BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua orang yang peduli terhadap keselamatan anak sejak konsepsi sampai masa dewasa, mempunyai tujuan utama bagaimana mempertahankan perkembangan otak yang normal. Bahaya potensial memiliki dampak yang secara umum ditentukan oleh derajat diferensiasi sistem saraf. Dalam praktik ilmu kesehatan anak, tidak mungkin membuat diagnosis atau perencanaan program perawatan yang memadai tanpa data mengenai anak, umur, ukuran tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah bagian dari sebuah keluarga. Maka untuk memahami anak, kita harus tau keluarganya, orang tuanya, gaya hidupnya, kehidupan keluarganya, kemampuan keluarga memelihara anak, dan terutama hubungan keluarga dengan pasien kita serta sikap keluarga terhadap penyakitnya (Hull & Johnston, 2008). Kejang demam terjadi pada anak-anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh. Kejang demam biasanya tidak mengakibatkan kerusakan otak permanen dan paling sering terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun. Demam tersebut biasanya mencapai di atas 38 o C dan sering kali lebih dari

2 38,8 o C untuk mencetuskan kejang. Kejang pada kejang demam memiliki durasi singkat. Selain itu, mengalami kejang demam tidak berarti bahwa anak tersebut menderita epilepsi. Sebagian besar anak yang mengalami kejang demam sembuh total. Selain itu, sedikit anak yang mengalami epilepsi setelah kejang demam. Anak yang beresiko sangat tinggi mengalami epilepsi adalah anak yang mengalami kejang demam yang lebih lama, yaitu dengan durasi mencapai lebih dari 20 menit dengan gambaran kejang fokal (Brooker, 2008). Menurut penelitian Bahtera, Wibowo, dan Hardjojuwono (2009), Sepertiga kasus kejang demam pertama mengalami bangkitan ulang kejang demam dan sebagian besar terjadi pada 12 bulan pasca kejang demam pertama. Riwayat ibu atau keluarga (first degree relative) merupakan faktor risiko terjadi kejang demam berulang. Kejang demam sangat sering terjadi dan mengenai sekitar 4 persen anakanak, paling sering terjadi di tahun kedua kehidupan. Kejang demam ini sangat berhubungan dengan usia dan hampir tidak pernah ditemukan sebelum usia 6 tahun. Pada riwayat penyakit, biasanya anak tampak sakit dan demam tinggi kemudian mengalami kejang umum yang berlangsung beberapa menit. Sering kali ada riwayat kejang demam di dalam keluarga. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan suhu tubuh yang tinggi dan sering ditemukan bukti infeksi saluran nafas atas. Keadaan lebih berbahaya seperti meningitis dan infeksi saluran kemih harus selalu disingkirkan. Serangan kejang boleh dikatakan

3 sederhana bila kejang berlangsung kurang dari 10 menit dan tidak ada tandatanda defisit neurologis menetap (Hull & Johnston, 2008) Pasien kejang demam mempunyai riwayat keluarga pernah menderita kejang demam, masing-masing ibu 16,2%, ayah 11,5%, saudara kandung 6,8% dan first degree relative 30,4%. Peneliti terdahulu mendapatkan dengan ibu mempunyai riwayat pernah menderita kejang demam 12,5%. Perbandingan pewarisan antara ibu dan ayah 27% dibanding 7%.17 Peneliti mendapatkan ibu dan keluarga (first degree relative) dengan riwayat pernah menderita kejang demam merupakan faktor risiko terjadi bangkitan ulang kejang demam 3,3 kali. Penelitian Hauser dkk, mendapatkan bahwa pasien kejang demam yang mempunyai saudara pernah menderita kejang demam mempunyai risiko terjadi kejang demam 2,7%, apabila salah satu orang tua mempunyai riwayat pernah menderita kejang demam, risiko meningkat menjadi 10% dan apabila ke dua orang tua mempunyai riwayat pernah menderita kejang demam risiko meningkat 20%. 18 Pasien kejang demam pertama yang mempunyai keluarga (first degree relative) pernah menderita kejang demam mempunyai risiko 50% 100% untuk terjadi bangkitan kejang demam berulang (Bahtera, Wibowo, & Hardjojuwono, 2009) Dari penelitian, kejadian kejang demam tidaklah terlalu besar yaitu sekitar 2-4%, artinya dari 100 anak dengan demam ada sekitar 2-4 yang mengalami kejang. Kejang demam terjadi pada usia 6 bulan sampai 5 tahun dan terbanyak terjadi pada usia bulan, saat menghadapi si kecil

4 menghadapi kejang demam, sedapat mungkin cobalah bersikap tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita tidak tahu harus berbuat apa yang mungkin saja akan membuat penderita anak bertambah parah. Kesalahan orang tua adalah kurang tepat dalam menangani kejang demam itu sendiri yang kemungkinan terbesar adalah disebabkan karena kurang pengetahuan orang tua dalam menangani (Agustin, 2008). Data yang didapat oleh penulis mengenai kasus kejang demam di ruang khantil RSUD Banyumas selama kurun waktu 1 tahun terakhir dari bulan juli bulan juni 2013 berjumlah 232 anak dari 1333 pasien yang ada atau sekitar 17,4 %. Hal ini menunjukan angka kesakitan anak yang mengalami kejang demam di wilayah banyumas tergolong cukup tinggi. Berdasarkan uraian tersebut diatas tentang kasus kejang demam,diperoleh suatu deskripsi bahwa kasus tersebut mempunyai faktor resiko yang tinggi terhadap tingkat perubahan status kesehatan pasien. Bila kondisi seperti ini tidak mendapat suatu perhatian dan penanganan secara serius dapat menyebabkan kematian atau meningkatnya factor resiko komplikasi pada kasus kejang demam. Untuk itu dalam pengelolaan pasien,perawat harus mampu memberikan suatu perawatan komprehensif sehingga derajat kesehatan pasien dapat meningkat. Terkait dengan permasalahan tersebut diatas maka penulis membuat laporan dengan judul Resiko Kejang Berulang Pada An. D Dengan Kasus Kejang Demam Di Ruang Kanthil RSUD Banyumas

5 B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melakukan asuhan keperawatan dan menggambarkan hasil kelolaan penilis terkait judul yang dibuat yaitu Resiko Kejang Berulang Pada An. D Dengan Kasus Kejang Demam Di Ruang Kanthil RSUD Banyumas 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien An. D dengan kejang demam. b. Mahasiswa mampu menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan pada pasien An. D dengan kejang demam. c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul pada pasien An. D dengan kejang demam. d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan yang telah direncanakan untuk memecahkan masalah yang ada pada pasien An. D dengan kejang demam. e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan masalah keperawatan pada pasien An. D dengan kejang demam yang telah direncanakan.

6 C. Manfaat Penulisan 1. Bagi pelayanan kesehatan a. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara komprehensif terutana dalam upaya pencegahan bangkitan kejang demam dengan pemberian terapi obat. b. Sebagai bahan masukan bagi perawat rumah sakit khususnya di bangsal anak pada pasien dengan penyakit kejang demam. 2. Bagi institusi pendidikan a. Sebagai masukan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya tentang kejang demam pada anak-anak b. Sebagai bahan referensi di perpustakaan Fakultas Ilmu Kesehatan c. Menambah wawasan dan kesempatan penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan 3. Bagi peneliti Menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya tentang kajang demam.