Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Tindakan BAB IV

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 22% Jumlah Nilai tertinggi 76 Nilai terendah 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. juga teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Penelitian ini hanya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Jagabaya I Kecamatan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. istilah yang digunakan dalam skripsi ini akan dijelaskan sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang selanjutnya akan

Hasil Belajar IPA Kelas I Pra Siklus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Tindakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Boalemo, dengan jumlah siswa 20 orang terdiri dari laki-laki 8 orang

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai guru,sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

PROSES PEMBELAJARAN SHOLAT MELALUI METODE NHT. Siti Musta anah

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang dugunakan dalam penelitian ini termasuk metode penelitian tindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SIKLUS 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab III Metode Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian Februari Maret April Mei

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan menerapkan model pembelajaran Modelling The Way pada materi

Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Tunggulsari Semester I/ Pra Siklus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kata Kunci: Numbered Heads Together (NHT), media mading, motivasi belajar, hasil belajar siswa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini 35 orang siswa kelas VIII yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 19

Shinta Metikasari 1), Imam Sujadi 2), Yemi Kuswardi 3) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (PTK) atau disebut classroom action research.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Gunungterang,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. di dalamnya, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING MELALUI METODE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA KELAS VII D SMP NEGERI 7 PURWOREJO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

penggunaan pembelajaran kooperatif model picture and picture sesuai dengan analisis masalah. d. Merancang tes formatif perbaikan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Hasil penelitian tindakan kelas selama dua siklus terbagi dalam beberapa tahap, diantaranya adalah : (i) Kondisi awal sebelum pelaksanaan PTK, (ii) Pelaksanaan PTK siklus pertama, dan (iii) Pelaksanaan siklus PTK siklus kedua. 4.1.1. Kondisi Awal Penelitian ini dilatar-belakangi rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Bandungharjo. Dari 22 siswa yang mengikuti ulangan harian IPA pada tanggal 1 Maret 2012, hanya 6 siswa (27%) yang mendapatkan nilai sesuai dengan batas KKM yang ditentukan yaitu 75, sedangkan 16 siswa (73%) belum tuntas. Nilai rata-rata kelas hanya sebesar 64,5. Ditinjau dari nilai rata-rata ketuntasan belajar, kelompok siswa tuntas belajar memiliki rata-rata nilai sebesar 83,3 dengan selang nilai antara 80 sampai dengan 90. Hal ini menunjukkan sebagian besar nilai siswa berada pada angka 80. Sedangkan profil kelompok belum tuntas belajar memiliki rata-rata nilai sebesar 57,5 dengan selang nilai 40 sampai dengan 70 (Tabel 4.1). Tabel 4.1 Profil Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bandungharjo Pra Siklus Ketuntasan Belajar Frekuensi Persentase Rata-rata Selang (n) (%) nilai Nilai Belum Tuntas 16 73 57,5 40-70 Tuntas 6 27 83,3 80-90 Total / Rata-rata 22 100 64,5 Berdasarkan profil ketuntasan hasil belajar tersebut, selanjutnya dilakukan penerapan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) yang dilakukan selama 3 kali pertemuan dalam setiap siklus pembelajaran. Evaluasi dilakukan pada akhir pertemuan setiap siklus pembelajaran untuk mengetahui tingkat efektifitas pembelajaran yang 30

31 tercermin dari ketuntasan hasil belajar siswa. Selanjutnya akan disajikan hasil pengamatan dari setiap siklus yang dilaksanakan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. 4.1.2. Deskripsi Siklus I Siklus pembelajaran tahap I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi serta refleksi. 4.1.2.1 Perencanaan Kegiatan perencanaan pada siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama dan kedua untuk kegiatan belajar-mengajar, sedangkan pertemuan ketiga untuk kegiatan kegiatan belajar-mengajar dilanjutkan dengan evaluasi belajar. Setelah diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi dengan teman sejawat. Diskusi membahas materi pembelajaran yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I, peneliti menyiapkan segala penunjang kegiatan pembelajaran, yaitu: a) Membuat RPP mata pelajaran IPA dengan standar kompetensi memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya sesuai model pembelajaran kooperatif NHT. b) Membuat dan menyiapkan perlengkapan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif NHT. c) Membuat dan mempersiapkan lembar observasi proses pembelajaran. d) Membuat instrumen penilaian proses belajar dan hasil belajar berupa tes isian. e) Setelah penyusunan RPP selesai, peneliti melakukan implementasi RPP yang menekankan pada penerapan model pembelajaran kooperatif NHT untuk siklus I. 4.1.2.2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan berdasarkan perencanaan pembelajaran yang telah disusun, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif NHT pada mata pelajaran IPA. Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan durasi tiap pertemuan selama 2 jam pelajaran, dengan perincian sebagai berikut : a) Melaksanakan pembelajaran sesuai RPP materi Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya

32 b) Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif NHT. c) Melakukan evaluasi pembelajaran. d) Observasi dilakukan oleh observer dan kolabor, yaitu teman sejawat dengan mengamati kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa selama siklus I. Hasil evaluasi siklus I yang dilaksanakan pada pertemuan III, diperoleh data nilai ratarata siswa dalam kelas sebesar 79,5 meningkat dibandingkan dengan rata-rata pra-siklus yaitu sebesar 64,5 (Tabel 4.1 ; Tabel 4.2). Secara umum ketuntasan belajar siswa sudah mencapai lebih dari 64% total siswa, dengan rata-rata nilai hasil evaluasi IPA pada siklus I mencapai 85,7. Rata-rata nilai hasil evaluasi belajar IPA siklus I untuk kelompok siswa yang belum tuntas belajar sebesar 68.8 dengan selang nilai antara 60 sampai dengan 70 (Tabel 4.2). Tabel 4.2 Profil Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bandungharjo Siklus I Ketuntasan Belajar Frekuensi Persentase Rata-rata Selang (n) (%) nilai Nilai Belum Tuntas 8 36 68,8 60-70 Tuntas 14 64 85,7 80-100 Total / Rata-rata 22 100 79,5 Jumlah ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 meningkat dari 6 siswa pada pra-siklus menjadi 14 siswa. (Gambar 4.1). Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan cukup efektif meningkatkan proporsi ketuntasan belajar siswa. Peningkatan proporsi ini selanjutnya akan dikonfirmasi lebih lanjut melalui penerapan perlakuan model pembelajaran siklus kedua.

33 Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bandungharjo selama Pra-siklus dan Siklus I 4.1.2.3. Observasi Pelaksanaan perlakuan metode pembelajaran kooperatif NHT dilakukan pada bulan Oktober 2012 dalam tiga pertemuan, yaitu pada tanggal 10, 17 dan 20 dengan didampingi observer dan teman sejawat. Pada pertemuan 1 dan 2 kegiatan yang dilakukan adalah pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif NHT, sedangkan pada pertemuan 3 kegiatan yang dilakukan hanya pelaksanaan evaluasi. Evaluasi yang diberikan berupa tes evaluasi hasil belajar dengan bentuk pilihan ganda. Selain tes evaluasi hasil belajar, pada pertemuan 1 dan 2 juga dilaksanakan tes proses. Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka oleh observer dan teman sejawat. Observasi dilaksanakan secara intensif dan dirangkum dalam lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa siklus pertama (Tabel 4.3). Hasil pengamatan aktivitas guru menunjukkan bahwa selama pertemuan pertama dan kedua, aktivitas guru yang tampak cenderung lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas guru pada pertemuan ketiga. Observasi aktivitas guru pada pertemuan pertama dan kedua cenderung menunjukkan aktivitas guru dalam mengajar, membimbing dan mengarahkan siswa dalam kelompok. Sedangkan aktivitas utama guru pada pertemuan ketiga lebih banyak terlihat dalam melakukan evaluasi dan refleksi (Tabel 4.3). Hasil observasi

34 terhadap kegiatan siswa juga menunjukkan aktivitas yang terlihat dominan terjadi pada pertemuan kedua, terutama dalam aktivitas kelompok. Sedangkan aktivitas siswa pada pertemuan ketiga menunjukkan kegiatan memperhatikan penjelasan guru dan evaluasi belajar lebih dominan. Tabel 4.3 Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I No Langkah-langkah Siklus I ( Tiap Pertemuan ) 1 2 3 Aktivitas Guru Yang diamati (1) 1. Memotivasi siswa 2 3 3 2. Menyampaikan materi 4 4 2 3. Membagi siswa dalam kelompok heterogen 4 4 1 4. Memberikan nomor pada masing-masing siswa 3 4 1 5. Membagi tugas yang harus didiskusikan oleh kelompok 4 4 1 6. Membimbing siswa dalam diskusi kelompok 3 4 1 7. Menunjuk siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan cara 3 4 1 memanggil sesuai nomor yang telah diberikan 8. Membimbing dan mengarahkan siswa dalam diskusi kelas 3 4 1 9. Memberikan penguatan dan rewards 3 4 4 10. Menyimpulkan materi 4 4 4 11. Melakukan evaluasi 3 3 4 12. Melakukan refleksi 4 4 4 Rata-rata Skor Aktivitas Guru 3,3 3,8 2,3 Aktivitas Siswa Yang diamati (2) 1. Memperhatikan penjelasan guru 2 3 4 2. Bergabung dengan kelompok yang telah ditentukan 4 4 1 3. Berdiskusi dan bekerja sama sesama anggota kelompok 2 3 1 4. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok 2 4 1 5. Mengajukan /menanggapi presentasi /ide 1 3 1 7. Menyimpulkan materi pembelajaran 3 4 4 6. Mengerjakan soal evaluasi 3 3 4 7. Melakukan refleksi 2 3 4 Rata-rata Skor Aktivitas Siswa 2,4 3,4 2,5 Rata-rata Skor (1 ; 2) 2,9 3,6 2,4 Keterangan : Skor 1 : 0 % - 25% aktifitas tampak Skor 3 : 51% - 75% aktifitas tampak Skor 2 : 26% - 50% aktifitas tampak Skor 4 : 76% - 100% aktifitas tampak

35 4.1.2.4. Refleksi Refleksi dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan pembelajaran berdasarkan temuantemuan dalam pengamatan. Refleksi merupakan kegiatan mencermati, mengkaji dan menganalisis secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilaksanakan, berdasarkan data yang telah terkumpul dalam kegiatan observasi. Berdasarkan data kualitatif maupun kuantitatif, peneliti melakukan evaluasi untuk menemukan keberhasilan yang telah dicapai dan kelemahan yang masih muncul dalam siklus I. Keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I akan dipertahankan, sedangkan kelemahan-kelemahan yang muncul dalam siklus I akan diperbaiki dan disempurnakan dalam siklus II. Adapun hasil refleksi pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut: a) Kelebihan 1. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, karena dengan penerapan model pembelajaran kooperatif NHT semua siswa dituntut untuk siap dengan jawaban hasil diskusi. 2. Siswa terlatih bekerjasama dengan teman dalam satu kelompok. 3. Siswa terlatih bertanggung jawab. b) Kekurangan 1. Presentasi yang disampaikan siswa kurang bermakna. 2. Siswa belum terbiasa memberikan tanggapan terhadap pendapat-pendapat dalam diskusi kelas. 3. Siswa masih kesulitan dalam menyimpulkan materi pembelajaran. 4. Guru kurang memotivasi siswa. 5. Perhatian guru dalam diskusi kelompok kurang merata. 6. Penguatan-penguatan terhadap pendapat anak masih kurang. 4.1.3. Deskripsi Siklus II Sama seperti siklus pembelajaran sebelumnya, Siklus II terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

36 4.1.3.1. Perencanaan Hasil refleksi pada siklus 1 dengan teman sejawat / observer menjadi salah satu pertimbangan untuk melaksanakan pendekatan yang lebih baik. Tindakan awal yang dilakukan untuk siklus II adalah membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT. Dalam siklus II ini, tahap persiapan dilakukan berdasarkan pada hasil observasi dan refleksi pelaksanaan tindakan siklus I. Adapun persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan siklus II adalah: a) Membuat RPP mata pelajaran IPA kompetensi dasar Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya b) Membuat dan menyiapkan perlengkapan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif NHT. c) Membuat dan mempersiapkan lembar observasi proses pembelajaran. d) Membuat instrumen penilaian proses belajar dan hasil belajar berupa tes pilihan ganda. e) Setelah RPP jadi, peneliti melakukan implementasi RPP yang menekankan pada penerapan model pembelajaran kooperatif NHT untuk siklus II. 4.1.3.2. Pelaksanaan Tindakan Berdasarkan kegiatan perencanaan yang telah disusun, maka pelaksanaan tindakan siklus II berdasarkan RPP dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif NHT pada mata pelajaran IPA seperti yang dilakukan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan ini juga dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan durasi tiap pertemuan selama 2 jam pelajaran. Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah: a) Melaksanakan pembelajaran sesuai RPP materi. b) Melaksanakan penerapan model pembelajaran kooperatif NHT. c) Melakukan evaluasi d) Observasi dilakukan oleh observer dan teman sejawat, dengan mengamati kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa selama siklus II. Hasil tes evaluasi pembelajaran siklus kedua yang diadakan pada pertemuan III menunjukkan peningkatan yang cukup besar pada tingkat ketuntasan belajar. Nilai ratarata siswa dalam kelas pada siklus II adalah 90,9 meningkat cukup besar dibandingkan dengan nilai rata-rata siklus I yaitu sebesar 79,5 (Tabel 4.4). Jumlah siswa yang tuntas

37 belajar pada siklus II meningkat menjadi 21 siswa, sementara pada siklus I hanya 14 siswa (Gambar 4.2). Pada siklus kedua ini, satu siswa masih belum dapat mencapai ketuntasan belajar yang ditetapkan walau telah dilakukan dua kali siklus pembelajaran IPA. Diduga hal ini merupakan faktor intrinsik yang merupakan kelemahan siswa tersebut dalam penguasaan materi IPA. Tabel 4.4 Profil Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bandungharjo Siklus II Ketuntasan Belajar Frekuensi Persentase Rata-rata Selang (n) (%) nilai Nilai Belum Tuntas 1 95 70-90 Tuntas 21 5 80-100 Total / Rata-rata 22 100 Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bandungharjo selama Siklus I dan Siklus II 4.1.3.3. Observasi Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka.dalam penelitian ini observasi dilaksanakan oleh observer dan teman sejawat. Adapun hasil observasi yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada tabel 4.5 tentang lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa siklus II adalah sebagai berikut:

38 Tabel 4.5 Aktivitas Guru dan Siswa Siklus II No Aspek Siklus II ( Tiap Pertemuan ) 1 2 3 Aktivitas Guru Yang diamati 1. Memotivasi siswa 4 4 4 2. Menyampaikan materi 4 4 2 3. Membagi siswa dalam kelompok heterogen 4 4 1 4. Memberikan nomor pada masing-masing siswa 4 4 1 5. Membagi tugas yang harus didiskusikan oleh kelompok 4 4 1 6. Membimbing siswa dalam diskusi kelompok 4 4 1 7. Menunjuk siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan cara 4 4 1 memanggil sesuai nomor yang telah diberikan 8. Membimbing dan mengarahkan siswa dalam diskusi kelas 4 4 1 9. Memberikan penguatan dan rewards 4 4 4 10. Menyimpulkan materi 4 4 4 11. Melakukan evaluasi 3 4 4 12. Melakukan refleksi 4 4 4 Rata-rata Skor Aktivitas Guru 3,9 4,0 2,3 Aktivitas Siswa Yang diamati 1. Memperhatikan penjelasan guru 4 4 4 2. Bergabung dengan kelompok yang telah ditentukan 4 4 1 3. Berdiskusi dan bekerja sama sesama anggota kelompok 4 4 1 4. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok 4 4 1 5. Mengajukan /menanggapi presentasi /ide 4 4 1 7. Menyimpulkan materi pembelajaran 4 4 4 6. Mengerjakan soal evaluasi 3 3 4 7. Melakukan refleksi 4 4 4 Rata-rata Skor Aktivitas Guru 3,9 3,9 2,5 Rata-rata Skor (1 ; 2) 3,9 3,9 2,3 Keterangan : Skor 1 : 0 % - 25% aktifitas tampak Skor 3 : 51% - 75% aktifitas tampak Skor 2 : 26% - 50% aktifitas tampak Skor 4 : 76% - 100% aktifitas tampak Pelaksanaan perlakuan metode pembelajaran kooperatif NHT dilakukan pada akhir bulan Oktober 2012 sampai dengan awal bulan Nopember dalam tiga pertemuan, yaitu pada tanggal 31 Oktober, serta 7 dan 14 Nopember dengan didampingi observer dan

39 teman sejawat. Evaluasi yang diberikan berupa evaluasi hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda. Selain evaluasi hasil belajar, pada pertemuan 1 dan 2 juga dilakukan tes proses. Hasil pengamatan observer terhadap aktivitas guru dan siswa menunjukkan bahwa pada siklus kedua, aktivitas guru lebih nyata dibandingkan dengan aktivitas guru pada siklus pertama. Pada hampir seluruh indikator yang diamati, derajat aktivitas guru yang tampak hamper seluruhnya memiliki skor tertinggi yaitu 4. Sedangkan untuk pertemuan ketiga aktivitas guru hanya difokuskan kepada kegiatan evaluasi belajar (Tabel 4.5). Hasil observasi terhadap kegiatan siswa juga menunjukkan aktivitas yang terlihat dominan terjadi pada kedua pertemuan awal, terutama dalam aktivitas kelompok. Sedangkan aktivitas siswa pada pertemuan ketiga menunjukkan kegiatan memperhatikan penjelasan guru dan evaluasi belajar lebih dominan. Hasil pengamatan observer menunjukkan bahwa proses pembelajaran telah berjalan dengan baik sesuai dengan RPP yang disusun. Kelemahan yang ada pada siklus I telah teratasi, yaitu : siswa telah melaksanakan diskusi kelompok dengan baik, berani mengeluarkan pendapat, menghargai pendapat, dan perhatian guru terhadap siswa telah merata. 4.1.3.4. Refleksi Sama seperti tahap sebelumnya, pada siklus kedua dilakukan refleksi atas seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan temuan atau pengamatan selama proses penerapan perlakuan model NHT. Berdasarkan hasil observasi guru, diperoleh beberapa hal yang dapat dirangkum untuk menemukan keberhasilan dari dampak tindakan yang telah dilakukan terhadap perbaikan atau peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa, yaitu : Kelebihan 1. Siswa mulai beradaptasi dan terlibat lebih aktif dalam kegiatan diskusi kelompok. 2. Siswa terlatih bekerja sama dengan teman dalam satu kelompok. Kekurangan 1. Siswa masih belum terbiasa memberikan tanggapan terhadap pendapat-pendapat dalam diskusi kelas.

40 2. Siswa masih kesulitan dalam menyimpulkan materi pembelajaran. 3. Perhatian guru dalam diskusi kelompok kurang merata, terutama kepada siswa yang berpotensi tidak tuntas belajar. 4. Penguatan-penguatan terhadap pendapat siswa masih kurang. 4.2. Hasil Analisis Data Data yang diperoleh dari pengamatan dalam penelitian ini meliputi hasil pembelajaran dan kegiatan pembelajaran baik dari siklus 1 dan siklus 2 sebagai berikut: 4.2.1. Ketuntasan Hasil Belajar Hasil penerapan metode pembelajaran berbasis model pembelajaran kooperatif NHT menunjukkan bahwa metode tersebut cukup efektif untuk meningkatkan proporsi ketuntasan belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Bandungharjo, Kecamatan Toroh. Nilai rata-rata kelas sebelum tindakan 64,5 dengan ketuntasan klasikal 27%, setelah dilaksanakan penerapan model pembelajaran kooperatif NHT pada siklus 1 terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas menjadi 79,5 dan ketuntasan klasikal 64%, sedangkan pada siklus 2 nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 90,9 dan ketuntasan klasikal mencapai 95 (Gambar 4.3). "# $% $%! Gambar 4.3 Diagram Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bandungharjo selama Siklus I dan Siklus II

41 4.3. Pembahasan Pembahasan ini mengacu pada data-data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif NHT dalam pembelajaran IPA di kelas IV semester 1SD Negeri 2 Bandungharjo tahun 2012/2013. 4.3.1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif NHT dalam Pembelajaran Seorang guru yang baik harus mampu menemukan solusi terhadap permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kasus nilai hasil belajar IPA siswa kelas IV semester 1 SD Negeri 2 Bandungharjo tahun 2012/2013 yang lebih rendah dari batas nilai KKM yang ditetapkan, peneliti menerapkan perlakuan (treatments) yang bertujuan meningkatkan nilai hasil belajar IPA. Perlakuan tersebut berupa penerapan model pembelajaran kooperatif NHT yang dibantu teman sejawat sebagai observer. Aktivitas guru sesuai pengamatan yang telah dilakukan observer sudah sesuai dengan langkah-langkah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif NHTyang telah direncanakan. Sesuai tujuannya yaitu untuk menciptakan pembelajaran yang aktif di mana memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, serta mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama serta dapat saling membantu dan bertukar pengetahuan dengan siswa lainnya. 4.3.2. Hasil Belajar Siswa Fokus penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif NHT. Indikator keberhasilan belajar dalam penelitian ini adalah peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran NHT dan tercapainya nilai siswa lebih 75. a) Keaktifan siswa dalam pembelajaran Keaktifan siswa dalam pembelajaran berhubungan dengan konsentrasi siswa, ketika siswa berkonsentrasi dengan baik, maka hasil belajar yang diperoleh akan lebih

42 baik dibanding dengan siswa yang kurang berkonsentrasi terhadap kegiatan yang dilakukan. Model pembelajaran kooperatif NHT menuntut siswa untuk aktif pada saat pembelajaran melalui kegiatan diskusi, menyampaikan pendapat, dan menanggapi pendapat orang lain. Berdasar data yang diperoleh, model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. b) Tercapainya nilai siswa 75 dan persentase ketuntasan 80% Dalam setiap siklus jumlah siswa yang mencapai nilai 75 mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah siswa tersebut merupakan akibat dari penerapan model pembelajaran kooperatif NHT. Dari analisis data diperoleh perbandingan peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari tabel 4.6 berikut : Ketuntasan Belajar Tabel 4.6 Peningkatan Proporsi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra-iklus, Siklus 1 dan Siklus 2! Siklus I Siklus II )%$ &# ' )%$ &# ' ( ( &# ' ( )%$ Tuntas 6 (27%) 14 (64%) 21 (95%) Belum Tuntas 16 (73%) 8 (36%) 1 ( 5%) Nilai Rataan Kelas Pelaksanaan tindakan melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPA menghasilkan peningkatan jumlah siswa yang tuntas dari 27 % siswa tuntas pada pra siklus, meningkat sebanyak 8 siswa atau 36% menjadi 14 siswa atau 63,64 % pada siklus 1. Pada siklus 2 terjadi peningkatan sebanyak 7 siswa atau 30,81% menjadi 21 siswa atau 95 %. Nilai rata-rata hasil belajar juga mengalami peningkatan yaitu, pra-siklus hanya 64,5, meningkat pada siklus 1 menjadi 79,5 dan meningkat lagi pada siklus 2, yaitu sebesar 90,9. Hasil tersebut mendukung diterimanya hipotesis bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa.