BAB IV PENUTUP. pelaksanaannya masih ditemui adanya hambatan-hambatan, terlepas dari

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara. A. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara dengan Kepala

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR KANTOR PELAYANAN TERPADU SATU PINTU Jl. Veteran No. 10 Telp. (0342) B L I T A R

Jenis pelayanan Administrasi Penerbitan Ijin dan Non Perijinan Secara Elektronik (SSW)

Jenis pelayanan Administrasi Penerbitan Ijin Dengan Penilaian Teknis serta Pengesahan SKPD

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan terus mengalami dinamika perubahan. Permintaan pelayanan jasa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sudah melaksanakan pelayanan secara efektif, yaitu kualitas pelayanan yang

LAPORAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT (DUMAS) SEMESTER 1 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan salah satu upaya renovasi yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT TAHUN 2016 A. LATAR BELAKANG

LOGO PROFIL. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP)

No Komponen Uraian. 1 Dasar Hukum. 2 Persyaratan

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

KINERJA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DI KABUPATEN MERAUKE

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENANAMAN MODAL & PTSP

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

1. Izin Usaha Perkebunan (IUP) URAIAN KOMPONEN

VI. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai pelayanan publik bidang

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

Nomor SOP Tanggal Pembuatan Tanggal Revisi Tanggal Pengesahan PEMERINTAH KOTA SAMARINDA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU

1. DASAR HUKUM 1. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan 2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

PEMERINTAH KABUPATEN KEPAHIANG

Lembar Kerja Identifikasi Kegiatan Online

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : ( berada pada nilai interval 1,76-2,50 mutu pelayanan C ) yang berarti

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENELITIAN ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ONE STOP SERVICE (OSS) TERHADAP PENINGKATAN INVESTASI DI JAWA TENGAH

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN SECARA ONLINE DAN PERIZINAN 3 JAM

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENDUKUNG PENANAMAN MODAL

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

2012, No BAB I PENDAHULUAN

Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Semarang

PENERAPAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) DALAM RANGKA STANDARISASI MANAJEMEN PELAYANAN DI KECAMATAN TAMAN, KABUPATEN SIDOARJO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. No.22,2016 Dinas Perijinan Kabupaten Bantul. ADMINISTRASI.PELAYANAN.PERIZINAN. Pelayanan Perizinan, Online

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB V PENUTUP. 1. Adapun hal-hal yang telah dilaksanakan oleh Badan Pelayanan Perijinan. dan cepat serta biaya ringan, meliputi:

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Lampung

STUDI EVALUASI PROSES PELAYANAN PRIMA PERIJINAN TERPADU SATU PINTU DI BPPT KOTA SEMARANG. Oleh: Putri Widayanti ( )

Kondisi Pelayanan Perizinan Sebelum. Presentasi Seminar ICT For Good Governance Jakarta 6 Desember 2011 Sistem Kepuasan Konsumen BPPT Bandung

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 50 TAHUN 2018 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA KECAMATAN SINDANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

STANDAR PELAYANAN PUBLIK

PEDOMAN PENGISIAN PENILAIAN STANDAR KUALIFIKASI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH DKI JAKARTA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN

PEDOMAN PENGISIAN PENILAIAN STANDAR KUALIFIKASI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Pintu yang diselenggarakan oleh BPMPTSP Kabupaten Purwakarta belum

PTSP Solusi Perizinan Bagi Warga Jakarta a success story

Peraturan Bupati Nomor 35 Tahun Oleh : BAGIAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SETDA KABUPATEN MOJOKERTO

Jakarta, Maret 2013 Kepala Badan Kepegawaian Negara. Eko Sutrisno

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran

1/5 Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil Berbasis E-Kinerja di Pemerintah Kabupaten Semarang

STANDAR PELAYANAN NON PERIZINAN

Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Terhadap Layanan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran Tahun 2016

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG

: BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SAMARINDA : SURAT IZIN USAHA PENYELENGGARAAN INFORMASI DAN PROMOSI (SIUPIP)

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU BUPATI MADIUN,

A. PENDAHULUAN. Prinsip prinsip dari visi diatas adalah :

URUSAN WAJIB PENANAMAN MODAL

1. BIDANG PENANAMAN MODAL a. Jenis Pelayanan Administrasi Izin Prinsip. No. Komponen Uraian

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

KEPUTUSAN DIREKTUR BINA PEMAGANGAN NOMOR KEP. 991/LATTAS-MAG/IX/2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR PELAYANAN PADA DIREKTORAT BINA PEMAGANGAN

Kajian Regulasi PERATURAN DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA NO.12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU.

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN KEPALA BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PERIODE JANUARI S/D DESEMBER 2016

I. PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan suatu kewajiban aparatur negara untuk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PETUNJUK TEKNIS LAYANAN TERPADU DI UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

Iftakhul Nuraida 1 Dr. Rita Kala Linggi, M.Si 2 Dr. Anwar Alaydrus, S.Sos, MM 3

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

LAPORAN HASIL PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) SEMESTER 1 TAHUN 2017

Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Terhadap Layanan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SLEMAN PERIODE DESEMBER TAHUN 2015

By : DR. Ir. H. DADANG MOHAMMAD, MSCE PLT. KEPALA BPPT JABAR

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

PJM UNIVERSITAS BRAWIJAYA Refreshing Auditor AIM Siklus 12 Tanggal 5 Juni 2013

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012

: BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SAMARINDA : IZIN REKLAME PERMANEN (TETAP) / IZIN REKLAME (TIDAK TETAP)

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) SEBAGAI IMPLEMENTASI PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya Pemerintah

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

pengantar : Pelayanan Publik dan Standar Pelayanan Publik (SPP)

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

Nomor SOP Tanggal Pembuatan. Tanggal Revisi Tanggal Efektif Disahkan oleh Nama SOP

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN TRAYEK PADA

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Strategi yang digunakan oleh BPPT Kota Semarang adalah incremental strategy yang berarti reformasi birokrasi BPPT Kota Semarang dilakasanakan secara bertahap. Tahapan-tahapan tersebut dalam pelaksanaannya masih ditemui adanya hambatan-hambatan, terlepas dari hambatan tersebut ada juga beberapa pion penting yang telah terlaksana dengan baik. Dalam merealisasikan Reformasi Birokrasi di lingkungan BPPT Kota Semarang, telah dilaksanakan berbagai macam kegiatan demi mendukung terciptanya reformasi birokrasi itu sendiri. Walaupun dalam proses reformasi birokrasi itu sendiri masih ada kendala yang harus dihadapi. Dalam merealisasikan proses pelayanan dan perizinan masih ada pelayanan yang belum memenuhi standar pelayanan publik, yaitu ada pada masalah kecepatan pelayanan dan kepastian jadwal pelayanan. Terutama bidang pembangunan dan bidang perizinan kesra dan lingkungan yang dikarenakan bidang-bidang tersebut harus bekerjasama dengan dinas-dinas luar yang sama-sama terkait secara langsung. Sehingga pada pelaksanaannya diperlukan adanya keterkaitan kewenangan antara BPPT Kota Semarang dengan dinas-dinas terkait itu sendiri. Kendati demikian, proses reformasi birokrasi dapat dikatakan sudah dapat berjalan dengan baik. Dari masalah diatas, proses reformasi birokrasi telah

dibuktikan dengan beberapa upaya yang telah dilaksanakan BPPT Kota Semarang, diantaranya: a. Upaya yang dilakukan untuk menunjang proses reformasi birokrasi dalam hal kerjasama antara BPPT Kota Semarang dengan dinas-dinas terkait, yakni dengan terbentuknya Tim Teknis Lapangan yang masing-masing bidang perizinan yang bekerjasama satu sama lain. b. Tersedianya unit nomer antrian secara elektronik yang memudahkan masyarakat sebagai pengurus izin. c. Pemasangan pintu menggunakan PIN pada Back Office yang bertujuan untuk mengurangi kontak langsung para pegawai BPPT yang sedang bertugas menyeleksi dan menyelesaikan berkas pengurusan perizinan dengan para pemohon. d. Adanya layanan pengaduan yang bersifat langsung, yakni dengan dating langsung dan menyampaikan pengaduan kepada bagian Customer Service, penyediaan kotak pengaduan, penyediaan ruang konsultasi dan pengaduan, maupun secara online melalui admin web atau email. e. Fasilitas pendukung SPIPISE yang terdiri dari perangkat kasar, perangkat internet, serta petugas pelaksana yang memiliki hak akses user dan password. f. Persyaratan yang sesuai dengan perizinan yang diharapkan dan terbilang tidak sulit serta mudah untuk dipahami, meskipun terkadang kesalahan seringkali dating dari pemohon itu sendiri yang mana tidak mematuhi persyaratan yang ditentukan.

g. Penyederhanaan prosedur yang dilakukan pada masing-masing bidang perizinan masih sebatas penyederhanaan bagi pemohon yang hanya sekedar melakukan perpanjangan izin. h. Waktu penyelesaian sudah terbilang cukup baik terutama biadnag perizinan ekonom. i. Tidak dipungut biaya pada pengurusan perizinan, pemungutan biaya yang ada memang masih ada beberapa namun itu bersifat biaya tetap yang diatur di dalam peraturan daerah. j. Kondisi kantor bagian pelayanan perizinan yang sudah cukup baik dan nyaman bagi para pemohon izin, terdapat ruang informasi, ruang utunggu, loket pendaftaran, penyerahan dokumen, penyeleksian berkas, bagian pengolahan data, dan pelayanan pengaduan. k. Kompetensi pegawai yang selalu ditingkatkan melalui pelatihan, diklat, terutama untuk meningkatkan softskill sehingga semakin menambah kemampuan ternis dan diharapkan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. l. Pengusaan penggunaan teknologi informasi pegawai yang sudah cukup baik. m. Adanya bagian pengawas perizinan yang dilakukan agar pelayanan yang diberikan adalah sebagaimana mestinya, sehingga tingkat kepercayaan masyarakat sebagai pemohon diharapkan semakin meningkat. 2. Adapun beberapa faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan reformasi birokrasi di BPPT Kota Semarang dalam memberikan pelayanan

prima kepada masyarakat selaku pemohon perizinan, beberapa hal tersebut diantaranya: a. Ketersediaan Tim Teknis yang belum berada pada BPPT Kota Semarang melainkan masih terapat di dinas-dinas terkait yang dirasa masih menyulitkan proses penyelesaian pelayanan perizinan. b. Kewenangan BPPT Kota Semarang yang belum secara keseluruhan dengan masih diperlukannya kerjasama dan rekomendasi dari dinas-dinas terkait menjadi penyebab utama mengapa masih ada keterlambatan dalam pengurusan perizinan. c. Sarana computer yang belum memenuhi tingkat kelayakan dalam menunjang kerja aparatur BPPT Kota Semarang. d. Lokasi kantor yang terbagi menjadi dua lokasi yakni pada lantai 1 dan lantai 3 menjadi salah satu kendala dalam menyelesaikan proses pelayanan perizinan untuk tepat waktu. e. Adanya dualisme oembinaan kepegawaian yang meliputi pegawai BPPT sendiri dengan pegawai dari Tim Teknis dinas terkait. f. Berkas pemohon yang belum sesuai dengan persyaratan masih menjadi penyebab utama mengapa BPPT masih sering menolak/tidak dapat menerbitkan izin tertentu. 3. Strategi Badan Pelayanan Perizinan Kota Semarang dalam merealisasi reformasi birokrasi adalah incremental strategy atau strategi yang bertahap sebagai rantai yang berurutan, hal tersebut dapat dibuktikan dengan bertahapnya proses dalam melaksanakan reformasi birokrasi, dari wawancara kepada narasumber tahapan tersebut diantaranya perubahan

dimulai dengan regulasi, kemudian kepada pengadaan barang, hal tersebut peneliti lihat lebih efektif mengingat pembangunan sumberdaya manusia terutama di Kota Semarang juga dilakukan secara bertahap, mulai dari adaptasi akan suatu perubahan, baik itu berupa sistem, regulasi, sarana dan prasarana, serta tingkat pendidikan baik birokrat dan juga masyarakat. 4.2 Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan diatas, maka diperlukan rekomendasi langkahlangkah yang mungkin bisa digunakan untuk mencapai keberhasilan dalam Reformasi Birokrasi di BPPT Kota Semarang. Adapun langkah-langkah yang mungkin bisa digunkan adalah sebagai berikut: 1. Sebagai pelayan publik dan lebih efektif apabila pelimpahan kewenangan diberikan secara penuh dalam penerbitan perizinan. Kendala tersebut merupakan salah satu belum terciptanya reformasi birokrasi yang utuh sehingga keterlambatan pengurusan perizinan bisa diminalisir sebagai wujud dari reformasi birokrasi dimana proses pemerintahan yang efektif dan efisien. 2. Penempatan kantor BPPT Kota Semarang diharapkan berada pada satu lokasi, agar memudahkan proses pelayanan perizinan dan tidak menyulitkan birokrat di BPPT Kota Semarang.