BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS DI KELAS X

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. (SMA) Muhammadiyah 1 Karanganyar yang beralamat di Jl. Brigjen Slamet

DEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DEIKSIS PERSONA DALAM TEKS DONGENG ANAK DI KORAN KOMPAS KLASIKA MINGGU (Sebuah Analisis Wacana)

KOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA KORAN REPUBLIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS

BAB III METODE PENELITIAN

BENTUK PENGACUAN EKSOFORA PADA BAGIAN LATAR BELAKANG SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI PERGURUAN TINGGI UMS, UNS DAN UNIVET

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Istilah deskriptif berasal dari dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

III. METODE PENELITIAN. deiksis pada wacana tulis dalam Kakilangit pada majalah Horison edisi 2012.

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

PARTISIPAN SERTA KONTEKS SITUASI DAN SOSIAL BUDAYA PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. merupakan cara untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan semula suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari masyarakat. Dalam bahasa Indonesia contoh onomatope misalnya

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data penelitianya (Arikonto, 2013: 203). Metode yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut

PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM CERITA PENDEK PADA SURAT KABAR JAWA POS EDISI JANUARI PEBRUARI 2012

ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan

REFERENSI DALAM WACANA TULIS PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI JANUARI 2010 NASKAH PUBLIKASI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

Kelas Tema Materi Waktu P1 Diri sendiri Mendengarkan

DEIKSIS DALAM BERITA UTAMA HARIAN SOLOPOS BULAN DESEMBER 2010 (SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK)

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi,

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak tanda,

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam bab ini dibicarakan tentang metode penelitian, teknik pengumpul data,

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

PEMAHAMAN MAKNA LINTAS GENERASI PADA SINGKATAN SMS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kompas edisi Senin bulan Februari Data itu diambil dari rubrik politik dan hukum, opini,

BAB I PENDAHULUAN. dengan fukushi. Fukushi adalah kata yang dipakai untuk menerangkan yougen

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

WACANA KARTUN EDITORIAL OOM PASIKOM PADA RUBRIK OPINI HARIAN KOMPAS: SUATU TINJAUAN PRAGMATIK SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB III METODE PENELITIAN

KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA KISAH NABI MUHAMMAD SAW DALAM BUKU KISAH-KISAH TELADAN 25 NABI DAN RASUL KARYA MB.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4)

KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL PADA ANTOLOGI CERPEN BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai Derajat Sarjana S-1

JENIS, FUNGSI, DAN PETA PENGACUAN EKSOFORA DALAM WACANA OPINI JAWA POS EDISI SEPTEMBER-OKTOBER 2013

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode naturalistik (Sugiyono, 2015: 2). Begitu pula dengan penelitian tentang penggunaan deiksis persona ini berkaitan dengan hal-hal khususnya fenomena kebahasaan yang bersifat natural. Artinya, data yang dikumpulkan berasal dari sumber data yang ada dalam masyarakat tanpa ada campur tangan dari penulis. Mahsun mengatakan, penelitian bahasa juga bersifat empiris, maksudnya bahwa fenomena lingual yang menjadi objek penelitian bahasa itu adalah fenomena yang benar-benar hidup dalam pemakaian bahasa, jadi benar-benar bersumber pada fakta lingual yang senyatanya digunakan oleh penutur (2005:3). Selanjutnya ditegaskan oleh Sutopo bahwa, metode yang digunakan penulis menekankan catatan yang menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data (2002:35). Jadi dalam mencari pemahaman, penelitian kualitatif cenderung tidak memotong halaman cerita dan data lainnya dengan simbol-simbol angka. Penulis berusaha menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa, sedekat mungkin dengan bentuk aslinya seperti yang waktu dicatat. Penelitian ini mengkaji mengenai unsur eksternal dari kajian wacana yang berupa penggunaan deiksis persona pada teks dongeng anak beserta pengacuan 35

36 dan pembalikan deiksis persona. Selain itu dilakukan juga analisis konteks situasi dan konteks sosial kultural yang melingkupi lahirnya penggunaan deiksis persona tersebut. Penelitian ini membutuhkan lima tahapan, yaitu (1) pengumpulan data, (2) klasifikasi data, (3) analisis unsur eksternal dari kajian wacana, yang meliputi penggunaan deiksis persona, pengacuan deiksis persona dan pembalikan deiksis persona, (4) analisis konteks situasi dan sosial kultural dan (5) menyimpulkan hasil analisis data. B. Data dan Sumber Data Sudaryanto (2015: 6) mengatakan bahwa, data dipahami sebagai fenomen lingual khusus yang mengandung dan berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud, sedangkan menurut Subroto (2007:38), data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam (dalam arti luas) yang harus dicari/ dikumpulkan dan dipilih oleh penulis. Namun, keduanya tersebut dapat dimengerti bahwa, data kebahasaan berupa fenomena-fenomena kebahasaan apapun yang sesuai dengan segi-segi tertentu yang diteliti. Data berbeda dengan objek penelitian. Sebagai bahan penelitian, maka di dalam data terkandung objek penelitian dan unsur lain yang membentuk data yang disebut konteks (objek penelitian). Jadi tidak lain data adalah objek penelitian plus konteks. Sumber data dalam penelitian ini adalah salah satu rubrik di dalam koran Kompas Klasika Minggu, yaitu rubrik Nusantara Bertutur tahun 2015. Sumber data ini merupakan sumber data satu-satu yang digunakan penulis dalam penelitian ini. Adapun objek dalam penelitian ini adalah deiksis persona, sedangkan data yang diambil berupa kalimat-kalimat yang mengandung deiksis

37 persona pada dongeng anak dalam rubrik Nusantara Bertutur di koran Kompas Klasika Minggu. Data yang diambil berdasarkan teknik purposive, yaitu pengambilan data berdasarkan keputusan dari penulis sendiri untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian. Data yang diambil tersebut terdapat pada dongeng fabel pada tanggal 8 Februari, 1 Maret, 29 Maret, 5 April, 28 Juni, dan 30 Agustus; sedangkan data lainnya yang meliputi data parabel pada tanggal 25 Januari, 22 Februari, 8 Maret, 22 Maret, 12 April, 19 April, 26 April, 3 Mei, 17 Mei, 31 Mei, 6 Juli, 2 Agustus, 27 September, 18 Oktober, 8 November, dan 6 Desember. Jumlah dongeng yang diambil adalah 6 dongeng fabel dan 16 dongeng parabel dari keseluruhan 45 dongeng di tahun 2015. C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dapat dinamakan sebagai metode penyediaan data, yaitu cara yang digunakan seorang peneliti dalam mengumpulkan data. Oleh Sudaryanto (2015: 201) makna dari penyediaan data adalah penyediaan data yang benar-benar data, penyediaan data yang terjamin sepenuhnya akan kesahihannya. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam dan dokumentasi (Sugiyono, 2015:63). Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi yang berupa tulisan dongeng anak dalam rubrik Nusantara Bertutur di koran Kompas Klasika Minggu pada tahun 2015. Setelah itu menggunakan metode simak dengan teknik catat.

38 Metode yang digunakan adalah metode simak, karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Menurut Mahsun, istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis. Metode ini memiliki teknik dasar, yaitu teknik catat (2005:90). Sudaryanto juga menyatakan metode simak ini memiliki beberapa teknik lanjutan, salah satunya adalah teknik catat (2015: 205). Selanjutnya Sudaryanto (2015: 205) mengungkapkan bahwa teknik catat dilakukan dengan pencatatan pada kartu data kemudian dilanjutkan dengan adanya klasifikasi data. Pencatatan pada kartu data tidak dilakukan pada penelitian ini karena penulis menggunakan komputer sebagai alat bantu dalam menginput data. Penginputan data ini dilakukan untuk mempermudah analisis sehingga dapat bekerja secara sintesis karena data sudah diklasifikasikan. Pencatatan yang dilakukan dengan alat bantu komputer tersebut akan menampilkan jenis dongeng, judul dongeng, tanggal diterbitkannya dongeng, dan elemen yang dianalisis. Berikut adalah contoh dari penginputan data dengan alat bantu komputer. No Kode Kalimat 1 2 3 A1/ TP/ 8 Feb 15 A2/ TP/ 8 Feb 15 A3/ TP/ 8 Feb 15 Pagi, Ibu Tupai, salam Pak Tua Rusa kepada Ibu Pip yang baru saja keluar dari sarang di dalam lubang pohon. Ayo Pail bangun! Semua tupai sudah siap, kata Ibu. Tapi Pail tetap saja tidur. Akhirnya, ia ditinggal sendiri di rumah.

39 Keterangan: A17 : Jenis dongeng A(fabel) dengan nomor urut data 17 Kode B untuk dongeng parabel. TP : Judul dongeng, yaitu Tupai yang Pemalas 8 Feb. 15 : Diterbitkan tanggal 8 Februari 2015 Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan teknik dan metode yang digunakan, kemudian dari 22 judul dongeng yang digunakan tersebut didapatkan 72 data kalimat yang mengandung deiksis persona dari dongeng fabel dan 182 data kalimat dari dongeng parabel, sehingga jumlah keseluruhan ada 254 data kalimat yang mengandung deiksis persona yang digunakan dalam penelitian ini. D. Klasifikasi Data Sebelum melakukan analisis data, penulis harus mengumpulkan semua data yang dibutuhkan terlebih dahulu. Jika data sudah terkumpul kemudian dilakukan sebuah klasifikasi data. Klasifikasi data ini dapat membantu penulis mengenai gambaran analisis. Penulis melakukan klasifikasi data berdasarkan deiksis persona yang ditemukan meliputi pronomina persona, kata sapaan dan nama diri yang masingmasing terdiri dari persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga yang masing-masing memiliki bentuk tunggal dan jamak. Kemudian sesuai dengan Purwo maka deiksis persona dibagi menjadi dua, yaitu luar tuturan (eksofora) dan deiksis dalam tuturan (endofora) yang meliputi anafora dan katafora.

40 E. Metode Analisis Data Setelah melakukan klasifikasi data, tahap selanjutnya adalah melakukan analisis data. Tahap ini merupakan upaya penulis menangani langsung masalah yang terkandung pada data. Sudaryanto (2015: 7) menambahkan penanganan itu tampak dari adanya tindakan mengamati yang segera diikuti dengan membedah atau mengurai dan memburaikan masalah yang bersangkutan dengan cara khas tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih dengan teknik dasar: teknik bagi unsur langsung dan metode padan. Menurut Sudaryanto (2015: 18), metode agih adalah metode yang alat penentunya berada di dalam bahasa itu sendiri, sedangkan metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (2015: 15). Sudaryanto juga menambahkan dimungkinkan digunakannya metode padan itu adalah di atas pengandaian bahwa bahasa yang diteliti memang sudah memiliki hubungan dengan hal-hal di luar bahasa yang bersangkutan, bagaimanapun sifat hubungannya itu (2015: 16). Sama seperti Sudaryanto yang menggunakan metode padan, Sumarlam menyebutnya sebagai metode kontekstual. Metode ini digunakan untuk mengkaji faktor-faktor non-lingual, terutama konteks fisik, epistemis, dan sosial (Sumarlam, 2005: 98). Metode agih dengan teknik bagi unsur langsung (BUL) merupakan dasar dalam menganalisis semua teks dongeng anak dalam rubrik Nusantara Bertutur ini. Teknik BUL dilakukan dengan cara mengelompokkan teks berdasarkan paragraf yang ada. Tiap-tiap paragraf tersebut diperinci lagi menjadi satuan-satuan lingual. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan analisis lanjut.

41 Contoh penerapan teknik BUL dalam teks dongeng dengan judul, mulamula tersedia data berupa paragraf seperti berikut: (1) Suatu pagi, di rerimbunan hutan Pulau Bawean, Jawa Timur, Pak Tua Rusa mengunjungi kediaman keluarga Pip si Tupai. Pagi, Ibu Tupai, salam Pak Tua Rusa kepada Ibu Pip yang baru saja keluar dari sarang di dalam lubang pohon. Kemarin, keponakanku mengunjungiku. Dia membawakanku oleh-oleh yang cukup banyak. Aku ingin membaginya untuk para sahabatku. Ini kacang kenari spesial untuk keluargamu. Terima kasih Pak Tua Rusa, ucap Ibu Pip. (SSHB/1 Mar. 16) Paragraf tersebut terdiri dari tujuh kalimat seperti berikut: (1) Suatu pagi, di rerimbunan hutan Pulau Bawean, Jawa Timur, Pak Tua Rusa mengunjungi kediaman keluarga Pip si Tupai. (2) Pagi, Ibu Tupai, salam Pak Tua Rusa kepada Ibu Pip yang baru saja keluar dari sarang di dalam lubang pohon. (3) Kemarin, keponakanku mengunjungiku. (4) Dia membawakanku oleh-oleh yang cukup banyak. (5) Aku ingin membaginya untuk para sahabatku. (6) Ini kacang kenari spesial untuk keluargamu. (7) Terima kasih Pak Tua Rusa, ucap Ibu Pip. Penerapan teknik BUL akan mempermudah dalam melakukan analisis. Namun, tidak setiap satuan lingual tersebut digunakan dalam keperluan analisis, hanya satuan lingual yang sesuai dengan tujuan penelitian saja yang dipakai, yaitu satuan lingual yang mengandung deiksis persona. Dari satuan-satuan lingual di atas yang mengandung deiksis persona, yaitu: (1) Pagi Ibu Tupai, salam Pak Tua Rusa kepada ibu Pip yang baru saja keluar dari sarang di dalam lubang pohon. (2) Kemarin keponakanku mengunjungiku.

42 (3) Dia membawakanku oleh-oleh yang cukup banyak. (4) Aku ingin membaginya untuk para sahabatku. (5) Ini kacang kenari spesial untuk keluargamu. (6) Terima kasih Pak Tua Rusa, ucap Ibu Pip. Setelah menerapkan teknik BUL, kemudian dilanjutkan dengan teknik lanjutan, yaitu teknik ganti. Teknik ganti ini digunakan untuk membuktikan tingkat kelas pada setiap deiksis persona satu dengan lainnya. Menurut Subroto, teknik ganti adalah teknik yang dilakukan untuk menyelidiki adanya keparalelan atau kesejajaran distribusi antara satuan lingual atau antara bentuk lainnya (2007: 74). Kegunaan teknik ganti adalah untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori sama dengan tataran terganti (Sudaryanto, 2015: 59). Contoh penerapan teknik ganti adalah sebagai berikut: (2) Kemarin keponakanku mengunjungiku Pada kalimat tersebut terdapat deiksis persona pengganti orang pertama, yaitu ku yang merupakan bentuk terikat dari aku yang mengacu kepada Pak Tua Rusa. Untuk membuktikan kebenaran tersebut, maka deiksis persona ku dapat diganti dengan deiksis persona lain, misalnya mu. Seperti di bawah ini: (2a) Kemarin keponakanmu * mengunjungiku. Kalimat dengan deiksis persona mu tidak dapat berterima dengan konteks tuturan yang ada. Karena pada kalimat sebelumnya telah dijelaskan bahwa Pak Tua Rusa sedang berbicara kepada Ibu Pip Tupai, di mana Pak Tua Rusa sebagai penutur atau orang pertama tunggal sedangkan Ibu Pip Tupai sebagai mitra tutur atau orang kedua tunggal. Oleh karena itu dalam kalimat Kemarin keponakanku mengunjungiku telah membuktikan bahwa deiksis persona ku mengacu kepada

43 Pak Tua Rusa. Seperti itulah contoh analisis untuk membuktikan adanya deiksis persona yang mengacu pada orang tertentu. Metode padan digunakan untuk menganalisis struktur dengan kriteria struktur makro, yaitu analisis tema dan topik serta untuk melakukan analisis konteks yang terdiri dari konteks situasi dan konteks sosial kultural. F. Metode Penyajian Hasil Analisis Data Setelah dilakukan analisis data, penulis kemudian menyajikan hasil analisis tersebut. Hasil analisis itu berupa kaidah atau kaidah-kaidah. Kaidah itu harus ditulis kemudian dimasyarakatkan. Terdapat dua cara dalam melakukan penyajian data, yaitu formal dan informal (Sudaryanto, 2015: 241). Selain itu, Mahsun (2005:116) juga menyatakan, metode penyajian hasil analisis data dapat berupa kaidah-kaidah yang disajikan melalui dua cara, yaitu (a) perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis dan (b) perumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang. Kedua cara tersebut masing-masing disebut dengan metode informal dan formal. Penelitian ini akan menggunakan metode informal dengan menggunakan kata-kata biasa. Sudaryanto menambahkan dengan menggunakan metode informal, penjelasan kaidah akan terkesan rinci dan terurai (2015: 261).