mikroorganisme dalam proses pengkomposan. Mikroba harus mendapatkan oksigen yang cukup untuk hidup. Penelitian ini menggunakan proses open windrow sehingga aerasi dilakukan bersamaan dengan agitasi. Proses agitasi atau pencampuran berfungsi untuk mengkondisikan kompos agar tetap homogen dengan membalik tumpukan kompos tersebut dan terkadang memindahkan ke tempat yang baru (Florida Online Composting Center, diakses tanggal 4 Agustus 2003). Temperatur yang baik selama proses pengkomposan antara 35 hingga 70 o C. Peningkatan temperatur di atas suhu 70 o C mengakibatkan terjadinya supresi mikroba termofilik kompos probiotik normal dan menumbuhkan mikroba baru jenis ekstrimofilik yang masih belum diketahui efeknya terhadap kualitas kompos. Temperatur akan menurun saat proses pengkomposan dengan mikroba telah berakhir. Ukuran partikel menentukan kecepatan degradasi sampah karena semakin kecil ukuran partikel, maka proses degradasi akan semakin cepat. Sedangkan ph selama proses tidak berpengaruh namun ph pada hasil kompos berpengaruh pada tanaman. ph tanah yang dipengaruhi kompos memiliki efek pada pertumbuhan tanaman. Faktor lainnya adalah kandungan nutrisi yang merupakan sumber kebutuhan tanaman terutama nitrogen, fosfat, dan kalium (Leifeld, et al., 2002). Tetapi perkembangan teknik dan metode mikrobiologi yang berkembang akhirakhir ini dan berbagai penemuan mengenai mikroba tanah dan kompos menyebabkan komunitas mikroba yang ada dalam proses pengkomposan ternyata juga mempengaruhi komposisi kompos sehingga dimasukkan pula menjadi salah satu parameter dalam menentukan kualitas kompos. Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai jenis-jenis mikroba kompos dengan cepat dan memiliki informasi yang lengkap (Koschinsky, et al. 1999, Steger, et al. 2003, Yang, et al. 2007; Zhou, et al. 1996, Frank-Whittle, et al., 2005).
8 11 II.2.4 Proses Pengkomposan Proses pengkomposan secara umum dapat dilihat pada gambar 1 tetapi dalam skala besarnya dapat dibagi dalam beberapa tahapan sejak sampah kota (raw waste material) masuk ke dalam tempat pemrosesan. Tahapan yang pertama adalah sortasi sampah yang bertujuan untuk memisahkan sampah organik dari bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan. Selanjutnya tahap kedua yaitu pembuatan tumpukan atau penentuan teknologi pengkomposan yang paling sesuai dengan lokasi dan kapasitas tempat. Tahap ketiga adalah perlakuan terhadap kompos yaitu melakukan pembalikan atau agitasi selang beberapa waktu, kemudian menjaga kandungan air dalam kompos dengan penyiraman jika mulai kering, serta memperhatikan perubahan temperatur selama proses pengkomposan dimana temperatur akan meningkat selama proses degradasi oleh mikroba pengkomposan. Sampah Organik Karbon, Nitrogen, Fosfor, Kalium MIKROORGANISME DALAM SAMPAH Sampah terdegradasi Rasio C/N ideal 30 Karbon, Nitrogen, Fosfor, Kalium MIKROORGANISME BEKERJA Kompos matang Rasio C/N 10-20, ph Karbon, Nitrogen, Fosfor, Kalium MIKROORGANISME MATI Air dan Oksigen Energi panas Karbon dioksida Air Suhu puncak TAHAP INISIASI TAHAP PENDINGINAN DAN PEMATANGAN Gambar 1. Diagram alir proses dasar pengkomposan. Sampah organik memiliki rasio C/N awal 60 kemudian menurun hingga 30 saat suhu tertinggi, baru kemudian mencapai 20 saat kompos telah matang. Proses degradasi oleh mikroba berakhir saat penurunan suhu telah terjadi. Selanjutnya pada fase pendinginan diperoleh kompos yang matang (BPPT, 1998.
9 12 Teknologi Pembuatan Pupuk Organik (KOMPOS) dari Sampah Kota, diakses tanggal 30 Maret 2003). Tahap keempat adalah pengayakan untuk mendapatkan ukuran partikel kompos yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan. Pengayakan juga berfungsi sekaligus untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses sortasi. Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan lagi ke dalam tumpukan yang baru dan bahan yang lolos dari proses sortasi dibuang sebagai residu. Selanjutnya tahap terakhir dari runtutan produksi kompos adalah pengemasan dimana kompos yang telah diayak dikemas ke dalam kantung plastik kedap air atau karung. II.3 Metoda Pembuatan Kompos dan Reaktor Kompos Dalam pengolahan sampah organik menjadi kompos terdapat beberapa strategi pengolahannya. Strategi tersebut dipengaruhi beberapa faktor antara lain suhu optimum yang ingin dicapai, ketersediaan tempat dan lahan, kontinuitas proses, dan hasil serta kualitas kompos yang diproduksi. Beberapa teknologi pembuatan kompos dapat dijelaskan dari tabel 4 tetapi perkembangan dalam teknologi pengkomposan masih berkembang dan tidak tertutup kemungkinan untuk inovasi teknik pengkomposan yang baru. Metode sanitary landfill yang merupakan salah satu teknik pengolahan sampah tidak termasuk dalam teknologi pembuatan kompos karena tidak perlu dilakukan sortasi sampah untuk mendapatkan sampah organiknya saja dan tidak secara spesifik bertujuan untuk menghasilkan kompos. Kompos yang digunakan untuk penelitian diproduksi dari reaktor yang telah diatur kondisinya. Biasanya kondisi yang diperhatikan adalah asupan aerasi, kandungan air, penambahan zat-zat kimia dan zat keluaran selama proses antara lain adalah air lindi dan gas yang dihasilkan (Leifeld, et al., 2002).
10 13 Tabel 4. Jenis metoda pengkomposan. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan biasanya teknologi pengkomposan disesuaikan dengan kapasitas timbulan sampah, ketersediaan lahan, dan tujuan pengkomposan. (Principles and practice : compost sampling for lab analysis) No. Metode Ilustrasi Keterangan Pengkomposan 1. Home Bin Biasanya merupakan reaktor pengkomposan sederhana di rumah tangga. Kapasitasnya tidak besar dan pemasukan sampah dilakukan kontinu tiap hari. 2. Turned Berupa tumpukan sampah Windrow / organik yang disusun Open Windrow horizontal memanjang agar udara dapat lewat di sela-sela tumpukan. Biasanya sumber sampah organik berskala kawasan RT atau RW. Pemasukan sampah tidak dilakukan tiap hari tetapi setiap seminggu sekali dibuat tumpulkan baru. 3. Static Piles Tumpukan sampah yang disusun secara statis dan dibiarkan hingga mengalami proses pengkomposan alami. Pada bagian tengah tumpukan sering terjadi proses pengkomposan anaerobik.
11 14 4. Agitated Bin Tumpukan sampah organik yang ditumpuk di atas sebuah bejana yang dapat dibalik (proses agitasi). Agitasi atau pembalikan biasa dilakukan setiap 3 hari hingga seminggu sekali, tergantung dari kapasitas bejana dan proses eksotermik yang terjadi. 5. Enclosed Bejana pengkomposan yang Vessel memiliki bentuk vertikal sehingga dapat menghemat lahan. Sampah organik dimasukkan dari atas bejana dan hasil kompos dipanen dari dasar bejana. Proses pengkomposan terjadi bertahap dari atas ke bawah secara vertikal. 6. Rotating Bejana pengkomposan yang Vessel berbentuk silindris dengan posisi horizontal. Secara berkala silinder diputar untuk mendapatkan efek agitasi dan homogenisasi kompos. Metoda ini baik digunakan untuk mendapatkan hasil kompos yang homogen dan bertekstur lebih halus.
12 15 7. Cure Pile Metoda pengkomposan ini mirip dengan static pile tetapi pada tumpukan yang sama selalu ditambah dengan timbulan sampah yang baru. Pemanenan hasil kompos biasanya setelah selang beberapa bulan dan diambil dari bagian tengah dasar tumpukan. 8. Bagged Product Proses pengkomposan dengan cara dibungkus satu persatu. Metoda ini biasanya tidak dilakukan sejak awal proses pengkomposan tetapi saat kompos memasuki fase pendinginan dan pematangn yaitu saat temperatur mulai turun. Metode ini dapat menghemat tempat kompos dan menyediakan tempat baru untuk sampah organik yang baru datang. 9. Fresh Debris Metoda ini merupakan versi kontinu dari metoda cure-pile. Setiap sampah yang baru datang ditumpuk di gundukan baru. Metoda ini membutuhkan lahan yang agak besar.
13 Bench-Lab Unit Metoda ini merupakan proses pengkomposan terkendali yaitu dengan mengatur asupan dan keluaran selama proses pengkomposan sehingga diperoleh hasil yang diinginkan. Reaktor yang digunakan biasanya didesain secara khusus dan tidak memiliki kapasitas yang besar.
Bab IV Hasil Dan Pembahasan
Bab IV Hasil Dan Pembahasan IV.1 Reaktor dan Proses Pengkomposan Skala Kecil IV.1.1 Reaktor Kompos Desain awal reaktor pengkomposan merupakan konsep sederhana dari tempat sampah biasa yang memiliki lubang
Lebih terperinciPEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )
PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis
IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Organik Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,
Lebih terperinciCARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO
CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Kandungan Limbah Lumpur (Sludge) Tahap awal penelitian adalah melakukan analisi kandungan lumpur. Berdasarkan hasil analisa oleh Laboratorium Pengujian, Departemen
Lebih terperinciKompos Cacing Tanah (CASTING)
Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan
Lebih terperinciBakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas
Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA II.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Lumpur Water Treatment Plant Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang dari aktifitas manusia maupun proses alam yang tidak atau belum mempunyai nilai ekonomis.
Lebih terperinciPEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI
PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.
1 I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Salah satu limbah peternakan ayam broiler yaitu litter bekas pakai pada masa pemeliharaan yang berupa bahan alas kandang yang sudah tercampur feses dan urine (litter broiler).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan
Lebih terperinciPemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan
TEMU ILMIAH IPLBI 26 Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan Evelin Novitasari (), Edelbertha Dalores Da Cunha (2), Candra Dwiratna Wulandari (3) () Program Kreativitas Mahasiswa,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Unsur Hara Makro Serasah Daun Bambu Analisis unsur hara makro pada kedua sampel menunjukkan bahwa rasio C/N pada serasah daun bambu cukup tinggi yaitu mencapai
Lebih terperinciPengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair
Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair Pupuk Organik Unsur hara merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan
Lebih terperinciP e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN
PENDAHULUAN Tanah yang terlalu sering di gunakan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan persediaan unsur hara di dalamnya semakin berkurang, oleh karena itu pemupukan merupakan suatu keharusan
Lebih terperinciPEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017
PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017 AKTIVITAS MANUSIA PRODUK SISA/SAMPAH/ LIMBAH PEMILAHAN LAIN-LAIN PLASTIK ORGANIK 3
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidroponik Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak keuntungan seperti: 1)
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
17 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi persawahan dan rumah kompos Dept. Teknik Sipil dan Lingkungan IPB di Kelurahan Margajaya, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak
Lebih terperinciX. BIOREMEDIASI TANAH. Kompetensi: Menjelaskan rekayasa bioproses yang digunakan untuk bioremediasi tanah
X. BIOREMEDIASI TANAH Kompetensi: Menjelaskan rekayasa bioproses yang digunakan untuk bioremediasi tanah A. Composting Bahan-bahan yang tercemar dicampur dengan bahan organik padat yang relatif mudah terombak,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo selama 3.minggu dan tahap analisis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :
SKRIPSI Pengaruh Mikroorganisme Azotobacter chrococcum dan Bacillus megaterium Terhadap Pembuatan Kompos Limbah Padat Digester Biogas dari Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Disusun Oleh: Angga Wisnu
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS
31 JTM Vol. 05, No. 1, Juni 2016 PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS Dicky Cahyadhi Progam Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama
Lebih terperinciBagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH
SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 26 PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK Riskha Septianingrum dan Ipung Fitri Purwanti purwanti@enviro.its.ac.id
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU KOMPOS (SAMPAH ORGANIK PASAR, AMPAS TAHU, DAN RUMEN SAPI) TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS KOMPOS
PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU KOMPOS (SAMPAH ORGANIK PASAR, AMPAS TAHU, DAN RUMEN SAPI) TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS KOMPOS EFFECT OF COMPOST COMPOSITION OF RAW MATERIALS (WASTE ORGANIC MARKET, SOYBEAN
Lebih terperinciMetode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:
15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari sebuah pembangunan. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang makin meningkat drastis akan berdampak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah merupakan zat- zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun dari pabrik sebagai sisa industri
Lebih terperinciPengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 1, Januari 2010, Halaman 43 54 ISSN: 2085 1227 Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan Teknik Lingkungan,
Lebih terperinciB P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN
B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya
Lebih terperinciPENGARUH KADAR AIR TERHADAP HASIL PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE COMPOSTER TUB
Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, Edisi Spesial 2017 114 PENGARUH KADAR AIR TERHADAP HASIL PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE COMPOSTER TUB Sindi Martina Hastuti 1, Ganjar Samudro 2, Sri Sumiyati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang
Lebih terperinciPENGELOLAAN PERSAMPAHAN
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas
Lebih terperinciPengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG
Pengolahan Sampah Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember 2017 PENDAHULUAN Latar Belakang: Penanganan sampah/problem tentang sampah khususnya di daerah perkotaan belum bisa teratasi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Mei 2008. Bahan dan Alat
Lebih terperinciEVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS
Makalah EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS STUDI KASUS : UPT PENGOLAHAN SAMPAH DAN LIMBAH KOTA PROBOLINGGO IKA KRISTINA DEWI NRP. 3108 040 701 12/15/2008 1. PENDAHULUAN
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS
SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS Oleh : Selly Meidiansari 3308.100.076 Dosen Pembimbing : Ir.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahanbahan yang dapat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Bedding kuda didapat dan dibawa langsung dari peternakan kuda Nusantara Polo Club Cibinong lalu dilakukan pembuatan kompos di Labolatorium Pengelolaan Limbah
Lebih terperinciPERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )
PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) Pendahuluan Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya
Lebih terperinciBAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI
BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI 6.1. Uraian Proses Produksi Yang dimaksud dengan industri perkayuan di sini adalah industri yang menggunakan kayu setengah jadi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan sampah sisa produksi yang sudah tidak terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Sebagian orang mengatakan bahwa limbah
Lebih terperinciPENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN
PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN Disusun Oleh: Ir. Nurzainah Ginting, MSc NIP : 010228333 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 2007 Nurzainah Ginting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang
Lebih terperinciPEMBUATAN KOMPOS SECARA AEROB DENGAN BULKING AGENT SEKAM PADI
21 PEMBUATAN KOMPOS SECARA AEROB DENGAN BULKING AGENT SEKAM PADI Christina Maria Dewi 1), Dewi Mustika Mirasari 1), Antaresti 2), Wenny Irawati 2) Email : Resti@mail.wima.ac.id ABSTRAK Pengomposan merupakan
Lebih terperinciPENGOLAHAN SAMPAH SAYUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAKAKURA SERTA PENGARUH EM4 DAN STATER DARI TEMPE PADA PROSES PEMATANGAN KOMPOS.
PENGOLAHAN SAMPAH SAYUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAKAKURA SERTA PENGARUH EM4 DAN STATER DARI TEMPE PADA PROSES PEMATANGAN KOMPOS Kelompok 11 A AYU IRLIANTI CHAERUL REZA FARADIBA HIKMARIDA ZUHRIDA AULIA
Lebih terperinciBAB 6. BAHAN ORGANIK DAN ORGANISME TANAH
BAB 6. BAHAN ORGANIK DAN ORGANISME TANAH 6.1. Pendahuluan Tanah merupakan sumber hara tanaman. Bahan yang merupakan sumber hara tanaman ada yang berbentuk organik dan anorganik. Bahan organik dalam tanah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Organik Menurut Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
Lebih terperinciPengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1
Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) Mojosongo Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR NIM K 5410012 P. Geografi FKIP UNS A. PENDAHULUAN Sebagian
Lebih terperinciBAB VIII UJI KUALITAS KOMPOS SAMPAH ORGANIK HALAMAN KANTOR GEOSTECH PUSPIPTEK SERPONG. Rosita Shochib, Ikbal, Firman L. Sahwan, Sri Wahyono, Suyadi
BAB VIII UJI KUALITAS KOMPOS SAMPAH ORGANIK HALAMAN KANTOR GEOSTECH PUSPIPTEK SERPONG Rosita Shochib, Ikbal, Firman L. Sahwan, Sri Wahyono, Suyadi ABSTRAK Gedung Geostech merupakan salah satu gedung perkantoran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.
Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran
Lebih terperinciLimbah dan Pemanfaatannya. Telco 1000guru dengan SMA Batik 1 Solo 23 Februari 2012
Limbah dan Pemanfaatannya Telco 1000guru dengan SMA Batik 1 Solo 23 Februari 2012 Apa sih limbah itu? Sisa proses produksi Bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan
18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar
Lebih terperinciKata kunci: jerami padi, kotoran ayam, pengomposan, kualitas kompos.
I Ketut Merta Atmaja. 1211305001. 2017. Pengaruh Perbandingan Komposisi Jerami dan Kotoran Ayam terhadap Kualitas Pupuk Kompos. Dibawah bimbingan Ir. I Wayan Tika, MP sebagai Pembimbing I dan Prof. Ir.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 45 hari), termasuk dalam famili Brassicaceae. Umumnya, pakchoy jarang dimakan mentah,
Lebih terperinciPotensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat
Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat Oleh: Thia Zakiyah Oktiviarni (3308100026) Dosen Pembimbing IDAA Warmadewanthi, ST., MT., PhD Latar
Lebih terperinciUji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI
Uji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Biologi Oleh:
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii
ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii ABSTRAK... ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian... 2 1.3
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Provinsi Lampung. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan penghasil sayuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang kesuburannya, hal tersebut dikarenakan penggunaan lahan dan pemakaian pupuk kimia yang terus menerus tanpa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.
Suhu o C IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahap 1. Pengomposan Awal Pengomposan awal bertujuan untuk melayukan tongkol jagung, ampas tebu dan sabut kelapa. Selain itu pengomposan awal bertujuan agar larva kumbang
Lebih terperinciKarakteristik Limbah Padat
Karakteristik Limbah Padat Nur Hidayat http://lsihub.lecture.ub.ac.id Tek. dan Pengelolaan Limbah Karakteristik Limbah Padat Sifat fisik limbah Sifat kimia limbah Sifat biologi limbah 1 Sifat-sifat Fisik
Lebih terperinciBAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan
BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, industri tepung aren menghasilkan limbah cair dan limbah padat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, industri tepung aren menghasilkan limbah cair dan limbah padat. Limbah cair berasal dari proses pemarutan/pelepasan pati dari serat dan pengendapan tepung
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan tersebut membawa
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan bagian dari fraksi organik yang telah mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian atau keseluruhan menjadi satu dengan
Lebih terperinciPELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER
PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER Anitarakhmi Handaratri, Yuyun Yuniati Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ma Chung Email: anita.hand@gmail.com, yuyun.yuniati@machung.ac.id
Lebih terperinciPENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN
PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM
Lebih terperinciIklim Perubahan iklim
Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia
Lebih terperinciPEMBUATAN PUPUK ORGANIK
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
Lebih terperinciBAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS
BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan
Lebih terperinciPUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011
PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami definisi pupuk kandang, manfaat, sumber bahan baku, proses pembuatan, dan cara aplikasinya Mempelajari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengetahu, parameter yang berperan dalam komposting yang meliputi rasio C/N. ph. dan suhu selama komposting berlangsung.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Pada penelitian ini dilakukan penelitian pendahuluan, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menguji bahan masing-masing reaktor sesudah diadakannya peneampuran bahan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Salah satu tantangan pertanian Indonesia adalah meningkatkan produktivitas berbagai jenis tanaman pertanian. Namun disisi lain, limbah yang dihasilkan dari proses
Lebih terperinciSMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1
SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1 1. Cara mengurangi pencemaran lingkungan akibat rumah tangga adalah... Membakar sampah plastik dan kertas satu minggu
Lebih terperinciOleh: ANA KUSUMAWATI
Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura berjenis umbi lapis yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta
Lebih terperinciSTRATEGI MEMPERPANJANG UMUR TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR (TPA) SAMPAH DI INDONESIA
JRL Vol. 4 No.1 Hal 27-38 Jakarta, Januari 2008 ISSN : 2085-3866 STRATEGI MEMPERPANJANG UMUR TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR (TPA) SAMPAH DI INDONESIA Adi Mulyanto Balai Teknologi Lingkungan (BTL), BPPT Gedung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah
Lebih terperinciPEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN
PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN Oleh: Siti Marwati Jurusan Penidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Pendahuluan Disadari atau tidak,
Lebih terperinciKEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN
KEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN Budi Nining Widarti, Sinta Devie, Muhammad Busyairi Fakultas Teknik Universitas Mulawarman email :
Lebih terperinciPENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd
PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal
Lebih terperinci