BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga merupakan sarana komunikasi dan sudah menjadi bagian aktivitas sosial manusia. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru terwujud apabila manusia tersebut terlibat di dalamnya. Bahasa juga merupakan unsur utama di dalam proses realitas. Dalam setiap masyarakat, diketemukan perbedaan, baik perbedaan di antara individu-individu maupun perbedaan antar kelompok. Perbedaan tersebut tercermin dalam penguasaan kekuasaan. Ketika kekuasaan tersebut berkembang, maka terciptalah stratifikasi sosial. Usman (2012: 122) mendefinisikan stratifikasi sosial adalah sebuah tatanan pelapisan di antara individu atau kelompok yang mengesahkan perbedaan penerimaan sumber-sumber ekonomi dan kekuasaan. Dari segi politik, perbedaan tersebut tidak hanya berimplikasi pada sistem distribusi kekuasaan, tetapi juga pada keadilan. Faucault (dalam Barker 2000: 107) berpendapat bahwa bahasa juga merupakan praktik kekuasaan. Melalui bahasa seseorang dapat ditampilkan secara baik ataupun buruk kepada khalayak. Bahasa tidak dimaknai sebagai sesuatu yang netral yang dapat menghadirkan realitas seperti keadaan aslinya, melainkan ia sudah bermuatan kekuasaan. 1

2 2 Bahasa memiliki tataran yang terdiri atas fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana. Berdasarkan hierarkinya, wacana merupakan tataran bahasa yang terbesar, tertinggi, dan terlengkap. Djajasudarma (2012: 2) mengatakan bahwa wacana sebagai unsur gramatikal tertinggi yang direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh dan amanat lengkap dan dengan koherensi serta kohesi yang tinggi. Istilah wacana sering digunakan oleh bidang-bidang tertentu. Misalnya, pada bidang politik, komunikasi, dan bahasa sering menggunakan istilah ini. Hal ini dikarenakan, wacana merupakan suatu bentuk ujaran baik ujaran lisan atau tulis mengenai suatu hal yang ingin disampaikan baik berupa pendapat tentang politik ataupun bahasa. Wacana yang berbentuk lisan yaitu rangkaian ujar secara langsung berupa kalimat-kalimat yang diucapkan dari proses komunikasi, sedangkan wacana tulis yaitu rangkaian ujar yang berawal dari proses komunikasi dan dituangkan melalui tulisan yang kalimat-kalimatnya saling berkaitan dan menjadi suatu wacana yang utuh. Hawtan (dalam Badara, 2012: 16) mengatakan bahwa wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlibat sebagai sebuah pertukaran diantara pembicara dan pendengar. Sebagai sebuah aktivitas personal yang mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. Wacana juga merupakan salah satu bagian dari strata kebahasaan yang menduduki posisi tertinggi. Berdasarkan pernyataan itu, dapat dikatakan bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, yang di dalam hirarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.

3 3 Wacana tidak hanya diketahui berupa rangkaian ujaran atau rangkaian tindak tutur. Akan tetapi, sebuah wacana tersebut dapat dianalisis, misal dari segi bahasa, konteks sosial, dan hubungan bahasa dengan konteks penggunaannya. Selain itu, analisis wacana juga dapat memunculkan pemikiran baru mengenai hubungan bahasa yang disampaikan dengan perilaku berbahasa. Jadi, analisis wacana perlu dikaji secara mendalam guna mengetahui dan memahami hakikat keberadaan wacana itu sendiri. Dalam sebuah wacana, terdapat pendekatan wacana secara kritis. Analisis wacana kritis yaitu suatu pengkajian secara mendalam yang berusaha mengungkap kegiatan, pandangan, dan identitas berdasarkan bahasa yang digunakan dalam wacana. Menurut Badara (2012: 26), pendekatan kritis menganalisis bahasa tidak saja dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks yang dimaksud adalah untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan. Wacana kritis dengan bahasa memiliki keterkaitan dan saling berhubungan, karena dalam sebuah wacana kritis, bahasa selalu terlibat di dalamnya. Wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat. Menurut Fairclough dan Wodak (dalam Eriyanto, 2001: 7), analisis wacana kritis melihat pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan merupakan bentuk dari praktik sosial. Bahasa dianggap sebagai faktor penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat terjadi.

4 4 Theo van Leeuwen (dalam Darma, 2009: 85) memperkenalkan model analisis wacana kritis untuk mendeteksi aktor-aktor yang terlibat dalam penulisan teks berita, yang disebut sebagai proses ekslusi dan inklusi. Adanya pemegangan kekuasaan dan unsur politik dalam wacana, maka tidak menutup kemungkinan adanya aktor-aktor yang mempengaruhinya. Kelompok yang dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya. Sementara kelompok yang posisinya lebih rendah cendrung untuk terus-menerus menjadi objek pemaknaan dan akan tergambarkan secara marjinal. Hal tersebut membuktikan bahwa adanya praktik politik yang tidak sehat atau penyalahgunaan kekuasaan. Wewenang dan hak presiden sebagai wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat secara demokratis mempunyai banyak tugas pokok, salah satunya menyatakan keadaan bahaya. Keadaan bahaya yang dimaksud dalam hal ini dapat bermacammacam, salah satunya menyatakan keadaan bahaya pada bencana alam yang menimpa Indonesia. Seperti yang diketahui, sejak awal tahun 2014 bencana alam yang menimpa Indonesia terus-menurus terjadi. Bencana alam yang terjadi sejak awal Januari hingga sekarang meliputi: (1) bencana banjir di Jakarta, (2) banjir bandang Manado, (3) meletusnya Gunung Sinabung, (4) kabut asap Riau, dan (5) meletusnya Gunung Kelud pada pertengahan bulan Februari. Media massa, sebagai sarana persuasi dan alat penyampai informasi telah menginformasikan berbagai hal kepada masyarakat luas, termasuk juga mengenai kinerja yang dilakukan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di akhir jabatannya

5 5 sebagai presiden RI dalam menangani bencana alam. Dalam menangani bencana alam yang sering terjadi di awal 2014 ini, media banyak mengangkat kinerja yang dilakukan oleh SBY salah satunya diberitakan pada headline dalam Surat Kabar Harian Kompas. Badara (2012: 8) menjelaskan bahwa pekerjaan sebuah media adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, mengkontruksikan berbagai relaitas yang akan diberitakan. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikan, seluruh isi media merupakan realitas yang telah dikontruksikan dalam bentuk yang bermakna. Saat ini kebebasan pers benar-benar dimanfaatkan oleh media massa, bahkan sering pula melanggar kode etik jurnalistik itu sendiri. Segala cara dianggap sah guna kelangsungan hidup sebuah media. Media kini lebih berani dalam mengungkapkan fakta maupun memutar balikkan realitas yang ada, sehingga tidak heran jika pada akhirnya khalayaklah yang menjadi korban akibat keretakan suatu teks yang dihasilkan oleh media massa. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa media massa di dalam menyebarkan berita, sangat sarat dengan berbagai kepentingan-kepentingan yang menyertai keberadaan media massa tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengakomodasi kepentingan-kepantingan tersebut, maka pengusaha media massa mengkontruksi isi media massa yang dimilikinya sedemikian rupa. Terkadang para pengusahasa media massa melakukan pertarungan wacana. Tak jarang mereka juga mengkontruksi realita dan menuangkannya dalam berita atau

6 6 informasi yang diterima oleh khalayak. Konstruksi realitas sosial itu dapat dilihat dalam judul, angel, headline, gambar, pilihan kata, obyek yang dijadikan berita. Peneliti menduga hal demikian terjadi juga pada headline Harian Kompas. Penentuan tema berita, judul maupun lead nya benar-benar diperhatikan dalam hal pengemasan suatu fakta maupun isu. Hal ini dilakukan untuk menarik minat pembaca. Media massa tidak dapat terlepas dari aktor-aktor yang ada di dalam berita. Aktor dalam suatu berita menduduki posisi yang penting. Terlebih jika aktor tersebut adalah seseorang yang mempunyai wewenang, misalnya presiden, menteri-menteri, pemerintah dan jajarannya. Jika seperti itu, maka besar kemungkinannya suatu kelompok atau seseorang akan dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana baik itu disengaja atau tidak oleh pihak pengelola surat kabar. Begitu juga sebaliknya, akan ada suatu kelompok dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya, sementara kelompok lain yang posisinya rendah cenderung untuk terus menerus sebagai objek pemaknaan dan digambarkan secara buruk. Penelitian mengenai analisis wacana kritis dalam media massa sudah pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian pertama dilakukan oleh Emi Christina (2006) dengan judul Wacana Media tentang Kinerja Pemerintahan dalam Menangani Kasus Lumpur Lapindo (Studi pada Harian Pagi Surya Edisi 1-27 September, 9 Oktober, 30 November 2006 dan Jawa Pos Edisi 2-27 September, 9 Oktober, 30 November 2006). Dalam penelitian tersebut, peneliti lebih memfokuskan penelitiannya terhadap kinerja yang dilakukan oleh

7 7 pemerintah dalam menangani kasus lumpur Lapindo. Peneliti juga membandingkan antara Surat Kabar Harian Pagi Surya dan Jawa Pos dalam isu pemberitaan mengenai kinerja pemerintah dalam menangani lumpur lapindo tersebut. Kedua, penelitian ini dilakukan oleh Santoso (2009) dengan judul Analisis Wacana Kritis Rubrik Politika Surat Kabar Malang post Edisi Januari Objek penelitian tersebut adalah calon walikota dan wakil calon walikota. Dalam penelitian tersebut, peneliti lebih memfokuskan kepada berita mengenai calon walikota dan calon wakil walikota dalam pilkada. Uraian-uraian di atas dijadikan peneliti sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu terdapat pada model analisis dan objek yang diteliti. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis wacana kritis yang diperkenalkan oleh Theo van Leeuwen, yaitu proses Eksklusi dan inklusi. Objek dalam penelitian ini berupa teks berita yang berisi tentang kinerja akhir yang dilakukan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dalam menangani bencana alam. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti melihat pentingnya menganalisis wacana dalam media massa. Oleh karena itu, peneliti mencoba meneliti wacana dalam media massa dengan judul Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Kinerja Akhir Jabatan Susilo Bambang Yudhoyono pada Headline Surat Kabar Harian Kompas dalam Menangani Bencana Alam Januari-Maret 2014.

8 8 1.2 Fokus Masalah Dari sekian banyak persoalan yang berkaitan dengan pemberitaan yang ada di media massa mengenai kinerja seseorang. Media massa dipilih untuk dapat menginformasikan isu ataupun fakta mengenai kinerja tersebut. Salah satunya kinerja SBY dalam menagani bencana alam yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini memfokuskan pada proses eksklusi (exclusion) dan inklusi (inclusion) yang ada pada teks berita. Kedua proses tersebut menggunakan strategi-strategi yang ada dalam wacana dan disesuaikan dengan persoalan yang ada pada teks berita. 1.3 Rumusan Masalah Pengkajian ditekankan pada analisis wacana kritis dengan melihat sebuah teks, menampilkan suatu objek yang digambarkan dan hubungan antarobjek didefinisikan. Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut ini. 1) Bagaimana exclusion menurut Theo Van Leeuwen dalam pemberitaan kinerja Susilo Bambang Yudhoyono mengenai bencana alam pada Surat Kabar Harian Kompas? 2) Bagaimana inclusion menurut Theo Van Leeuwen dalam pemberitaan kinerja Susilo Bambang Yudhoyono mengenai bencana alam pada Surat Kabar Harian Kompas?

9 9 1.4 Tujuan Penelitian Berkaitan dengan latar belakang dan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan menganalisa sebuah teks. Adapun tujuan dari penelitian sebagaimana berikut ini. 1) Mendeskripsikan exclusion dalam pemberitaan kinerja Susilo Bambang Yudhoyono pada Surat Kabar Harian Kompas. 2) Mendeskripsikan inclusion dalam pemberitaan kinerja Susilo Bambang Yudhoyono pada Surat Kabar Harian Kompas. 1.5 Manfaat Penelitian Suatu penulisan yang baik, harus dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu untuk khalayak umum. Manfaat dalam penelitian ini mencakup dua hal. Yaitu (1) teoretis, (2) praktis. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut Manfaat Teoretis Adapun manfaat teoretis dalam penelitian ini ada dua. Hal ini akan dijabarkan sebagai berikut. 1) Memperkaya hasil penelitian dalam khasanah keilmuan dalam bidang wacana kritis. 2) memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan wacana keilmuan tentang gejala sosial

10 Manfaat Praktis Manfaat praktis yang terdapat dalam penelitian ini ada dua. Hal ini akan dijabarkan sebagai berikut. 1) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran wacana kritis. 2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam pembelajaran wacana kritis. 1.6 Penegasan Istilah Untuk mempermudah pemahaman dalam penelitian ini, maka setiap istilah akan diuraikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir dari pembaca dan mengerucutkan langsung pada permasalahan. Berikut ini penjabaran dari definifi-definisi sebagai berikut ini. 1) Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai dan kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman (Fowler dalam Badara, 2010: 16). 2) Analisis wacana kritis adalah pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial. Praktik ini menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya (Fairclough dan Wodak dalam Eriyanto, 2001: 7).

11 11 3) Surat Kabar Harian Kompas merupakan Surat Kabar yang terbit setiap hari. Surat Kabar harian kompas terdiri dari 48 sampai 50 halaman dan terdiri atas 9 rubrik. 4) Headline adalah kepala berita atau disebut pula judul berita. Headline bertujuan untuk memberi tahu pembaca tentang inti atau pokok berita.