BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kejang Demam (KD) Erny FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam

KELOMPOK E DEPERTEMEN ANAK SRIYANTI B. MATHILDIS TAMONOB RANI LEKSI NDOLU HARRYMAN ABDULLAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mempunyai dua faktor yang berpengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh beberapa pakar didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5%

Algoritme Tatalaksana Kejang Akut dan Status Epileptikus pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu

KEJANG DEMAM ILMU KESEHATAN ANAK FK USU/RS H ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI

BAB I KONSEP DASAR. dengan peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses. ekstrakranium (Staf Pengajar IKA FKUI, 1997: 847).

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU MENGENAI KEJANG DEMAM PADA ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR 2012

BAB I KONSEP DASAR. ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (Lumbantobing, 1995). Dari. tubuh yang disebabkan oleh karena proses ekstrakranial.

Kejang yang disertai demam

Biasanya Kejang Demam terjadi akibat adanya Infeksi ekstrakranial, misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment)

Kejang Demam pada Anak. Divisi Neurologi Departemen IKA FKUI-RSCM UKK Neurologi IDAI

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien

Curiculum vitae. Dokter umum 1991-FKUI Spesialis anak 2002 FKUI Spesialis konsultan 2008 Kolegium IDAI Doktor 2013 FKUI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSENSUS PENANGANAN KEJANG DEMAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya infeksi ataupun kelainan yang jelas di intrakranial. 2,3 Demam adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sudah

Fellow Clinical Neurophysiology UMC Utrecht The Netherlands

KEJANG PADA NEONATUS KELOM POK 4B :

BAB 1 PENDAHULUAN. serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

Radang pada selaput otak (meningen)

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

BAB 5 PEMBAHASAN. Pada penelitian ini yang bermakna sebagai faktor risiko bangkitan kejang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Diagnosa Banding Kejang Pdf Download ->>->>->> DOWNLOAD

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan dan bentuk tubuh, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kejang demam merupakan bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kejang Demam Kompleks

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK USIA SATU TAHUN

KEJANG PADA ANAK. Oleh: Nia Kania, dr., SpA., MKes

MANAJEMEN KEJANG PASCA TRAUMA

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 9,1%, usia tahun sebesar 8,13%. pada anak dengan frekuensi kejadian 4-6 kasus/1.000 anak (Nelson, 2000).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Takrif/pengertian. 1/2/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4 F) atau lebih yang tidak. (SFSs) merupakan serangan kejang yang bersifat tonic-clonic di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot.

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT EDUKASI PENGAWASAN DAN PENATALAKSANAAN DEMAM PADA ANAK PASCA IMUNISASI DI POSYANDU DESA SAMPANG KECAMATAN SEMPOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB I PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma neurologis yang terjadi. tiba-tiba karena cerebrovascular disease (CVD).

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENINGITIS. b. Anak Umur 2 Bulan Sampai Dengan 2 Tahun 1) Gambaran klasik (-).

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment)

BAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. non-infeksi makin menonjol, baik di negara maju maupun di Negara berkembang.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

POLA PENDEKATAN DIAGNOSIS KEJANG PADA ANAK. Prof dr Darto Saharso SpAK Dr Erny SpA Kelompok Studi Neuro-Developmental

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6

BAB I PENDAHULUAN. dehidrasi. Di Indonesia sendiri diare masih merupakan urutan ke-6 dari 10 besar pola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment)

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Menurut Fadila, Nadjmir dan Rahmantini (2014), dan Deliana (2002), kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Demam adalah keadaan suhu tubuh diatas suhu normal, yaitu diatas 38ºC (Ismoedijanto, 2000). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures dalam Deliana (2002), kejang demam adalah bangkitan kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab lain. 2.2 Epidemiologi Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat (Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., Setiowulan, W., Wicaksono, A., Hamsah, A., et al. 2009). Di Asia prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat dibandingkan di Amerika dan Eropa (Fadila, Nadjmir dan Rahmantini, 2014). Prevalensi kejang demam di Indonesia tahun 2005-2006 mencapai 2-4%. Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., Setiowulan, W., Wicaksono, A., Hamsah, A., et al. (2009) menyatakan umumnya kejang demam timbulpada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Menurut Deliana (2002), kejang demam sedikit lebih sering pada laki-laki dengan perbandingan 1,2-1,6:1. 2.3 Faktor Risiko dan Etiologi Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., Setiowulan, W., Wicaksono, A., Hamsah, A., et al. (2009) menyatakan bahwa faktor risiko kejang demam yang terpenting adalah demam. Demam adalah keadaan suhu tubuh diatas suhu normal, yaitu diatas 38ºC (Ismoedijanto, 2000). Menurut Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., Setiowulan, W., Wicaksono, A., Hamsah, A., et al. (2009), demam dapat disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih.

Hingga kini belum diketahui penyebabnya dengan pasti (Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., Setiowulan, W., Wicaksono, A., Hamsah, A., et al., 2009). Tetapi adanya pengaruh genetik yang kuat karena frekuensi kejang demam meningkat diantara anggota keluarga (Rudolph, Hoffman dan Rudolph, 2007). Insdiensi pada orang tua berkisar antara 8% dan 22% dan pada saudara kandung antara 9% dan 17%. Angka concordance pada kembar monozigotik jauh lebih tinggi daripada kembar dizigotik yang angkanya mendekati angka pada saudara kandung. 2.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Penggolongan kejang demam menurut kriteria Nationall Collaborative Perinatal Project dalam Deliana (2002) adalah kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Tabel 2.1 Perbedaan kejang demam sederhana dan kompleks menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam (2006) No. Klinis Kejang Demam Sederhana 1. Durasi <15 menit >15 menit 2. Tipe kejang Umum tonik/ klonik Fokal 3. Episode berulang (24 jam) 1 kali >1 kali 2.5 Patofisiologi Kejang Demam Kompleks Menurut Redjeki (2014), kejang merupakan manifestasi klinis akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron tersebut baik berupa fisiologi, biokimia, maupun anatomi. Kejang demam terjadi karena peningkatan reaksi kimia tubuh, sehingga reaksireaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis sehingga terjadilah keadaan hipoksia. Transport aktif yang memerlukan ATP terganggu, sehingga natrium intrasel dan kalium ekstrasel meningkat. Apabila neurotransmiter eksitator lebih dominan daripada inhibitor, maka akan terjadi depolarisasi post sinapsis. Adanya peristiwa sumasi dan fasilitasi mengakibatkan

keadaan depolarisasi diperbesar dan apabila mencapai nilai ambang akan terjadi potensial aksi pada neuron post sinapsis. Apabila potensial aksi meluas dan terjadi sinkronisasi akan menimbulkan bangkitan kejang demam. 2.6 Diagnosis Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam (2006), pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroentritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan proses intrakranial misalnya meningitis dan ensepalitis. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada: 2.6.1 Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan 2.6.2 Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan 2.6.3 Bayi > 18 bulan tidak rutin Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal. Sedangkan foto X-ray kepala dan pencitraan seperti Computed Tomography Scan (CT-scan) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti: 2.6.4 Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis) 2.6.5 Paresis nervus VI 2.6.6 Papiledema 2.7 Penatalaksanaan Menurut Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., Setiowulan, W., Wicaksono, A., Hamsah, A., et al. (2009), ada 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu :

2.7.1 Pengobatan fase akut Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkanuntuk mencegah aspirasi ludah dan muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigenisasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan, dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antipiretik.obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgbb/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazeapam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit, gunakan diazepam intrarektal 5 mg (BB<10 kg) atau 10 mg (BB>10 kg). Bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgbb secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgbb/menit. Setelah pemberian fenitoin harus dilakukan pembilasan dengan natrium klorida fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan-1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara intramuskular.efek sampingnya adalah hipotensi, penurunan kesadaran, dan depresi pernapasan. 2.7.2 Mencari dan mengobati penyebab Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. 2.7.3 Pengobatan Ada 2 cara pemberian profilaksis, yaitu 2.7.3.1 Anti-konvulsan pada kejang demam sederhana

Pemberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat pula diberikan secara intrarektal setiap 8 jam sebanyak 5 mg(bb<10 kg) dan 10 mg(bb>10 kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5 o C. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk, dan hipotonia. 2.7.3.2 Profilaksis dengan antikonvulsan setiap hari pada kejang demam kompleks Berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-5 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgbb/hari. Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan. 2.8 Prognosis Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam (2006) memiliki prognosis, yaitu: 2.8.1 Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologi Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagain kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang demam lama atau kejang berulang baik umum atau fokal. 2.8.2 Kemungkinan mengalami kematian Kematian yang terjadi akibat aspirasi. 2.8.3 Kemungkinan berulangnya kejang demam Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah : 2.8.3.1 Riwayat kejang demam dalam keluarga

2.8.3.2 Usia kurang dari 12 bulan 2.8.3.3 Temperatur yang rendah saat kejang 2.8.3.4 Cepatnya kejang setelah demam Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang de\mam hanya 10%-15%. 2.9 Edukasi Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam (2006), kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya : 2.9.1 Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik 2.9.2 Memberitahukan cara penanganan kejang 2.9.3 Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali 2.9.4 Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat 2.9.5 Memberikan informasi bahwa imunisasi DPT kontraindikasi bagi pasien anak dengan kejang demam Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang : 2.9.6 Tetap tenang dan tidak panik 2.9.7 Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher 2.9.8 Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut 2.9.9 Ukur suhu, observasi, dan catat lama dan bentuk kejang 2.9.10 Tetap bersama pasien selama kejang 2.9.11 Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti 2.9.12 Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih