1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil

Bab 1 PENDAHULUAN. Persaingan pasar dalam dunia properti rumah semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik secara langsung maupun tidak langsung, aktivitas tersebut mencakup

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia dan keturunannya. Bukti-bukti yang ditunjukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh terjadinya Global warming yang terjadi pada saat ini. Hal ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan perekonomian dan pembangunan adalah masalah pemanfaatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan dan keinginan manusia terus berkembang dan tidak terbatas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kebutuhan akan rumah menjadi perhatian yang cukup

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lingkungan Pemasaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat. Kesadaran akan lingkungan telah meningkat dalam dua dasawarsa

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi,

I. PENDAHULUAN. berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan yang dapat berupa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Di tengah kancah persaingan bisnis saat ini, para pelaku bisnis harus selalu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, maka

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN URBAN FARMING DALAM MENARIK MINAT BELI KONSUMEN PADA REAL ESTATE PERUMAHAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini persaingan dunia bisnis semakin ketat dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dibandingkan kawasan lain di Jabotabek seperti Bekasi, Tangerang, Depok,

I. PENDAHULUAN. Bisnis properti tahun 2008 akan berkembang pesat, hal ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berdiri gedung-gedung menjulang tinggi, apartemen, mall dan rumah tinggal,

I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. layanan-layanan yang sangat menarik, selain itu di era globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sektor property dan real estate merupakan sektor bisnis yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Orang-orang mulai khawatir akan dampak global warming pada

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan kendaraan bermotor roda dua saat ini terus meningkat. Hal

I. PENDAHULUAN. peran yang besar dalam mempopulerkan gaya hidup sehat. Banyaknya role model

BAB I PENDAHULUAN. terutama dari golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang prospektif dan semakin diminati para pengembang properti di

Pengaruh Persepsi dan Preferensi Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Hunian Green Product

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata termasuk ke dalam kelompok industri terbesar di dunia.

Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tingkat Kebutuhan Hunian dan Kepadatan Penduduk Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. listrik di seluruh Indonesia (rasio electricity). Jakarta sebagai ibukota negara, pusat

BAB I LATAR BELAKANG. Dari menyediakan berbagai macam fasilitasnya demi kenyamanan pengunjung,

lebih dahulu pengertian atau definisi dari masing-masing komponen kata yang digunakan dalam menyusun judul tersebut :

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. perumahan yang besar pula. Luasnya lahan yang tersedia di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah populasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini begitu banyak pembangunan di wilayah perkotaan atau di

APARTEMEN BISNIS DI JAKARTA UTARA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar1.1 Kemacetan di Kota Surabaya Sumber: 25/4/

RUMAH SUSUN MILIK DI JAKARTA DENGAN PENENKANAN DESAIN MODERN-GREEN Sevi Maulani, 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

Penentuan Lokasi Alternatif Kawasan Hijau Binaan Di Jakarta Barat

Sudirman Green Office

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman yang semakin modern diiringi dengan teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Judul : Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik Di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian

Megapolitan Kembangkan Kawasan Bisnis di Cinere, Sentul dan Karawaci

BAB I PENDAHULUAN. pada peningkatan konsumsi dunia. Pengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia yang paling mendasar. Rumah berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penting oleh banyak kalangan. Banyak faktor yang dinilai menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dan juga mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik investasinya

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti ini, internet telah menjadi sesuatu hal yang tidak asing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permintaan masyarakat terhadap rumah terus meningkat, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain seperti kawasan Eropa, Kanada, Australia, Hongkong, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar belakang

KANTOR SEWA DENGAN TEMA PERKANTORAN TAMAN DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi dan perkembangan tekhnologi yang pesat. Hal tersebut membawa dampak pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Persepsi konsumen menjadi penting dilakukan guna memperoleh masukan dari konsumen tentang produk yang dipasarkan dan proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen. Persepsi merupakan aktivitas penting yang menghubungkan konsumen individual dengan kelompok, situasi dan pengaruh pemasar (Hawkins et al. 1997). Craven (1997) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana individu memilih, mengorganisasi dan mengintepretasikan stimuli ke dalam gambaran yang mempunyai arti dan masuk akal sehingga dapat dimengerti. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya, sehingga proses pemahaman ini akan mempengaruhi cara seseorang mengorganisasikan persepsinya. Sejumlah pemelitian telah menentukan hubungan antara harga dan persepsi konsumen terhadap kualitas produk (Rao dan Monroe 1988) sedangkan kualitas yang dipersepsikan didefinisikan sebagai keputusan konsumen tentang superioritas dari suatu produk (Zeithaml 1988). Dalam hal pemilihan green product, bahwa segala sesuatu yang dipersepsikan konsumen tentang lingkungan akan memberikan wawasan terbesar pada kesadaran konsumen akan lingkungan (Straughan dan Robert 1999). Penelitian mengenai preferensi konsumen terhadap suatu produk telah dilakukan sebelumnya, pada beberapa penelitian dan perusahaan yang berbeda. Hal ini mengindikasikan bahwa preferensi konsumen merupakan hal yang penting dalam pemasaran karena berhubungan erat dengan keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuannya, melalui keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen berdasarkan preferensi yang dimiliki. Penelitian mengenai preferensi konsumen yang dilakukan di Indonesia dilakukan oleh Bainana et al. (2013) dengan judul Identifikasi Preferensi Konsumen dalam Minat Beli Rumah dengan pendekatan Metode Decision Tree. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai pola keinginan konsumen dalam membeli suatu perumahan. Pola tersebut penting untuk diketahui karena dapat melihat minat konsumen dalam membeli rumah. Penelitian-penelitian mengenai green product (produk hijau) telah dilakukan seelumnya oleh Asycarya (2007) dengan melakukan penelitian mengenai preferensi produsen mebel jepara terhadap program hijau WWF Indonesia. Preferensi konsumen terhadap program hijau, terkait dengan faktor standarnya mudah diterapkan, standarnya lengkap, akses pasar yang tinggu serta adanya harga premium. Penelitian mengenai perilaku konsumen terkait dengan penggunaan produk hijau juga dilakukan oleh Ardianti (2008) dan mengenai persepsi konsumen terhadap produk hijau dilakukan oleh Herri et al. (2006). Dalam penelitiannya persepsi konsumen terhadap produk hijau dilihat dari faktor demografi, psikologis, sosial dan budaya. Kemudian sebelum penelitian tersebut dilakukan, terdapat pula studi yang secara umum menguji hubungan antara kesadaran lingkungan, keinginan konsumen untuk membayar dengan harga premium, keterlibatan konsumen dan niat beli terhadap produk ramah lingkungan (Junaedi dan Shellyana 2005).

2 Kemudian terdapat penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan seorang konsumen mengambil keputusan untuk membeli perumahan, penelitian yang dilakukan oleh Brahmanto (2011) dengan judul Pengaruh Karakteristik Pembeli terhadap Faktor-Faktor Pembelian Unit Rumah di Rumah Graha Famili. Disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen antara lain: (1) Image Pengembang; (2) Lingkungan; (3) Layanan Pengembang; dan (4) Kualitas Bangunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen untuk pembelian barang atau jasa sangat bermanfaat untuk dipelajari lebih dalam karena akan membantu pemasar mengimplementasikan strategi pemasaran mereka. Dengan adanya penelitian-penelitian terdahulu, pada kesempatan ini penulis akan meneliti untuk menggali lebih dalam lagi mengenai persepsi dan preferensi konsumen. Persepsi dan preferensi konsumen akan membantu pada proses pengambilan keputusan konsumen. Perumusan Masalah Selama kurun waktu 10 tahun (2000-2010) berdasarkan hasil Sensus Penduduk jumlah penduduk DKI Jakarta mengalami kenaikan sebanyak 13%. Pada tahun 2010 jumlah penduduk DKI Jakarta 9.604.329 jiwa, hal ini belum mencakup warga di luar DKI Jakarta yang beraktivitas di DKI Jakarta pada siang hari sebesar 2.5 juta jiwa. Pesatnya perkembangan kegiatan perekonomian di DKI Jakarta, telah menarik tenaga kerja dari luar daerah untuk bekerja dan tinggal di DKI Jakarta sehingga hal ini menimbulkan masalah urbanisasi. Terkait dengan permasalahan urbanisasi tersebut, maka kebutuhan akan hunian di DKI Jakarta terus bertambah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan hunian sebagai kebutuhan dasar manusia pun terus meningkat. Memasuki tahun 2013 perkembangan pasar properti Indonesia diprediksi terus meningkat. Menurut Andy Roberts yang merupakan General Manager dari Rumah123.com pada Konferensi Pers di Tea Addict, Jakarta, Selasa 12 Februari 2013, beberapa faktor kunci yang mempengaruhi keberhasilan ini antara lain pertumbuhan ekonomi yang baik, pertumbuhan kelas menengah yang pesat dengan daya beli yang terus naik signifikan, serta tingkat inflasi yang stabil. Faktor - faktor tersebut berdampak sangat pada konsistensi harga di hampir seluruh sektor pasar properti perumahan di Indonesia, terutama di Jakarta. Melihat perkembangan tersebut, maka usaha dalam bidang properti dapat dikatakan terus meningkat, semakin terbuka lebar dan berkembang pesat. Persoalan pada Ibukota Republik Indonesia ini adalah bagaimana menyusun tata ruang dan peruntukan. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta harus menyediakan tempat hunian yang reprentatif bagi penduduknya dan mereka yang bekerja di Jakarta, mulai dari hunian untuk kelompok menengah ke bawah hingga hunian dengan fasilitas premium bagi para eksekutif. Namun, tidak mungkin seluruh wilayah Jakarta yang luasnya 661,52 km² dijadikan sebagai kawasan properti, baik untuk hunian maupun kawasan bisnis. Wilayah Jakarta juga membutuhkan kawasan atau ruang terbuka hijau (RTH). Sesuai perintah UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang, tiap daerah harus menyediakan 30%

wilayahnya untuk RTH. Untuk Jakarta, minimal RTH-nya seluas 199,5 km². Saat ini baru terdapat kurang dari 15%. Konsultan tata kota Nirwono Joga dalam Khabar Asia Tenggara menyatakan, Pemprov DKI Jakarta mampu mewujudkan kewajibannya menyedikan 30% lahannya untuk RTH. Beliau mengatakan bahwa tidak sepenuhnya RTH disediakan oleh pemerintah, tapi juga bisa diupayakan oleh kalangan swasta. Dengan adanya kewajiban para pengembang dan.pemilik bangunan untuk menyediakan 30% lahannya untuk kawasan hijau, tentu saja jumlah tersebut dapat dipenuhi. Besarnya peranan bangunan seperti rumah dan gedung perkantoran terhadap kerusakan lingkungan memiliki potensi sebaliknya untuk menyelamatkan lingkungan. Pelaku yang terkait dengan bangunan sangat banyak sekali, mulai dari pemilik bangunan, perencana, pembangun, pengoperasi hingga penghuni. Oleh karenanya, potensial untuk mengantisipasi kerusakan bumi lebih bagus melalui bangunan, yaitu salah satunya dengan mengimplementasi-kan suatu konsep bangunan ramah lingkungan atau biasa disebut dengan konsep green building, dimana konsep tersebut menuntut suatu bangunan untuk sangat memperhatikan aspek lingkungan, mulai dari tahap perencanaan, proses pembangunan, pemilihan bahan bangunan, instalasi hingga masa operasionalnya (Firsani dan Utomo 2012). Green Consumerism, merupakan fenomena baru yang terus menerus berkembang terutama di negara - negara maju. Gerakan ini menjadi sebuah bentuk aksi kepedulian dunia terhadap lingkungan yang dimulai dengan adanya kesadaran konsumen akan hak-haknya untuk mendapatkan produk yang layak, aman, dan produk yang ramah lingkungan (environment friendly) yang semakin kuat. Selanjutnya, produk yang diinginkan bukan yang benar - benar hijau, namun mengurangi tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Adanya isu lingkungan membentuk sikap dan perilaku konsumen untuk memilih produk yang alami, aman, dan ramah lingkungan (Johri dan Sahasakmontri 1998). PT. Copylas Indonesia adalah salah satu perusahaan di Divisi Residensial dari PT. Jakarta Setiabudi International Tbk, sebuah Perusahaan Pengembang dan Investasi Properti terkemuka di Indonesia. Dengan memperhatikan UU No. 26 Tahun 2007 tentang penyediaan Ruang Terbuka Hijau, membangun hunian bernuansa hijau yang memiliki 6.5 hektar taman botanik yang eksotik. Hunian ini dinamakan Puri Botanical Residence, dimana terletak di area Joglo-Kembangan, Jakarta Barat. Puri Botanical Residence adalah hunian dengan luas 135 hektar. 53% dari luas area tersebut diperuntukan sebagai area hunian bagi lebih kurang 3.000 unit rumah dan area sisanya digunakan untuk area publik, termasuk 6,5 hektar taman botanic yang eksotik dan area komersial di sepanjang sisi Jakarta Outer Ring Road West 2 (JORR-W2). Puri Botanical Residence mengusung konsep urban & green dengan dihadirkannya hunian yang dilengkapi dengan taman botanik pertama yang ditanami begitu banyak tanaman-tanaman langka, dikembangkan bekerja-sama dengan Pusat Konservasi Kebun Raya Bogor. Konsep ini menghadirkan harmoni atau keselarasan antara gaya hidup urban modern dengan gaya hidup ramah lingkungan. Tambahan pula, cluster-cluster yang baru dikembangkan sudah dilengkapi dengan berbagai sarana penghemat energi, pengelolaan limbah dan fasilitas internet. Sebagai hasilnya, di tahun 2010 Puri Botanical Residence kembali mendapat penghargan dari Majalah Property & Bank sebagai Perumahan Urban Yang Konsisten Mengusung Konsep Kota Hijau, serta Green Property Award 2010 dari majalah Housing Estate. Dengan 3

4 konsep yang ditawarkan tersebut, diharapkan menarik minat konsumen untuk memilih green product hunian di Puri Botanical Residence. Hal ini karena kesadaran masyarakat yang meningkat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup membuat banyak produsen dari berbagai macam produk mulai beralih menggunakan atau memberi fasilitas menggunakan bahan-bahan yang tidak merusak lingkungan (Situmorang 2011). Karena persepsi-persepsi mengenai penggunaan produk hijau meningkat, pergerakan penggunaan produk hijau mendapatkan tingkat perhatian yang besar oleh publik seperti melalui media, politik, kelompok-kelompok tertentu dan juga konsumen (Vandermerwe dan Oliff 1990; Zimmer et al. 1994). Terdapat pula survei yang menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kecepatan penjualan properti residensial di pasar sekunder adalah keamanan, view, kenyamanan, fasilitas dan harga jual. Dalam konteks perumahan, konsumen dalam memilih tempat hunian memiliki kriteria yang berbeda-beda. Kriteria yang diinginkan oleh konsumen terkadang berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kriteria kawasan perumahan yang diinginkan konsumen tersebut semakin berkembang spesifik bahkan berubah sama sekali (Coolen dan VanMontfort 2001). Konsumen dapat pula memilih hunian berdasarkan faktor psikologis konsumen, faktor-faktor itu dipengaruhi oleh motivasi, persepsi, belajar, konsep diri, dan sikap (Habe 2010). Selain itu, terdapat keterkaitan yang berarti antara karakteristik konsumen yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan terhadap atribut produk yang terdiri dari harga, desain, fasilitas, dan lokasi. Sehingga hal tersebut merupakan faktor penentu pembelian rumah (Murwanti 2009). Hal lain mengenai kepemilikan rumah, bagaimana konsumen memilih rumah dapat pula ditentukan oleh gaya hidup konsumen. Gaya hidup tersebut dapat dilihat dari bagaimana konsumen memilih rumah dalah hal tipe, lokasi dan harga. Rumah merupakan suatu pemilikan dan ruang yang dapat digunakan untuk menandakan status, gaya hidup, identifikasi dan keanggotaan kelompok (Listyorini 2012). Penelitian dengan pendekatan transdisipliner menemukan bahwa gaya hidup mempengaruhi penggabungan dan kecocokan tempat, pilihan visual dan kepuasan masyarakat (Salama 2006). Studi perilaku konsumen diperlukan untuk mengetahui bagaimana faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku konsumen untuk pembelian barang atau jasa. Menurut Menurut (Engel et al. 1994) faktor faktor ini berasal dari pengaruh lingkungan (meliputi budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga, situasi) dan perbedaan individu (meliputi sumber daya konsumen, keterlibatan dan motivasi, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Kedua faktor tersebut penting artinya bagi pemasar, namun bagian terpenting bagi manajemen pemasaran adalah bagaimana memfasilitasi proses pembuatan keputusan konsumen. Apabila pemasar dapat mengetahui lebih dalam tentang apa yang ada dalam diri dan pikiran individu tentang apa yang dapat mempengaruhi dirinya sebelum mengambil keputusan membeli barang atau jasa tersebut, maka hal tersebut akan lebih bermanfaat bagi pemasar. Sehingga dalam penelitian ini, akan digali lebih dalam lagi mengenai persepsi dan preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian green product hunian di Puri Botanical Residence.

5 Pertanyaan Riset Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap keputusan pembelian green product hunian? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian green product hunian? 3. Bagaimanakah pengaruh antara persepsi dan preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian green product hunian? 4. Bagaimanakah keputusan pembelian green product hunian? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap keputusan pembelian green product hunian. 2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian green product hunian. 3. Menganalisis pengaruh antara persepsi dan preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian green product hunian. 4. Menganalisis keputusan pembelian green product hunian. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu: (1) peneliti; (2) pengembang properti; dan (3) pemasar. Manfaat yang diharapkan bagi peneliti adalah dapat memperluas wawasan peneliti dalam mendalami ilmu yang diperoleh terkait dengan pemasaran dan strategi pemasaran sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Bagi pengembang properti, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk mendapatkan informasi mengenai persepsi dan preferensi konsumen serta kaitannya dengan pengambilan keputusan terhadap pembelian green product hunian. Selanjutnya, strategi yang diperoleh tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan strategi pemasaran yang tepat agar dapat meningkatkan penjualan. Sedangkan bagi pemasar dapat dimanfaatkan untuk menggali harapan, minat dan keinginan konsumen lebih dalam terkait dengan persepsi dan preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian, agar dapat diimplikasikan dengan strategi pemasaran. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini menggunakan pendekatan dari sisi konsumen untuk mengetahui persepsi dan preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian green product hunian studi kasus di Puri Botanical Residence. Penelitian ini memiliki batasan permasalahan dengan maksud agar penelitian lebih fokus terhadap apa yang akan diteliti. Batasan-batasan tersebut

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB