BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan lingkungan bisnis di Indonesia yang semakin pesat setiap tahun menjadi salah satu faktor untuk memicu peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada akhir tahun 2014, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1% dan akan mengalami peningkatan menjadi sebesar 5,2% pada tahun 2015. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut tidak terlepas dari kegiatan bisnis dalam bidang industri yang ada di Indonesia. Kegiatan bisnis dalam bidang industri di Indonesia tergolong memiliki cakupan diferensiasi yang luas. Sektor industri dalam bidang pengadaan gas, uap, dan udara dingin menjadi salah satu sektor industri dengan cakupan yang luas. Pemerintah Indonesia sendiri memiliki dua BUMN pada sektor tersebut, salah satunya adalah PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang bergerak dalam bidang penyediaan tenaga listrik. PT PLN merupakan satu-satunya perusahaan BUMN yang menjalankan Public Service Obligation terhadap ketersediaan listrik di Indonesia. Hal ini didukung oleh adanya kebijakan pemerintah yang berkelanjutan untuk memenuhi permintaan listrik dari masyarakat maupun industri. Sebagai perusahaan monopoli dalam menyediakan listrik di Indonesia, PT PLN memegang peranan penting dalam pertumbuhan industri di Indonesia.
Kegiatan bisnis utama PT PLN adalah usaha penyediaan tenaga listrik dan usaha penunjang tenaga listrik. Pemerintah memberikan Kuasa Usaha Ketenagalistrikan kepada PT PLN dengan tugas untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum, dan melakukan pekerjaan usaha penunjang tenaga listrik. PT PLN memiliki 11 anak perusahaan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, seperti Jawa-Bali, Batam, Tarakan, dan lainnya. Kantor pusat PT PLN sendiri terletak di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Walaupun, pemerintah telah mengeluarkan UU No. 30 tahun 2009 yang dapat memungkinkan munculnya pemain baru di dalam industri tenaga listrik di Indonesia, PT PLN hingga saat ini masih mendominasi usaha penyediaan tenaga listrik yang terintegrasi dalam bidang pembangkitan listrik, transmisi, distribusi, dan ritel. Sebagai pemain utama dalam sektor industri penyediaan usaha listrik, maka hal ini merupakan sebuah keuntungan yang dapat diperoleh oleh PT PLN sendiri. Hal ini disebabkan oleh adanya perkiraan mengenai pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang akan meningkat secara pesat untuk wilayah Jawa-Bali dengan rata-rata 7,9% per tahun, wilayah Indonesia Timur tumbuh rata-rata 11,4% per tahun dan wilayah Indonesia Barat akan tumbuh dengan rata-rata 10,5% per tahun. (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN Persero, 2012). Kebutuhan energi listrik ini dikonsumsi oleh berbagai jenis pelanggan PT PLN sendiri. Jenis pelanggan PT PLN dibagi ke dalam
empat golongan pelanggan, antara lain rumah tangga, industri, bisnis, dan kelompok lainnya. Gambar 1.1 menunjukkan bahwa rumah tangga menjadi kelompok pelanggan yang paling tinggi dalam pembelian energi listrik pada tahun 2013 yang disediakan oleh PT PLN yaitu sebesar 41,17%, kemudian kelompok pelanggan industri ada di posisi kedua dengan persentase sebesar 34,33% dan diurutan ketiga pada kelompok pelanggan bisnis dengan persentase sebesar 18,40% serta yang terakhir pada kelompok pelanggan lainnya dengan persentase sebesar 6,10%. Gambar 1.1. Energi Terjual per Kelompok Pelanggan, Statistik PLN (2013) Sumber : Data Laporan Statistik PLN Tahun 2013 Kelompok pelanggan rumah tangga dan pelanggan industri merupakan 2 kelompok pelanggan utama yang menjadi konsumen terbesar dalam jumlah penjualan energi PT PLN per tahunnya. Hal ini
menjadi dasar dan memicu timbulnya penjualan-penjualan kredit yang dilakukan oleh PT PLN serta pembelian kredit yang dilakukan oleh kelompok pelanggan tersebut. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003, sebagai perusahaan BUMN yang berbentuk perusahaan persero, PT PLN (Persero) bertujuan untuk mengejar dan memperoleh keuntungan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Perusahaan sudah seharusnya memiliki kebijakan kredit (credit policy) untuk mengatur munculnya penjualan kredit yang dilakukan PT PLN. Tujuan kebijakan kredit ini digunakan untuk mengarahkan perusahaan ke arah yang tepat dalam menjalankan kegiatan bisnis dan untuk menghindari dari kebingungan dan kesalahpahaman yang potensial (Bullivant, 2013). Solusi untuk meminimalisir dan menghindari kesalahpahaman dari kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan, maka perusahaan dapat menggunakan sebuah sistem yang dapat mengakomodasi kegiatan bisnisnya sehingga kegiatan kredit yang diberikan oleh perusahaan dapat berjalan secara efektif sehingga mencapai tujuan perusahaan untuk mengumpulkan kredit pada periode atau tengga waktu yang telah ditentukan. Mekanisme pemberian dan pelunasan kredit yang terjadi pada aktivitas bisnis perusahaan secara tradisional memang sedikit rumit dan harus melewati tahapan atau proses yang tidak sedikit sehingga akan membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang berlebih untuk mengerjakannya. Hal ini juga dapat memungkinkan tidak terlepas dari
kesalahan atau error yang akan terjadi dalam prosesnya. Tidak hanya kesalahan atau error saja yang dapat terjadi dalam sistem tradisional pada proses kebijakan kredit tersebut, tidak adanya sebuah fungsi yang bertugas untuk mengawasi dan mengontrol aktivitas didalamnya dapat menjadi peluang bagi pegawai untuk memanipulasi data yang ada dan hal ini akan menjadi ancaman bagi bisnis perusahaan tersendiri. Penggunaan sistem tradisional juga akan mempersulit perhitungan dan peninjauan ulang terhadap kredit yang telah diberikan kepada konsumen dan hal ini akan dapat menimbulkan permasalahan yang akan berdampak pada perusahaan. Salah satu sistem yang menjadi fokus pada penelitian ini dan telah diterapkan oleh PT PLN (Persero) adalah sistem ERP (Enterprise Resource Planning). Sistem ini merupakan sebuah sistem yang memungkinkan manajemen untuk memperoleh data-data yang signifikan untuk tujuan analisis. Sistem ERP mengumpulkan informasi dari keseluruhan fungsional yang ada di perusahaan. Sistem ERP mampu mengontrol seluruh bagian organisasi dengan pengendalian pada pengawasan bahan baku, pesanan, jadwal, persediaan barang jadi, dan informasi lainnya yang penting bagi manajemen (Mahrjerdi, 2010). Sistem ERP terdiri dari berbagai modul dalam penerapannya seperti modul operasional, finansial, akuntansi, serta sumber daya manusia. Sistem ERP juga terdiri dari berbagai macam software dalam
penerapannya, salah satunya yang akan dibahas pada penelitian ini adalah software SAP. Seiring munculnya masalah mengenai kebijakan kredit yang terkadang tidak sesuai dengan kebijakan yang diberikan oleh perusahaan, maka PT PLN mengadopsi software SAP untuk memudahkan pemberian informasi dalam masalah kredit yang dibayarkan oleh konsumen kepada perusahaan. Melihat pentingnya peran kebijakan kredit pada kegiatan bisnis perusahaan dalam menunjang kelangsungan hidup perusahaan, maka dibutuhkan suatu sistem atau aplikasi yang dapat mendukung aktivitas pemberian serta pengumpulan kredit yang diberikan kepada konsumen atau dibayarkan oleh konsumen. Hal ini mendorong peneliti untuk membahas mengenai penerapan sistem ERP melalui penggunaan software SAP dalam kebijakan kredit pada PT PLN (Persero) Bekasi telah berjalan secara efektif atau tidak. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan oleh penulis, keberadaan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) telah menjadi faktor penting dalam mencapai tujuan perusahaan, serta efektivitas dalam kegiatan bisnis perusahaan. Oleh karena itu, penulis merumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1) Apakah PT PLN (Persero) Area Bekasi telah menerapkan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) melalui software SAP dalam kegiatan bisnisnya? 2) Bagaimana penerapan mekanisme sistem ERP melalui software SAP pada kebijakan kredit di PT PLN (Persero) Area Bekasi? 3) Apakah pelunasan atau pembayaran kredit yang terjadi pada PT PLN (Persero) Area Bekasi telah sesuai dengan kebijakan kredit yang ditentukan oleh perusahaan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari dilakukannya penelitian ini antara lain: 1) Mengidentifikasi penerapan sistem ERP melalui software SAP pada PT PLN (Persero) Area Bekasi. 2) Menguji penerapan mekanisme sistem ERP melalui software SAP yang diterapkan oleh PT PLN (Persero) Area Bekasi, khususnya pada kebijakan kredit perusahaan. 3) Mengidentifikasi efektivitas penerapan sistem ERP melalui software SAP pada pelunasan atau pembayaran kredit yang terjadi pada PT PLN (Persero) Area Bekasi berdasarkan kebijakan kredit yang ditentukan oleh perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Memberikan masukan kepada PT PLN (Persero) Area Bekasi mengenai penerapan sistem ERP melalui software SAP yang diterapkan pada kegiatan bisnis perusahaan. 2) Memberikan manfaat kepada PT PLN (Persero) Area Bekasi untuk meningkatkan penerapan kebijakan kredit yang telah dibuat agar pelunasan atau pembayaran kredit yang dilakukan oleh pelanggan telah sesuai dengan kebijakan yang ada. 3) Memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi peneliti tentang seperti apakah penerapan sistem ERP melalui software SAP pada sebuah perusahaan disertai dengan analisis dalam menilai kelebihan serta kekurangan dari sistem tersebut. 4) Memberikan informasi, pengetahuan, dan dapat digunakan sebagai referensi dan pengembangan yang akan dilakukan selanjutnya pada jenis penelitian yang sama. 1.5 Pembatasan Ruang Lingkup Penelitian ini akan membahas mengenai penerapan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dengan menggunakan modul software SAP dalam pengaruhnya dengan kebijakan kredit yang telah dibentuk atau disusun oleh PT PLN (Persero) Area Bekasi dan efektivitas sistem ERP yang telah diterapkan oleh PT PLN (Persero) Area Bekasi. Penulis akan melakukan penelitian pada proses pembayaran atau pelunasan kredit yang dilakukan oleh pelanggan PT PLN (Persero) Area Bekasi.
1.6 Metode Penelitian Penelitian ini berbentuk studi kasus yang bersifat deskriptif kualitatif. Penulis meneliti serta menganalisis penerapan sistem ERP melalui software SAP apakah telah mampu menyesuaikan pembayaran atau pelunasan kredit yang sesuai dengan kebijakan kredit yang telah dibentuk atau disusun oleh perusahaan. Penulis menggunakan data primer dengan teknik wawancara dengan pihak PT PLN (Persero) Area Bekasi khususnya bagian sistem dan keuangan untuk keperluan analisis data. 1.7 Lokasi Penelitian Lokasi dilakukannya penelitian ini yaitu di PT PLN (Persero) Area Bekasi, dengan lingkup penelitian analisis penerapan sistem ERP melalui software SAP terhadap pengaruhnya pada kebijakan kredit yang telah dibentuk oleh perusahaan. 1.8 Sistematika Penulisan Penelitian ini akan disusun dalam beberapa bab sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bagian ini memuat latar belakang penelitian, rumusan permasalahan dari penelitian, tujuan dilakukannya penelitian, manfaat yang akan diperoleh dari penelitian, batasan permasalahan yang akan diteliti, serta metode penelitian yang akan digunakan. Pada bab 1 akan memberikan gambaran secara umum arah dan maksud dari penelitian yang dilakukan Bab II Landasan Teori
Bagian ini berisikan teori-teori yang menjadi dasar sebagai acuan penelitian yang diperoleh dari tinjauan pustaka. Teori-teori ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dan mendukung penelitian. Bab III Gambaran Perusahaan dan Metode Penelitian Bagian ini menjelaskan mengenai gambaran perusahaan dan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini oleh penulis. Metode ini memiliki penjelasan bagaimana informasi dan data dikumpulkan serta dianalisis. Bab IV Analisis dan Pembahasan Bagian ini memberikan gambaran data atau informasi dari hasil penelitian serta menjabarkan analisis dari data yang telah diperoleh kemudian membahas data yang telah diperoleh untuk menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Bab V Penutup Bagian ini merupakan bagian akhir penelitian yang berisikan tentang kesimpulan, saran dari analisis, dan pembahasan data serta keterbatasan pada penelitian yang dilakukan.