BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 32. Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan tanah dengan berbagai macam tujuan penggunaannya akan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang adalah sebanyak orang, tahun 2012 adalah sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (BPK RI) merupakan salah satu target setiap daerah di

BAB I PENGANTAR. Pemerintah daerah di dalam menjalankan kewenangannya telah diberikan

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan kegiatan produktif manusia, baik sebagai wadah maupun

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. keberadaannya akan melampaui umur semua bangunan dan segala penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. otonomi daerah, yang ditandai dengan lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Timor, tepatnya LS dan BT; Luas

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada otonomi daerah,

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi dan jumlahnya yang tetap, namun kebutuhan akan lahan terus

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Otonomi daerah dimulai sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. kurang merata. Dari sejumlah jiwa penduduk pada tahun 2013, sebaran

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perkotaan yang terjadi dari akibat adanya perubahan pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. pemilik aset. Aset berarti kekayaan atau harta yang nantinya diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia, karena tanah dan kandungannya bisa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun mengamanatkan diselenggarakannya otonomi seluas-luasnya dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Pasca dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Indonesia, menurut Undang-Undang Dasar Tahun

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Daerah, yang kemudian diganti dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, telah terjadi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Tanah merupakan properti yang mempunyai karakteristik yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. adalah investasi. Akan tetapi, banyak investasi pada real estate lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Penilaian Indonesia (SPI 2013: KPUP 3.4), tanah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. maupun non komersial, karena aset memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan publik pada suatu wilayah kota. Dengan demikian, pertimbangan aspek

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari perolehan lainnya yang sah. BMN berupa tanah dan bangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanah merupakan sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat dan dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan hal penting bagi manusia. Tanah digunakan manusia

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. ini Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu memiliki tujuh aset idle yang

ANALISA PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA LAHAN EKS TERMINAL GADANG DI KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri daerahnya sesuai

PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA BANGUNAN DI KORIDOR JL. BASUKI RACHMAT KAYUTANGAN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Selain sektor penggerak ekonomi yang lain, sektor pariwisata telah

Pemetaan Tapak Kawasan Pariwisata Kabupaten Belitung. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI MALUKU UTARA, KABUPATEN BURU, DAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) LAHAN X UNTUK PROPERTI KOMERSIAL

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. 1.1 Kesimpulan. Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Indonesia Property Watch (2015), menunjukkan bahwa rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Otonomi merupakan suatu konsep politik yang terkait dengan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Aset negara menurut Siregar (2004: 179) adalah bagian dari kekayaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 PENERIMAAN SUMBANGAN PIHAK KETIGA

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang menjanjikan. Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan multinasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Undang-Undang Nomor 25

Dosen Pembimbing : Dr. Ing. Haryo Sulistyarso

BAB I INTRODUKSI. Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan

Penentuan Kegiatan Untuk Lahan Bekas Lapangan Tenis Jalan Embong Sawo

ANALISA PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA LAHAN PASAR TUNJUNGAN DI SURABAYA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. penting bagi kelangsungan kehidupan manusia, dalam hal ini setiap individu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI MALUKU UTARA, KABUPATEN BURU, DAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PEMANFAATAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA LAHAN KOSONG DI JALAN MAYJEN SUNGKONO, KOTA SURABAYA

PADA LAHAN EKS TERMINAL GADANG. Oleh : KARTIKA PUSPA NEGARA RETNO INDRYANI, Ir., M.S. RIANTO B.ADIHARDJO, Ir.,M.Sc.,Ph.D

Analisis Highest and Best Use (HBU) Pada Lahan Jl. Gubeng Raya No. 54 Surabaya

ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) PADA LAHAN BEKAS SPBU BILITON, SURABAYA

Analisa Highest And Best Use (HBU) pada Lahan Bekas SPBU Biliton Surabaya

DESA PANDA KABUPATEN BIMA PERATURAN DESA PANDA NOMOR 1 TAHUN Tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari segala bidang. Pembangunan tersebut bertujuan

BAB I PENDAHULUAN menjadikan kota Saumlaki semakin berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

ANALISIS PENENTUAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS LOKASI PASAR SENTRAL DI KOTA BULUKUMBA PROPINSI SULAWESI SELATAN. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 12 TAHUN 2015

Jenis penggunaan lahan apakah yang dapat memberikan nilai lahan tertinggi dan terbaik di Koridor Jalan Basuki Rahmat Surabaya?

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, memiliki wilayah (daerah) tertentu, adanya rakyat yang hidup teratur,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. tentang pemanfaatan tanah sangat penting. sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat. Berdasarkan pasal tersebut, seluruh

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MINAHASA UTARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam terselenggaranya pemerintahan daerah yang baik. Tuntutan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN TEOR DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR

NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada tahun 2000, Banten merupakan wilayah pemekaran dari Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas, dalam menyelenggarakan

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, memberikan kewenangan yang lebih besar bagi pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya termasuk dalam melakukan pengelolaan kekayaan daerah. Pemerintah daerah dituntut memiliki kemandirian dalam membiayai sebagian besar anggaran pembangunannya. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus dapat melakukan optimalisasi pemanfaatan aset yang ada secara ekonomis, efektif, dan efisien. Pemanfaatan aset itu ditujukan sebagai upaya untuk mengoptimalisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menurut Siregar (2004: 372) ada dua cara dalam peningkatan PAD, yaitu dengan intensifikasi dan ekstensifikasi dengan menggali sumber daya pada suatu daerah secara optimal. Di sisi lain, bahwa setiap pihak dalam melakukan investasi pasti akan dihadapkan pada tingkat risiko (risk) dan harapan pengembalian (return) dari investasi yang dilakukan. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak aset pemerintah daerah yang berupa tanah belum dimanfaatkan secara optimal atau bahkan tidak dimanfaatkan sama sekali, meskipun mungkin tanah itu terletak di lokasi-lokasi strategis di dalam kota. Aset dalam bentuk tanah merupakan properti yang unik dan memiliki karakter khusus, terutama pada sifat kelangkaan dan kegunaannya. Kelangkaan (scarcity) tanah sebagai akibat kebutuhan manusia akan tanah yang cenderung 1

meningkat tidak sebanding dengan persediaan tanah di permukaan bumi yang relatif tetap menyebabkan tanah memiliki nilai ekonomi yang sangat besar. Menurut Appraisal Institute (2001: 333) karakteristik fisik tanah adalah bagian yang harus dipertimbangkan. Karakteristik tanah meliputi ukuran, bentuk, topografi (kontur dan drainase), lokasi dan pemandangan. Menurut Hidayati dan Hardjanto (2003: 82 85) karakteristik fisik yang mempengaruhi nilai tanah meliputi ukuran dan bentuk, topografi, utilitas, pengembangan tapak, lokasi, dan lingkungan. Pengaruh lokasi suatu tanah terhadap nilai tanah tersebut merupakan hal yang penting, karena setiap bagian tanah memiliki keunikan tersendiri berdasarkan lokasinya. Faktor lokasi merupakan bahan pertimbangan yang utama dalam kegiatan ekonomi tertentu sehingga diperlukan peraturan sebagai alat pengendali. Lokasi dalam lingkup kota diimplementasikan dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK). RUTRK ini digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembangunan tata ruang fisik dan pengembangan sektoral dalam ruang, rencana ini juga memuat tentang arahan dalam pemanfaatan tanah. Suatu daerah yang mempunyai tatanan hukum tentang tanah telah berjalan dengan baik, penggunaan yang sesuai akan memberikan tingkat produktivitas yang maksimum dari tanah tersebut sehingga membuat nilai tanah semakin tinggi (highest and best use). Sebaliknya, penggunaan tanah yang tidak sesuai akan 2

menyebabkan produktivitas kurang maksimal sehingga nilai tanah tidak mencapai tingkat optimal. Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) merupakan daerah kepulauan yang meliputi seluruh Kepulauan Tanimbar, dibentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Maluku Tenggara. Ibukota kabupaten adalah Saumlaki. Kepulauan ini terbentang kurang lebih 135 mil utara ke selatan, berjarak kurang lebih 300 mil ke tenggara dari ibukota Provinsi Maluku (Ambon) dan sekitar 300 mil dari Darwin dan pesisir barat laut Australia. Sebagian wilayah MTB pada tahun 2008 dimekarkan menjadi Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD). Aset nonoperasional milik Kabupaten Maluku Tenggara Barat berupa lahan kosong seharusnya dapat digunakan untuk kepentingan umum seperti pembangunan sarana prasarana yang dapat mendukung pendapatan daerah Kabupaten MTB. Salah satu aset berupa lahan kosong yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat berada di Jalan Desa Bomaki dengan spesifikasi lahan seluas 100.000 m 2 berbentuk persegi. Kondisi lahan umumnya datar serta tidak ada kemiringan atau rata dengan jalan. Di sebelah utara berbatasan tanah adat masyarakat, sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Bomaki, sebelah barat berbatasan tanah adat masyarakat, sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan tanah adat masyarakat. Posisi strategis tanah kosong yang dimaksud sangat potensial untuk dikembangkan dalam berbagai alternatif penggunaan properti melalui analisis 3

pengembangan lahan (Land Development Analysis). Berkenaan hal tersebut, yang menjadi perhatian adalah bagaimana pemanfaatan lahan/tanah kosong yang berada di Jalan Desa Bomaki sebagai salah satu usulan properti yang mempunyai manfaat yang optimal bagi Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat. 1.2 Keaslian Penelitian Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang tertuang dalam keaslian penelitian adalah sebagai berikut. 1. Darodjati (2000) meneliti penggunaan tertinggi dan terbaik lokasi tanah kosong yang berada di Jalan Karanggetas Cirebon dengan berdasarkan pada analisis data mengenai fisik, analisis hukum/peraturan, analisis keuangan dan analisis tertinggi, serta perbandingan dengan nilai tanah untuk ketentuan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Pajak Bumi dan Bangunan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan hotel merupakan penggunaan yang optimal, dan diperoleh nilai tanah di lokasi penelitian sebesar Rp1.021.000,00/m 2 dan lebih tinggi dari penetapan Nilai Jual Objek Pajak yang sebesar Rp916.000,00/m 2. 2. Ikhsan (2001) melakukan penelitian terhadap lahan milik Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani Nomor 31 Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan yang tertinggi dan terbaik terhadap tanah kosong tersebut. Variabel yang digunakan adalah karakteristik fisik tanah dan aliran keuangan, sedangkan analisis yang digunakan yaitu analisis produktivitas dan analisis keuangan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan pusat perbelanjaan 4

(shopping centre) merupakan penggunaan yang tertinggi dan terbaik (highest and best use). 3. Suyudi (2005) meneliti tanah kosong milik Pemerintah Kota Mataram yang terletak di Jalan Pejanggik Nomor 1 Cakranegara. Penelitian ini selain menggunakan alat analisis produktivitas dan keuangan, juga menggunakan analisis pasar untuk setiap alternatif penggunaan yang memungkinkan. Hasil penelitiannya diketahui bahwa penggunaan pusat perbelanjaan (shopping centre) merupakan penggunaan yang tertinggi dan terbaik. 4. Winarno (2005) melakukan penelitian terhadap lahan milik Pemerintah Kabupaten Jombang yang terletak di Jalan Merdeka Kota Jombang berupa tanah bekas stadion. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan yang tertinggi dan terbaik terhadap tanah kosong bekas stadion tersebut. Analisis yang digunakan yaitu analisis produktivitas setiap penggunaan, analisis penggunaan lahan, optimalisasi penggunaan lahan, analisis keuangan, dan analisis pasar. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan retail merupakan penggunaan yang tertinggi dan terbaik (highest and best use). 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diutarakan, maka rumusan masalah bagi penelitian ini adalah upaya pengembangan lahan kosong yang berada di Jalan Desa Bomaki Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang belum ditentukan peruntukan dan nilai pasarnya. 5

1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijabarkan maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Properti apa yang cocok dikembangkan pada lahan kosong yang sudah tersedia di Jalan Desa Bomaki Saumlaki Kabupaten Maluku Tenggara Barat? 2. Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, berapakah nilai pasar atas properti yang dibangun di Jalan Desa Bomaki Saumlaki Kabupaten Maluku Tenggara Barat? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menentukan properti yang sesuai melalui analisis pengembangan lahan (Land Development Analysis) atas lahan kosong yang berada di Jalan Desa Bomaki Saumlaki Kabupaten Maluku Tenggara Barat. 2. Menentukan nilai pasar yang sesuai dengan analisis pengembangan lahan (Land Development Analysis) atas lahan kosong yang berada di Jalan Desa Bomaki Saumlaki Kabupaten Maluku Tenggara Barat. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat mengenai pengembangan lahan kosong, khususnya lahan yang terletak di Jalan Desa Bomaki Saumlaki, 6

dalam rangka pendayagunaan aset sebagai upaya mendongkrak potensi sumber daya daerah yang akan memberikan manfaat pada penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat. 2. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai media informasi dan pembanding studi/riset yang berkaitan dengan penelitian ini. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan memuat latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori menguraikan tinjauan teori dan batasan dan asumsi penelitian. Bab III Metode Penelitian mencakup metode penelitian dan alat analisis. Bab IV Pembahasan menjabarkan analisis ekonomi, analisis kawasan penelitian, analisis pasar, analisis kelayakan finansial dan uji highest and best use. Bab V Simpulan dan Saran mengenai penelitian ini. 7