ARTIKEL. Oleh NI LUH PUTU SRI ADNYANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARTIKEL. Oleh NI LUH PUTU SRI ADNYANI"

Transkripsi

1 ARTIKEL Judul MAKAM KERAMAT AGUNG PEMECUTAN DI KELURAHAN PEMECUTAN, KOTA DENPASAR (Studi Tentang Latar Belakang Sejarah, Struktur, Fungsi dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh NI LUH PUTU SRI ADNYANI JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013

2 MAKAM KERAMAT AGUNG PEMECUTAN DI KELURAHAN PEMECUTAN, KOTA DENPASAR (Studi Tentang Latar Belakang Sejarah, Struktur, Fungsi dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh : Ni Luh Putu Sri Adnyani, NIM ( wiwin_gek@ymail.com) Dr. I Ketut Margi, M.Si *) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui latar belakang didirikannya Makam Keramat Agung Pemecutan di Kelurahan Pemecutan Kota Denpasar. (2) Mengetahui struktur dan fungsi Makam Keramat Agung Pemecutan di Kelurahan Pemecutan Kota Denpasar. (3) Mengetahui aspek yang terdapat di Makam Keramat Agung Pemecutan yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah yaitu: (1) Heuristik (pengumpulan data), (2) Kritik sumber, (3) Interpretasi, (4) Historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 2 (dua) faktor yang melatar belakangi didirikannya Makam Keramat Agung Pemecutan yaitu faktor sejarah (historis) dan faktor agama. (2) Struktur dan fungsi. Struktur makam terdiri dari 2 (dua) halaman. Halaman pertama terdiri dari candi bentar, tempat peristirahatan juru kunci, pohon kepuh kembar. Halaman kedua terdiri dari candi kurung, bale saka enam, Makam Raden Ayu Siti Khotijah. Fungsi makam yaitu: (a) fungsi religius, (b) fungsi magis, (c) fungsi sosial budaya. (3) Aspek yang terdapat di Makam Keramat Agung Pemecutan yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah lokal yaitu, (a) Aspek sejarah (historis), (b) Aspek bangunan, dan (c) Aspek nilai pendidikan karakter. Kata Kunci: Makam Keramat, Fungsi, Sumber Belajar Sejarah Lokal 1

3 ABSTRAC This study aims to: (1) Knowing the background of the establishment of the Supreme Sacred Tomb of acceleration in the Village Pemecutan Denpasar. (2) Knowing the structure and function of the Supreme Sacred Tomb of acceleration in the Village Pemecutan Denpasar. (3) Knowing the aspects contained in the Sacred Tomb of the Great acceleration that can be used as a source of learning local history. The method used in this study is the method of historical research with a qualitative descriptive approach steps, namely : (1) Heuristics (data collection), (2) a source of criticism, (3) Interpretation, (4) Historiography (history of writing). These results indicate that there are two (2) establishment of background factors, namely acceleration Supreme Sacred Tomb of historical factors (historical) and religious factors. (2) The structure and function. The structure of the tomb consists of two (2) pages. The first page consists of the temple briefly, caretaker resting place, billowing trees twins. The second page consists of the temple brackets, bale saka six, Tomb Raden Ayu Siti Khotijah. Function tomb is: (a) a religious function, (b) a magical function, (c) socio-cultural functions. (3) aspect contained in the Sacred Tomb of the Great acceleration that can be used as a source of learning local history, among others, (a) Aspects of history (historical), (b) aspects of the building, and (c) the value aspect of character education. Keywords : Sacred Tomb, Function, Learning Resources Local History *) Dosen Pembimbing Artikel 2

4 Bali merupakan salah satu pulau yang memiliki keunikan serta berbagai peninggalan budaya. Peninggalan budaya yang dimaksud seperti artefak dan tradisi. Peninggalan budaya berupa artefak misalnya pura dan makam. Di tengahtengah masyarakat Bali yang mayoritas umatnya beragama Hindu ternyata banyak ditemukan makam keramat, salah satunya yang ada di Kota Denpasar yang kini lebih dikenal dengan Pura Keramat Agung Pemecutan. Banyak keunikan yang terdapat pada Makam Keramat Agung Pemecutan di Kelurahan Pemecutan, Kota Denpasar, misalnya, pertama, dilihat dari segi penyebutannya yaitu Pura Keramat Agung Pemecutan seperti yang kita ketahui pura merupakan tempat suci Agama Hindu sedangkan tempat ini merupakan makam dari orang yang menganut Agama Islam. Kedua, pengunjung yang datang ke tempat ini bukan hanya umat Hindu namun juga umat Islam. Ketiga, meskipun telah banyak yang datang ketempat ini namun masyarakat di sekitar lokasi belum semuanya mengetahui asal-usul atau sejarah pendirian Makam Keramat Agung Pemecutan ini. Banyaknya keunikan yang terdapat di dalamnya sehingga menjadi menarik untuk diteliti lebih jauh. Penelitian ini bertujuan mengetahui 1) latar belakang berdirinya Makam Keramat Agung Pemecutan di Kelurahan Pemecutan, Kota Denpasar. (2) struktur dan fungsi Makam Keramat Agung Pemecutan di Kelurahan Pemecutan, Kota Denpasar. (3) aspek di Makam Keramat Agung Pemecutan yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah lokal Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini menyangkut latar belakang pendirian makam, yakni kepercayaan adanya roh dan sebagai sebuah penghormatan terhadap orang (tokoh) yang meninggal. Makam memiliki beberapa fungsi, yaitu (1) media penghormatan leluhur (Fadillah, 1986: ). (2) lambang status sosial, dalam kehidupan masyarakat terdapat tiga lapisan pokok yaitu lapisan bangsawan, lapisan ulama, lapisan biasa (Fadillah, 1986:357). Dari ketiga lapisan tersebut sudah sangat jelas adanya perbedaan jenis-jenis makam yang disebabkan karena adanya keinginan untuk memperlihatkan status sosial mereka. Kajian teori selanjutnya adalah sumber belajar sejarah, yaitu segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi yang dapat digunakan sebagai sumber atau wahana belajar sejarah. 3

5 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang meliputi beberapa tahapan yaitu (1) Heuristik (pengumpulan jejak atau sumber sejarah), (2) Kritik sumber, (3) Interpretasi, (4) Historiografi (pembuatan cerita sejarah). Tahap Heuristik (pengumpulan jejak atau sumber sejarah) menggunakan teknik observasi, teknik ini merupakan teknik pengamatan yang bertujuan untuk melihat, mencatat secara langsung segala sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. Hal-hal yang ditelusuri di antaranya lokasi dan lingkungan Makam Keramat Agung Pemecutan, sarana dan prasarana yang mendukung yang berada di areal Makam Keramat Agung Pemecutan, di Kelurahan Pemecutan, Kota Denpasar. Observasi yang dilakukan bersifat nonpartisipan (observasi tak langsung) yaitu peneliti hanya datang sewaktu-waktu di lokasi penelitian dengan membawa perlengkapan berupa peralatan kamera dan dicatat hal-hal penting yang berhubungan dengan topik penelitian menggunakan pedoman observasi sehingga didapatkan data berdasarkan kenyataan yang ada. Teknik wawancara, menurut (Mochtar (1998:17) teknik wawancara adalah teknik atau metode memperoleh informasi dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung (tatap muka), antara pewawancara dengan informan. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Penulis menentukan informan kunci, yaitu Jero Mangku I Made Puger (66 th) (Juru kunci Makam Keramat Agung Pemecutan), kedua yaitu Ida Bagus Purwanasara, SSTP, M.Si (34 th) (Lurah Pemecutan), Penduduk di sekitar makam dan pengunjung yang berziarah ke Makam Keramat Agung Pemecutan dan pihakpihak yang terkait di dalamnya. Wawancara dilakukan secara spontan berdasarkan pedoman wawancara. Aspek yang diwawancarai, yaitu mengenai latar belakang, struktur dan fungsi Makam Keramat Agung Pemecutan dan aspek Makam Keramat Agung Pemecutan yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah lokal. Teknik studi dokumen ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan mengadakan telaah terhadap dokumen atau arsip yang mendukung seperti monografi Kelurahan Pemecutan, profil pembangunan Kelurahan Pemecutan, dan data susunan kepengurusan Kelurahan Pemecutan serta foto-foto mengenai kawasan Makam Keramat Agung Pemecutan; (2) Kritik 4

6 sumber, kritik yang dilakukan oleh peneliti terkait dengan penulisan Makam Keramat Agung Pemecutan, yaitu kritik intern dan ekstern; (3) Interpretasi itu juga menyangkut proses seleksi sejarah karena tidak semua fakta dapat dan harus dimasukkan dalam kisah sejarah yang dikaji. Oleh karena itu, harus dipilih yang relevan dan bermakna dalam suatu kisah sejarah yang akan disusun (Notosusanto (dalam Sardiman, 2004: 106)); (4) Historiografi (pembuatan cerita sejarah) dari tahap inilah peneliti berusaha menghasilkan hasil penelitian yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan terkait dengan kawasan Makam Keramat Agung Pemecutan dalam bentuk sejarah lokal. (Kontowijoyo, 1995 :89-105). HASIL Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa (1) latar belakang didirikannya Makam Keramat Agung Pemecutan yaitu sebagai peringatan bahwa pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa penting dan adanya kepercayaan terhadap roh sehingga dibuatkan bangunan makam permanen yang nantinya akan menjadi peringatan bagi generasi berikutnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat 2 (dua) faktor yang melatar belakangi didirikannya Makam Keramat Agung Pemecutan yaitu faktor sejarah (historis) dan faktor agama. (2) Struktur Makam 5 Keramat Agung Pemecutan, terdiri dari 2 (dua) halaman. Halaman pertama terdiri dari candi bentar, tempat peristirahatan juru kunci, pohon kepuh kembar dan halaman kedua terdiri dari candi kurung, wantilan atau bale saka enam dan bagian utamanya yaitu Makam Raden Ayu Siti Khotijah. Fungsi Makam Keramat Agung Pemecutan yakni (1) Fungsi Religius; (2) Fungsi Magis; (3) Fungsi Sosial Budaya. (3) Aspek-aspek yang terdapat di Makam Keramat Agung Pemecutan yang bisa dikembangkan menjadi sumber belajar sejarah yakni, (1) Aspek Sejarah (Historis); (2) Aspek Bangunan; (3) Aspek Nilai Pendidikan Karakter. PEMBAHASAN Latar Belakang Berdirinya Makam Keramat Agung Pemecutan Di Kelurahan Pemecutan, Kota Denpasar Terdapat 2 (dua) faktor yang melatar belakangi didirikannya Makam Keramat Agung Pemecutan yaitu sebagai peringatan bahwa pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa penting dimana adanya kesalah pahaman antara pihak kerajaan dengan Raden Ayu Siti Khotijah yang merupakan Putri dari Raja Pemecutan yang telah berubah agama Islam karena mengikuti agama suaminya. Kesalah pahaman yang terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang tata cara persembahyangan agama Islam oleh pihak

7 kerajaan sehingga pada saat Raden Ayu Siti Khotijah sholat menggunakan pakaian serba putih dan didengar pula berteriak mekeber yang sebenarnya adalah Allahuakbar sehingga Raden ayu Siti Khotijah dikira sedang melepaskan ilmu hitam (di Bali disebut Ngeleak). Raja memerintahkan patih untuk segera membunuh Raden Ayu Siti Khotijah. Sebelum Raden Ayu Siti Khotijah dibunuh beliau berpesan setelah beliau meninggal akan keluar asap. Apabila asap yang keluar berbau busuk maka kuburkan beliau sembarangan sedangkan apabila berbau harum maka buatkan tempat suci yang di sebut dengan Keramat. Ternyata setelah beliau meninggal, keluar asap yang berbau harum maka beliau dikuburkan dan dibuatkan tempat suci dan tempat tersebut dinamakan Makam Keramat sedangkan faktor lain yang melatar belakangi didirikannya makam keramat agung pemecutan yaitu karena adanya kepercayaan terhadap roh sehingga dibuatkan bangunan makam permanen yang nantinya akan menjadi peringatan bagi generasi berikutnya selain itu juga sebagai penghormatan terhadap Raden Ayu Siti Khotijah meskipun beliau telah berubah menjadi agama Islam. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat 2 (dua) faktor yang melatar belakangi didirikannya Makam Keramat Agung Pemecutan yaitu 6 faktor sejarah (historis) dan faktor agama. Hal tersebut sejalan dengan pendapat (Soekmono, 1981) yang mengatakan bahwa latar belakang masyarakat mendirikan makam karena adanya kepercayaan roh dan untuk memberikan penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal. Struktur Dan Fungsi Makam Keramat Agung Pemecutan Di Kelurahan Pemecutan, Kota Denpasar Struktur Makam Keramat Agung Pemecutan, terdiri dari 2 (dua) halaman yang dikelilingi oleh tembok dengan tinggi ± 1,5 M dan luasnya 400 M 2. Secara konseptual struktur pembangunan tempat suci di Bali pada umumnya mengikuti konsep Tri Mandala (Utama Mandala, Madya Mandala, Nista Mandala) (Soebandi, 1983). Hal tersebut juga diterapkan pada Makam Keramat Agung Pemecutan namun hanya menggunakan konsep Dwi Mandala yang terdiri dari Utama Mandala dan Madya Mandala. Pembagian halaman Makam Keramat Agung Pemecutan menjadi dua juga sebagai penggambaran bahwa adanya penggabungan dua agama yaitu Hindu dan Islam. Halaman pertama (Madya Mandala) terdiri dari candi bentar, tempat peristirahatan juru kunci, pohon kepuh kembar. Dan halaman kedua (Utama Mandala) terdiri dari candi kurung,

8 wantilan atau bale saka enam dan bagian utamanya yaitu Makam Raden Ayu Siti Khotijah. Fungsi Makam Keramat Agung Pemecutan yakni (1) Fungsi Religius, Makam ini merupakan tempat melaksanakan persembahyangan bagi umat Islam dan umat Hindu. Jadi dapat dikatakan makam ini telah berfungsi secara religius, yaitu sebagai tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan keagamaan. (2) Fungsi Magis, Pohon yang tumbuh di tengah-tengah Makam Keramat Agung Pemecutan mempunyai fungsi magis karena memiliki khasiat yang sangat berguna bagi umat yang datang berkunjung kesana. Bagi yang sungguhsungguh datang untuk ziarah ke makam tersebut akan memperoleh berkah dan kelancaran dalam rezeki, maupun kemudahan dalam usaha. (3) Fungsi Sosial Budaya, Makam Keramat Agung Pemecutan merupakan tempat berlangsungnya berbagai kegiatan aktivitas dari umat Hindu dan Islam. Berkumpulnya umat Hindu dan Islam di makam tersebut merupakan wujud kehidupan sosial, dan hasil karya yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut yang berupa upakara dan sebagainya merupakan hasil budaya. Dengan berkumpulnya masyarakat dari berbagai etnis dan agama merupakan bentuk adanya sikap saling menghargai 7 perbedaan, toleransi dan saling hormat menghormati. Hal tersebut merupakan wujud adanya multikulturalisme. Choirul Mahfud (2006: 75), mengatakan bahwa multikulturalisme dibentuk oleh tiga kata yaitu multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/faham). Secara hakiki, dalam kata tersebut terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing. Kebudayaan adalah sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Hasil penelitian ini menambahkan pendapat dari (Fadillah, 1986) mengenai fungsi makam. Fungsi makam menurut (Fadillah, 1986) yaitu, (1) media penghormatan leluhur dan (2) lambang status sosial sedangkan menurut penelitian ini selain fungsi makam yang telah disebutkan diatas makam juga memiliki fungsi lain yaitu fungsi magis. Aspek yang terdapat pada Makam Keramat Agung Pemecutan di Kelurahan Pemecutan, Kota Denpasar yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah lokal Berikut ini adalah aspek-aspek yang terdapat pada Makam Keramat Agung Pemecutan di Kelurahan Pemecutan, Kota Denpasar yang bisa dikembangkan menjadi sumber belajar sejarah adalah sebagai berikut;

9 Aspek Sejarah (Historis) Pendidikan dalam arti luas adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan pada diri seseorang tiga aspek dalam kehidupannya, yakni pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup. Dalam upaya untuk mengembangkan tiga hal tersebut dapat dilakukan di sekolah, luar sekolah atau masyarakat dan keluarga. Dimana Makam Keramat Agung Pemecutan ini juga dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah khususnya sejarah lokal, hal tersebut dapat dilihat dari sejarah makam itu sendiri. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa makam ini merupakan makam dari anak Raja Pemecutan yang menikah dengan Pangeran dari Bangkalan Madura dan akhirnya berpindah agama menjadi agama Islam. Hal tersebut merupakan bukti bahwa telah terjadi perkawinan campuran lintas etnik dan agama. Dari sejarah inilah yang bisa dipakai oleh guru sebagai sumber belajar sejarah dalam rangka peningkatan pemahaman siswa terhadap kejadian-kejadian masa lampau dan mampu membangkitkan rasa mencintai bukti-bukti sejarah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Sjamsuddin, 1996) mengenai sumber belajar sejarah. Selain itu dengan sejarah tersebut dapat menumbuhkan rasa saling menghargai 8 antara siswa yang berbeda keyakinan hal ini sejalan dengan paham multikulturalisme sehingga tidak akan terjadi perselisihan yang dilatar belakangi oleh adanya perbedaan keyakinan tersebut. Aspek Bangunan Bangunan Makam merupakan bangunan yang memiliki nilai arsitektur keunikan bentuk Makam memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan hasil kebudayaan. Makam pada umumnya memiliki batu nisan. Bentuk bangunan Makam Keramat Agung Pemecutan ini memiliki keunikan yaitu terjadi penggabungan antara dua kebudayaan Hindu dan Islam sebagai budaya pembentuknya. Namun kedua kebudayaan tersebut tidak terasimilasi secara penuh. Peninggalan Makam Keramat di Kelurahan Pemecutan, Kota Denpasar bisa dijadikan alternatif oleh guru untuk mengajarkan materi pelajaran sejarah yang sifatnya lebih nyata dan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal tersebut sesuai dengan silabus yang terdapat pada SMA kelas dua, dengan kompetensi dasar (KD) yaitu menganalisis pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Islam terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Aspek Nilai Pendidikan Karakter Pendidikan karakter dalam kehidupan masyarakat yang multikultur

10 sekarang ini memang sangat dibutuhkan untuk dapat menciptakan kehidupan yang serasi, selaras dan sejahtera. Pendidikan Karakter (Pendidikan Moral) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di Negara kita. Maka dari itu dalam kaitannya dengan pendidikan formal maupun informal pendidikan karakter (pendidikan moral) bisa dijadikan pondasi yang kuat untuk mewujudkan kepribadian seseorang yang lebih baik untuk bisa bersaing dalam era globalisasi ini. Dalam hubungannya dengan penelitian ini yaitu yang berkaitan dengan Makam Keramat Agung Pemecutan juga terdapat hubungan toleransi yang sangat kuat, hal tersebut dibuktikan dengan terselenggaranya acara pada makam tersebut yang menggunakan kebudayaan Islam dan Hindu. Dengan didirikannya Makam Keramat Agung Pemecutan tersebut ditengah-tengah masyarakat yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, akhirnya secara tidak langsung keberadaan makam tersebut dapat menumbuhkan rasa toleransi antar umat beragama. Hal yang lebih penting adalah dapat menciptakan kerukunan antarumat beragama. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bab sebelumnya, maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, 9 yaitu terdapat 2 (dua) faktor yang melatar belakangi didirikannya Makam Keramat Agung Pemecutan (1) faktor sejarah (historis) dan (2) faktor agama. Faktor sejarah (historis) yaitu sebagai peringatan bahwa pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa penting dimana adanya kesalah pahaman pihak kerajaan dengan Raden Ayu Siti Khotijah mengenai cara persembahyangan agama Islam yang akhirnya menyebabkan terbunuhnya Raden Ayu Siti Khotijah. Faktor kedua yaitu faktor agama dimana adanya kepercayaan terhadap roh sehingga dibuatkan bangunan makam permanen yang nantinya akan menjadi peringatan bagi generasi berikutnya. Struktur Makam Keramat Agung Pemecutan, terdiri dari 2 (dua) halaman yang dikelilingi oleh tembok dengan tinggi ± 1,5 M dan luasnya 400 M 2. Halaman pertama terdiri dari candi bentar, tempat peristirahatan juru kunci, pohon kepuh kembar. Halaman kedua terdiri dari candi kurung, wantilan atau bale saka enam dan bagian utamanya yaitu Makam Raden Ayu Siti Khotijah. Fungsi Makam Keramat Agung Pemecutan yakni (1) Fungsi Religius, (2) Fungsi Magis (3) Fungsi Sosial Budaya. Aspek-aspek yang terdapat di Makam Keramat Agung Pemecutan yang

11 bisa dikembangkan menjadi sumber belajar sejarah yakni, (1) Aspek Sejarah (Historis), Makam Keramat Agung Pemecutan dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah khususnya sejarah lokal, hal tersebut dapat dilihat dari sejarah makam itu sendiri. Makam Keramat Agung Pemecutan ini merupakan contoh masuknya agama Islam melalui jalur perkawinan. Dari sejarah inilah yang bisa dipakai oleh guru sebagai sumber belajar sejarah dalam rangka peningkatan pemahaman siswa terhadap kejadiankejadian masa lampau dan mampu membangkitkan rasa mencintai bukti-bukti sejarah. (2) Aspek Bangunan, Bentuk bangunan Makam Keramat Agung Pemecutan ini memiliki keunikan yaitu terjadi penggabungan antara dua kebudayaan Hindu dan Islam sebagai budaya pembentuknya, (3) Aspek Nilai Pendidikan Karakter, Pendidikan karakter dalam kehidupan masyarakat yang multikultur sekarang ini memang sangat dibutuhkan untuk dapat menciptakan kehidupan yang serasi, selaras dan sejahtera. Pada Makam Keramat Agung Pemecutan terdapat hubungan toleransi yang sangat kuat, hal tersebut dibuktikan dengan terselenggaranya acara pada makam tersebut yang menggunakan perpaduan kebudayaan Islam dan Hindu. Berdasarkan temuan di lapangan maka 10 ada beberapa saran yang diberikan terkait dengan Makam Keramat Agung Pemecutan, yaitu: Bagi generasi muda hendaknya melalui keberadaan Makam Keramat Agung Pemecutan ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran sejarah di sekolah untuk menunjang pengetahuan materi di sekolah. Begitu pula halnya dengan generasi muda Pemecutan, diharapkan dengan potensi yang dimiliki oleh Makam Keramat Agung Pemecutan ini menumbuhkan rasa mencintai dan menghargai sebuah situs sejarah atau budaya yang ada disekitar kita. Bagi pengelola Makam Keramat Agung Pemecutan agar pengelolaan makam ini terus ditingkatkan. Bagi masyakat Bali dan masyarakat Pemecutan khususnya agar mulai menumbuhkan kesadaran sejarah, ikut memberikan perhatian dan kepedulian dengan keberadaan suatu peninggalan atau situs sejarah. DAFTAR RUJUKAN Fadillah, Ali Moh Makam-makam Kuno di Pulau Serangan dan Beberapa Makam di Kabupaten Badung, Bali (Suatu Kajian Arkeologis). Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana. Koentjaraningrat Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

12 Kuntowijoyo Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka. Mahfud, Choirul Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mochtar, M Pengantar Metode Penelitian. Jakarta:Sinar Karya Dharma. Sardiman Mengenal Sejarah. Yogyakarta: Biograf Publishing. Soebandi, ktut Pura Kawitan/Padharman dan Penyungsungan Jagat. Denpasar: CV. Kayumas Agung Soekmono Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta: Kanisius. Sjamsuddin, Helius, dkk Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik 11

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL Oleh I Kadek Dwipayana, (NIM. 0914021009), (e-mail: ikadek_dwipayana@yahoo.com) I Wayan Mudana *) Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Oleh NI KETUT EKA KRESNA DEWIPAYANTI

ARTIKEL. Judul. Oleh NI KETUT EKA KRESNA DEWIPAYANTI ARTIKEL Judul MASJID AL IMRON: LATAR BELAKANG PENDIRIAN DAN NILAI PENDIDIKAN SEJARAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI DESA TOYAPAKEH, NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI Oleh NI KETUT EKA KRESNA DEWIPAYANTI

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul PURA ULUWATU DI DESA PECATU, KECAMATAN KUTA SELATAN, BADUNG, BALI

ARTIKEL. Judul PURA ULUWATU DI DESA PECATU, KECAMATAN KUTA SELATAN, BADUNG, BALI ARTIKEL Judul PURA ULUWATU DI DESA PECATU, KECAMATAN KUTA SELATAN, BADUNG, BALI (Studi Tentang Perkembangan Pura Sebagai Destinasi Pariwisata serta Kontribusinya Bagi Pendidikan Sejarah) Oleh NI LUH PUTU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan Soeharto adalah pemerintahan yang berlangsung selama kurang lebih 32 tahun. Dalam memerintah, Soeharto terkenal dengan ketegasannya. Di bawah pemerintahannya

Lebih terperinci

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT PURA TAMAN NARMADA BALI RAJA DI DESA PAKRAMAN TAMANBALI, BANGLI, BALI (Sejarah, Struktur, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh : Ni Wayan Eka Krisna Yanti, (NIM 0914021029), (niwayanekakrisnayanti@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi yang

Lebih terperinci

TRADISI ZIARAH KUBUR KE MAKAM KERAMAT RADEN AYU SITI KHOTIJAH DI DESA PEMECUTAN, KECAMATAN DENPASAR BARAT, KOTA DENPASAR BAGI UMAT HINDU DAN ISLAM

TRADISI ZIARAH KUBUR KE MAKAM KERAMAT RADEN AYU SITI KHOTIJAH DI DESA PEMECUTAN, KECAMATAN DENPASAR BARAT, KOTA DENPASAR BAGI UMAT HINDU DAN ISLAM 1 TRADISI ZIARAH KUBUR KE MAKAM KERAMAT RADEN AYU SITI KHOTIJAH DI DESA PEMECUTAN, KECAMATAN DENPASAR BARAT, KOTA DENPASAR BAGI UMAT HINDU DAN ISLAM Mohammad Alfian Program Studi Antropologi Fakultas Sastra

Lebih terperinci

Pura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali (Sejarah Struktur dan Fungsinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah).

Pura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali (Sejarah Struktur dan Fungsinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah). Pura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali (Sejarah Struktur dan Fungsinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah). Oleh : Ni Luh Sri Karmi Asri, (NIM 0914021002), (e-mail: niluhsrikarmiasri@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Ambarawa-Bawen dengan pertimbangan pemilihan lokasi penelitian tersebut adalah: 1. Sekolah Pendidikan Guru Mendut

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Oleh. I Putu Sandiasa Adiawan JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

ARTIKEL. Judul. Oleh. I Putu Sandiasa Adiawan JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA ARTIKEL Judul SINKRETISME HINDU-BUDDHA (KONGHUCU) DI PURA BATU MERINGGIT, DESA CANDIKUNING, TABANAN, BALI (STUDI TENTANG SEJARAH DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH) Oleh I Putu Sandiasa Adiawan

Lebih terperinci

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Singaraja Periode (Sejarah dan Sistem Pendidikannya)

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Singaraja Periode (Sejarah dan Sistem Pendidikannya) Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Singaraja Periode 1989-2011 (Sejarah dan Sistem Pendidikannya) Oleh: Putu Rony Nova Hermawan, (NIM 0914021063), (e-mail: rony_nova@rocketmail.com) I Wayan Mudana *)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Ketokohan Ki Gede Sebayu sebagai pendiri Tegal memang sudah tersohor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA.

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA. ARTIKEL Judul Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA Oleh Desak Made Suprayanti 1014021014 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan. 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman perwujudan bangunan

Lebih terperinci

SEJARAH DAN SISTEM PENDIDIKAN DI UPTD SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) BULELENG, BALI

SEJARAH DAN SISTEM PENDIDIKAN DI UPTD SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) BULELENG, BALI SEJARAH DAN SISTEM PENDIDIKAN DI UPTD SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) BULELENG, BALI Oleh : Ketut Pasek Agung Wihikan, (NIM 0914021060), (e-mail: agunk.wihikan@yahoo.com.au) Luh Putu Sendratari *) Jurusan

Lebih terperinci

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar! 2) Guna Ekstrinsik meliputi: - Sejarah sebagai pendidikan moral - Sejarah sebagai pendidikan penalaran - Sejarah sebagai pendidikan politik - Sejarah sebagai pendidikan kebijakan - Sejarah sebagai pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada suatu peristiwa, tetapi hanya peristiwa yang banyak mengubah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ada suatu peristiwa, tetapi hanya peristiwa yang banyak mengubah kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa lampau manusia untuk sebagian besar tidak dapat ditampilkan kembali, bahkan mereka yang dikaruniai ingatan sekalipun tidak akan dapat menyusun kembali

Lebih terperinci

PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif) SKRIPSI. Oleh. Ari Yogo Prasetya NIM

PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif) SKRIPSI. Oleh. Ari Yogo Prasetya NIM PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif) SKRIPSI Oleh Ari Yogo Prasetya NIM 060210302230 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anastasia Jessica Putri Larasati

BAB I PENDAHULUAN. Anastasia Jessica Putri Larasati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pengadaan Proyek Paus Benediktus XVI dalam pidatonya pada Hari Penutupan Orang Muda Sedunia (World Youth Day) yang diselenggarakan di Sidney pada 20 Juli 2006 mengingatkan

Lebih terperinci

ARTIKEL. Oleh Ni Wayan Astini JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

ARTIKEL. Oleh Ni Wayan Astini JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA ARTIKEL Judul PURA DUKUH SANTRIAN DUSUN PEKANDELAN, DESA BEDULU, BLAHBATUH, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN FUNGSI, SERTA POTENSI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN DI SMA) Oleh Ni Wayan Astini

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul Perkembangan SMA N 3 Singaraja Periode Oleh Gede Mas Mahendradita

ARTIKEL. Judul Perkembangan SMA N 3 Singaraja Periode Oleh Gede Mas Mahendradita ARTIKEL Judul Perkembangan SMA N 3 Singaraja Periode 1976-2012 Oleh Gede Mas Mahendradita 0914021014 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014 PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI Oleh: DESAK PUTU DIAH DHARMAPATNI 1001605003 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI MELALUI BELANJA LANGSUNG DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI SKRIPSI

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI MELALUI BELANJA LANGSUNG DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI SKRIPSI PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI MELALUI BELANJA LANGSUNG DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI SKRIPSI Oleh : NI WAYAN NURYANTI DEWI NIM: 1206105030 FAKULTAS

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

Kata Kunci: Perkembangan, Sistem Pewarisan, Kerajinan Tenun Ikat Endek. *) Dosen Pembimbing artikel.

Kata Kunci: Perkembangan, Sistem Pewarisan, Kerajinan Tenun Ikat Endek. *) Dosen Pembimbing artikel. Perkembangan dan Sistem Pewarisan Kerajinan Tenun Ikat Endek Di Desa Sulang, Klungkung, Bali (1985-2012) Oleh: Luh Gede Wijayanti Lakhsmi Dewi, ( Nim 0814021007 ), (e-mail: edisutaprawita@yahoo.com ) Desak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara bertahap, organisasi Muhammadiyah di Purwokerto tumbuh dan berkembang, terutama skala amal usahanya. Amal usaha Muhammadiyah di daerah Banyumas meliputi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM

ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM ARTIKEL Judul ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 Oleh MADE ANGGA SETIAWAN 1014021020

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut Tahun 1985-1998 ini menggunakan

Lebih terperinci

POTENSI SITUS GILIMANUK SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA SKRIPSI. Oleh. Fera Dwi Yanti NIM

POTENSI SITUS GILIMANUK SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA SKRIPSI. Oleh. Fera Dwi Yanti NIM POTENSI SITUS GILIMANUK SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA SKRIPSI Oleh Fera Dwi Yanti NIM 060210302142 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA ARTIKEL Judul PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA OLEH : NI WAYAN DEWI LASMI 1114021004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Pandeglang terletak di wilayah Provinsi Banten, merupakan kawasan sebagian besar wilayahnya masih pedesaan. Luas wilayahnya 2.193,58 KM 2. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Salatiga. Pertimbangan lokasi penelitian adalah : 1. Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur ada di Salatiga. 2. Salatiga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad Yasin dalam Perjuangan Harakah Al-Muqawamah Melawan Israel di Palestina Tahun 1987-2004. Suatu kajian yang

Lebih terperinci

ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR

ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR I Gde Putu Surya Pradnyana email: putusuryapradnyana130.ps@gmail.com Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra Dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. suatu penelitian, hal ini dikarenakan metode merupakan salah satu faktor yang

METODE PENELITIAN. suatu penelitian, hal ini dikarenakan metode merupakan salah satu faktor yang 16 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur sebuah keberhasilan dalam suatu penelitian, hal ini dikarenakan metode merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI 118 BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI Berdasarkan kajian yang telah dilakukan terhadap Pura Maospait maka dapat diketahui bahwa ada hal-hal yang berbeda dengan pura-pura kuna yang

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA DAGANG BAJU (STUDI KASUS PEDAGANG BAJU BALI MENETAP DAN SEMI MENETAP DI DAERAH KUTA)

STUDI KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA DAGANG BAJU (STUDI KASUS PEDAGANG BAJU BALI MENETAP DAN SEMI MENETAP DI DAERAH KUTA) STUDI KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA DAGANG BAJU (STUDI KASUS PEDAGANG BAJU BALI MENETAP DAN SEMI MENETAP DI DAERAH KUTA) Oleh : NI KOMANG MARIANI 1206105093 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN 1 KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Putu Sosiawan Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstrak The

Lebih terperinci

RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR. I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi

RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR. I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi 1 RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi Abstrak Relief of Tantri that is located in Pertapaan Gunung Kawi Bebitra. This area located

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia sehingga terjadi berbagai dimensi perubahan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai

III. METODE PENELITIAN. Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai III. METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. atau tujuan pemecahan masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 : 1).

METODE PENELITIAN. atau tujuan pemecahan masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 : 1). 17 III. METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian merupakan langkah penting karena metode dapat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah penelitian. Metode berasal dari bahasa Yunani methodos berarti

Lebih terperinci

Fungsi Bangunan Pura Penataran Agung Margo Wening di Desa Balonggarut Kecamatan Krembung

Fungsi Bangunan Pura Penataran Agung Margo Wening di Desa Balonggarut Kecamatan Krembung Fungsi Bangunan Pura Penataran Agung Margo Wening di Desa Balonggarut Kecamatan Krembung Vinna Primakusuma Dewi vinnaprima1@gmail.com Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga Abstract Inter-religious

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana Penelitian pada dasarnya merupakan cara kerja ilmiah yang ada dalam setiap disiplin ilmu. Begitu pi kisahula halnya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri Sandal Barepan selama 38 tahun tersebut, maka perlu digunakan suatu metode penelitian sejarah sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia mempunyai sejarah kebudayaan yang telah tua, berawal dari masa prasejarah (masa sebelum ada tulisan), masa sejarah (setelah mengenal tulisan)

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS oleh I Wayan Sudiana, (NIM 0814021029), (Email : Sudiana_ IWayan@yahoo.com) Desak Made Oka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan BAB VIII PENUTUP Bab VIII memaparkan pembahasan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, serta implikasi dan saran dalam ranah akademik dan praktis sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian. Pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA Luh Putu Sri Sugandhini Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana ABSTRACT Based on the fact in a pattern of religious

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA Elfrida Rosidah Simorangkir Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya Islam masyarakat Indonesia masih percaya akan kekuatan roh nenek moyang yang merupakan sebuah kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan. Upacara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Desa Cangkuang terletak diantara kota Bandung dan Garut. Di desa ini terdapat sebuah kampung yang bernama Kampung Pulo. Di kampung ini juga terdapat sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian pada dasarnya membuat rencana suatu kegiatan sebelum penelitian dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk keluar dari keadaan biasanya dan ini dipengaruhi oleh keberadaan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. untuk keluar dari keadaan biasanya dan ini dipengaruhi oleh keberadaan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan

Lebih terperinci

PERPUSTAKAAN SEKOLAH SD NO.2 KUTUH KUTA SELATAN DALAM MENUNJANG KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TUGAS AKHIR

PERPUSTAKAAN SEKOLAH SD NO.2 KUTUH KUTA SELATAN DALAM MENUNJANG KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TUGAS AKHIR PERPUSTAKAAN SEKOLAH SD NO.2 KUTUH KUTA SELATAN DALAM MENUNJANG KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TUGAS AKHIR Disusun oleh : Ni Wayan Lina Riyani 1221503014 PROGRAM STUDI D3 PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : NI NYOMAN ERNA CAHYANI NIM. 1221503003 PROGRAM STUDI D3 PERPUSTAKAAN FAKULTAS

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN RASA SOLIDARITAS ANTARA UMAT BERAGAMA DALAM KONTEKS SOSIAL TERBUKA. Disusun Oleh: Universitas Airlangga 2012/2013

MENUMBUHKAN RASA SOLIDARITAS ANTARA UMAT BERAGAMA DALAM KONTEKS SOSIAL TERBUKA. Disusun Oleh: Universitas Airlangga 2012/2013 MENUMBUHKAN RASA SOLIDARITAS ANTARA UMAT BERAGAMA DALAM KONTEKS SOSIAL TERBUKA Disusun Oleh: Nama : Otto S.M. Silaen NIM : 061211132117 Fakultas/Prodi : FKH/Pend. Dokter Hewan Universitas Airlangga 2012/2013

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Kebudayaan a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan

Lebih terperinci

KAWASAN KAMPUNG BATIK KAUMAN SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS DI SMP SURAKARTA

KAWASAN KAMPUNG BATIK KAUMAN SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS DI SMP SURAKARTA KAWASAN KAMPUNG BATIK KAUMAN SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS DI SMP SURAKARTA SKRIPSI Oleh : YAHYA RESTU MUKTI WIJAYA K4409063 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang BAB III METODE PENELITIAN Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang berjudul Metodologi Sejarah adalah Metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesadaran sejarah mempunyai arti penting dalam pembentukan kepribadian individu/masyarakat dan kepribadian ini akan menciptakan sebuah identitas dari individu atau masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kajian yang penulis ambil dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung Tahun 1901-1942. Untuk membahas berbagi aspek mengenai judul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Pemikiran Gus

Lebih terperinci

ARTIKEL Identifikasi Potensi Taman Soekasada Ujung, di Desa Tumbu, Kabupaten Karangasem, Bali sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal di SMA

ARTIKEL Identifikasi Potensi Taman Soekasada Ujung, di Desa Tumbu, Kabupaten Karangasem, Bali sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal di SMA ARTIKEL Identifikasi Potensi Taman Soekasada Ujung, di Desa Tumbu, Kabupaten Karangasem, Bali sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal di SMA Oleh: Wayan Devy Damayanti NIM. 0914021065 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PENGEMBANGAN PERAN LEMBAGA SOSIAL DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MASYARAKAT SUKU USING BERBASIS KEARIFAN LOKAL Ketua/Anggota Peneliti: Dra.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang digunakanuntuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan Transportasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

MENJADI PENELITI SEJARAH Oleh: Miftahuddin

MENJADI PENELITI SEJARAH Oleh: Miftahuddin MENJADI PENELITI SEJARAH Oleh: Miftahuddin Awal sekali yang perlu ditekemukakan bahwa sesunguhnya dalam lingkup akademis anggapan bahwa semua manusia adalah sejarawan bagi dirinya sendiri adalah kurang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan

Lebih terperinci