BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng India-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Ketiga lempeng tersebut bergerak dan saling bertumbukan membentuk zona subduksi di beberapa tempat, seperti; di pantai barat pulau Sumatera, pantai selatan Jawa, pantai selatan Bali dan Nusa Tenggara, Maluku Utara, pantai utara dan timur Sulawesi dan pantai utara Papua. Selain itu, interaksi ketiga lempeng tersebut menyebabkan daerah di Indonesia banyak terdapat sesar besar yang aktif, seperti; Sesar Sumatera/Semangko, Cimandiri, Baribis, Opak, Busur Belakang Flores, Palu-Koro, Sorong, Ransiki, dan sistem sesar aktif lainnya yang belum terungkap (Gambar 1.1). Gambar 1.1 Tektonik dan sebaran sesar aktif di Indonesia (Supartoyo, 2008) 1

2 16 2 Lempeng India-Australia dan Eurasia bertumbukan sehingga terbentuk zona subduksi di beberapa tempat, salah satunya di pantai barat pulau Sumatera termasuk sekitar Kabupaten Bengkulu Utara. Kabupaten Bengkulu Utara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu dengan luas wilayah 4.424,60 km 2. Secara geografis terletak antara 2 o 15' sampai 4 o LS dan 101 o 32' sampai 102 o 8' BT, sedangkan secara administratif berbatasan dengan: sebelah Utara dengan Kab. Mukomuko, sebelah Selatan dengan Kab. Bengkulu Tengah, sebelah Timur dengan Kab. Lebong, sebelah Barat dengan Samudra Hindia (Gambar 1.2) (Husnan, 2012). Gambar 1.2 Peta lokasi penelitian (kiri) dan peta Provinsi Bengkulu (kanan) (Abri, 2012) Kabupaten Bengkulu Utara merupakan salah satu daerah yang rawan gempabumi karena terletak dekat zona subduksi dan sesar besar yang aktif. Zona subduksi di sekitar Bengkulu Utara masih tergolong muda dengan sudut kemiringan derajat, sehingga memungkinkan terjadinya gempabumi dangkal dengan energi yang besar (Riyadi et al., 2010). Selain itu Kabupaten Bengkulu Utara juga terletak di antara dua sesar besar, yaitu sesar Mentawai di

3 17 3 sepanjang Samudra Hindia dan sesar Sumatera di sepanjang Bukit Barisan yang aktif (Gambar 1.3). Oleh karena itu di Kabupaten Bengkulu Utara sering terjadi gempabumi dengan magnitudo yang besar (Gambar 1.4). Gambar 1.3 Tatanan tektonik regional Sumatra (Supartoyo, 2008) Pada tanggal 4 Juni 2000, telah terjadi gempabumi dengan Mw = 7,9 yang menyebabkan lebih dari 90 orang meninggal dunia, tempat tinggal rusak ringan dan rusak berat, serta kerusakan sarana dan prasarana seperti instalasi air bersih, jalan dan jembatan, saluran drainase, perkantoran pemerintahan, sekolah, pasar dan rumah sakit ( diakses pada tanggal 15 Agustus 2012). Gempabumi yang terjadi pada tanggal 12 September 2007, pukul 18:10 WIB dengan letak pusat gempa 4,44 o LS dan 101,37 o BT dengan kedalaman 34 km dan Mw = 8,5 yang menyebabkan 3 orang meninggal dunia, lebih dari rumah rusak ringan dan rusak berat

4 18 4 ( tanggal 9 Agustus 2012). diakses Gambar 1.4 Lokasi gempabumi yang terjadi disekitar Provinsi Bengkulu Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa potensi terjadinya gempabumi di sekitar Kabupaten Bengkulu Utara pada masa yang akan datang masih sangat tinggi. Hal ini tentu sangat membahayakan bagi masyarakat dan keberlanjutan kabupaten tersebut jika tidak disertai dengan peningkatan tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah dalam mengantisipasi potensi bencana tersebut. Ketika usaha memprediksi kapan, dimana, dan berapa kekuatan gempabumi belum sepenuhnya berhasil, maka usaha paling efektif dalam mengantisipasi bencana gempabumi adalah melakukan mitigasi dengan cara mengetahui zona

5 519 yang sangat rawan hingga zona yang relatif aman terhadap bahaya gempabumi di masa yang akan datang. Permasalahan tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai percepatan getaran tanah maksimum (PGA) di lapisan tanah permukaan, indeks kerentanan seismik (K g ), ground shear strain (γ), dan ketebalan lapisan sedimen yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu daerah terhadap bahaya gempabumi. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana memetakan sebaran nilai percepatan getaran tanah maksimum (PGA) di lapisan tanah permukaan, indeks kerentanan seismik (K g ), ground shear strain (γ), dan ketebalan lapisan sedimen di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, yang menunjukkan tingkat kerawanan suatu daerah terhadap bahaya gempabumi. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang sudah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: Memetakan sebaran nilai percepatan getaran tanah maksimum (PGA) di lapisan tanah permukaan, indeks kerentanan seismik (K g ), ground shear strain (γ), dan ketebalan lapisan sedimen di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, yang menunjukkan tingkat kerawanan suatu daerah terhadap bahaya gempabumi. 1.4 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi hanya melakukan analisis percepatan getaran tanah

6 20 6 maksimum dengan metode Kanai dan metode Fukushima dan Tanaka, event gempa yang digunakan yakni gempa 12 September 2007, posisi episenter terletak pada 4,44 o LS dan 101,37 o BT dengan Mw = 8, Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan berguna untuk: Peta sebaran nilai percepatan getaran tanah maksimum (PGA) di lapisan tanah permukaan, indeks kerentanan seismik (K g ), ground shear strain (γ), dan ketebalan lapisan sedimen dapat dimanfaatkan sebagai literatur pendukung dalam mendisain tata ruang dan dasar pembangunan wilayah Kabupaten Bengkulu Utara berbasis mitigasi bencana gempabumi. 1.6 Hipotesis Nilai percepatan getaran tanah maksimum (PGA) di lapisan tanah permukaan, indeks kerentanan seismik (K g ), ground shear strain (γ) yang tinggi, dan lapisan sedimen yang tebal terdapat pada wilayah yang mengalami tingkat kerusakan parah akibat gempabumi 12 September 2007, seperti pada Kecamatan Putri Hijau, Ketahun, Lais, dan Air Napal, sedangkan nilai percepatan getaran tanah maksimum (PGA) di lapisan tanah permukaan, indeks kerentanan seismik (K g ), ground shear strain (γ) yang rendah, dan lapisan sedimen yang tipis terdapat pada wilayah yang mengalami tingkat kerusakan ringan, seperti pada Kecamatan Napal Putih, Batik Nau, Argamakmur dan Kerkap (Tabel 1.1 dan Gambar 1.5).

7 21 7 Gambar 1.5 Peta tingkat kerusakan bangunan di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara akibat gempabumi 12 September 2007 Tabel 1.1 Data kerusakan bangunan di Kabupaten Bengkulu Utara (Pazam, 2007) No Kecamatan Rusak Berat Rusak Sedang Rusak Ringan 1 Kerkap Air Napal Lais Batik Nau Ketahun Putri Hijau Napal Putih Argamakmur Air Besi Padang Jaya Giri Mulya