1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Tanggal 27 Mei 2006 pukul 22.54.01 (UTC) atau pukul 05.54.01 (WIB) menjelang fajar kota Yogyakarta dan sekitarnya, termasuk di dalamnya wilayah Kabupaten Bantul, Klaten, Gunung Kidul, dan Kulon Progo diguncang oleh gempabumi kuat berkekuatan 6,2 Mw (Moment Magnitude), berkedalaman dangkal 17,1 km (NEIC,USGS). Gempabumi tersebut berpusat di muara kali Opak 20 km selatan kota Yogyakarta dan telah mengkibatkan kerusakan yang sangat serius. Tercatat 6000 korban (meninggal, luka berat dan ringan) serta puluhan ribu infrastruktur berupa rumah penduduk serta fasilitas umum lainnya seperti hotel, stasiun kereta, bandara serta sekolah berikut jembatan mengalami rusak berat hingga ringan. Wilayah Jawa Tengah bagian selatan termasuk kota Yogyakarta merupakan salah satu wilayah rawan gempabumi, tercatat tidak kurang dari lima kali gempabumi merusak pernah terjadi di daerah ini yaitu tahun 1867, 1943, 1981, 2001 dan 2006 (Supartoyo, et al., 2004). Pada umumnya pembuatan peta mikrozonasi daerah rawan bencana gempabumi masih dilakukan dengan cara konvensional, yaitu dengan intrepretasi secara visual. Peta-peta tersebut digunakan sebagai acuan dalam menentukan daerah rawan bencana gempabumi. Pekerjaan analisis dengan cara ini memerlukan waktu yang cukup lama. Dengan sistem informasi geografi (geographic information system) berbasis analisis keputusan multikriteria, analisis daerah/lokasi bahaya dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa data kegempaan maupun data geologi secara lebih cepat dan akurat. Analisis keputusan multikriteria dalam penelitian ini menggunakan model pembobotan sederhana (Simple Additive Weight) dan Analytical Hierarchical Process (AHP). Proses selanjutnya adalah integrasi data-data hasil interpretasi yang dilakukan dengan teknik sistem informasi geografis (SIG).
2 I.2 Lokasi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak pada wilayah yang dibatasi oleh koordinat,07 0 45 08 0 05 LS dan 110 0 15 110 0 30 BT. Secara administratif termasuk wilayah Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan sebagian Kabupaten Klaten (gambar 1.1.). Ada beberapa alasan daerah Yogyakarta dijadikan obyek penelitian adalah : 1. Ketersediaan data baik data geologi maupun data kegempaan cukup lengkap. 2. Daerah tersebut dilewati oleh sesar aktif. 3. Daerah ini perkembangan pemukimannya cukup pesat. I.3 Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan metoda SAW dan AHP dalam pemodelan peta mikrozonasi seismisitas serta perbandingannya dengan wilayah kerusakan akibat gempabumi Yogyakarta tahun 2006. I.4 Tujuan Penelitian Membandingkan metoda SAW dan AHP dalam pemodelan peta mikrozonasi seismisitas untuk mengidentifikasi tingkat bahaya gempabumi di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. I.5 Ruang Lingkup Kajian Batasan masalah yang dibahas di dalam penelitian ini adalah : 1. Peta geologi yang digunakan yaitu peta geologi lembar Yogyakarta skala 1 : 100.000. 2. Data periode predominan dan faktor amplifikasi didapatkan dari data pengamatan mikrotremor Pusat Survei Geologi. 3. Data percepatan getaran tanah maksimum dihitung dengan metode Kanai 1966 (Sri Brotopuspito, 2006), dengan menggunakan data gempabumi Yogyakarta tahun 2006. 4. Pembuatan model peta mikrozonasi seismisitas mengaplikasikan metoda SAW dan AHP.
3 Gambar 1.1 Lokasi Penelitian I.6 Kemanfaatan Manfaat dari penelitian ini adalah tersedianya model peta mikrozonasi seismisitas untuk mengidentifikasi wilayah bahaya gempabumi.
4 I.7 Metode Pelaksanaan Penelitian Tahapan pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan di dalam pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 1.2. 1. Persiapan Tahapan ini meliputi seluruh persiapan yang dilakukan mulai dari penyusunan proposal, penentuan metoda, kajian pustaka terhadap buku-buku referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. 2. Data masukan Data masukan secara garis besar dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu: data geologi dan data kegempaan. - Data geologi Data geologi terdiri dari data sebaran batuan dan data struktur yang diperoleh dari Peta Geologi lembar Yogyakarta skala 1 : 100.000, diperoleh dari Pusat Survei Geologi. - Data Kegempaan Data kegempaan terdiri dari katalog gempabumi daerah Jawa Tengah dan sekitarnya, diperoleh dari NEIC, USGS; data periode predominan, data faktor amplifikasi dan data percepatan getaran tanah maksimum. Ketiga data terakhir diperoleh dari hasil perhitungan. - Selain data tersebut di atas, dikumpulkan data wilayah kerusakan yang diperoleh dari UNOSAT. 3. Penentuan layer (atribut) Layer (atribut) yang digunakan dalam SAW dan AHP ditentukan dari data masukan yang telah ditranfer dari data diskrit maupun garis kedalam data poligon. Lima atribut yang ditentukan yaitu: zona sesar, kelompok batuan, periode predominan, faktor amplifikasi dan percepatan getaran tanah maksimum. 4. Analisis keputusan multikriteria Analisis keputusan multikriteria menggunakan dua model analisis yaitu: SAW dan AHP serta menghasilkan dua peta mikrozonasi seismisitas.
5 Persiapan Data Masukan - Data geologi - Data kegempaan Penentuan layer Analisis keputusan multikriteria Analisis Kesimpulan Gambar 1.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian 5. Analisis Dalam analisis dibandingkan hasil kedua peta mikrozonasi seismisitas. Selain itu juga dibandingkan dengan wilayah kerusakan yang merupakan hasil survei/pemetaan setelah terjadi gempabumi. 6. Kesimpulan Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisis perbandingan kedua peta mikrozonasi hasil metoda SAW dan AHP dan perbandingan antara peta mikrozonasi seismisitas dan peta wilayah kerusakan. I.8 Hipotesis Dalam Mikrozonasi Seismisitas daerah Yogyakarta dan Sekitarnya telah dirumuskan beberapa hipotesa sebagai berikut: 1. Metoda historis analisis gempabumi, bisa diterapkan di Yogyakarta
6 2. Aplikasi integrasi data kegempaan dan geologi dalam SIG berbasis analisis keputusan multikriteria memungkinkan memberikan gambaran tingkat bahaya gempabumi di daerah Yogyakarta 3. Daerah selatan Yogyakarta cenderung memiliki tingkat bahaya gempabumi lebih tinggi. 1.9 Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam penulisan seluruh pengolahan hingga hasil penelitian dibagi menjadi 5 bab, yaitu : 1. Bab I, Pendahuluan. Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi di dalam penelitian. Dalam bab ini juga dibahas mengenai tujuan penelitian, hipotesis serta metode penelitian yang digunakan. 2. Bab II, Kajian Pustaka. Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang mendukung seluruh pelaksanaan penelitian 3. Bab III, Pelaksanaan Penelitian. Metoda SAW dan AHP menjadi metoda utama di dalam pengolahan data. Pada Bab ini diuraikan tahapan seluruh pengolahan dan pekerjaan yang dilakukan dalam penelitian. Dimulai dari pencarian data utama dan data sekunder, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan metoda yang digunakan sampai perolehan keluaran/hasil penelitian. 4. Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini akan diuraikan hasil analisis dan integrasi data di dalam SIG. Perbandingan kedua hasil peta mikrozonasi serta perbandingan peta mikrozonasi dengan wilayah kerusakan akibat gempabumi 2006. 5. Bab V, Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisikan kesimpulan yang didapat dalam penelitian, serta saran-saran terhadap kemungkinan pengembangan dari penelitian dan metode yang digunakan.