TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV

Universitas Sumatera Utara

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

Pengukuran iklim kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI BENGKEL KONSTRUKSI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONSIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP 51/MEN/I999 TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN NASKAH SOAL HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

KEBISINGAN PADA KAPAL MOTOR TRADISIONAL ANGKUTAN ANTAR PULAU DI KABUPATEN PANGKAJENE

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri

Evaluasi Lingkungan Fisik Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan Pada PLTU Unit 1 dan 2 PT. Indonesia Power UBP Semarang

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

BAB I PENDAHULUAN. modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA)

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta

Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

MATERI PELATIHAN OPERATOR FORKLIFT BATTERY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan

PENGAMBILAN & ANALISIS SAMPEL EMISI CEROBONG, UDARA AMBIEN & FAKTOR FISIKA DI TEMPAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang guna

Dampak Giliran Kerja, Suhu dan Kebisingan terhadap Perasaan Kelelahan Kerja di PT LJP Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD.

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

Analisa Intensitas Kebisingan dengan Pendekatan Pola Sebaran Pemetaan Kebisingan di Pt. Ricry Pekanbaru

PENGAMBILAN & ANALISIS SAMPEL EMISI CEROBONG, UDARA AMBIEN & FAKTOR FISIKA DI TEMPAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

ANALISIS ASPEK ERGONOMI PADA LINGKUNGAN KERJA (STUDI KASUS PADA UNIT PRODUKSI COCO FIBER)

ANALISIS ASPEK ERGONOMI PADA LINGKUNGAN KERJA (STUDI KASUS PADA UNIT PRODUKSI COCO FIBER)

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN PELEBURAN LOGAM KOPERASI BATUR JAYA CEPER KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

Jl. HR Soebrantas Km 12.5 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

Kajian Tingkat Kebisingan Komplek Permukiman di Ruang Peruntukan Perdagangan Dan Jasa Di Kota Jambi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengoperasikan peralatan industri, mempunyai keahlian yang sesuai dengan

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES DENGAN MEMPERHATIKAN LINGKUNGAN DAN KETELITIAN KERJA OPERATOR

BAB I PENDAHULUAN. pemasakan. Kapasitas produksi mencapai 4000 ton per hari. Sound Level Meter dengan 9 titik pengukuran yang berdasarkan European

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN BERDASARKAN VARIASI KEBISINGAN PADA PEKERJA PEMBUAT KOMPONEN-KOMPONEN TEKSTIL DI CV.AKBAR JAYA KIARACONDONG KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

DAFTAR PUSTAKA. Davis, I R, and Hamernik P Roger Noise and Hearing Impairrment, Occupational Health, USA.

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan atau lingkungan kerja. Salah satu faktor-faktor bahaya yang

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. i. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. tentu akan berdampak pada terjadinya berbagai masalah yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka membangun perekonomian, maka perkembangan industri sedang berlangsung dengan menggunakan semakin

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi

Analisis Pengaruh Karakteristik Individu dan Lingkungan Kerja Terhadap Kelelahan pada Pekerjaan Packaging di Perusahaan Minyak Goreng dan Margarin.

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.2 ANALISIS PENGUKURAN DENGAN PARAMETER GAIN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebisingan

Transkripsi:

TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT Yunasril 1, Heri Prabowo 2 Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang email: inoes83@yahoo.co.id ABSTRAK PT. X adalah salah satu perusahaan swasta yang bergerak disektor pertambangan, yaitu pengolahan pemurnian Stone crusher di Jorong Bandua Balai, Nagari Kinali, Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat Propinsi Sumatera Barat. Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan yang padat akan aktivitas peralatan mesin yang dapat menimbulkan gangguan pada lingkungan kerja. Efek tekanan lingkungan kerja pada pekerja dapat berupa penurunan kualitas fisik dan nonfisik (psikologi) dan juga akan menjadi pemicu munculnya berbagai konflik lingkungan yang ada. Salah satu bentuk tekanan lingkungan adalah kebisingan dan suhu di tempat kerja. Pengukuran kebisingan di PT. X bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan di lokasi kegiatan Stone crusher memenuhi persyaratan menurut standar baku tingkat kebisingan berdasarkan Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MENAKER/1999 untuk lokasi kerja. Dari hasil penelitian ini berdasarkan ruang lingkup kerja bahwa di lokasi penelitian pada jarak 3 m dari stone crusher untuk operatornya sebesar 97,31 db, dan di daerah perlintasan pekerja pada jarak 6m adalah sebesar 95,47 db sementara di lokasi bengkel yang berjarak 12 m dari stone crusher sebesar 89,14 db. Berdasarkan KEP- 51/MENAKER/1999 untuk semua lokasi pengukuran tersebut sudah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diizinkan untuk pekerja yang terperjan kebisingan selama 8 jam/hari. Untuk hasil pengukuran suhu/tekanan panas lokasi operator dan lokasi bengkel rata-rata adalah 27,4 0 C dan 26,8 0 C. Bila dirujuk kepada KEP-51/MENAKER/1999 untuk berkerja selama 6 jam/hari (75% kerja) dengan status beban kerja sedang dengan Nilai Ambang Batasnya (NAB) 28 0 C berarti masih dibawah NAB. Tetapi bila bekerja penuh 8 jam/hari (100%) kedua lokasi tersebut telah melebihi NAB yaitu 26,7 0 C. Kata kunci : Nilai Ambang Batas (NAB) I. PENDAHULUAN Kegiatan ekploitasi sumberdaya mineral atau bahan galian seperti batuan merupakan salah satu pendukung sektor pembangunan baik secara fisik, ekonomi maupun sosial. Hasil pertambangan merupakan sumberdaya yang mampu menghasilkan pendapatan yang sangat besar untuk suatu daerah. Kebutuhan akan bahan galian konstruksi dan industri seperti batuan tampak semakin meningkat seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan berbagai sarana maupun prasarana fisik di berbagai daerah di Indonesia. PT. X adalah salah satu perusahaan swasta yang bergerak disektor pertambangan, yaitu pengolahan pemurnian stone crusher di Jorong Bandua Balai, Nagari Kinali, Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat. PT. X. Kegiatan yang dilakukan perusahaan ini secara prinsip akan

mendukung kegiatan perekonomian disekitarnya dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sama seperti kegiatan industri lainnya bahwa kegiatan mekanis dalam pertambangan dan perangkat permesinan pasti akan menghasilkan efek samping terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satu aspek yang harus menjadi perhatian industri adalah kenyamanan bagi tenaga kerja saat melaksanakan pekerjaannya. Kenyamanan disini antara lain adalah kenyamanan audio dan kenyamanan suhu. Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan yang padat akan aktivitas peralatan mesin yang dapat menimbulkan suara yang mengganggu lingkungan, terutama lingkungan lokasi kegiatan pertambangan tersebut. Efek tekanan lingkungan pada manusia dapat berupa penurunan kualitas fisik dan nonfisik (psikologi). Salah satu bentuk tekanan lingkungan adalah kebisingan dan suhu/tekanan panas. Berdasarkan observasi awal ditemukan bahwa tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas stone crusher adalah melebihi ambang batas kebisingan yaitu 91 db pada lokasi stone crusher dihitung selama 10 menit. Sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MENAKER/1999 tentang nilai ambang batas faktor fisik di tempat kerja, bahwa nilai ambang batas kebisingan di area kerja maksimal 85 db dengan waktu pemajanan 8 jam. Disamping itu dilapangan ditemukan para pekerja tidak menggunakan APD (Alat Proteksi Diri) untuk peredam kebisingan seperti (ear plug/headphone), masker, safety shoes dan safety helmet dan lainnya. Untuk suhu di lokasi stone crushera yang dimaksud adalah Indek Suhu Basak dan Bola (ISBB) yaitu sebesar 28,43 C dengan jenis pekerjaan di lokasi stone crusher termasuk jenis pekerjaan dengan beban kerja sedang. Dengan nilai demiakian berarti juga melebihi nilai ambang batas (NAB) yang telah ditentukan, yaitu 28,0 C berdasarkan KEP-51/MENAKER/1999. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui berapakah di lokasi stone crusher selama jam kerja berlangsung dan apakah memenuhi syarat Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperbolehkan berdasarkan KEP-51/MENAKER/1999 2. Untuk mengethui suhu di lokasi stone crusher selama jam kerja dan apakah memenuhi syarat Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperbolehkan berdasarkan KEP- 51/MENAKER/1999 II. METODOLOGI Penelitian ini menjelaskan tentang tingkat kebisingan dan suhu yang dirasakan oleh pekerja di lokasi stone crusher PT.X. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian ini nantinya akan memberikan hasil berupa tingkat kebisingan dan suhu di masingmasing lokasi pengamatan, kemudian dirujuk terhadap standar baku mutu menurut KEP-51/MENAKER/1999. Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Level Meter Type 2 pro untuk tingkat kebisingan dan untuk suhu/tekanan panas menggunakan alat Thermal Environment Monitor. Pengambilan data kebisingan di lokasi stone crusher diambil sebanyak 3 (tiga) lokasi dengan jarak 3 m, 6 m, dan 12 m. Masing-masingnya diambil pada pukul 09.00 WIB untuk pagi hari, pada pukul 11.00 WIB untuk siang, dan pada pukul 15.00 WIB untuk sorenya. Penentuan jarak berdasarkan dengan ruang lingkup pekerja atau lokasi-lokasi kegiatan pekerja disekitar stone crsuher, seperti lokasi operator, perlintasan pekerja dan di bengkel. Pengukuran suhu dilakukan di dua lokasi yaitu di lokasi operator dan bengkel. Lokasi ini di ambil karena pada lokasi inilah pekerja relatif menetap. Pengambilan data dilakukan pada pukul 09.00 WIB dan pada pukul 15.00 WIB.

Kemudian hasil pengukuran suhu yang diperoleh di rujuk kepada KEP- 51/MENAKER/1999 tentang nilai ambang batas iklim kerja indeks suhu basah dan bola (ISBB). III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Leq 10 Menit Penelitian ini menentukan tingkat kebisingan lingkungan di lokasi kerja, dengan menggunakan alat Level Meter Type 2 pro SE/DL. Pengambilan sampel dilakukan di area Stone crusher pada jarak 3m, 6m, dan 12m. Jarak ini diambil berdasarkan kepada ruang lingkup kerja. Pencatat data tingkat kebisingan dilakukan masing-masingnya selama 10 menit untuk pagi jam 09.00, siang jam 11.00 dan sore jam 15.00. Dengan ketinggian mikrofon adalah 1,5 m dari permukaan tanah untuk yang beraktifitas di tanah dan pada ketinggian 4m untuk operator Stone crusher. 3.2 Lokasi di Operator Stone Crusher Tabel 1. di Lokasi Operator Pagi hari Jam 09.00 WIB Pada Jarak 3 m 1. SPL max 110,6 2. SPL eq (L 1 ) 98,3 3. SPL min 81,6 Tabel 2. di Lokasi Operator Siang Hari Jam 11.00 WIB Pada Jarak 3 m 1. SPL max 109,9 2. SPL eq (L 2 ) 95,6 3. SPL min 78,9 Tabel 3. di Lokasi Operator Sore Hari Jam 15.00 WIB Pada Jarak 3 m 1. SPL max 107,3 2. SPL eq (L 3 ) 97,6 3. SPL min 80,8 Sehingga SPL eq selama 8 jam untuk di lokasi Operator adalah : SPL eq = 10 log (10. + 10. + 10. ) SPL eq =10 log (10. (. ) + 10. (. ) + 10. (. ) SPL eq =. db 3.3 Lokasi di Perlintasan Kerja Tabel 4. di Lokasi Perlintasan Pagi hari Jam 09.00 WIB Pada Jarak 6 m 1. SPL max 105,6 2. SPL eq (L 1 ) 95,3 3. SPL min 78,5 Tabel 5. di Lokasi Operator Siang Hari Jam 11.00 WIB Pada Jarak 6 m 1. SPL max 109,9 2. SPL eq (L 1 ) 95,6 3. SPL min 78,9

Tabel 6. di Lokasi Perlintasan Sore hari Jam 15.00 WIB Pada Jarak 6 m 1. SPL max 105,0 2. SPL eq (L 1 ) 95,9 3. SPL min 79,1 Sehingga SPL eq selama 8 jam untuk di lokasi Perlintasan adalah : SPL eq =10 log (10. + 10. + 10. ) SPL eq =10 log (10. (, ) + 10. (. ) + 10. (, ) SPL eq =. db 3.4 Lokasi di Perlintasan Kerja Tabel 7. di Lokasi Bengkel Pagi hari Jam 09.00 WIB Pada Jarak 12 m 1. SPL max 97,2 2. SPL eq (L 1 ) 89,6 3. SPL min 72,8 Tabel 8. di Lokasi Bengkel Siang Hari Jam 11.00 WIB Pada Jarak 12 m 1. SPL max 94,8 2. SPL eq (L 1 ) 87,4 3. SPL min 70,6 Tabel 9. di Lokasi Bengkel Sore Hari Jam 15.00 WIB Pada Jarak 12 m 1. SPL max 99,7 2. SPL eq (L 1 ) 80,0 3. SPL min 73,3 Sehingga SPL eq selama 8 jam untuk di lokasi Bengkel adalah : SPL eq =10 log (10. + SPL eq =10 log (10. (, ) + 10. + 10. ) 10. (, ) + 10. (. ) SPL eq =, db Sehingga diperoleh di Lokasi Stone Crusher adalah seperti pada Tabel 10 berikut ini : Tabel 10. di Lokasi Stone Crusher Lokasi Jarak SPL eq 1. Operator 3 m 97,31 db 2. Perlintasan 6 m 95,47 db 3. Bengkel 12 m 89,14 db Dari hasil pengukuran dan perhitungan Kebiisingan di Lokasi kegiatan Stone Crusher semuanya sudah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) menurut KEP- 51/MENAKER/1999 yaitu sebesar 85 db untuk bekerja 8 jam /hari. Berdasarkan kenyataan ini maka sudah perlu ditekankan agar setiap pekerja di lokasi Stone Crusher ini memakai APD antara lain seperti ear muff atau ear plug atau yang lainnya. 3.5 Pengukuran Suhu Pengukuran suhu dilakukan di dua lokasi yaitu lokasi operator stone crusher dan bengkel. Pengukuran suhu menggunakan alat Thermal Environmet Monitor, data diambil pada pukul 09.00

WIB untuk pagi hari dan pukul 15.00 WIB untuk sore hari. Data hasil pengukuran suhu tersebut adalah seperti tabel 5 berikut ini: Tabel 11. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Data Suhu Pagi Hari Jam 09.00 WIB Hasil ( C) Lokasi Dry Wet ISBB Globe Bulb Bulb Operator 27,4 26,6 29,7 27,16 Bengkel 27,1 25,7 29,2 26,54 Perhitungan Suhu untuk pagi: ISBB= 0,7. 26,4 + 0,2. 29,7 +0,1.27,4 (operator stone crusher) ISBB= 0,7. 25,7 + 0,2.29,2 +0,1.27,1 (bengkel) Tabel 12. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Data Suhu Sore Hari Jam 15.00 WIB Hasil ( C) Lokasi Dry Wet ISBB Globe Bulb Bulb Operator 28,9 26,4 31,4 27,65 Bengkel 28,7 26,2 29,2 27,05 Dari hasil perhitungan suhu jika merujuk ke KEP-51/MENAKER/1999 untuk beban kerja sedang pada lokasi operasi dan bengkel masih di bawah Nilai Ambang Batas (NAB) 28 0 C. Dengan perkataan lain suhu/tekanan panas di area stone crusher masih dapat dikatakan aman tetapi sudah perlu diantisipasi karena pada umumnya sudah melebihi 27 0 C. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan : 1. kebisingan di lokasi kegiatan stone crusher (lokasi operator 97,31dB,lokasi lalu lintasnya pekerja 95,47dB serta lokasi bengkel 89,14dB). 2. Dari hasil pengukuran atau perhitungan suhu di lokasi stone crusher (lokasi operator rata-rata 27,41 0 C dan di bengkel rata-rata 26,80 0 C). 3. Berdasarkan KEP- 51/MENAKER/1999 untuk tingkat kebisingan semua lokasi yang diukur ternyata sudah melenihi Nilai Ambang Batas (NAB), sementara unt uk suhu sudah mendekati NAB. Disarankan untuk meningkatkan kesadaran bagi seluruh karyawan untuk selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti ear muff atau ear flug disamping safety shoes, safety helmet, masker, untuk pekerja yang bekerja di lokasi Stone crusher yang mengalami kebisingan yang sudah jauh melebihi nilai ambang batas (NAB) yang diizinkan. Dampak dari kenyataan ini akan menurunkan ambang batas pendengaran pekerja tanpa disadari dan lama-kelamaan akan berdampak menjadi Tulian. DAFTAR PUSTAKA Adams, E.C (1975). Science in Building. Hutckinson and Co. London Budiono, Sugeng. (1996). Hiperkes dan KK. Semarang: Bunga Rampai. Charles E. Wilson. (1817). Noise Control : Measurement, Analysis and Control of and Vibration, New Jersey Institute of Technology. Granjean, E. (1985). Fitting the Task to The Man, Ed. 4. A Text Book of Occupational Ergonomic. London. New York. Philadelphia. Http://Www.Academia.Edu/5361011/Wib awa, Adhitya, dkk. (...). Penentuan LingkunganMenggunak analat LevelMeter di SekitarGedungGrahaWidyaWisud a. Intitut Pertanian Bogor, Bogor.

KEPMENAKER. No: 51/Men/1999. Tentang Nilai Ambang Batas. Setyawati, Lientje. (1994). Kelelahan kerja kronis. Kajian Terhadap Perasaan Kelelahan Kerja, Penyusunan Alat Ukur. Serta Hubungannya Dengan Waktu Reaksi dan Produktivitas Kerja. Disertasi. Program Pascasarjana, UGM. Yogyakarta. Sulakmono. (1991). Bahaya dan Cara Pengendaliannya. Public Health F.K. Unair Surabaya. Suma mur. PK. (1994). Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung Agung. Thomy, Arfandi. (2006). Hubungan dan Suhu Lingkungan dengan Kelelahan Pada Pekerja PT. PLN (Persero). Jambi Tarwaka. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Unisba Press. Yanti. (2009). Hubungan Tekanan Panas,, Giliran Kerja Dengan Perasaan Lelah Pada Pekerja Di Bagian Produksi Di PT. Batang Hari Tembesi. Jambi