1 IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) Oleh: Indrie Harthaty Sekolah Tinggi Bahasa Asing Pertiwi Abstrak Kajian ini bertujuan untuk: a) mengidentifikasi tindak tutur yang mengandung implikatur yang terdapat dalam percakapan-percakapan dalam dan menganalisa maksud dari implikatur tersebut, b) mengidentifikasi maksimmaksim percakapan yang terlibat di dalamnya beserta relevansinya, dan c) meneliti keakuratan dan keberterimaan terjemahan implikatur dalam novel. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan data berupa kata-kata atau kalimat yang bermakna, dan memicu timbulnya pemahaman. Teknik pengumpulan data yang dilakukan didalam penelitian ini ialah dengan teknik triangulasi. Penelitian ini menggunakan dua jenis triangulasi, yaitu triangulasi sumber dan trianggulasi metode. Analisis pengkajian menunjukkan bahwa: a) terdapat ujaran yang mengandung implikatur. Interpretasi didapatkan dari teks/ujaran yang telah dibenturkan dengan konteks situasi percakapan; b) Dari analisis data, penulis menemukan lima jenis tindak tutur yang mengandung implikatur berdasarkan ilokusi tak langsung yang ditimbulkannya yakni: tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklarasi; dan c) Ada tiga komponen hasil analisis yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Ketiga komponen hasil analisis tersebut adalah teknik penerjemahan, pergeseran daya pragmatis, dan kualitas terjemahan. Relasi ketiganya secara sederhana dapat dideskripsikan bahwa teknik penerjemahan yang diterapkan menentukan apakah makna implikatur teks bahasa sumber tersampaikan sepadan atau tidak. Kata kunci: pragmatik,, implikatur, terjemahan, teknik penerjemahan, PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna dan terjemahan mempunyai hubungan yang sangat erat. Menerjemahkan berarti memindahkan makna dari serangkaian atau satu unit linguistik dari satu bahasa ke bahasa lain. Penerjemahan karya sastra yang mengandung implikatur hendaknya dapat menyampaikan makna implikatur tersebut kepada pembaca teks terjemahannya. Dengan kata lain dalam penerjemahan, untuk mendapatkan makna yang lebih akurat maka daya pragmatik tetap harus muncul dalam teks terjemahannya. Berikut sebuah contoh kasus penerjemahan yang memerlukan telaah pragmatik untuk mendapatkan makna yang lebih akurat. Dalam suatu komunikasi, di dalamnya dapat dipastikan akan terjadi suatu percakapan. Percakapan yang terjadi antar pelibat sering kali mengandung maksud-maksud tertentu yang berbeda dengan struktur bahasa yang digunakan. Dalam kondisi tersebut suatu penggunaan bahasa sering kali mempunyai maksudmaksud yang tersembunyi di balik penggunaan bahasa secara struktural. Pada
2 kondisi seperti itulah suatu kajian implikatur percakapan mempunyai peran yang tepat untuk mengkaji suatu penggunaan bahasa. Berlatar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk mengetahui maksud-maksud yang tersirat dari tuturan/kalimat percakapan dalam novel. Novel yang menjadi kajian adalah Eat Pray Love karya Elizabeth Gilbert yang dikupas dengan mengkaji dari asumsi-asumsi pragmatiknya. Analisis dilakukan secara pragmatik, yakni menganalisis tuturan berdasarkan fenomena-fenomena pragmatiknya dengan tujuan untuk mengetahui maksud karakter-karakter yang terdapat dalam novel Eat Pray Love yang terkandung di balik tuturannya. Asumsiasumsi pragmatik dalam analisis ini meliputi analisis tindak tutur, analisis maksud tuturan, dan analisis terhadap penyimpangan-penyimpangan maksim dan relevansi maksud tuturan yang mengandung implikatur pada teks bahasa sumber. Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut. a. Tindak tutur yang mengandung implikatur apa saja yang ditemukan dalam percakapan yang terdapat dalam novel dan apa makna dari implikatur tersebut. b. Maksim-maksim percakapan apa saja yang terlibat dalam implikatur tersebut dan bagaimanakah relevansi dari tuturan tersebut. c. Bagaimana teknik penerjemahan mempengaruhi kualitas terjemahannya? 1.2. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : a. mengidentifikasi tindak tutur yang mengandung implikatur yang terdapat dalam percakapan-percakapan dalam dan menganalisa maksud dari implikatur tersebut, b. mengidentifikasi maksimmaksim percakapan yang terlibat di dalamnya beserta relevansinya, c. meneliti keakuratan dan keberterimaan terjemahan implikatur dalam novel. 1.3. Ruang Lingkup Pragmatik Ruang Lingkup pragmatik sebagai bidang tersendiri dalam ilmu bahasa adalah deiksis, implikatur percakapan, praanggapan, dan tindak tutur. Implikatur adalah makna tersirat (implied meaning) atau pesan yang tersirat dalam ungkapan lisan atau wacana tulis. Pemakaian imlpikatur, apa yang dimaksud oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan secara harfiah. Untuk dapat menentukan apa yang dimaksudkan dalam kalimat penutur, kita memerlukan pengetahuan tentang kaidah pragmatiknya. Artinya, untuk menentukan implikatur suatu ucapan, kita harus memahami apa kaidah pragmatik yang ada. Implikatur mempunyai beberapa jenis, yaitu; a) Implikatur Percakapan, b)implikatur Percakapan Umum,c) Imlpikatur Berskala, d) Implikatur Percakapan Khusus, e) Implikatur Konvesional KAJIAN TEORI Hakikat Pragmatik Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan didalam komunikasi. Thomas (1995) 1 mendefinisikan pragmatik sebagai meaning in interaction. Menurutnya:..a definition of pragmatics as meaning interction. This reflects the view that meaning is not something which is inherent in the words alone, nor is it produced by the speaker alone, nor by the hearer alone. Making meaning is a dynamic process, involving the negotiation of meaning 1 Thomas, Jenny. 1995. Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics. New York: Longman, h.22
3 between speaker and hearer, the context of utterance (physical, social, and linguistic) and the meaning potential of an utterance. Definisi yang berbeda diberikan oleh Yule (1996) 2 mengenai pragmatik sebagai berikut. Pragmatics is concerned with the study of meaning as communicated by a speaker (or writer) and interpreted by a listener (or reader). It has, consequently, more to do with the anlysis of what people mean by their utterances than what the words or phrases in those utterances might mean by themselves. Pragmatics is the study of speaker meaning. Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Objek Kajian Pragmatik Kajian pragmatik mengacu pada penggunaan bahasa berdasarkan konteks. Bidang kajian yang berkenaan dengan pragmatik ini adalah deiksis (deixis), praanggapan (presupposition), tindak tutur (speech act) dan implikatur percakapan (conversational implicature). Deiksis; adalah gejala semantik yang terdapat pada kata atau konstruksi (padupadan kata) yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan mempertimbangkan konteks pembicaraan. Misalnya, kata sini atau saya tidak memiliki makna yang jelas kecuali jika kita mendengar konteks pembicaraan secara utuh. Praanggapan; adalah sesuatu yang digunakan penutur sebagai dasar bersama bagi para peserta percakapan lain. Maksudnya, si penutur bisa mengetahui kemungkinan tanggapan dari lawan bicaranya. Sebagai ilustrasi. Tindak Tutur; adalah suatu tuturan atau ujaran yang merupakan satuan fungsional dalam komunikasi. Teori tindak tutur ini dikemukakan oleh dua orang filsafat yang bernama John Austin dan John Searle pada tahun 1960-an. Teori mereka menyatakan bahwa setiap kali pembicara mengucapkan suatu kalimat, maka sebenarnya ia sedang mengerjakan sesuatu dengan kata-kata dalam kalimat itu. Tuturan yang dipergunakan di dalam kerangka pragmatik merupakan bentuk dari tindak tutur. Menurut Searle (1969), secara pragmatik setidaktidaknya ada tiga jenis tindakan yang mungkin diwujudkan oleh seorang penutur di dalam berbahasa, yaitu tindakan untuk mengatakan sesuatu (locutionary act), tindakan untuk melakukan sesuatu (illocutionary act), dan tindakan mempengaruhi lawan bicara (perlocutionary act). Secara berturut-turut ketiga jenis tindakan itu disebut sebagai the act of saying something, the act of doing something, dan the act of affecting someone (Austin, 1955) 3. Hubungan Penerjemahan dan Pragmatik Penerjemahan sebagai proses informasi. Proses yang terlibat dalam penerjemahan, sebagai objeknya, adalah mengganti teks bahasa sumber dengan pesan dalam bahasa sasaran yang secara semantik dan pragmatik adalah sama. 2 Yule, George. 1996,. Pragmatics, New York: oxford university, h.3 3 Austin, Austin, J.L., How To Do Thimgs With Words, (New York: Oxford University Press, 1955), h.108
4 Jadi, dalam hal ini unsur pragmatik pun ikut diperhatikan dalam hal mencari kesepadanan makna. Newmak (1988) juga menyatakan adanya keterkaitan antara penerjemahan dan pragmatik:..one's purpose in translating it is to be referentially and pragmatically accurate. Menurutnya tujuan dalam penerjemahan adalah secara acuan dan secara pragmatik harus tepat. Teknik Penerjemahan Salah satu poin dalam penelitian ini adalah menganalisis teknik penerjemahan, oleh karena itu terlebih dahulu perlu disampaikan konsep tentang teknik penerjemahan. Konsep teknik seringkali dianggap rancu atau saling tumpang tindih (overlapping) dengan metode dan strategi. Penilaian Kualitas Terjemahan (Translation Quality Asseessment) Penilaian kualitas terjemahan mencakup 3 area, yakni: the evaluation of published translation (penilaian terhadap karya terjemahan yang diterbitkan), the evaluation of professional translator (penilaian terhadap penerjemah profesional) dan the evaluation in transation teaching (penilaian dalam pengajaran penerjemahan) (Melis & Albir, 2002) 4. Penilaian kualitas terjemahan sering dipandang sebagai sesuatu yang subjektif. Sejarah penilaian terjemahan dimulai dari masa pre-lingustik yang menggunakan parameter terjemahan bebas dan terjemahan literal. Keberterimaan terkait dengan kesesuaian teks dengan sistem yang berlaku dalam bahasa sasaran. Keterbacaan merujuk pada mudah atau tidaknya sebuah terjemahan dibaca dan dimengerti oleh pembacanya (Richard et.al. dalam Nababan, 2003) 5. Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengarah pada pendeskripsian kesepadanan makna terjemahan, teknik penerjemahan yang digunakan serta aspek-aspek yang mempengaruhi kesepadanan makna. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan data berupa katakata atau kalimat yang bermakna, dan memicu timbulnya pemahaman. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tindak Tutur yang Mengandung Implikatur Terdapat 85 ujaran dalam novel Eat Pray Love yang mengandung implikatur. Ujaran yang mengandung implikatur didapatkan dari percakapan antara tokoh-tokoh dalam cerita tersebut. Proses mendapatkan ujaran yang mengandung implikatur didasarkan pada interpretasi ketika tindak tutur ujaran bersifat tidak langsung. Interpretasi didapatkan dari teks/ujaran yang telah dibenturkan dengan konteks situasi percakapan sehingga makna tersembunyi ujaran tersebut bisa bervariasi dan pada kasus tertentu bersifat subjektif, tergantung bagaimana interpretan menafsirkan ujaran tersebut. Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya sehingga maksud dari tindak tutur tak langsung dapat beragam dan tergantung pada konteksnya. Dari analisis data, penulis menemukan lima jenis tindak tutur yang mengandung implikatur yang ditemukan adalah: Tindak Tutur; Asertif Tindak; Tutur Direktif ; Tindak Tutur Komisif ;Tindak Tutur Ekspresif; Tindak Tutur Deklarasi dengan makna implikatur. Implikatur yang ditemukan pada penelitian 4 Molina, Lucia and Albir, Translation Techniques, Amparo Hurtado. 2002, Loc. Cit. 5 Nababan, 2003, Teori Menerjemah Bahasa Inggris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h.53
ini berkecenderungan merupakan ujaran yang memanfaatkan maksim-maksim dari prinsip kerjasama dan maksim-maksim dari prinsip kesantunan. Maksimmaksim dari prinsip kerjasama yang ditemukan adalah maksim kuantitas, maksim kualitas, dan maksim hubungan. Sementara itu, maksim-maksim dari prinsip kesantunan yang ditemukan meliputi maksim kearifan, maksim pujian, maksim simpati, dan maksim kesepakatan. Pergeseran Pragmatis Terjemahan Secara umum penulis menjumpai daya pragmatis teks terjemahan pada novel Makan Doa Cinta sudah sepadan dengan daya pragmatis ujaran pada teks bahasa sumber dalam novel Eat Pray Love. ada 4 data yang menunjukkan pergeseran daya pragmatis pada teks bahasa sasaran.. Terjadinya pergeseran daya pragmatis ini diprediksi oleh peneliti karena adanya mistranslation pada tataran kata dan gramatika pada teks bahasa sumber sehingga menjadi penyebab berubahnya makna implikatur pada teks bahasa sasaran. Perubahan bentuk dan struktur kalimat yang berbeda antara bahasa sumber dan bahasa sasaran juga menjadi penyebab terjadinya pergeseran daya pragmatis. Hubungan antara Teknik Penerjemahan dan Pergeseran Pragmatis Teknik penerjemahan yang menyebabkan terjadinya pergeseran daya pragmatis pada penelitian ini adalah teknik literal, teknik reduksi, teknik amplifikasi, dan teknik modulasi. Berdasarkan analisis teknik penerjemahan yang penulis lakukan, ditemukan 11 variasi teknik yang digunakan oleh penerjemah novel Eat Pray Love untuk menerjemahkan ujaran-ujaran yang mengandung implikatur dengan frekuensi penerapan tiap-tiap teknik yang berbeda. Teknik literal merupakan teknik yang paling banyak dipakai penerjemah pada ujaran yang mengandung implikatur pada novel Eat Pray Love SIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Dari hasil penelitian terdapat ujaran dalam novel Eat Pray Love yang mengandung implikatur. Interpretasi didapatkan dari teks/ujaran yang telah dibenturkan dengan konteks situasi percakapan. b. Dari analisis data, penulis menemukan lima jenis tindak tutur yang mengandung implikatur berdasarkan ilokusi tak langsung yang ditimbulkannya yakni: tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklarasi. c. Ada tiga komponen hasil analisis yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Ketiga komponen hasil analisis tersebut adalah teknik penerjemahan, pergeseran daya pragmatis, dan kualitas terjemahan. Relasi ketiganya secara sederhana dapat dideskripsikan bahwa teknik penerjemahan yang diterapkan menentukan apakah makna implikatur teks bahasa sumber tersampaikan sepadan atau tidak. Saran a. Penerjemahan dan pragmatik memiliki keterkaitan satu sama lain, oleh karena itu dalam proses menerjemahkan dari suatu teks bahasa sumber ke bahasa sasaran hendaklah seorang penerjemah tidak mengabaikan unsurunsur pragmatik seperti misalnya konteks situasi. b. Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan pendekatan pragmatik, untuk penelitian selanjutnya untuk mengkaji makna implikatur percakapan secara lebih mendalam dapat dilakukan dengan conversational analysis. 5
6 DAFTAR PUSTAKA Austin, J.L. 1955. How To Do Thimgs With Words. New York: Oxford University Press. Molina, Lucia and Albir, Amparo Hurtado. 2002. "Translation Techniques Revisited: A Dynamic and Functionalist Approach". Meta, XLVII, 4, hal. 498-512 Nababan, M.R. 2003. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.. 2004. "Strategi Penilaian Kualitas Terjemahan" dalam Jurnal Linguistik BAHASA volume 2 No. 1. Hal. 15-23 Thomas, Jenny. 1995. Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics. New York: Longman William, Malcolm. 2001. The Application of Argumentation Theory to Translation Quality Assessment. Meta, XLVI, 2, 326-344 Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: oxford university.