BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun Sejak saat itu, penyakit DBD menyebar ke berbagai daerah, sehingga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

BAB I PENDAHULUAN. satu emerging disease dengan insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah bagian dari tubuh yang berbentuk cair dengan jumlah %

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. DBD yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalsium. Trombosit melekat pada lapisan pembuluh darah yang rombak. (luka) dengan membentuk plug trombosit (Rukman, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Untuk mendiagnosia klinik DBD pedoman yang dipakai adalah yang disusun WHO :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF. oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah. penyakit demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini

BAB XVII DENGUE XVII.1 Patogenesis1,2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Divisi Infeksi Tropis Bagian IKA FK USU Medan

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu penelitian Hammon, dkk (1956) berhasil menemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II. membran pembatas trombosit (Matulo dkk, 2015). sebagian dari sitoplasma megakariosit berbentuk cakram, tidak berinti,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD) tanda-tanda kegagalan sirkulasi (WHO, 1997).

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Trombosit adalah kepingan darah terkecil dari sel darah. Sel ini berbentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara maupun zat buangan yang ada di dalam tubuh. Volume darah pada manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MAKALAH HEMATOLOGI Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test)

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak negara tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berwarna merah dan tidak transparan serta berada dalam suatu ruang. tertutup yang dinamakan pembuluh darah (Sadikin, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Definisi Demam Berdarah Dengue Demam Dengue adalah penyakit febris virus akut yang seringkali disertai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Selama hampir dua abad penyakit Demam Berdarah (DB) disejajarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANUSIA/MASYARAKAT MAKHLUK SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB IV METODE PENELITIAN. mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu. Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang.

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini merupakan

Demam Berdarah. Maulidiana Indah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat sejak diketemukannya kasus tersebut di Surabaya pada

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue pada Dewasa. Dr. Ratih Dewi

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SIARAN RADIO TANGGAL 3 OKTOBER 2011 MATERI PENYAKIT DEMAM BERDARAH NAMA DR. I GUSTI AGUNG AYU MANIK PURNAMAWATI, M.KES

bio.unsoed.ac.id MENGENAL PEI\IYAKIT DEMAM BERDARAH PENDAHULUAN penderita dan keluarganya, karena kurangnya pengertian dan pemahaman tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah utama kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue, terutama menyerang anak-anak yang bertendensi

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. World Health Organization

Pendpampingan Pemberantasan Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) Kelompok Prolanis BPJS Anggota Kepesertaaan FKTP Klinik Sakinah Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti

PERBEDAAN PENURUNAN TROMBOSIT PADA DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT I DAN II DI RS BHAYANGKARA TRIJATA

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengue Haemoragic Fever (DHF) yang lebih sering disebut dengan

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

Ilmu Pengetahuan Alam

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbeda yang ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes aegypti. Virus ini

GAMBARAN SEROLOGIS IgG-IgM PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DI RSUP SANGLAH PERIODE JULI-AGUSTUS 2014 ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. T DENGAN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER GRADE II DI BANGSAL MELATI 2C DI RSUD MOEWARDI, SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Sejarah Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD di Indonesia pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi pasti melalui isolasi virus baru dapat dilakukan pada tahun 1970. Sejak saat itu, penyakit DBD menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh provinsi di Indonesia (ketika itu masih berjumlah 27 provinsi ), kecuali Timor-Timur, telah terjangkit penyakit DBD. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan cenderung meningkat secara signifikan, baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit (Genis Ginanjar, 2007). 2. Definisi DBD atau Dengue Haemorhage Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung semakin luas penyebarannya. DBD dapat menyerang semua orang dengan semua usia, bisa menyebabkan kematian terutama pada anak dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) (Misnadiarly, 2009). Penting untuk diketahui penyakit DBD seringkali salah diagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus (demam thypoid). Hal ini disebabkan gejala infeksi virus dengue pada tahap awal bisa jadi tidak khas. Sebagai gambaran, 7

8 beberapa pasien anak penderita DBD sering menunjukan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare pada hari-hari pertama sakit. Diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan pemahaman serta kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit yang potensial mematikan ini (Genis Ginanjar, 2007). 3. Penyebab Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue. Virus dengue terdiri atas empat serotipe, yakni Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Keempat serotipe ini memiliki struktur antigen yang mirip satu sama lain. Namun, antibodi yang dibentuk tubuh untuk masing-masing serotipe ini tidak dapat memberikan perlindungan silang. Sebagai contoh, antibodi yang dibentuk sebagai respon perlindungan terhadap serotipe Den-1 tidak dapat memberikan perlindungan terhadap serangan virus dari serotipe Den-2, dan seterusnya. Keempat macam serotipe virus dengue telah ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di Jakarta dan Yogyakarta. Dari keempat serotipe ini yang sering ditemukan dan berkembang pesat di masyarakat adalah serotipe Den-1 dan Den-3 (Sentot Widiyanto, 2009). 4. Penularan Demam Berdarah Dengue Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk aedes aegypty / aedes albopictus betina yang sebelumnya membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lainnya. Nyamuk aedes aegypti hidup di sekitar rumah dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang hari (Kristina, 2004).

9 Virus dengue penyebab DBD tidak dapat menular melalui udara, cairan tubuh, makanan, maupun minuman. Hal ini karena virus dengue tidak mampu bertahan hidup jika berada di luar sel atau jaringan yang hidup (Sentot Widiyanto, 2009). Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Menurut teori infeksi sekunder, seseorang dapat terserang DBD, jika mendapat infeksi ulangan dengan virus dengue tipe yang berlainan dengan infeksi sebelumnya. Infeksi dengan satu tipe virus dengue saja, paling berat hanya akan menimbulkan demam dengue disertai pendarahan (Dinkes Provinsi Jateng, 2006: 25). Tempat potensial untuk terjadi penularan DBD adalah: 1. Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis). 2. Tempat-tempat umum yang merupakan tempat berkumpulnya orangorang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar. 3. Pemukiman baru di pinggir kota. 5. Gejala-Gejala Demam Berdarah Dengue a. Masa inkubasi biasanya berkisar antara 4 7 hari. b. Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2 7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun.

10 c. Tanda-tanda perdarahan c.1. Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa uji Tourniquet (Rumple Leed) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut: petekie, purpura, ekimosis, perdarahan konjungtiva, epistaksis, pendarahan gusi, hematemesis, melena dan hematuri. Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. c.2. Membedakan regangkan kulit, jika hilang maka bukan petekie. Uji Tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai presumptif test (dugaan keras) oleh karena uji Tourniquet positif pada hari-hari pertama demam terdapat pada sebagian besar penderita DBD. Namun uji Tourniquet positif dapat juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak, demam chikungunya), infeksi bakteri (Typhus abdominalis) dan lain-lain. Uji Tourniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih petekie pada seluas 1 inci persegi (2,5 2,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat siku (fossa cubiti). d. Pembesaran hati (hepatomegali) d.1. Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit. d.2. Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit. d.3. Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus.

11 e. Renjatan (syok) e.1. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan kaki. e.2. Penderita menjadi gelisah. e.3. Sianosis di sekitar mulut. e.4. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba. e.5. Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmhg atau kurang. f. Gejala klinik lain f.1. Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang. f.2. Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan kesadaran sehingga sering didiagnosis sebagai ensefalitis. f.3. Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan gastrointestinal dan renjatan (Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, Depkes RI). 6. Pemeriksaan Penderita Demam Berdarah Dengue Penderita yang datang dengan gejala/tanda DBD maka dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:

12 a. Anamnesis (wawancara) dengan penderita atau keluarga penderita tentang keluhan yang dirasakan, sehubungan dengan gejala DBD. b. Observasi kulit dan konjungtiva untuk mengetahui tanda perdarahan. Observasi kulit meliputi wajah, lengan, tungkai, dada, perut dan paha. c. Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital (kesadaran, tekanan, darah, nadi dan suhu). d. Penekanan pada ulu hati (epigastrium), adanya rasa sakit/nyeri pada ulu hati dapat disebabkan karena adanya perdarahan di lambung. e. Perabaan hati f. Uji Tourniquet (Rumple Leede) g. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium klinik g.1. Pemeriksaan trombosit Hitung jumlah trombosit digunakan untuk mengetahui apakah trombosit berada pada batas normal atau menurun. g.2. Pemeriksaan hematokrit Pemeriksaan hematokrit pada penderita DBD dilakukan untuk mengetahui apakah terjadinya peningkatan hematokrit. g.3. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Pemeriksaan hemoglobin pada penderita DBD dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan hemoglobin atau tidak.

13 g.4. Pemeriksaan Serologis Saat uji serologis yang biasa dipakai untuk menentukan adanya infeksi virus dengue, yaitu uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI) dan ELISA (IgM/IgM) (Depkes RI, 2005). B. Trombosit Gambar 1. Sel Darah (Sumber : Michel Pronovost, 2004) Keterangan gambar: (1) trombosit, (2)leukosit, (3)eritrosit 1. Definisi Trombosit adalah sel darah tidak berinti berasal dari sitoplasma megakariosit. Dalam keadaan inaktif, trombosit berbentuk cakram bikonveks dengan diameter 1-4 µm dan volume 7-8 fl. Dengan mikroskop elektron, trombosit dibagi menjadi 4 zona. Zona perifier yang berguna untuk adhesi dan agregasi, zona sol-gel yang menunjang struktur dan mekanisme kontraksi, zona

14 organel yang berperan pada pengeluaran inti trombosit serta zona membran yang merupakan jalan keluar dari isi granula saat pelepasan (Aulia Yuma, 2006). Trombosit adalah pecahan sitoplasma megakariosit yang berukuran 1-4 um. Terdiri dari 2 bagian yaitu kromomer yang bergranula terletak di tengah, serta hialometer yang mengelilingi kromomer, tidak bergranula dan berwarna lebih muda. 2. Fungsi Trombosit Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanis sebagai respon hemostatik normal terhadap cedera vaskuler. Proses pembentukan sumbat tersebut melalui adhesi, pembebasan, agregasi, fusi dan aktivitas prokoagulan (Aulia Yuma, 2006). 3. Pembentukan Trombosit / Trombopoiesis Trombosit dibentuk oleh megakariosit, yaitu sel raksasa dalam sumsum tulang belakang dengan cara mengeluarkan sedikit sitoplasma ke dalam sirkulasi, sekitar 60-75 % trombosit yang telah dilepas dari sumsum tulang berada dalam peredaran darah, sedangkan sisanya sebagian besar terdapat pada limpa (Ganong, 2001). 4. Trombositopenia Trombositopenia adalah penurunan jumlah trombosit dalam sirkulasi. Kelainan ini berkaitan dengan peningkatan resiko perdarahan hebat bahkan hanya dengan cidera ringan atau perdarahan spontan kecil. Trombositopenia ditandai dengan bercak kecil akibat perdarahan di subkutaneus, yang disebut petekie atau

15 area perdarahan di subkutaneus yang lebih luas, yang disebut purpura. Ekimosis (memar) dapat juga muncul. Trombositopenia juga menyebabkan kondisi serius koagulasi intravaskuler diseminata (disseminated intravaskular coagulation atau DIC), yang terjadi setelah periode lama pembekuan, trombosit mulai dihancurkan, menyebabkan perdarahan yang berlebihan dan angka kematian yang tinggi (Elizabeth J.Corwin, 2009). Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme supresi sumsum tulang dan destrusi serta pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis, kadar trombopoetin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukan kenaikan, hal ini menunjukan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi anti NS1 VD, konsumsi trombosit selama proses koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b- tromboglobulin dan PF4 yang merupakan pertanda degranulasi trombosit ( Bima Valentino, 2012).

16 5. Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit Hitung jumlah trombosit adalah pemeriksaan untuk mengukur jumlah trombosit dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengevaluasi, mendiagnosis, dan menindaklanjuti gangguan perdarahan, trombositopenia. Pemeriksaan hitung jumlah trombosit dalam laboratorium dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung menggunakan metoda Rees Ecker, metoda Brecher Cronkite dan metoda Hawerden. Metoda Ress Ecker darah diencerkan dengan larutan BCB (Brilliant Cresyl Blue), sehingga trombosit akan tercat terang kebiru-biruan.trombosit dihitung dengan bilik hitung di bawah mikroskop, kemungkinan kesalahan metoda Rees Ecker berkisar 16-25%. Metode Brecher Cronkite darah diencerkan dengan larutan amonium oksalat 1% untuk melisiskan sel darah merah, trombosit dihitung pada bilik hitung menggunakan mikroskop fase kontras. Kemungkinan kesalahan Brecher Cronkite 8-10%. 6. Normal Trombosit dalam Darah Jumlah trombosit dalam keadaan normal adalah 200.000-500.000 per µl darah (Gandasoebrata, 2007). C. Bleeding Time Waktu mulai terjadinya perdarahan hingga terbentuk sumbat trombosit dan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga darah berhenti mengalir, disebut sebagai waktu perdarahan (bleeding time). Waktu perdarahan normal pada manusia sekitar 1 sampai 3 menit. Pengukuran waktu perdarahan untuk mengetahui respon

17 vaskuler terhadap hemostasis atau kemampuan pembuluh darah untuk kontraksi dan retraksi serta peran sumbatan fibrin pada daerah luka (Pedersen, 1998). Masa perdarahan digunakan untuk menilai faktor-faktor ekstravaskuler dari hemostasis (pembekuan darah). Ada 2 cara pemeriksaan yang lazim digunakan yaitu cara Ivy dan cara Duke. Nilai normal masa pendarahan dengan metode IVY antara 1 dan 6 menit. Apabila lewat 10 menit peradarahan belum berhenti, hentikanlah percobaan karena tidak ada gunanya untuk melanjutkannya. Perdarahan yang berlangsung lebih dari 10 menit telah membuktikan adanya suatu kelainan dalam mekanisme hemostasis. Setelah dibuktikan bahwa masa perdarahan memanjang perlu mencari lebih lanjut dengan tes-tes lain dimana letaknya kelainan hemostasis. Akan tetapi perlu juga menyadari kemungkinan lain apabila masa perdarahan melebihi 10 menit, yaitu tertusuknya 1 vena maka pada pemeriksaan ini ulangilah pada lengan lain (Gandasoebrata, 2007). Tusukan harus cukup lama sehingga salah satu bercak darah pada kertas saring menjadi berdiameter 5 mm atau lebih. Percobaan batal jika tidak didapat bercak sebesar itu. Percobaan batal juga jika masa perdarahan kurang dari 1 menit. Kedua hal itu disebabkan karena penusukan kurang dalam. Nilai normal masa perdarahan dengan metode duke antara 1-3 menit. Cara duke kurang memberatkan kepada mekanisme hemostasis karena tidak diadakan pembendungan, hasil tes menurut Ivy lebih dapat dipercaya. Janganlah melakukan masa perdarahan menurut duke itu pada ujung jari, hasilnya terutama

18 pada orang dewasa tidak boleh dipercaya, (Gandasoebrata, 2007) dan lebih baik ditusuk pada cuping telinga karena hasilnya lebih akurat. D. Rekalsifikasi Waktu Rekalsifikasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyusun fibrin dari plasma darah rendah trombosit dan tidak mengandung ion Ca 2+ dengan penambahan CaCl 2. Pemeriksaan rekalsifikasi digunakan untuk mencari adanya kekurangan faktor-faktor pembekuan darah pada jalur intrinsik, yaitu : 1. Faktor V Faktor V disebut faktor labil, protein dengan rantai tunggal dengan berat molekul 330.000 dalton yang dibentuk di hati dan kadarnya menurun pada penyakit hati. Sifat protein ini belum diketahui dengan jelas, aktivitasnya cepat menurun bila darah atau plasma yang diberi antikoagulan disimpan dalam bentuk cair. Protein ini juga menghilang dari sirkulasi dalam waktu singkat. Waktu paruhnya hanya 15 jam. Faktor V juga merupakan kofaktor penting pada kemampuan protein C aktif yang berfungsi sebagai antikoagulan fisiologik. 2. Faktor VIII Sebagai faktor antihemofilia, molekul protein ini besar dengan berat molekul 330.000 dalton terdiri atas berbagai komponen fisiologis yang diatur oleh beberapa gen. Waktu paruh 9-18 jam, menghilang dengan cepat

19 dari plasma yang disimpan dalam suhu dingin. Faktor ini mampu menormalkan waktu pembekuan pada pasien hemofilia A. 3. Faktor IX Faktor IX disebut faktor Christmas, komponen tromboplastin plasma. Protein ini merupakan faktor hati yang memerlukan vitamin K untuk pembentukannya. Waktu paruh 24 jam tetapi kadarnya tetap tinggi bila plasma disimpan dalam keadaan cair. 4. Faktor X Faktor X disebut faktor Stuart-Power, merupakan faktor hati yang memerlukan vitamin K. Faktor X merupakan kunci dari semua jalur-jalur aktivasi faktor-faktor pembekuan. Waktu paruh sekitar 40 jam. 5. Faktor XI Faktor XI disebut anteseden tromboplastin plasma, merupakan suatu glikoprotein dengan berat molekul 143.000 dalton yang dibentuk di hati dan beredar dalam plasma dalam bentuk terikat ( kompleks ) dengan kininogen HMW. Namun, faktor ini tidak berkurang pada penyakit hati dan tidak memerlukan vitamin K serta stabil dalam darah atau plasma simpan. Waktu paruhnya sekitar 2 hari. 6. Faktor XII Faktor XII disebut faktor hagemen yaitu suatu globulin beta rantai tunggal yang memiliki berat molekul 76.000 dalton, ada dalam plasma dengan kadar sangat rendah. Waktu paruh sekitar 2 hari. Faktor ini merupakan

20 salah satu penghubung dengan jalur-jalur fisiologis lain, termasuk pengaktifan kontak pembekuan, pengaktifan jalur kinin, pengaktifan komplemen, dan pengaktifan fibrinolisis. 7. Protrombin Merupakan suatu glikoprotein dengan berat molekul 70.000 dalton, sangat erat kaitannya dengan faktor VII,IX,X. Dibentuk di hati dan pembentukannya diperlukan vitamin K. Waktu paruh protrombin adalah 2,5-3 hari. 8. Fibrinogen Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein dengan berat molekul 330.000 dalton, tersusun atas 3 pasang rantai polipeptida. Protein ini dibentuk oleh hati, mempunyai waktu paruh 3,5-4 hari. Kadar meningkat pada keadaan yang memerlukan hemostasis dan keadaan nonspesifik. Kadar normal fibrinogen plasma adalah 150-400mg/dl. E. Keterkaitan Jumlah Trombosit dengan Pemeriksan Bleeding Time dan Pemeriksaan Rekalsifikasi pada Penderita DBD Trombositopenia selalu terjadi pada penderita DBD, mulai ditemukan pada hari ketiga dan berakhir pada hari kedelapan sakit yaitu jumlah trombosit < 100.000 / mm 3. Penurunan jumlah trombosit berpengaruh pada factor resiko terjadinya perdarahan. Perdarahan terjadi karena jumlah trombosit yang terus menurun tidak dapat menghentikan rembesan plasma akibat bocornya pembuluh kapiler. Penderita DBD mengalami perubahan pada dinding pembuluh darahnya

21 yaitu menjadi mudah ditembus cairan (plasma) darah, sehingga terjadilah perdarahan. Tubuh pada penderita akan bereaksi terhadap virus. Tubuh mencoba untuk melawan virus dengan menetralisasai virus pada tahap awal. Ruam merupakan bentuk netralisasi ini. Namun, jika tidak berhasil maka virus mulai mengganggu fungsi pembekuan darah yang mengakibatkan penurunan jumlah dan kualitas komponen-komponen beku darah yang menimbulkan manifestasi perdarahan (Hindra I.Satari&Mila Meiliasari,2004). Bleeding Time (BT) atau waktu perdarahan adalah menilai kemampuan darah untuk membeku setelah adanya luka atau trauma, dimana trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh darah untuk membentuk bekuan. Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi (pemeriksaannya dengan menusukkan jarum ke lobus telinga atau tangan) menunjukkan fungsi dari kapiler dan trombosit. BT memanjang pada gangguan fungsi trombosit atau jumlah trombosit dibawah 100.000/mm 3. Terbentuknya kompleks antigen-antibodi antara antigen virus dengue dengan antibodi selain menyebabkan proses terjadinya trombositopenia juga akan mengaktifkan sistem koagulasi. Aktivasi sistem koagulasi dan fibrinolisis yang berkepanjangan berakibat menurunnya berbagai faktor koagulasi seperti fibrinogen II, V, VII, VIII, IX, X serta plasminogen. Keadaan ini menyebabkan dan memperberat perdarahan pada pasien DBD, ditambah lagi dengan adanya

22 trombositopenia (Djajadiman.G, 1999). Rekalsifikasi adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mencari adanya kekurangan faktor-faktor koagulasi tersebut. Selain faktor tersebut masa rekalsifikasi juga dipengaruhi oleh jumlah trombosit. F. Kerangka Teori Jumlah Trombosit Tingkat Perdarahan Fungsi Vaskuler Sistem Koagulasi Bleeding Time Rekalsifikasi Penyakit Demam Berdarah Dengue Infeksi Virus Dengue G. Kerangka Konsep Jumlah Trombosit pada Penderita Demam Berdarah Dengue Hasil Bleeding Time dan Rekalsifikasi pada Penderita Demam Berdarah Dengue