1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dari proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya. Pendidikan dapat diperoleh dari mana saja, misalnya pendidikan formal dapat kita peroleh di sekolah. Tingkat pendidikan formal yang paling dasar adalah Sekolah Dasar (SD), di mana SD merupakan tempat bagi siswa untuk mempelajari dan memahami apa saja yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Pendidikan di SD tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar. Seseorang yang telah belajar dikatakan berhasil dengan adanya perubahan tingkah laku yang disebabkan terjadi peningkatan pada ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Ketrampilan adalah kemampuan seseorang untuk bertindak setelah menerima pengalaman belajar. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi melalui proses pembelajaran. Sikap adalah kemampuan yang dimiliki seorang peserta didik berupa kecenderungan dengan menerima dan menolak sutau obyek. Sedangkan nilai adalah hasil yang biasanya ditunjukkan berupa nilai tes yang diberikan oleh guru. Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan SD adalah lemahnya proses pembelajaran. Anak kurang didorong dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Kegiatan di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak menghafal informasi, otak anak dipaksa mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut bisa memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2006:1). Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Mata pelajaran IPA tidak dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Idealnya proses pembelajaran tidak hanya diarahkan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyakbanyaknya, melainkan bagaimana menggunakan seluruh pengetahuan yang
2 didapat siswa untuk memecahkan permasalahan dan menerapkan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA ) merupakan disiplin ilmu yang mempelajari alam semesta, bukan hanya fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip tapi juga mengetahui cara kerja, cara berpikir dan memecahkan masalah dalam pembelajaran. Siswa tidak hanya menguasai produk yang dihasilkan tapi juga mengetahui proses cara kerja ilmiah untuk menemukan pengetahuannya sendiri melalui mengkaitkan materi dengan konteks dalam dunia nyata sehingga pengetahuan yang diperoleh akan lebih bermakna. Pengajaran IPA khusunya di SD dapat diartikan sebagai pengajaran yang mengenai konsep kealaman atau pendidikan yang menyentuh aspek alam beserta kejadian-kejadian yang ada di lingkungan sekitar. Pembelajaran IPA juga sangat berperan dalam proses pendidikan dan perkembangan teknologi. IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia, kemampuan dalam mengembangkan IPTEK serta pemahaman tentang alam semesta. IPA juga mempunyai banyak fakta yang belum terungkap sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya berdasarkan pengamatan penulis,dalam pembelajaran mata pelajaran IPA di kelas 3 SDN Pagendisan Kecamatan Winong Kabupaten Pati tentang materi perubahan sifat benda,ditemukan fakta bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami materi tersebut. Kegiatan pembelajaran berlangsung kurang efektif dan kurang bermakna sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.secara jelas perolehan tingkat ketuntasan hasil belajar siswa terlihat pada tabel berikut.
3 TABEL 1.1 DAFTAR KETUNTASAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS 3 SDN PAGENDISAN SEMESTER 1 TAHUN 2015/2016 Ketuntasan Jumlah Siswa Prosentase 70 11 52,4 70 10 47,6 Nilai tertinggi 80 Nilai terendah 45 Nilai rata-rata kelas 65,5 Berdasarkan tabel 1.1 diatas, dari 21 siswa, terlihat bahwa ketuntasan belajar IPA siswa kelas 3 di SDN Pagendisan sebesar 52,4% (11 siswa), sedangkan 47,6% (10 siswa) masih belum tuntas. Selain itu pencapaian nilai ratarata pada kegiatan awal hanya 65,5%. Kondisi ini masih jauh dari target kriteria ketuntasan belajar yakni sebesar 90% siswa tuntas belajar dengan mencapai KKM 70. Rendahnya hasil belajar siswa terjadi dikarenakan dalam proses pembelajaran, guru belum menggunakan teknik dan metode pembelajaran yang efektif dan masih menggunakan pembelajaran konvensional yaitu kegiatan dimulai dari merancang kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan melakukan evaluasi. Pembelajaran lebih berorentasi pada guru, siswa hanya duduk, mendengarkan, mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Penggunaan metode ceramah dan sesekali bertanya kepada siswa tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan ide serta gagasannya menyebabkan siswa menjadi kesulitan dalam memahami konsep pembelajaran. Solusinya adalah diperlukan adanya suatu perbaikan pembelajaran menggunakan teknik dan metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti merumuskan solusi pemecahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu penerapan model
4 pembelajaran time token. Dengan menggunakan model pembelajaran time token maka siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran yaitu dengan menyampaikan ide, gagasan, pendapat, atau apapun yang ingin diungkapkan. Membuat siswa memiliki rasa percaya diri, kerjasama dalam merangsang siswa lebih rajin belajar untuk memahami suatu materi tanpa harus menghafalkan. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Kelas 3 SDN Pagendisan Kecamatan Winong Kabupaten Pati Semester I Tahun Ajaran 2015/2016. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang dikemukakan diatas, kenyataan yang terjadi di SDN Pagendisan Kecamatan Winong Kabupaten Pati, dalam proses pembelajaran masih banyak ditemukan permasalahan pembelajaran. Hasil identifikasi terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul antara lain adalah sebagai berikut. Guru belum mampu mengelola pembelajaran IPA dengan baik dan kreatif, pembelajaran yang guru sampaikan bersifat satu arah, guru hanya menjelaskan materi dengan metode ceramah dan mencatat. Pembelajaran guru masih monoton. Guru belum bisa menentukan model pembelajaran yang tepat dan pemodelannya. Guru belum bisa memanfaatkan alat peraga yang ada di sekolah, contohnya ketika pembelajaran IPA berlangsung siswa hanya mencatat materi. Interaksi guru dan siswa kurang menyenangkan hanya sekedar tugas dan menjawab. Guru tidak memperhatikan kreativitas yang dimiliki siswa, guru lebih dominan melihat catatan dan hasil yang diperoleh siswa dari pada proses pembelajaran yang dilakukan. Dalam proses penilaian, guru hanya menggunakan tes formatif untuk mengukur kemampuan kognitif saja. Guru belum melakukan penilain proses untuk mengukur hasil belajar aspek keterampilan (unjuk kerja) dan sikap, seperti teknik observasi dan portofolio. Penilaian ini cukup penting bagi guru dan siswa, sebab penilaian poses bertujuan untuk menilai aspek sikap dan ketrampilan siswa.
5 Sikap dan kesiapan siswa sejak awal pembelajaran menentukan keberhasilan siswa dalam melakukan kegiatan belajar disekolah. Selain itu perubahan perilaku siswa selama pembelajaran di sekolah dapat mendorong siswa untuk mengaplikasinya pada lingkungan diluar sekolah. 1.3 Pemecahan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi permasalahan diatas, nampak adanya permasalahan pembelajaran di kelas 3 SD Negeri Pagendisan Kecamatan Winong Kabupaten Pati yang mengakibatkan hasil belajar siswa kurang memuaskan. Adapun permasalahan yang paling dominan adalah penerapan metode pembelajaran yang kurang tepat dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu diperlukan suatu tindakan pembelajaran dengan menerapkan metode dan pendekatan pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Salah satu metode metode pembelajaran yang dirasa mampu mengatasi masalah yang terjadi di kelas 3 SDN Pagendisan Kecamatan Winong Kabupaten Pagendisan adalah melalui penerapan pendekatan pembelajaran model time token. Model Time Token, merupakan pembelajaran yang aktif untuk menuntut siswa menyampaikan ide, gagasan, pendapat atau apapun yang ingin diungkapkan. Siswa diwajibkan memanfaatkan kupon berbicara yang diberikan guru, untuk mengungkapkan pendapat mereka sampai kupon tersebut habis. Kegiatan pembelajaran menggunakan model ini sangat diharapkan mampu melatih siswa berfikir kritis untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep IPA. Selain itu dengan adanya model pembelajaran model time token, bagi mereka yang aktif kupon dimanfaatkan dengan cepat, siswa secara adil mendapatkan kesempatan untuk berbicara. Sedangkan bagi siswa yang kurang aktif, mereka termotivasi dengan kupon bicara yang menjadi tanggung jawab mereka, serta termotivikasi dengan siswa yang aktif lainnya.
6 1.4.1 Rumusan Masalah Dari hasil identifikasi masalah tersebut, penulis menentukan rumusan masalah sebgai berikut; apakah penerapan model pembelajaran time token dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 3 SDN Pagendisan Kecamatan Winong Kabupaten Pati pada semester 1 tahun ajaran 2015/2016? 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Pelaksanaan tindakan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 3 SDN Pagendisan Kecamatan Winong Kabupaten Pati melalui penerapan model pembelajaran time token pada semester 1 tahun ajaran 2015/2016. 1.5.2 Manfaat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti. a. Bagi Siswa 1) Menumbuhkan keaktifan dan kreativitas siswa baik dalam belajar di sekolah. 2) Memudahkan siswa dalam memahami dan menguasai materi Perubahan Sifat Benda. 3) Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi Perubahan Sifat Benda. b. Bagi Guru dan sekolah 1) Memperluas wawasan guru Sekolah Dasar terutama dalam mengetahui, memilih, dan menggunakan model pembelajaran yang tepat terutama pembelajaran IPA. 2) Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya secara inovatif.
7 3) Menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai materi dan kondisi siswa. 4) Meningkatkan kualitas sekolah dalam proses pembelajaran IPA. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Melakukan kajian yang lebih mendalam tentang penggunaan model Time Token untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan penelitian ini pada lingkup mata pelajaran IPA dengan menggunakan model Time Token, materi, dan kelas yang berbeda. Kekurangan dalam penelitian ini terletak pada pembagian kupon berbicara siswa sulit menjawab dengan waktu yang ditentukan, karena kurangnya alokasi waktu penelitian yang relative singkat. Sehingga pada penelitian selanjutnya bisa diperbaiki untuk memperoleh hasil yang maksimal.