BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

dokumen-dokumen yang mirip
PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SUMATERA BARAT

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016

SASARAN Uraian Sasaran Indikator Satuan 1 2. Formulasi perhitungan: (Jumlah siswa usia tahun dijenjang SD/MI/Paket A,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DAN PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah

2) Pendidikan Menengah. rasio guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2016

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2016

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang manajemen. 1. Model manajemen kesiswaan MTs Darul Amin berupa :

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN JAMINAN PENDIDIKAN DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2016

TIM PENYUSUN KATA SAMBUTAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diharapkan mampu memberikan peran dan andil dalam akselerasi

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemakmuran bagi suatu bangsa sangat berhubungan dengan mutu

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu. Mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu komponen penting dari

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI RIAU TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan profesional. Namun kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari. sulit kita dijumpai seorang guru yang profesional.

BAB I. I PENDAHULUAN

TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2014

FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Drs. T. Angkasa : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. yang diembannya, manusia akan sulit menjalankan kehidupannya pada saat ia

Bab III Akuntabilitas Kinerja

PENGUKURAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

UNIVERSITAS GALUH PROGRAM PASCA SARJANA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 4 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG SEKOLAH GRATIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DI KABUPATEN GUNUNG MAS

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

ISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

Oleh : Sri Handayani NIM K

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan inklusi, yaitu Peraturan Gubernur No. 116 tahun 2007 saja, masih belum

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

Kecamatan : Bogor Tengah Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2017 Triwulan : 1

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

PEMERINTAH KOTA KEDIRI DINAS PENDIDIKAN Jl. Mayor Bismo No Telp. (0354) Fax. (0354) Kode Pos Kediri

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, para pemimpin pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan ini. Karena pendidikan merupakan hal yang penting, maka aturan mengenai pendidikan terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Oleh sebab itu, semua orang layak mendapatkannya dan diharapkan selalu berkembang dalam pelaksanaannya. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Pendidikan juga salah satu hal penting yang perlu diperhatikan, terutama di era globalisasi yang penuh dengan persaingan. Perkembangan pendidikan di Indonesia tak luput dari penyelengaraan Pendidikan oleh organisasi sosial seperti Muhammadiyah. Karena pendidikan termasuk di dalam Organisasi Pelayanan Sosial yang berinduk pada Pelayanan Sosial. Pelayanan Sosial ada dalam praktik Ilmu Kesejahteraan Sosial. Karena di dalam penyelenggaraan pendidikan terdapat pelayanan-pelayanan yang diberikan. Layanan pendidikan yang diberikan antara lain: (1) layanan orientasi yakni memperkenalkan seseorang pada lingkungan yang baru dimasukinya (misal: MOS); (2) layanan informasi, layanan bimbingan penempatan dan penyaluran (misal: penempatan ke dalam kelompok belajar, 1

pemilihan kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti, penyaluran untuk studi lanjut); (3) layanan bimbingan belajar yakni membantu siswa untuk mengatasi masalah belajarnya dan untuk bisa belajar dengan lebih efektif; (4) layanan konseling individual; dan (5) layanan bimbingan dan konseling konseling kelompok. Sekolah Muhammadiyah merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. Sekolah Muhammadiyah lahir jauh sebelum sistem pendidikan nasional ada. Kehadiran Sekolah Muhammadiyah di Indonesia merupakan wujud nyata partisipasi aktif Muhammadiyah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi bangsa yang mandiri dan bermartabat. Hal ini sejalan dengan pemikiran bahwa pendidikan nasional merupakan tanggung jawab bersama yaitu pemerintah, orang tua, dan masyarakat termasuk organisasi Muhammadiyah. Melihat perkembangan Muhammadiyah yang begitu pesatnya hingga sekarang, peran pendidikan Muhammadiyah banyak memberikan kontribusinya bagi negeri ini. Tercatat jumlah lembaga pendidikan formal yang dimiliki Muhammadiyah secara nasional sebagai berikut: SD 1132, MI/Diniyah 1769, SMP 1184, MTs 534, SMA 511, SMK 263, MA 172 (Jumlah 5632). Universitas 39, Sekolah Tinggi 87, Akademi 54, Politeknik 4 (Jumlah 184) (Amin (Ed), 2012: 125). Dalam catatan Asep Purnama Bachtiar, sampai bulan Mei 2010, pendidikan Muhammadiyah yang tersebar di Indonesia meliputi: SD/MI/MD ada 2563 buah; SMP/MTs ada 1685 buah; SMA/MA ada 747 buah; SMK ada 396 buah; Madrasah Mualimin/mualimat 2

ada 25 buah; pondok pesantren ada 101 buah, PTM ada 172 buah (Amin (Ed), 2012: 125). Info terbaru PAUD 6723 buah, TK ABA 7623 buah, SD/MI 2604 buah, SMP/MTs 1772 buah, SMA/SMK 1143 buah, PT 172 buah (Suara Muhammadiyah No. 22, 2014: 10). Lembaga pendidikan formal Muhammadiyah di Malang Raya tercatat sebagai berikut: PAUD 24 buah; TK ABA 62 buah; SD/MI 16 buah; SMP/MTs 18 buah; dan SMA/MA/SMK 19 buah. Untuk amal usaha bidang pendidikan masing-masing daerah dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 Jumlah Amal Usaha bidang Pendidikan se-malang Raya LEMBAGA PENDIDIKAN NO DAERAH TK SD/ SMP/ SMA/ MA/ PAUD ABA MI MTs SMK PT 1 Kota 9 33 7 7 6 Malang 2 Kabupaten 13 24 7 9 10 1 Malang 3 Kota Batu 2 5 2 2 3 Jumlah 24 62 16 18 19 1 Sumber: Data diambil di masing-masing kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah setempat. Banyaknya jumlah lembaga pendidikan Muhammadiyah membuat Muhammadiyah harus berpikir lebih keras untuk memajukan pendidikannya. Salah satu yang sangat perlu diperhatikan adalah pada manajemen pendidikannya. Jika manajemen pendidikannya baik tentunya penyelenggaraan pendidikan oleh Muhammadiyah tentunya berkembang lebih pesat lagi. Hal serupa yang diungkapkan di dalam lampiran surat keputusan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah 3

Nomor 126 Tahun 2008 tentang Panduan Pembinaan Sekolah Muhammadiyah melalui Sistem Kluster. Lampiran tersebut terdapat di dalam Buku Pedoman dan Peraturan Majelis Dikdasmen Muhammadiyah (2008: 69). Di dalam buku tersebut dikatakan bahwa lemahnya manajemen sekolah menjadi masalah yang cukup berat untuk diatasi selain rendahnya kualitas lulusan, rendahnya kualitas pendidik dan kependidikan, terbatasnya sumber pembiayaan, dan kurangnya sarana dan prasarana. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Di Kota Malang saja ada beberapa sekolah yang tutup. Beberapa sekolah lainnya juga hampir mengalami persoalan yang sama. Ini berarti manajemen pendidikan Muhammadiyah hendaknya dibenahi. Ada yang salah dalam penyenggaraan pendidikan Muhammadiyah. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) sebagai payung dari lembaga pendidikan Muhammadiyah khususnya tingkat sekolah dasar dan menengah harusnya memiliki peran penting dalam masalah ini. Terdapat sekolah yang mulai berkembang dan dapat dikatakan maju. Namun, ada juga sekolah yang perkembangnya tidak drastis bahkan stagnan. Dilihat di tingkat Sekolah Menegah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dikelola oleh Muhammadiyah, dua sekolah di tingkat SMA tutup, yakni SMA Muhammadiyah 2 dan SMA Muhammadiyah 3. Dan di tingkat SMK, SMK Muhammadiyah 3 hampir tutup. Hal serupa dirasakan oleh sekolah di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), yakni SMP Muhammadiyah 6 Kota Malang. 4

Jika dilihat dari segi fasilitas yang dimiliki belum memadai, kondisi fisik sekolah juga memprihatinkan, dan lokasinya pun tidak strategis. Jumlah murid yang tidak banyak dan penghasilan orang tua murid dari perekonomian menengah ke bawah membuat Majelis Dikdasmen ingin menjadikan sekolah ini sebagai Sekolah Dhu afa atau Sekolah Santunan, di samping ada sekolah dijual dalam arti Sekolah yang maju baik dari segi kualitas maupun kualitasnya dan sekolah subsidi, seperti yang telah dipetakan oleh Bapak Sis ketika pertama kali menjabat di Majelis Dikdasmen PDM Kota Malang. Hal tersebut karena dakwah Muhammadiyah lewat pendidikan tidak hanya melihat lapisan masyarakat yang tergolong dalam kategori ekonomi menengah ke atas saja, namun juga melayani golongan menengah ke bawah dan kaum dhu afa. Inilah realita yang ada di pendidikan Muhammadiyah yang ada di Kota Malang. Satu sekolah mulai berkembang, namun sekolah yang lain stagnan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dimunculkan beberapa rumusan masalah, yaitu: 1. Bagaimana manajemen organisasi pelayanan sosial di SMP Muhammadiyah 6 Malang? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat bagi SMP Muhammadiyah 6 Kota Malang dalam menyelenggarakan pendidikan di Kota Malang? 5

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu: 1. Untuk mendiskripsikan manajemen organisasi pelayanan sosial di SMP Muhammadiyah 6 Kota Malang. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat bagi SMP Muhammadiyah 6 Kota Malang dalam menyelenggarakan pendidikan di Kota Malang. D. Manfaat Penelitian 1. Akademis Adapun manfaat penelitian dari segi akademis dapat dijadikan bahan kajian bagi mahasiswa yang akan meneliti tentang pendidikan, khususnya di Pendidikan Muhammadiyah. 2. Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan membawa manfaat sebagai berikut: a. Sebagai bahan masukan bagi lembaga terkait dalam mengelola manajemen sekolah yang baik dan teratur sehingga tercipta manajemen lembaga pendidikan yang teratur. b. Untuk dapat dijadikan referensi berkaitan dengan upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas. 6

E. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang akan menjadi batasan bagi peneliti. Mengingat untuk menghindari terjadi ketidakfokusan dalam penelitian. Maka peneliti membuat ruang lingkup penelitian yang dibatasi pada: a. Kebijakan Majelis Dikdasmen PDM Kota Malang b. Legalitas Organisasi c. Aspek Manajemen Pelayanan Sosial (Kepemimpinan, SDM, Perencanaan Strategik, dan Pendanaa) d. Faktor Pendukung dan penghambat bagi SMP Muhammadiyah 6 Kota Malang dalam menyelenggarakan pendidikan di Kota Malang. Setiap aspek tersebut diteliti untuk mengemukakan rumusan masalah yang telah disusun di atas. 7