Kata Kunci: Sejarah, struktur, fungsi, potensi Pura Wayah Dalem Majapahit sebagai sumber belajar. *) Dosen Pembimbing

dokumen-dokumen yang mirip
TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT

Pura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali (Sejarah Struktur dan Fungsinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah).

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

MASTER PLAN PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PURA DALEM BIAS MUNTIG DI DESA PAKRAMAN NYUH KUKUH, DUSUN PED, DESA PED, KECAMATAN NUSA PENIDA, KLUNGKUNG

ARTIKEL. Oleh Ni Wayan Astini JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

MASTER PLAN PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PURA DALEM BIAS MUNTIG DI DESA PAKRAMAN NYUH KUKUH, DUSUN PED, DESA PED, KECAMATAN NUSA PENIDA, KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

ARTIKEL Identifikasi Potensi Taman Soekasada Ujung, di Desa Tumbu, Kabupaten Karangasem, Bali sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal di SMA

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI

ARTIKEL. Oleh NI LUH PUTU SRI ADNYANI

PURA GOA GIRI PUTRI SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN MULTIKULTUR BAGI WARGA DESA PAKRAMAN SUANA, NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM. 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem

DALEM SEGARA MADHU DI DESA JAGARAGA, SAWAN, BULELENG (LATAR BELAKANG BERDIRI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA)

KEBERADAAN PURA TAMAN YEH SELEM DI DESA PANGKUNG PARUK, SERIRIT, BULELENG, BALI ( SEJARAH DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDIDIKAN KEARIFAN LOKAL

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PURA AGUNG DALEM DIMADE DI DESA GULIANG, BANGLI, BALI (POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA) Oleh: NI LUH SULANDARI NIM

Gambar 2.12 Tata letak Pura dengan sistem zoning tri mandala Sumber: Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Udayana.

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan

ARTIKEL. Judul. Oleh NI KETUT EKA KRESNA DEWIPAYANTI

BAB VI KESIMPULAN. tenggara Pulau Bali. Dari Pulau Bali, Nusa Lembongan hanya bisa ditempuh

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

MELIHAT PEGAYAMAN, MERAYAKAN PERBEDAAN. Oleh I Nyoman Payuyasa. (Prodi Film dan Televisi FSRD ISI Denpasar) Abstrak

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARTIKEL. Judul. Oleh. I Putu Sandiasa Adiawan JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI. Oleh

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL

ARTIKEL JUDUL PURA PANYAGJAGAN DI DESA PAKRAMAN CATUR, KINTAMANI, BANGLI, BALI

TIPOLOGI BANGUNAN SUCI PADA KOMPLEK PURA

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

PENGKEMASAN PAKET WISATA TRACKING DENGAN KONSEP TRI HITA KARANA DI DESA MUNDUK-BULELENG

Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Perwujudan Tata Spasial Kota Peninggalan Kerajaan Karangasem di Bali

ARTIKEL. Oleh: NI WAYAN WIWIK ASTUTI NIM : JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM

PURUSADA SANTHA (BABAK I)

Wujud Ajaran Tri Hita Karana pada Interior Pura Agung Jagad Karana Surabaya

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya harus dipertahankan secara optimal, dijaga daya dukungnya secara

AKULTURASI BUDAYA PADA MASYARAKAT MUSLIM DESA PEGAYAMAN BULELENG BALI. L. Edhi Prasetya

Pola Ruang Pura Kahyangan Jawa Timur dan Bali Berdasarkan Susunan Kosmos Tri Angga dan Tri Hita Karana

I Kadek Merta Wijaya, S.T., M.Sc. Dosen Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Warmadewa

KONSERVASI BANGUNAN BERSEJARAH Studi Kasus Bangunan Peribadatan di Pulau Bali

Konsep Penataan Pura Dalem Desa Adat Negari, Desa Singapadu Tengah sebagai Objek Baru Wisata Sejarah

3. Proses Sosial dalam Hubungan Antaretnik di Desa Pakraman Ubud a. Proses Sosial Disosiatif b. Proses Sosial Asosiatif...

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

I Made Cita Adnyana, Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A, Dr. I Made Pageh, M.Hum

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

EKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan

PURA MANIK CORONG DI DESA PEJENG, TAMPAKSIRING, GIANYAR DILIHAT DARI PERSPEKTIF SEJARAH, STRUKTUR, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

DAFTAR ISI. Halaman. PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii. ABSTRAK...iii. ABSTRACT... iv. PERNYATAAN... v. KATA PENGANTAR vi. DAFTAR ISI...

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

PENGARUH KARAKTERISTIK LINGKUNGAN SOSIAL PERKOTAAN TERHADAP KONSEP PEMBANGUNAN PURA ADHITYA JAYA DI RAWAMANGUN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Identifikasi Perubahan Tatanan Spasial Karang di Desa Taro Kelod Gianyar Bali

BAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG

Konsep Tri Mandala pada Pola Tata Ruang Luar Pasar Tradisional Badung di Kota Denpasar

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1-

Gubahan Bentuk Taman dan Bentuk Ruang Taman Kiriman; Drs. I Gede Mugi Raharja, M.Sn., Dosen PS. Desain Interior ISI Denpasar.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA.

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

ARTIKEL. Judul. Oleh I WAYAN GUNAWAN

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

ARTIKEL. Judul IDENTIFIKASI PENGARUH HINDU MAJAPAHIT DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. menentukan arah/kebijakan pembangunan. 2

PURA PUSEH, PURA DESA BATUAN DALAM PERKEMBANGAN KEPARIWISATAAN BALI DI DESA BATUAN KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR (Kajian Pariwisata Budaya)

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan.

PERSEPSI MASYARAKAT KAMPUNG KUSAMBA TERHADAP MAKNA POLITIK MULTIKULTURALISME

BAB 4 TINJAUAN DAN PERBANDINGAN ARSITEKTUR PURA MAOSPAIT DENGAN BEBERAPA PURA KUNA LAIN DI BALI

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP BAKAL CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DPRD KABUPATEN BULELENG PEMILU TAHUN 2014 Nama Partai Daerah Pemilihan

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan

Transkripsi:

Identifikasi Pura Wayah Dalem Majapahit di Desa Lembongan, Nusa Penida, Klungkung, Bali ( Kajian Tentang Sejarah, Struktur dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di SMA Wisata Dharma) OLEH I Made Yasa Dana NIM.0814021019 (e-mail: green_bodho@yahoo.co.id) I Wayan Mudana *) Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah terkait dengan tujuan penelitian: 1) sejarah Pura Wayah Dalem Majapahit di Desa Lembongan. 2) struktur dan fungsi dari pura tersebut bagi masyarakat Bali, khususnya Nusa Penida. 3). potensi Pura Wayah Dalem Majapahit sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA Wisata Darma. Penelitian ini dilakukan di Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, Bali. Pencarian informan ditentukan dengan cara purposive sampling. Penentuan informan diawali dengan menentukan informan kunci, kemudian dikembangkan memakai teknik snow ball sampling. Teknik analisis data antara lain: (1) pengumpulan data; (2) penyajian data; (3) reduksi data; (4) menarik kesimpulan/verifikasi. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa (1) Pura Wayah Dalem Majapahit keberadaannya terkait dengan kedatangan Dalem Ketut Shri Kresna Kepakisan ke Nusa Lembongan untuk melakukan Meditasi, dalam meditasinya beliau mendapatkan wahyu dari Sang Hyang Pasupati untuk mendirikan kahyangan suci di Ceningan yang diperkirakan pembuatan kahyangan suci tersebut pada tahun 1273 caka (2) Struktur Pura Wayah Dalem Majapahit di Desa Lembongan terdiri dari tiga halaman, yakni nista mandala, madya mandala, dan utama mandala. Fungsi Pura Wayah Dalem Majapahit dapat dibagi tujuh yakni, (1) Fungsi Religius (2) Fungsi Sosial (3) Fungsi Pendidikan (4) Fungsi Budaya (5) Fungsi Politik (6) Fungsi Ekonomi (7) Fungsi Rekreasi Spiritual. (3) Potensi Pura Wayah Dalem Majapahit sebagai sumber pembelajaran sejarah yaitu Pura ini dibangun zaman kerajaan Hindu-Budha pada keemasan Kerajaan Majapahit. sebagai bukti pura ini peninggalan dari kerajaan Majapahit terdapat Pelinggih Siwa Budha dan juga Arca Gajah Mada. ABSTRACT This research aims to solve the problems associated with the research objectives: 1) history of Wayah Pura Dalem Majapahit in Lembongan Village. 2) the structure and function of the temple for the Balinese people, especially Nusa Penida. 3). Wayah Pura Dalem Majapahit potential as a source of learning in high school history Holidays Darma. The research was conducted in the village of Lembongan, Nusa Penida district, Klungkung, Bali. Search informants determined by purposive sampling. Determination informant begins with determining the key informants, and then developed using snowball sampling technique. Data analysis techniques, among others: (1) data collection, (2) the presentation of the data, (3) data reduction, (4) draw conclusions / verification. From the results of this research note that

(1) Pura Dalem Majapahit Wayah existence Dalem Ketut associated with the arrival of Shri Krishna Kepakisan to Nusa Lembongan to do Meditation, the meditation he received revelation from Sang Hyang Pasupati to establish a holy heaven Ceningan thought of making the holy heaven Çaka in 1273 (2) Structure Wayah Pura Dalem Majapahit in Lembongan Village consists of three pages, the harsh mandala, mandala middle, and the main mandala. Wayah Pura Dalem Majapahit function can be split seven-namely, (1) Religious Functions (2) Social Functions (3) Functions of Education (4) Cultural Functions (5) Political Affairs (6) Economic Affairs (7) Spiritual Recreation Function. (3) Potential Wayah Pura Dalem Majapahit as a source of learning the history of the temple is built of Hindu-Buddhist era in the golden kingdom of Majapahit. as evidence of this temple are relics of the Majapahit kingdom Pelinggih Shiva statue of Buddha and also Gajah Mada. Kata Kunci: Sejarah, struktur, fungsi, potensi Pura Wayah Dalem Majapahit sebagai sumber belajar. *) Dosen Pembimbing 1

A. Pendahuluan Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang mejemuk dalam arti bangsa yang memiliki berbagai macam suku, agama, ras, golongan, kebudayaan dan adat istiadat. Kemajemukan yang dimiliki tersebut terungkap dalam falsafah bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika. Yang berarti bangsa Indonesia memiliki berbagai macam suku, agama, ras, golongan, kebudayaan, dan adat istiadat yang beraneka ragam tetapi tetap dalam satu kesatuan Negara Republik Indonesia. Kekuatan kebudayaan Bali, di bidang agama salah satunya adalah keberadaan Pura. Pura merupakan istilah untuk tempat ibadah agama Hindu di Indonesia. Pura di Indonesia terutama terkonsentrasi di Bali sebagai pulau yang mempunyai mayoritas penduduk penganut agama Hindu. Suasana keagamaan yang demikian harmonis dan masyarakatnya sebagian besar memeluk Agama Hindu, mengakibatkan di pulau Bali banyak sekali terdapat bangunan pura. Oleh karena itu, munculah sebutan untuk Bali sebagai pulau seribu pura (Wiana, 2004: 74). Pembangunan pura ini tidak dapat kita lepas dari konsep kearifan lokal masyarakat Bali. Kearifan lokal ini adalah Tri Hita Karana, Tri Hita Karana merupakan trilogi konsep hidup dimana Tuhan, manusia dan alam berdiri di masing-masing sudut sebagai unsur mutlak terselenggaranya denyut nadi alam raya (macro cosmos). Tri Hita Karana terdiri dari tiga unsur yaitu: Parahyangan, Pawongan dan Palemahan. Ketiga unsur ini dipandang menjadi satu-kesatuan yang menjadi sumber atau penyebab kesejahtraan serta kebahagiaan manusia. Adanya ideologi ini mengharuskan orang Bali memelihara keharmonisan antara manusia dengan lingkungan spritual yakni Tuhan ataupun Dewa (Parahyangan), manusia dengan manusia (Pawongan) dan manusia dengan lingkungan alam (Palemahan) (Mudana, 2001). Penelitian mengenai pura sudah ada yang mengkaji seperti laporan penelitian yang diantaranya Senili (2004) yang mengkaji Studi Tentang Fungsi Relief Yang Terdapat Pada Penyengker Pura Dalem di Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Skripsi yang berjudul Pura Panjenengan Siwa di Desa Pakraman Tista, Kecamatan Buleleng Studi Tentang Sejarah, Struktur dan Fungsinya. Oleh Sudarmawan (2007) yang menguraikan sejarah, struktur dan fungsi pura tersubut. Ada juga skripsi yang berjudul Pura Pasar Agung Giri Tolangkir di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem (Kajian Tentang Sejarah, Struktur dan Fungsi) oleh Putrayasa (2008), skripsi ini membahas tentang Sejarah, Struktur, Dan 2

Fungsi Pura Agung Tolangkir, Di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali. Kerti (2009) dengan judul Pura Dalem Jawa (Langgar) di Desa Bunutin, Kabupaten Bangli (Kajian Sejarah, Struktur, dan Fungsi). Darma (2010) dengan judul Pura Dalem Balingkang di Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli (Kajian Tentang Sejarah, Struktur, dan Fungsi Pura). Di bandingkan dengan Pura yang sudah diteliti, Pura Wayah Dalem Majapahit terletak di Pulau Nusa Penida yang merupakan bagian dari wilayah kabupaten Klungkung. Dari belasan pura yang ada salah satunya adalah Pura Wayah Dalem Majapahit, pura ini sudah ada sekitar tahun 1273 caka, walaupun dulunya hanya ada satu buah bebaturan, namun bila dikaitkan dengan sebuah lontar Bali yantg dimuat oleh Mpu Kuturan yang menyatakan Sira Mpu Kuturan, ingaranan Mpu Raja Kreta Mahyunta Anggawe Parahyangan Kabeh, sane kagawe wit Majapahit, kaunggullan ring Bali kabeh. Adalah Mpu Kuturan bergelar Mpu Raja Kreta, beliau membuat parahyangan (tempat leluhur) semua orang di Bali yang di bawanya dari Majapahit, dibangun atau diterapkan diseluruh Bali. Dari lontar tersebut kita dapat menyimak bahwa Bali adalah bagian dari Majapahit. Di Pura ini di puja Sang Hyang Pasupati, Hyang Siwa Budha, Hyang Gana Pati, Ratu Rambut Sedana, Ratu Ayu Mas Melanting, Ratu Hyang Baruna, Dewi Kwam Im, Ratu Mas Subandar, Rakyana Gajah Mada dan Bedawang Muka Geni (Naga Merah). Gedong Siwa Budha ini sangat unik dimana merupakan tempat dari Arca Maha Patih Gajah Mada yang menggambarkan bagaimana perjalanan dari Majapahit dalam usahannya untuk menyatukan nusantara. Sedangkan pada bagian atas atau atap dari pelinggih tersebut terdapat candi-candi kecil berupa Candi Meru. Tata tetak dari Candi Meru ini menggunakan konsep dewata nawa sanga yang dilapisi oleh unsur-unsur Hindu-Budhanya, serta kelengkapan unsur bangunan dari pelinggih ini juga menggambarkan kesatuan konsep mandala dalam Agama Hindu. Selain itu juga terdapat Pelinggih Budha dan Dewi Kwan Im yang merupakan tempat penyimpanan dari patung Dewi Kwan Im dan dipercaya sebagai dewi welas asih. Pura Wayah Dalem Majapahit yang terletak tidak jauh dengan sekolah, yaitu SMA Wisata Dharma. Dalam mata pelajaran sejarah Pura Wayah Dalem Majapahit belum pernah digunakan oleh guru sebagai sumber belajar sehingga dalam hal ini diperlukan kajian yang lebih mendalam agar nantinya Pura Wayah Dalem Majapahit dapat bermanfaat bagi proses belajar mengajar. Adapun Pura 3

Wayah Dalem Majapahit dapat digunakan sebagai sumber belajar di kelas XI SMA Wisata Dharma dengan Standar Kompetensi: Menganalisis Perjalanan Bangsa Indonesia pada Masa Negaranegara Tradisional, dengan Kompetensi Dasar: Menganalisis Perkembangan Kehidupan Negara-negara Kerajaan Hindu- Buddha di Indonesia, Indikator: Mendeskripsikan muncul dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Hindu- Buddha di berbagai daerah. Sepengetahuan penulis belum ada peneliti yang meneliti secara lebih mendalam mengenai Pura Wayah Dalem Majapahit yang berada di Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida itu. Bertolak dari keunikan Pura Wayah Dalem Majaphit di Desa Lembongan, penulis ingin mengkaji lebih mendalam mengenai Identifikasi Pura Wayah Dalem Majapahit di Desa Lembongan, Nusa Penida, Klungkung, Bali ( Kajian tentang Sejarah, Struktur dan Potensinya sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di SMA Wisata Dharma), sehingga dalam penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan sejarah pura khususnya yang ada di Kabupaten Klungkung. B.Metode Penelitian Penelitian ini lebih banyak bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas kepada pembaca, sehingga metode yang digunakan lebih bersifat deskriptif kualitatif. Adapun langkahlangkah penelitian yang akan dilakukan antara lain sebagai berikut: (1) Teknik Penentuan Informan, (2) Teknik Pengumpulan Data: Teknik Observasi, Teknik Wawancara Mendalam, Teknik Studi Dokumen, (3) Teknik Penjaminan Keabsahan Data, (4) Teknik Analisis Data: Pengumpulan Data, Penyajian Data, Reduksi, verfikasi. C.Hasil dan Pembahasan Hasil Dalam penelitian ini yang menjadi tempat penelitian adalah Pura Wayah Dalem Majapahit yang terletak di pulau Ceningan Desa Pakraman Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Untuk mendapat gambaran umum mengenai kawasan yang akan diteliti maka akan diuraikan wilayah Desa Pakraman Lembongan secara umum. Melalui uraian ini akan dapat diperoleh karakteristik dan gambaran umum mengenai lokasi dari penelitian ini terutama dari kondisi geografis lokasi penelitian. Secara administrasi Desa Lembongan termasuk salah satu desa di antara 16 desa yang termasuk dalam wilayah kecamatan Nusa Penida, kabupaten klungkung, provinsi Bali. Desa Lembongan ini terdiri dari 6 Dusun yang terbagi dalam 11 Banjar Adat Yaitu: 1) Dusun Kelod Lembongan: Kelod, 2) Dusun Kaja 4

Lembongan: Kaja, Pegadungan, 3) Dusun Kangin Lembongan: Kangin, 4) Dusun Kawan Lembongan: Kawan, 5) Dusun Ceningan Kangin: Parangan Tengah, Ambentiying, 6) Dusun Ceningan Kawan: Ceningan Tengah, Anggrek, Gili Mekar Nadi, Batu Melawang. Berdasarkan interpretasi peta rupa bumi Desa Toyapakeh dengan nomer sheet 1707-342, secara astronomis Desa Lembongan terletak pada, 08 40 10-08 43 5 Lintang selatan dan 115 25 40-115 28 10 Bujur Timur dengan batasbatas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara: Desa Jungutbatu Sebelah Selatan: Selat Penida Sebelah Barat: Selat Badung Sebelah timur: Selat Toyapakeh Secara geografis Desa Lembongan merupakan daerah pantai dengan ketinggian 54 m dari permukaan laut. Adapun curah hujan rata-rata per tahun di Desa Lembongan adalah sebesar 45 mm, dengan keadaan suhu rata-rata antara 26 0 C 32 0 C. Pembahasan Pura Wayah Dalem Majapahit Dengan diangkatnya Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanegara sebagai raja Majapahit (1350-1389), maka keadaan di Bali juga mengalami mengalami perubahan. Atas usul Mangkubumi Majapahit, yaitu Patih Gajah Mada, maka Dalem Ketut Shri Kresna Kepakisan (putra ke-4 dari Mpu Kepakisan, guru dari Gajah Mada) diangkat menjadi Adipati di Bali untuk mengisi kekosongan pemerintahan di Bali dan mampu membersatukan rakyat Bali. Dengan keratonnya di Samprangan yang kemudian melahirkan Dinasti Dalem. Setelah Bali berhasil dtaklukkan oleh Kerajaan Majapahit di bawah pimpinan Mahapatih Gajah Mada dan Dalem Ketut Shri Kresna Kepakisan. Setelah di angkat menjadi Adipati Majapahit di Bali. Berdasarkan wawancara dengan Jro Mangku Gede Darma pada tanggal 10 Januari 2013 yang merupakan Mangku di Pura Wayah Dalem Majapahit dikatakan bahwa : Dalem Ketut Shri Kresna Kepakisan beserta pengiring datang ke Nusa Lembongan untuk melakukan Meditasi atau Tapa Yoga Semadi. Di dalam meditasinya itu Dalem Ketut Shri Kresna Kepakisan mendapatkan wahyu dari Sang Hyang Pasupati untuk mendirikan kahyangan suci di daerah Nusa Ceningan dan diperkirakan pembuatan kahyangan suci tersebut pada tahun 1273-1274 caka. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa Dalem Ketut Shri Kresna Kepakisan datang ke Nusa lembongan untuk melaksanakan meditasi atau tapa yoga semedi di daerah Ceningan. Ketika Dalem Ketut Shri Kresna Kepakisan 5

melakukan meditasi. Dalam meditasi itu Dalem Ketut Shri Kresna Kepakisan mendapatkan wahyu dari Sang Hyang Pasupati. Wahyu tersebut berupa perintah untuk membangun atau mendirikan kahyangan suci yang diperkirakan pembangunannya pada tahun 1273-1274 caka. Namun dalam pembangunan kahyangan suci tersebut hanya terdapat satu buah bebaturan (Pelinggih) yang dulunya masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Sanggah Karang, Setiap kami nunas bawos atau menerawang pada dukun atau bahasa Balinya Balian, dan selalu disebutkan bahwa pura ini adalah Dalem Majapahit. Sehingga, setelah kami gabung dengan sebutan sebelumnya oleh krama setempat, yakni Pelinggih Karang atau Pura Wayah maka kini menjadi Pura Wayah Dalem Majapahit (Bali Post, 22 Januari 2013). Menurut leluhur atau tetua kami yang menginformasikan dari generasi ke generasi bahwa pura ini sangat diyakini kesakralan dan keangkeran pura ini sangat tinggi, yaitu bila ada orang yang mempunyai upacara tanpa menghaturkan sesajen di pura ini biasanya masakannya tidak pernah matang dan air yang dimasak ditak akan pernah medidih, serta bila ada orang yang melakukan Aci Sang Hyang yaitu Tarian sakral tanpa memohon restu dari pura ini biasanya tidak berjalan lancer, karena pura ini adalah linggih Sang Hyang Pasupati serta Dewa Dewi yang lainnya. Pura ini juga dulunya tempat pemangku, balian dan dasaran memohon taksu. Struktur dan Fungsi Pura Wayah Dalem Majapahit Struktur Pura Wayah Dalem Majapahit di Desa Pakraman Lembongan terdiri dari tiga halaman, yakni nista mandala atau jaba sisi, madya mandala atau jaba tengah, dan utama mandala atau jeroan. Bangunan yang terdapat pada nista mandala yakni, Bale Pesandekan, Sekapat, Toilet. Bangunan yang terdapat pada madya mandala terdapat Bale Gong, Pengapit Lawang, Sedangkan di utama mandala merupakan halaman yang paling banyak terdapat bangunan, yakni Penglurah, Sapta Petala, Pelinggih Siwa Budha, Meru, Padmasana, Gedong Sari, Taksu, Piasan, Pengaruman, dan terdapat dua Pelebahan yaitu Pelebahan Utara : Linggih Budha dan Dewi Kwam Im dan Pelebahan Selatan : Pesimpangan Ratu Gede. Fungsi Pura Wayah Dalem Majapahit secara umum dapat dibagi tujuh yakni, (1) Fungsi Religius sebagai tempat persembahyangan umat Hindu ; (2) Fungsi Sosial sebagai pemersatu masyarakat terutama penyungsung pura dan tempat berkomunikasi ; (3) Fungsi Pendidikan sebagai tempat belajar nonformal dalam bidang keagamaan ; (4) Fungsi Budaya 6

sebagai tempat pementasan kesenian seperti seni suara, seni tari, dan seni tabuh ; (5) Fungsi Politik sebagai tempat menggalang persatuan ; (6) Fungsi Ekonomi sebagai tempat menghimpun dana berupa pungutan suka rela sesari (punia) ; (7) Fungsi Rekreasi sebagai tempat beryoga atau bersemedi dan sebagai objek wisata di kawasan Lembongan. Pura Wayah Dalem Majapahit Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Pura adalah sebuah tempat suci bagi seluruh umat beragama Hindu. Sebuah pura tanpa di sadari sebenarnya memiliki banyak nilai salah satunya nilai filosofis pendidikan yang tinggi. Pendidikan umumnya berawal pada saat bayi itu sudah dilahirkan dan akan berlangsung seumur hidupnya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan. Potensi Pura Wayah Dalem Majapahit Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Potensi Pura Wayah Dalem Majapahit sebagai sumber pembelajaran sejarah yaitu Pura Wayah Dalem Majapahit dibangun pada masa sejarah tepatnya zaman kerajaan Hindu-Budha pada keemasan Kerajaan Majapahit. sebagai bukti bahwa pura ini merupakan salah peninggalan kerajaan Majapahit adalah terdapat candi meru yang berada pada bagian atas bangunan Pelinggih Siwa Budha dan juga Arca Maha Patih Gajah Mada. D.Simpulan dan Saran Simpulan Sejarah Pura Wayah Dalem Majapahit dimulai dari Dalem Ketut Shri Kresna Kepakisan datang ke Nusa lembongan untuk melaksanakan meditasi di daerah Ceningan. Ketika Dalem Ketut Shri Kresna Kepakisan melakukan meditasi. Dalam meditasi itu Dalem Ketut Shri Kresna Kepakisan mendapatkan wahyu dari Sang Hyang Pasupati. Wahyu tersebut berupa perintah untuk membangun atau mendirikan kahyangan suci yang diperkirakan pembangunannya pada tahun 1273-1274 caka. Namun dalam pembangunan kahyangan suci tersebut hanya terdapat satu buah bebaturan (Pelinggih) yang dulunya masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Sanggah Karang, Setiap kami nunas bawos atau menerawang pada dukun atau bahasa Balinya Balian, dan selalu disebutkan bahwa pura ini adalah Dalem Majapahit. Sehingga, setelah kami gabung dengan sebutan sebelumnya oleh krama setempat, yakni Pelinggih Karang atau Pura Wayah maka kini menjadi Pura Wayah Dalem Majapahit. 7

Struktur Pura Wayah Dalem Majapahit di Desa Pakraman Lembongan terdiri dari tiga halaman, yakni nista mandala atau jaba sisi, madya mandala atau jaba tengah, dan utama mandala atau jeroan. Bangunan yang terdapat pada nista mandala yakni, Bale Pesandekan, Sekapat, Toilet. Bangunan yang terdapat pada madya mandala terdapat Bale Gong, Pengapit Lawang, Sedangkan di utama mandala merupakan halaman yang paling banyak terdapat bangunan, yakni Penglurah, Sapta Petala, Pelinggih Siwa Budha, Meru, Padmasana, Gedong Sari, Taksu, Piasan, Pengaruman, dan terdapat dua Pelebahan yaitu Pelebahan Utara : Linggih Budha dan Dewi Kwam Im dan Pelebahan Selatan : Pesimpangan Ratu Gede. Fungsi Pura Wayah Dalem Majapahit secara umum dapat dibagi tujuh yakni, (1) Fungsi Religius sebagai tempat persembahyangan umat Hindu ; (2) Fungsi Sosial sebagai pemersatu masyarakat terutama penyungsung pura dan tempat berkomunikasi ; (3) Fungsi Pendidikan sebagai tempat belajar nonformal dalam bidang keagamaan ; (4) Fungsi Budaya sebagai tempat pementasan kesenian seperti seni suara, seni tari, dan seni tabuh ; (5) Fungsi Politik sebagai tempat menggalang persatuan ; (6) Fungsi Ekonomi sebagai tempat menghimpun dana berupa pungutan suka rela sesari (punia) ; (7) Fungsi Rekreasi sebagai tempat beryoga atau bersemedi dan sebagai objek wisata di kawasan Lembongan. Potensi Pura Wayah Dalem Majapahit sebagai sumber pembelajaran sejarah yaitu Pura Wayah Dalem Majapahit dibangun pada masa sejarah tepatnya zaman kerajaan Hindu-Budha pada keemasan Kerajaan Majapahit. sebagai bukti bahwa pura ini merupakan salah peninggalan kerajaan Majapahit adalah terdapat candi meru yang berada pada bagian atas bangunan Pelinggih Siwa Budha dan juga Arca Maha Patih Gajah Mada. Saran Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat disampaikan beberapa saran yakni: 1.Masyarakat Desa Pakraman Lembongan khusunya Wilayah Ceningan hendaknya terus menjaga dan melestarikan kesucian Pura Wayah Dalem Majapahit 2.Pemerintah Kabupaten Klungkung hendaknya agar ikut memelihara dan menjaga kesucian serta kelestariaan Pura Wayah Dalem Majapahit. 3.Pemerintah Provinsi Bali hendaknya memperkenalkan Pura Wayah Dalem Majapahit sebagai salah satu peninggalan kerajaan Majapahit. 4.Penelitian di Pura Wayah Dalem Majapahit masih banyak hal yang menarik yang belum diteliti karena 8

keterbatasan peneliti, sehingga diharapkan peneliti lain dapat meneliti aspek-aspek lain dari Pura Wayah Dalem Majapahit. Ucapan terima kasih ditujukan kepada 1. I Wayan Mudana selaku Pembimbing Akademik (PA) dan Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya kepada penulis dalam memberikan pengetahuannya, memotivasi dan membimbing penulis dalam penyusunan artikel. Daftar Pustaka Wiana, Ketut. 2004. Mengapa Bali disebut Bali?. Surabaya: Penerbit Paramita...2004.Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan. Jakarta : Pustaka Manikgeni Sudarmawan, I Wayan Putu. 2007. Pura Panjenengan Siwa Di Desa Pakraman Tista, Kecamatan Buleleng Studi Tentang Sejarah, Struktur Dan Fungsinya. Singaraja : Undiksha Putra Yasa, I Wayan. 2008. Pura Pasar Agung Giri Tolangkir Di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem (Kajian Tentang Sejarah, Struktur Dan Fungsi). Singaraja : Undiksha Kerti, Ni Wayan. 2009. Pura Dalem Jawa (Langgar) di Desa Bunutin, Kabupaten Bangli (Kajian Sejarah, Struktur, dan Fungsi). Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha Darma, I Wayan. 2010. Pura Dalem Balingkang di Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli (Kajian Tentang Sejarah, Struktur, dan Fungsi Pura). Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha Mudana, I Wayan. 2001. Nyungsung Dewa Jelema Mengendalikan Bahaya Supranatural Secara Niskala Di Desa Kayu Putih, Banjar, Buleleng-Bali. Laporan penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja : Ikip N Singaraja Senili, Ni Luh. 2004. Studi Tentang Fungsi Relief Yang Terdapat Pada Penyengker Pura Dalem Di Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Skripsi. IKIP Negeri Singaraja 9