KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

KATA PENGANTAR. Jakarta, 5 Februari 2016 Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Dra. Maura Linda S, Ph.D NIP

L A P O R A N K I N E R J A

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016

KEBIJAKAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN dan JAMINAN KETERSEDIAAN OBAT melalui E-KATALOG

Rencana Aksi Kegiatan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, 30 Januari 2015 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan SEKRETARIS,

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

Ikhtisar Eksekutif. vii

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

K A T A P E N G A N T A R

KATA PENGANTAR. Jakarta, 28 Januari 2016 Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan SEKRETARIS,

Rencana Aksi Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015

Terlampir. Terlampir

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

LAPORAN KINERJA Tahun 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemeri

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2015

KEBIJAKAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, 31 Januari 2013 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan SEKRETARIS,

LAPORAN AKUNTABILITAS

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN DAN PELAPORAN KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

LAKIP LPMP PROV. JATIM TAHUN 2016

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Jakarta, 8 Februari 2013 DIREKTUR JENDERAL, Dra. Maura Linda Sitanggang Ph.d NIP

Rencana Aksi Kegiatan Tahun

TA 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

L A P O R A N K I N E R J A

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

L A P O R A N K I N E R J A

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Administrasi Kepegawaian. Meningkatnya Pelayanan Administrasi Kepegawaian di Lingkungan Kementerian Kesehatan

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

B A B P E N D A H U L U A N

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

STANDAR PELAYANAN INSPEKTORAT BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. SAKIP. Evaluasi. Juklak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dapat diselesaikan. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Laporan kinerja ini disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas penggunaan anggaran. Selain itu laporan kinerja merupakan salah satu kendali sekaligus alat untuk memacu peningkatan kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan., Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan memasuki tahun ketiga dalam pembangunan kesehatan periode 2015-2019. Program ini didesain untuk mencapai sasaran meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di tahun 2017 memiliki berbagai inovasi dan terobosan, namun tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Untuk itu, atas nama Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, saya berterima kasih atas saran dan masukan perbaikan bagi penyempurnaan dokumen perencanaan serta pelaksanaan program dan kegiatan di periode berikutnya. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan i

ii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Laporan kinerja disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan. Pada dasarnya laporan ini menginformasikan pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2017 sebagai bagian dari pencapaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada Rencana Stategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, penilaian atas hasil evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Unit Organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memperoleh nilai AA. Rincian penilaian tersebut sebagai berikut: No. Tahun Hasil Penilaian Kategori 1 2012 97,94 AA 2 2013 97,78 AA 3 2014 97,65 AA 4 2015 96,73 AA 5 2016 97,50 AA Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 504, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian; Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan iii

b. pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian; c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian; d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian; e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian; f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang merupakan revisi pertama atas Renstra Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015, sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses, kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, dengan tujuan yang akan dicapai pada tahun 2017 adalah: a. Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial sebesar 85%. b. Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) sebanyak 34 jenis. c. Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat sebesar 83%. Dari indikator kinerja tahun 2017 tersebut diatas, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu dengan capaian: a. Realisasi puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial sebesar 85,99%. b. Realisasi jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) sebanyak 37 jenis. iv Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

c. Realisasi persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat sebesar 88,16%. Keberhasilan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam mencapai target indikator kinerja di tahun ketiga Renstra 2015-2019 merupakan hasil kerja keras seluruh komponen, pendayagunaan sumber daya yang optimal dan penguatan terutama dalam perencanaan program kegiatan dan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian dan alat kesehatan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang berkelanjutan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2017 dengan alokasi sebesar Rp.2.929.352.180.000,00. Selama pelaksanaan kegiatan tahun 2017, anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami dua kali perubahan akibat efisiensi/penghematan dan hibah. Untuk Efisiensi/penghematan diatur melalui Instruksi Presiden No.4 sebesar Rp.39.163.170.000,00 sehingga alokasi anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi Rp.2.890.189.010.000,00. Pada tahun 2017, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan kembali memperoleh Hibah Luar Negeri Langsung dari Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI) sebesar Rp.428.332.280.000,00 sehingga merubah alokasi anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi sebesar Rp.3.318.521.290.000,00 (Tiga triliun tiga ratus delapan belas miliar lima ratus dua puluh satu juta dua ratus sembilan puluh ribu rupiah). Adapun realisasi anggaran tahun 2017 adalah sebesar Rp.3.292.284.398.892,00 (Tiga triliun dua ratus sembilan puluh dua miliar dua ratus delapan puluh empat juta tiga ratus sembilan puluh delapan ribu delapan ratus sembilan puluh dua rupiah). dengan persentase realisasi sebesar 99,21%. Dalam pelaksanaannya, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memiliki upaya dan prestasi yang telah dicapai pada tahun 2017 antara lain: 1. Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara adalah laporan yang dibuat oleh bendahara atas uang yang dikelolanya. Dasar hukum LPJ Bendahara adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-3/PB/2014 tentang Petunjuk Teknis Penatausahaan, Pembukuan dan Pertanggungjawaban Bendahara pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Verifikasi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan v

Laporan Pertanggungjawaban Bendahara. Sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras satuan kerja untuk menyampaikan LPJ Bendahara di awal waktu periode bulan Januari hingga Oktober 2017, maka KPPN Jakarta VII memberikan penghargaan kepada Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Gambar 1. Penghargaan Atas Ketertiban Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Tahun Anggaran 2017 2. Website resmi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memperoleh predikat sebagai Pemenang III (Ketiga) dalam kompetisi e-aspirasi (Anugerah Situs Sehat Inspirasi Sehat) dilingkungan Kementerian Kesehatan. Penyelenggaran kompetisi ini dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal, Kementerian Kesehatan RI dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-53. Prestasi ini menunjukkan komitmen dan konsistensi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menjamin keterbukaan informasi dan pelayanan publik yang lebih baik. vi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Gambar 2. Piagam Penghargaan Website Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 3. Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT memperoleh resertifikasi ISO 9001: 2015 pada tanggal 7 Desember 2017 terkait Pelayanan Jasa Otoritas Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Gambar 3. Sertifikat ISO 9001:2015 Ruang Lingkup Pelayanan Jasa Otorisasi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan vii

4. Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 untuk seluruh standar operasional prosedur sejumlah 146 layanan dukungan manajemen sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja aparatur, sistem birokrasi yang lebih efektif dan efisien dalam pelayanan publik terkait dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Upaya ini merupakan continuous quality improvement pelayanan publik di Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dimana selama tiga tahun sebelumnya telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 untuk 6 (enam) standar operasional prosedur. Gambar 4. Sertifikat ISO 9001:2015 Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 5. Seluruh parameter pada survei kepuasan pelanggan tahun 2017 (berdasarkan Permenpan No.16/2014) dinilai baik (78,80) karena berada antara skor 62,51 82,51. NO. PARAMETER KEPUASAN TAHUN 2017 Berdasar Permenpan No.16/2014 Berdasar Permenpan No.14/2017 [Skala 4] [Skala 100] [Skala 4] [Skala 100] 1. Persyaratan Pelayanan 3,12 78,12 3,12 78,12 2. Prosedur Layanan 3,17 79,21 3,17 79,21 3. Waktu Layanan 3,05 76,22 3,05 76,22 4. Biaya/tarif Layanan 3,29 82,24 3,29 82,24 5. Produk Layanan 3,19 79,87 3,19 79,87 6. Kompetensi Petugas Layanan 3,18 79,43 3,18 79,43 7. Perilaku Petugas Layanan 3,18 79,39 3,18 79,39 8. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan 2,99 74,86 2,99 74,86 9. Maklumat Pelayanan 3,20 79,88 - - 10. Sarana dan Prasarana - - 3,21 80,12 INDEKS TOTAL 3,15 78,80 3,15 78,80 viii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah menjadi instrumen kebijakan multi fungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan bernegara. Hal tersebut terlihat dari komposisi dan besaran anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu agar fungsi APBN berjalan optimal, maka sistem pengelolaan anggaran harus dilakukan secara cermat dan sistematis. Dalam rangka mendukung terwujudnya Good Governance dalam peyelenggaraan Negara, pengelolaan keuangan Negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Wilayah Provinsi DKI Jakarta melaksanakan kegiatan Penilaian Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2017. Kegiatan tersebut menghasilkan daftar satuan kerja dengan predikat pengelolaan anggaran terbaik dan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berhasil meraih peringkat ketiga dari 1.800 satuan kerja yang menjadi mitra kerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Wilayah Provinsi DKI Jakarta. Gambar 5. Penghargaan Sebagai Satker Pengelola Anggaran Terbaik Peringkat Ketiga Tahun Anggaran 2017 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan ix

7. Selain melakukan penilaian atas ketertiban penyampaian LPJ Bendahara, KPPN Jakarta VII juga melakukan penilaian atas pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN kategori Pagu DIPA Besar periode bulan Januari hingga Oktober 2017. Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan menerima penghargaan sebagai satuan kerja terbaik II dalam penilaian tersebut. Unsur yang dinilai adalah konsistensi dalam mematuhi peraturan dan ketentuan dalam menyelesaikan proses pelaksanaan dan pertanggungjawaban DIPA yang dikelola. Pemberian piagam penghargaan tersebut dibarengi juga dengan pemberian fasilitas rekonsiliasi dan penyerahan SPM ke loket pelayanan tanpa antrian atau dengan kata lain menjadi SATKER PRIORITAS selama tiga bulan (November 2017 s.d. Januari 2018). Penghargaan dari KPPN selalu diperoleh setiap tahunnya semenjak tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan memiliki komitmen yang tinggi dalam mempertahankan prestasi kinerjanya. Gambar 6. Piagam Penghargaan Sebagai Satker Terbaik II dalam Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban APBN Kategori Pagu DIPA Besar Tahun Anggaran 2017 x Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i IKHTISAR EKSEKUTIF... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 C. SASARAN PROGRAM DAN ASPEK STRATEGIS... 2 D. STRUKTUR ORGANISASI... 4 E. SISTEMATIKA... 5 BAB II PERENCANAAN KINERJA... 7 A. RENCANA STRATEGIS... 7 B. PERJANJIAN KINERJA... 10 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA... 13 A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI... 13 1. PENGUKURAN KINERJA... 13 2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA... 16 B. REALISASI ANGGARAN... 54 1. KANTOR PUSAT... 56 2. DANA DEKONSENTRASI... 57 C. SUMBER DAYA MANUSIA... 59 BAB IV PENUTUP... 62 iii xi xii xiv xvi xvii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan xi

DAFTAR TABEL Tabel 1. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan... 8 Tabel 2. Indikator Kinerja dan Target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015-2019... 8 Tabel 3. Cara Perhitungan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan... 9 Tabel 4. Sasaran Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan... 9 Tabel 5. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan... 10 Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan... 13 Tabel 7. Pemantauan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam Aplikasi e-monev Bappenas... 14 Tabel 8. Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam Aplikasi e-monev Bappenas... 15 Tabel 9. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial... 17 Tabel 10. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri dan Jumlah Jenis Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif)... 22 Tabel 11. Daftar Nama Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 2015-2017... 22 Tabel 12. Daftar Nama Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 2015-2017... 24 Tabel 13. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang Memenuhi Syarat... 27 Tabel 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar... 30 Tabel 15. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar... 31 Tabel 16. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas... 33 Tabel 17. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar... 34 xii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tabel 18. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)... 39 Tabel 19. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penilaian Pre-Market Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang diselesaikan Tepat Waktu Sesuai Good Review Practices... 41 Tabel 20. Target, Realisasi Dan Capaian Indikator Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik (GMP/CPAKB)... 43 Tabel 21. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif)... 46 Tabel 22. Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif)... 46 Tabel 23. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu... 50 Tabel 24. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu... 52 Tabel 25. Pengukuran Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu... 53 Tabel 26. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan... 57 Tabel 27. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan... 58 Tabel 28. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Berdasarkan Kegiatan... 54 Tabel 29. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Jabatan... 59 Tabel 30. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Golongan... 60 Tabel 31. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Pendidikan... 60 Tabel 32. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Jenis Kelamin... 61 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan xiii

DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan... 14 Grafik 2. Target dan Realisasi Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas Tahun 2015-2019... 16 Grafik 3. Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial -2019... 17 Grafik 4. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes) yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2015-2019... 21 Grafik 5. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri dan Jumlah Jenis Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2015-2019... 22 Grafik 6. Target dan Realisasi Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang Memenuhi Syarat Tahun 2015-2019... 26 Grafik 7. Target dan Realisasi Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang Memenuhi Syarat Tahun 2015-2019... 27 Grafik 8. Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2015-2019... 30 Grafik 9. Target dan Realisasi Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2015-2019... 32 Grafik 10. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2015-2019... 33 Grafik 11. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2015-2019.. 34 Grafik 12. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar Tahun 2015-2019... 35 Grafik 13. Komposisi Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015-2017... 35 Grafik 14. Komposisi Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar per Provinsi Tahun 2015-2017... 36 Grafik 15. Skor Rata-Rata Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar per Provinsi Tahun 2015-2017... 37 xiv Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Grafik 16. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) Tahun 2015-2019... 39 Grafik 17. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penilaian Pre-Market Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang diselesaikan Tepat Waktu Sesuai Good Review Practices Tahun 2015-2019... 41 Grafik 18. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik (GMP/CPAKB) Tahun 2015-2019... 43 Grafik 19. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri yang Memanfaatkan Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2015-2019... 45 Grafik 20. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) Tahun 2015-2019... 46 Grafik 21. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2015-2019... 50 Grafik 22. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kepuasan Klien Terhadap Dukungan Manajemen Tahun 2015-2019... 52 Grafik 23. Target dan Realisasi Indikator Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2015-2019... 52 Grafik 24. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan... 55 Grafik 25. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015-2017... 56 Grafik 26. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Jabatan... 59 Grafik 27. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Golongan... 60 Grafik 28. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Pendidikan... 61 Grafik 29. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Jenis Kelamin... 61 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan xv

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Penghargaan Atas Ketertiban Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Tahun Anggaran 2017... vi Gambar 2. Piagam Penghargaan Website Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan... vii Gambar 3. Sertifikat ISO 9001:2015 Ruang Lingkup Pelayanan Jasa Otorisasi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga... vii Gambar 4. Sertifikat ISO 9001:2015 Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan... viii Gambar 5. Penghargaan Sebagai Satker Pengelola Anggaran Terbaik Peringkat Ketiga Tahun Anggaran 2017... ix Gambar 6. Piagam Penghargaan Sebagai Satker Terbaik II dalam Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban APBN Kategori Pagu DIPA Besar Tahun Anggaran 2017... x Gambar 7. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.. 5 Gambar 8. Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan... 11 Gambar 9. Lampiran Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan... 12 Gambar 10. Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial per Provinsi... 18 Gambar 11. Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2015-2017 per Item Obat... 19 xvi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT TATA KELOLA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN... 64 LAMPIRAN 2 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN... 67 LAMPIRAN 3 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN... 70 LAMPIRAN 4 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENILAIAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA.. 73 LAMPIRAN 5 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENGAWASAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA.. 76 LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN... 79 LAMPIRAN 7 DATA PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI PUSKESMAS TAHUN 2017... 82 LAMPIRAN 8 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017 RENOMA Blooad Lancet (AKD 11603710031)... 84 LAMPIRAN 9 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017 NPC Strip G (AKD 20306710479)... 85 LAMPIRAN 10 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017 ENESERS Anaesthesia Machine (AKD 20403710668)... 86 LAMPIRAN 11 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017 ONEMED Uro One Folley Catheter (AKD 20805710645)... 87 LAMPIRAN 12 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017 TESENA Electrocardiograph 12 Channel Telemetry (AKD 20502610453)... 88 LAMPIRAN 13 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017 ZENMED+ Orthopedic Plate (AKD 21302710783)... 89 LAMPIRAN 14 KERTAS KERJA EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA UNIT KERJA DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TAHUN 2016... 90 LAMPIRAN 15 SOP PELAPORAN CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN... 91 LAMPIRAN 16 SOP PEMANTAUAN CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN... 91 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan xvii

LAMPIRAN 17 SOP PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN... 91 xviii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dituntut untuk melaksanakan pemerintahan berbasis kinerja dalam rangka mewujudkan birokrasi yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien, serta memiliki pelayanan publik yang berkualitas. Sesuai amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran atau target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyusun laporan kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran strategis dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja serta sebagai salah satu alat untuk mendapat masukan bagi stakeholder demi perbaikan kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Penyusunan laporan kinerja mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan. B. MAKSUD DAN TUJUAN Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada Direktorat Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1

Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas penggunaan anggaran. Pelaporan kinerja memberikan informasi kinerja yang terukur atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai dan sebagai upaya perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja. C. SASARAN PROGRAM DAN ASPEK STRATEGIS Program Indonesia Sehat merupakan bentuk pelaksanaan Nawacita ke-5, sasaran dari program ini adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Program Indonesia Sehat terdiri dari tiga pilar, yaitu: 1). Paradigma Sehat; 2). Penguatan Pelayanan Kesehatan; dan 3). Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan berperan dalam mendukung Program Indonesia Sehat, dalam hal menjamin akses, kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, yang salah satunya di indikasikan oleh Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial. Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan menjadi tugas Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang merupakan revisi pertama atas Renstra Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan melaksanakan salah satu dari 5 (lima) program teknis Kementerian Kesehatan yaitu Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses, kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Indikator tercapainya sasaran tersebut adalah: 1. Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial. 2. Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif). 3. Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat. 2 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah: 1. Pelayanan Kefarmasian Sasaran kegiatan ini adalah (1) Puskesmas dan Rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar dan (2) Penggunaan obat rasional di puskesmas. Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah: a. Persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar. b. Persentase rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar. c. Persentase kabupaten/kota yang menerapkan penggunaan obat rasional di puskesmas. 2. Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Sasaran kegiatan ini adalah (1) Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial; (2) Instalasi farmasi provinsi dan kabupaten/kota menerapkan sistem informasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP); serta (3) Instalasi farmasi Kabupaten/Kota melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar. Indikator pencapaian sasaran ini adalah: a. Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial. b. Persentase instalasi farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) c. Persentase Instalasi farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar. 3. Produksi dan Distribusi Kefarmasian Sasaran kegiatan ini adalah (1) Bahan baku sediaan farmasi yang diproduksi di dalam negeri; (2) Transformasi industri sediaan farmasi dari industri formulasi menjadi industri bahan baku berbasis riset serta; (3) Layanan izin industri sediaan farmasi efektif. Indikator dalam pencapaian sasaran ini adalah: a. Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif). b. Jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi (kumulatif). c. Persentase layanan perizinan dan pelaporan yang sesuai standar. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 3

4. Penilaian Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Sasaran kegiatan ini adalah: (1) Alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri dan (2) Pengawasan pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) efektif. Indikator dalam pencapaian sasaran ini adalah: a. Jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif). b. Persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practices. 5. Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Sasaran kegiatan ini adalah pengawasan post-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) efektif. Indikator dalam pencapaian sasaran ini adalah: a. Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat. b. Persentase sarana produksi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang memenuhi cara pembuatan yang baik (GMP/CPAKB). 6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Sasaran kegiatan ini adalah layanan dukungan manajemen pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tepat waktu. Indikator dalam pencapaian sasaran ini adalah persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu. D. STRUKTUR ORGANISASI Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, susunan organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri atas: a. Sekretariat Direktorat Jenderal; b. Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan; c. Direktorat Pelayanan Kefarmasian d. Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian e. Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; dan 4 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

f. Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Gambar 7. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan E. SISTEMATIKA Sistematika Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai berikut: Ikhtisar Eksekutif Bab I Bab II Pendahuluan Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada sasaran program dan aspek strategis organisasi serta permasalahan utama yang sedang dihadapi organisasi. Perencanaan Kinerja Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan. Bab III Akuntabilitas Kinerja A. Capaian Kinerja Organisasi Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja. B. Realisasi Anggaran Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran kantor pusat dan dana dekonsentrasi yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 5

C Sumber Daya Manusia Pada sub bab ini disajikan gambaran sumber daya manusia yang mendukung pelaksanaan tujuan organisasi. Bab IV Penutup Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya. Lampiran 6 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS Visi dan Misi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong. Tujuan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan: 1. Terwujudnya peningkatan Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial. 2. Terwujudnya kemandirian sediaan farmasi dan alat kesehatan. 3. Terjaminnya produk alat kesehatan & PKRT yang memenuhi syarat di peredaran. Salah satu strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 adalah meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi dan alat kesehatan. Arah kebijakan dan strategi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan didasarkan pada arah kebijakan dan strategi nasional yaitu meningkatkan akses, kemandirian, dan mutu Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. Strategi yang perlu dilakukan dari berbagai upaya antara lain: 1. Regulasi perusahaan farmasi memproduksi bahan baku dan obat tradisional dan menggunakannya dalam produksi obat dan obat tradisonal dalam negeri, serta bentuk insentif bagi percepatan kemandirian nasional. 2. Regulasi penguatan kelembagaan dan sistem pengawasan pre dan post market alat kesehatan. 3. Pokja ABGC (Academic-Business-Government-Community Colaboration) dalam pengembangan dan produksi bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan dalam negeri. 4. Regulasi penguatan penggunaan dan pembinaan industri alat kesehatan dalam negeri. 5. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dan tenaga kesehatan tentang pentingnya kemandirian bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan dalam negeri yang berkualitas dan terjangkau. 6. Mewujudkan Instalasi Farmasi Pusat sebagai center of excellence manajemen pengelolaan obat, vaksin dan perbekkes di sektor publik. 7. Memperkuat tata laksana HTA dan pelaksanaannya dalam seleksi obat dan alat kesehatan untuk program pemerintah maupun manfaat paket JKN. 8. Percepatan tersedianya produk generik bagi obat-obat yang baru habis masa patennya. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 7

9. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. 10. Menjadikan tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan strategis berbasis tim. 11. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional melalui penguatan manajerial, regulasi, edukasi serta sistem monitoring dan evaluasi. 12. Menjalankan program promotif preventif yang berdasarkan pemberdayaan masyarakat, termasuk yang ditujukan untuk meningkatkan penggunaan obat rasional di masyarakat, dan melibatkan lintas sektor. 13. Law enforcement pengawasan alat kesehatan dan PKRT. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang merupakan revisi pertama atas Renstra Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan melaksanakan salah satu dari 5 (lima) program teknis Kementerian Kesehatan yaitu Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Tabel 1. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan Tercapainya sasaran tersebut direpresentasikan dengan indikator kinerja beserta target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Indikator Kinerja dan Target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015-2019 Indikator Kinerja Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) Target 2015 2016 2017 2018 2019 - - 85% 90% 95% a. Target bahan baku sediaan farmasi 5 10 20 30 45 b. Target alat kesehatan 2 7 14 21 28 Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat 77% 80% 83% 86% 90% 8 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Cara perhitungan indikator kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Cara Perhitungan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Indikator Kinerja Cara Perhitungan Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial Jumlah bahan baku sediaan farmasi serta alat kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri Dihitung jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi dan jumlah jenis alat kesehatan yang telah mampu diproduksi, oleh industri di dalam negeri (kumulatif) Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat Untuk mencapai sasaran tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4. Sasaran Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian Peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Peningkatan Penilaian Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Sasaran (1) Puskesmas dan Rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar dan (2) Penggunaan obat rasional di puskesmas (1) Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial; (2) Instalasi farmasi provinsi dan kabupaten/kota menerapkan sistem informasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP); serta (3) Instalasi farmasi Kabupaten/Kota melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar (1) Bahan baku sediaan farmasi yang diproduksi di dalam negeri; (2) Transformasi industri sediaan farmasi dari industri formulasi menjadi industri bahan baku berbasis riset serta; (3) Layanan izin industri sediaan farmasi efektif (1) Alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri dan (2) Pengawasan pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) efektif Pengawasan post-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) efektif Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 9

Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Sasaran Layanan dukungan manajemen pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tepat waktu B. PERJANJIAN KINERJA Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyusun perjanjian kinerja mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Target ini menjadi komitmen bagi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk mencapainya dalam tahun 2017. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Sasaran Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan Indikator Kinerja Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) Target 2017 85% a. Target bahan baku sediaan farmasi 20 b. Target alat kesehatan 14 Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat 83% Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai Pihak Pertama dan Menteri Kesehatan sebagai Pihak Kedua. Dokumen Perjanjian Kinerja tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 10 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Gambar 8. Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 11

Gambar 9. Lampiran Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 12 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 1. PENGUKURAN KINERJA Salah satu pondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah pengukuran kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel. Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Pengukuran kinerja menggunakan alat ukur berupa indikator sebagaimana yang telah ditetapkan pada dokumen perencanaan kinerja. merupakan tahun ketiga dalam pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara realisasi kinerja dengan target kinerja dari masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam perencanaan kinerja. Melalui pengukuran kinerja diperoleh gambaran pencapaian masing-masing indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan kegiatan di masa yang akan datang agar setiap kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna. Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 sebagai berikut: Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017 Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) a. Target bahan baku sediaan farmasi 85% 85,99% 101,16% 20 23 115,00% Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 13

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017 b. Target alat kesehatan 14 14 100% Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat 83% 88,16% 106,22% Grafik 1. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan 100% 80% 60% 40% 20% 0% 85% 85,99% Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial 38 37 36 35 34 33 32 34 37 Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) 90% 88% 86% 84% 82% 80% 83% 88,16% Persentase produk Alat Kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat Ketiga Indikator Kinerja Program telah mencapai sasaran yang diharapkan. Hal ini didukung dengan sumber daya yang tersedia sebagai bagian dari pencapaian kinerja Kementerian Kesehatan. Tabel 7.Pemantauan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam Aplikasi e-monev Bappenas 14 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Dalam aplikasi e-monev Bappenas kondisi per 19 Januari 2018, status capaian kinerja dan anggaran berwarna hijau yang memiliki arti bahwa capaian kinerja sama dengan atau lebih dari 100% dan capaian anggaran lebih dari 95% dalam dashboard eselon I (Tabel 7). Tabel 8. Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam Aplikasi e-monev Bappenas Pada Tabel 8, kondisi per 19 Januari 2018 terlihat status capaian kinerja Satuan Kerja di lingkungan Ditjen Farmalkes berwarna hijau. Sementara walaupun status capaian anggaran Satker di lingkungan Ditjen Farmalkes terdapat warna kuning namun semua realisasi anggaran di tiap Satker sudah lebih dari 85%. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 15

2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Analisis capaian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut: 1. Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Kondisi yang dicapai: Indikator Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial merupakan indikator pada Revisi Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017 yang mulai berlaku pada 29 Agustus 2017. Indikator sebelumnya adalah Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas dengan capaian dan target sebagai berikut: Indikator sebelumnya adalah persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas memiliki target pada tahun 2015 sebesar 77%, dengan capaian sebesar 79,38%. Pada tahun 2016 memiliki target sebesar 80% dengan capaian sebesar 81,57%. Sementara pada tahun 2017, memiliki target sebesar 83% dan capaian sebesar 89,30%. Grafik 2. Target dan Realisasi Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas Tahun 2015-2019 100% 80% 89,30% 79,38% 81,57% 77% 80% 83% 86% 90% 60% 40% 20% Target Realisasi 0% 2015 2016 2017 2018 2019 16 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Pada Revisi Renstra, realisasi indikator persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial tahun 2017 sebesar 85,99%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 85% dengan capaian sebesar 101,16%. Realisasi indikator di tahun ketiga Renstra menunjukkan hal yang positif dan diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2015-2019 yakni sebesar 95%. Tabel 9. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017 Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial 85% 85,99% 101,16% Grafik 3. Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial -2019 100% 80% 85% 85,99% 90% 95% 60% 40% 20% Target Realisasi 0% 2017 2018 2019 Hasil tersebut diperoleh dari periode pelaporan bulan November dimana jumlah Puskesmas yang melapor sebanyak 8.472 Puskesmas dari 9.816 Puskesmas di Indonesia (86,31%), dengan jumlah Puskesmas yang memiliki 80% obat dan vaksin essensial sebanyak 7.285 Puskesmas. Jumlah Puskesmas yang melapor mengalami peningkatan yang signifikan bila dibandingkan tahun 2015 dan 2016 yaitu sebanyak 1.013 Puskesmas dan 1.133 Puskesmas. Hal ini dikarenakan di tahun 2015 dan 2016 jumlah Puskesmas yang menjadi target merupakan sampel yang ditetapkan berdasarkan metode proportional random sampling berbasis Provinsi sesuai jumlah Puskesmas dan rasio Puskesmas Perawatan dan Non perawatan. Sedangkan di tahun 2017 jumlah Puskesmas yang menjadi target adalah seluruh Puskesmas di Indonesia. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 17

Capaian tertinggi persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial pada tahun 2017 yakni sebesar 100% dan dicapai oleh delapan provinsi, yaitu Sumatera Barat, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Maluku. Sedangkan provinsi dengan ketersediaan terendah adalah Sumatera Selatan dengan capaian sebesar 52,40%. Gambar 10. Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial per Provinsi ACEH SUMATERA UTARA JAMBI BENGKULU SUMATERA BARAT BANGKA BELITUNG RIAU KEPULAUAN RIAU SUMATERA SELATAN LAMPUNG DKI JAKARTA BANTEN JAWA BARAT JAWA TENGAH D.I. YOGYAKARTA JAWA TIMUR BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN UTARA SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH SULAWESI TENGGARA SULAWESI BARAT SULAWESI UTARA GORONTALO MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA 75,83% 81,34% 90,71% 100,00% 100,00% 100,00% 82,38% 84,13% 52,40% 81,69% 99,40% 84,27% 77,23% 90,63% 98,35% 95,66% 100,00% 100,00% 61,11% 65,37% 97,83% 95,85% 86,77% 98,00% 100,00% 90,00% 57,20% 100,00% 90,43% 86,02% 100,00% 89,84% 70,86% 84,23% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00% 2017 18 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Item obat yang memiliki ketersediaan tertinggi di Puskesmas adalah Amoxicillin 500 mg tablet dengan ketersediaan sebesar 97,90% (terdapat di 8.294 Puskesmas dari 8.472 Puskesmas yang melapor), sedangkan item obat yang memiliki ketersediaan terendah adalah Diazepam injeksi 5 mg/ml dengan ketersediaan sebesar 56,95% (terdapat di 4.825 Puskesmas dari 8.472 Puskesmas yang melapor). Gambar 11. Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial Tahun 2015-2017 per Item Obat 2017 Albendazol tab Amoxicillin 500 mg tab Amoxicillin syrup Deksametason tab Diazepam injeksi 5 mg/ml N/A Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL) Fitomenadion (Vitamin K) injeksi Furosemid tablet 40 mg/hidroklorotiazid (HCT) Garam oralit Glibenklamid/Metformin Kaptopril tab Magnesium Sulfat injeksi 20 % Metilergometrin Maleat inj 0,200 mg-1 ml Obat Anti Tuberculosis dewasa Oksitosin injeksi Parasetamol 500 mg tab Tablet Tambah Darah Vaksin BCG Vaksin DPT/ DPT-HB/ DPT-HB-Hib Vaksin Td 4825 7186 8294 8184 7949 6959 7369 7677 7990 7751 8121 6430 7010 7626 7471 8129 7904 8271 8015 8144 2017 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 Permasalahan: Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial tahun 2017, yaitu sebagai berikut: 1. Puskesmas melaporkan ketersediaan beberapa item obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan sehingga tidak pernah disediakan dengan nilai nol (0). Contohnya adalah item obat Oksitosin Injeksi dan Magnesium Sulfat 20% Injeksi, dimana untuk Puskesmas yang tidak melayani persalinan, obat tersebut tidak dibutuhkan sehingga tidak disediakan. Puskesmas juga melaporkan ketersediaan beberapa item obat yang digunakan, yang jenisnya berbeda namun memiliki khasiat yang Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 19

sama dengan item obat indikator yang dipantau, dengan nilai nol (0). Contohnya adalah item obat indikator Furosemid Tablet dimana di Puskesmas menggunakan Hidroklorotiazid Tablet. Ataupun item obat indikator Glibenklamid Tablet dimana di Puskesmas menggunakan Metformin Tablet. Hal tersebut mempengaruhi hasil perhitungan data indikator. 2. Masih ada keterlambatan pelaporan data ketersediaan item obat indikator baik dari Provinsi, Kabupaten/Kota maupun Puskesmas. Laporan yang dikirimkan melewati tanggal yang telah ditetapkan tidak dimasukkan ke dalam perhitungan sehingga mempengaruhi hasil capaian kinerja. Hal ini disebabkan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan wajib melaporkan hasil capaian indikator kinerjanya secara berjenjang setiap triwulan ke Sekretariat Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Biro Perencanaan dan Anggaran (melalui e-performance), Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (melalui e-monev Bappenas) hingga Kantor Staf Presiden (KSP). Hal tersebut menyebabkan waktu pelaporan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. 3. Masih ada Puskesmas yang tidak melaporkan data ketersediaan item obat indikator. Upaya Pemecahan Masalah: Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas antara lain sebagai berikut: 1. Membuat Surat Edaran Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan nomor FO.02.01/11/0736/2017 mengenai Tata Laksana Indikator Kinerja Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sekaligus melakukan sosialisasi kepada Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas mengenai surat edaran tersebut, dimana di dalamnya disebutkan bahwa untuk obat dan vaksin dari 20 item obat indikator yang tidak digunakan/tidak dibutuhkan di Puskesmas dilaporkan sebagai N/A (Not Available) dan dimaknai sebagai angka satu (1) pada perhitungan persentase ketersediaan. 2. Melakukan sosialisasi langkah-langkah strategis pengumpulan data indikator Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial. 3. Mengirimkan umpan balik berupa surat pemberitahuan mengenai pelaporan data dan hasil evaluasi capaian indikator kinerja kepada Kepala Daerah guna menginformasikan ketaatan pelaporan dan manfaat hasil laporan bagi Daerah. 20 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

2. Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri dan Jumlah Jenis Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif) Kondisi yang dicapai: Pada Revisi Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017 yang mulai berlaku pada 29 Agustus 2017 terjadi perubahan nomenklatur dan target capaian indikator jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif). Indikator sebelumnya adalah jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta alat kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) dengan target pada tahun 2015 sebesar 7 jenis dan capaian sebesar 11 jenis, sedangkan target 2016 sebesar 14 jenis dan capaian sebesar 23 jenis. Grafik 4. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes) yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2015-2019 40 35 30 25 20 15 10 5 0 37 35 28 23 21 14 11 7 2015 2016 2017 2018 2019 Target Realisasi Pada tahun 2017, terjadi revisi renstra yang menyatakan bahwa target indikator jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) ditetapkan sebanyak 34 jenis dan tercapai sebanyak 37 jenis dengan rincian jumlah realisasi bahan baku sediaan farmasi sebesar 23 jenis dan jumlah target alat kesehatan sebesar 14 jenis sebagaimana dijelaskan dalam Tabel 10 dan Grafik 5 dibawah ini. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 21

Tabel 10. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri dan Jumlah Jenis Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif) Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017 Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) 34 37 108,82% - Bahan Baku Sediaan Farmasi 20 23 115,00% - Jenis Alat Kesehatan 14 14 100,00% Grafik 5. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri dan Jumlah Jenis Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2015-2019 80 70 60 50 40 30 20 10 0 73 51 34 37 17 7 2015 2016 2017 2018 2019 Target Realisasi Target pencapaian kinerja untuk indikator jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif) tahun 2017 ditetapkan sejumlah 20 (dua puluh) jenis. Adapun capaian jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri tahun 2017 adalah sejumlah 7 jenis. Dikarenakan pengukuran indikator ini dilakukan secara kumulatif, maka jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri tahun 2017 adalah sejumlah 23 jenis atau mencapai 115,00% dari target yang ditetapkan untuk tahun 2017 sejumlah 20 jenis. Jumlah 23 jenis tersebut terdiri dari capaian tahun 2015 sejumlah 8 jenis, tahun 2016 sejumlah 8 jenis, tahun 2017 sejumlah 7 jenis. Tabel 11. Daftar Nama Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 2015-2017 NO BAHAN BAKU SEDIAAN FARMASI Tahun 2015 1 Ekstrak Terstandar Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (BI.) Hook.f. & Th) 2 Ekstrak Umbi Bengkoang (Pachyrrhizus erosus L.) 3 Ekstrak Aktif Terstandar Daun Mimba (Azadirachta indica) 22 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

4 Ekstrak Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum L.) 5 Pemanis Alami Glikosida Steviol 6 Ekstrak Terstandar Strobilanthes crispus L. 7 Ekstrak Terstandar Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) 8 Karagenan Pharmaceutical Grade 9 Kristal PGV-6 10 Kristal HGV-6 11 Kristal GVT-6 Tahun 2016 12 Fraksi Gel dan Fraksi Antrakinon Terstandar Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.) 13 Ekstrak Terstandar Daun Sendok (Plantago major) 14 Fraksi Polisakarida Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) 15 Phlobaphene 16 Fraksi Bioaktif Biji Pala (Myristica fragrans Houtt) 17 Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) 18 Asam Mefenamat 19 Kombinasi Ekstrak Air Tempuyung (Sonchus arvensis) dan Keji Beling (Strobilanthes cripus) 20 Amilum Sagu (Metroxylon SP) Terpregelatinasi 21 Fraksi Aktif Terstandar Herba Kumis Kucing (Orthosiphon arisatus (Blume)) 22 Parasetamol 23 Ekstrak Terstandar Daun Pepaya (Carica papaya) Dalam rangka mendukung perkembangan industri alat kesehatan dalam negeri, Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga melakukan pemantauan perkembangan industri dalam negeri melalui kegiatan survei kemampuan industri alat kesehatan dalam negeri, membuat aplikasi sistem pendataan, mendorong hilirisasi hasil riset alat kesehatan, workshop peningkatan penggunaan alkes dalam negeri kepada tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, dan pameran hari kesehatan nasional. Upaya tersebut telah menunjukkan hasil yang signifikan dimana tahun 2016-2017, jenis alat kesehatan yang mampu diproduksi dalam negeri tumbuh 32 jenis atau naik sebesar 12,2%. Berdasarkan perkembangan jenis industri alat kesehatan dalam negeri terbanyak di Indonesia antara lain: tempat tidur pasien, jarum suntik, sarung tangan karet, masker bedah, surgical apparel, kasa, stretcher, kursi roda, kursi gigi, dan infusion set. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 23

Target pencapaian kinerja untuk indikator jumlah alat kesehatan yang siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif) tahun 2017 ditetapkan sejumlah 14 jenis. Adapun capaian jumlah alat kesehatan yang siap diproduksi di dalam negeri tahun 2017 adalah sejumlah 7 jenis. Dikarenakan pengukuran indikator ini dilakukan secara kumulatif, maka jumlah alat kesehatan yang siap diproduksi di dalam negeri tahun 2017 adalah sejumlah 14 jenis atau mencapai 100,00% dari target yang ditetapkan untuk tahun 2017 sejumlah 14 jenis. Jumlah 14 jenis tersebut terdiri dari capaian tahun 2015 sejumlah 3 jenis, tahun 2016 sejumlah 4 jenis, tahun 2017 sejumlah 7 jenis. Tabel 12. Daftar Nama Alat Kesehatan yang Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 2015-2017 NO ALAT KESEHATAN Tahun 2015 1. Karixa Renograf 2. Triton Synthetic-Biological Sutures 3. Triton T-Skin Marker Tahun 2016 4. DOMAS FLEXI-CORD Progressive 5. ORTHINDO Pedide Screw Titanium 6. ID BIOSENS Dengue NS1 7. INA-SHUNT Semilunar Flushing Valve System 8. RENOMA Blood Lancet 9. NPC Strip G 10. ENESERS Anaesthesia Machine 11. ONEMED Uro One Folley Catheter 12. TESENA Electrocardiograph 12 Channel Telemetry 13. ZENMED + Orthopedic Plate 14. Paket Benang Bedah Triton Permasalahan: Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) yaitu: 1. Komitmen pelaku industri dalam melakukan produksi bahan baku farmasi di Indonesia karena dalam prosesnya perlu mempertimbangkan berbagai aspek kelayakan baik teknis maupun ekonomi. 24 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

2. Kurangnya kemampuan penguasaan teknologi serta SDM dalam melakukan produksi bahan baku di Indonesia. 3. Kurangnya fasilitas pendukung untuk melakukan penelitian, pengembangan dan upscaling bahan baku di Indonesia. 4. Kurang sinergisnya hasil riset alat kesehatan yang dilakukan oleh akademisi dalam memenuhi pengembangan bisnis industri serta sebaliknya kurangnya akses informasi yang dimiliki oleh industri terhadap hasil-hasil riset alat kesehatan yang sudah dan akan diteliti. Upaya Pemecahan Masalah: Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri dan jumlah jenis alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) adalah sebagai berikut: 1. Koordinasi antara Academic, Business dan Government untuk memfasilitasi kebutuhan masing-masing, sehingga pengembangan bahan baku dapat dilakukan secara sinergis. 2. Melakukan pendampingan kepada industri farmasi untuk bertransfomasi menjadi perusahaan berbasis riset yang diawali dengan penguasaan bahan baku. 3. Perlunya peningkatan kapasitas SDM di Indonesia baik melalui training atau studi sesuai dengan kebutuhan. 4. Menyediakan area khusus produk hasil riset alat kesehatan dalam negeri pada pameran pembangunan kesehatan dan produksi alat kesehatan dalam negeri sehingga dapat mempertemukan akademisi dengan industri. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 25

3. Persentase Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang Memenuhi Syarat Kondisi yang dicapai: Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan upaya pengendalian post-market untuk memastikan bahwa alat kesehatan dan PKRT yang telah diberikan izin edar tersebut, secara terus menerus sesuai dengan persyaratan keamanan, mutu, manfaat dan penandaan yang telah disetujui. Salah satu kegiatan pengendalian post-market dilakukan melalui sampling produk alat kesehatan dan PKRT. Sampling alat kesehatan dan PKRT merupakan kegiatan dalam rangka pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap keamanan, mutu dan manfaat alat kesehatan dan PKRT yang telah beredar di wilayah Indonesia. Indikator persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat mengalami perubahan target capaian indikator pada Revisi Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017 yang mulai berlaku pada 29 Agustus 2017. Target dan capaian indikator produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat sebelum revisi adalah sebagai berikut: Grafik 6. Target dan Realisasi Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang Memenuhi Syarat Tahun 2015-2019 100% 80% 75% 78,18% 94,80% 93,23% 77% 79% 81% 83% 60% 40% 20% Target Realisasi 0% 2015 2016 2017 (TW 2) 2018 2019 Pada tahun 2017 dilakukan pengambilan sampel alat kesehatan dan PKRT di 34 provinsi dan pengujian sampel dilakukan di beberapa laboratorium yaitu di Pusat Pemeriksaaan Obat dan Makanan Nasional (PPOMN-BPOM), Laboratorium Balai Besar Pemeriksaan Obat dan Makanan (BBPOM) Provinsi DKI Jakarta, Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman Kementerian Pertanian, IPB Culture Collection Departemen Biologi Fakultas Matematika dan IPA, Unit Layanan Pengujian Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), PT Sucofindo. 26 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Produk yang di sampling adalah alat kesehatan non elektromedik steril dan non elektromedik non steril seperti Dysposable Syringe, Benang bedah, Sarung tangan steril, Infusion Set, Sarung tangan steril, IV Catheter, Kasa steril, Kondom, Urine bag, Folley Catheter, Popok dewasa, Pembalut wanita, Pantyliners, Sphygmomanometer, Antiseptik dan Kontak lensa, sedangkan sampel Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) antara lain popok bayi, pembersih lantai, pestisida rumah tangga (anti nyamuk bakar, oles, cairan/aerosol, elektrik), handsanitizer, handwash, antiseptik dan sabun pencuci piring. Jumlah sampel alat kesehatan yang sesuai dengan standar terhadap parameter uji yang telah ditetapkan sebanyak 924 sampel dari 934 sampel yang telah memiliki sertifikat hasil uji (98,93%). Sampel PKRT yang sesuai dengan standar terhadap parameter uji sejumlah 551 sampel dari 739 sampel yang telah memiliki sertifikat hasil uji (74,56%). Sehingga, capaian indikator kinerja persentase produk alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat sebesar 88,16%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 83% dengan capaian sebesar 106,22%. Realisasi indikator di tahun ketiga Renstra perlu dipertahankan sehingga dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2015-2019 yakni sebesar 90%. Tabel 13. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang Memenuhi Syarat Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017 Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat 83% 88,16% 106,22% Grafik 7. Target dan Realisasi Indikator Persentase Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di Peredaran yang Memenuhi Syarat Tahun 2015-2019 95% 90% 85% 80% 75% 77% 80% 83% 88,16% 86% 90% Target Realisasi 70% 2015 2016 2017 2018 2019 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 27

Permasalahan: Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja kegiatan persentase produk alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi syarat yaitu: 1. Belum sinkronnya penggunaan standar pengujian produk Alkes & PKRT sebagai persyaratan izin edar di pre market dan pengawasan produk post market melalui kegiatan sampling surveilans. 2. Masih kurangnya kompetensi SDM dalam pelaksanaan sampling surveilans. 3. Masih terbatasnya jumlah dan kemampuan laboratorium uji untuk parameter uji sterilitas, anti mikroba milik pemerintah. Upaya Pemecahan Masalah: Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami adalah sebagai berikut: 1. Memperkuat koodinasi dan sinkronisasi dalam menyusun standar pengujian produk Alkes & PKRT sebagai persyaratan izin edar di pre market dan pengawasan produk post market melalui kegiatan sampling surveilans. 2. Meningkatkan kompetensi SDM di pusat maupun daerah agar mampu melakukan pengawasan Produk Alat Kesehatan dan PKRT dengan membuat Kurikulum dan Modul Pelatihan Pengawasan Produk Alat Kesehatan dan PKRT yang terakreditasi oleh Pusat Pelatihan SDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan. 3. Melakukan koordinasi kepada laboratorium uji pemerintah atau swasta lainnya agar meningkatkan kemampuan laboratorium uji dan mengakreditasikan parameter uji sterilitas dan anti mikroba. Capaian kinerja dari indikator utama program kefarmasian dan alat kesehatan didukung oleh beberapa kegiatan dengan indikator capaian sebagai berikut: 1) Persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar. 2) Persentase rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar. 3) Persentase kabupaten/kota yang menerapkan penggunaan obat rasional di Puskesmas. 4) Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar. 5) Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP). 28 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

6) Persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practices. 7) Persentase sarana produksi alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi cara pembuatan yang baik (GMP/CPAKB). 8) Jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif). 9) Persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu. 10) Persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 29

INDIKATOR KINERJA LAINNYA SEBAGAI INDIKATOR PENDUKUNG PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Analisis capaian kinerja dari indikator pendukung program kefarmasian dan alat kesehatan sebagai berikut: 1) Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Kondisi yang dicapai: Indikator persentase Puskesmas yang melakukan pelayanan kefarmasian sesuai standar meningkat setiap tahun. Peningkatan berkisar pada angka 5% pertahun, dengan memperhitungkan bahwa setiap tahun jumlah puskesmas di Indonesia selalu bertambah. Hal inilah yang membuat Direktorat Pelayanan Kefarmasian perlu melakukan intervensi terhadap stakeholder terkait agar realisasi capaian target indikator selalu mencapai angka 100% setiap tahunnya. Indikator ini tidak mengalami perubahan pada Revisi Renstra. Berikut merupakan target, realisasi dan capaian persentase Puskesmas yang melakukan pelayanan kefarmasian sesuai standar. Tabel 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017 Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar 50% 50,01% 100,02% Grafik 8. Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2015-2019 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 60% 55% 50% 50,01% 45% 45,39% 40% 40,01% 2015 2016 2017 2018 2019 Target Realisasi 30 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Capaian indikator tahun 2017 adalah sebesar 50,01% dengan target sebesar 50% dan pada tahun 2016 capaian indikatornya adalah 45,39% dengan target sebesar 45%. Permasalahan: a) Masih banyak Puskesmas di Kabupaten/Kota yang belum terintervensi karena akses yang terbatas. b) Pelaksanaan Pelayanan kefarmasian sesuai standar membutuhkan adanya petunjuk teknis yang lebih mendetail. Upaya Pemecahan Masalah: a) Mengadvokasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melakukan monev mandiri kepada Puskesmas yang ada di wilayahnya dan mengirimkan rekapan laporan ke Dinas Kesehatan Provinsi. b) Penyusunan Petunjuk Teknis untuk Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. 2) Persentase Rumah Sakit yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Kondisi yang dicapai: Indikator persentase rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar merupakan indikator baru pada Revisi Renstra tahun 2017. Akan tetapi pengukuran indikator ini sudah dilaksanakan sejak tahun lalu. Realisasi indikator persentase rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar tahun 2017 sebesar 57,40%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 55% dengan capaian sebesar 104,36%. Realisasi indikator di tahun ketiga Renstra menunjukkan hal yang positif dan diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2015-2019 yakni sebesar 65%. Tabel 15. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017 persentase rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar 55% 57,40% 104,36% Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 31

Grafik 9. Target dan Realisasi Indikator Persentase Rumah Sakit yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2015-2019 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 65% 56,02% 57,40% 60% 55% 50% 2015 2016 2017 2018 2019 Target Realisasi Realisasi capaian indikator tahun 2016 adalah sebesar 56,02% dengan target sebesar 50%. Pada tahun 2017 meningkat 1,38% menjadi 57,40% dengan target sebesar 55% sehingga menghasilkan persentase capaian sebesar 104,36%. Permasalahan: a) Pelayanan kefarmasian belum dapat dilakukan secara optimal karena sering terjadi masalah kekosongan obat di Rumah Sakit. Pemecahan Masalah: a) Diperlukan adanya pedoman perencanaan obat sehingga obat yang akan digunakan tersedia pada saat dibutuhkan. 3) Persentase kabupaten/kota yang menerapkan penggunaan obat rasional di Puskesmas Kondisi yang dicapai: Perhitungan capaian Indikator Penggunaan Obat Rasional berdasarkan rekapitulasi data capaian Penggunaan Obat Rasional secara berjenjang mulai dari Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi yang kemudian dilaporkan ke Kementerian Kesehatan c.q. Direktorat Pelayanan Kefarmasian setiap tiga bulan. Indikator Penggunaan Obat Rasional merupakan indikator majemuk/komposit yang terdiri dari komponen Penggunaan Antibiotika pada ISPA Non Pneumonia, Penggunaan Antibiotika pada Diare Non Spesifik, Penggunaan Injeksi pada Myalgia dan Rerata Jumlah Resep per Lembar Resep. Masing-masing komponen indikator dihitung terhadap jumlah kasus ISPA non-pneumonia, diare non-spesifik dan myalgia yang diambil di sarana yang 32 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

sama, dengan menggunakan rumus tertentu, kemudian dibandingkan dengan target capaian per tahun. Indikator Penggunaan Obat Rasional pada tahun 2015-2016 yaitu persentase penggunaan obat rasional di Puskesmas, dengan target capaian 62% pada tahun 2015 dan 64% pada tahun 2016. Dari data diatas tampak bahwa target indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di Sarana Kesehatan Dasar Pemerintah pada tahun 2015 dan 2016 telah tercapai. Pada akhir tahun 2015 tercapai realisasi sebesar 70,64% Penggunaan Obat Rasional di Sarana Kesehatan Dasar Pemerintah, dengan persentase capaian 113,94%. Pada akhir tahun 2016 tercapai realisasi sebesar 71,05% Penggunaan Obat Rasional di Sarana Kesehatan Dasar Pemerintah, dengan persentase capaian 111,01%. Grafik 10. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2015-2019 75% 70% 65% 60% 62% 70,64% 64% 71,05% 66% 62,32% 68% 70% Target Realisasi 55% 2015 2016 2017 (TW 2) 2018 2019 Selanjutnya terdapat perubahan Indikator Penggunaan Obat Rasional untuk tahun 2017-2019 yaitu persentase kabupaten/kota yang menerapkan penggunaan obat rasional di Puskesmas. Kabupaten/kota yang menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas adalah kabupaten/kota yang 20% Puskesmasnya memiliki nilai rerata Penggunaan Obat Rasional minimal 60%. Target indikator kabupaten/kota yang menerapkan Penggunaan Obat Rasional tahun 2017-2019 secara berurutan adalah 30%, 35%, dan 40%. Tabel 16. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017 Persentase Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas 30% 30,35% 101,17% Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 33

Grafik 11. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2015-2019 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 30% 30,35% 35% 40% Target Realisasi 0 2015 2016 2017 2018 2019 Permasalahan: a. Belum tersusunnya petunjuk teknis pemantauan indikator kinerja kegiatan (IKK) Penggunaan Obat Rasional tahun 2017-2019. Upaya Pemecahan Masalah: a. Tersusunnya petunjuk teknis pemantauan indikator kinerja kegiatan (IKK) POR Dit. Yanfar -2019 4) Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar Kondisi yang dicapai: Realisasi indikator persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar tahun 2017 sebesar 81,32%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 65% dengan capaian sebesar 125,11%. Capaian tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian tahun 2016 yaitu 106,47%. Indikator ini tidak mengalami perubahan pada Revisi Renstra tahun 2017. Berikut merupakan target, realisasi, dan capaian indikator persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar: Tabel 17. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017 Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar 65% 81,32% 125,11% 34 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Grafik 12. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar Tahun 2015-2019 100% 80% 60% 40% 20% 55% 57,34% 63,88% 60% 65% 81,32% 70% 75% Target Realisasi 0% 2015 2016 2017 2018 2019 Grafik 13. Komposisi Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar Tahun 2015-2017 600 500 400 300 200 100 0 511 515 514 Jumlah IFK Seluruh Indonesia 293 329 418 218 186 Jumlah IFK Sesuai Standar Jumlah IFK Tidak Sesuai Standar 96 2015 2016 2017 Jumlah IFK di Indonesia tahun 2017 sebanyak 514. terdapat dua belas provinsi dengan persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar tertinggi yaitu Provinsi Jambi, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kep. Bangka Belitung, Sumatera Barat, Gorontalo, Kalimantan Barat, Riau, Sulawesi Barat, Jawa Tengah, dan D.I. Yogyakarta (100%). Dari 34 Provinsi yang telah mengumpulkan data capaian skor IFK yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar di tahun 2015, masih terdapat dua belas Provinsi yang mempunyai skor rata-rata di bawah 70, yaitu Maluku, Kalimantan Utara, NTT, Banten, Papua Barat, Papua, Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan DKI Jakarta. Tahun 2016 jumlah tersebut berkurang menjadi hanya tujuh Provinsi. Provinsi Kalimantan Utara, Banten, Papua, Aceh dan Maluku Utara telah berhasil meningkatkan skornya menjadi di atas 70. Skor rata-rata tertinggi di tahun 2015 dimiliki oleh Provinsi D.I. Yogyakarta (87,07), sedangkan di tahun 2016 dimiliki oleh Provinsi Sumatera Barat (87,29). Skor rata-rata terendah baik di tahun 2015 maupun tahun 2016 dimiliki oleh Provinsi DKI Jakarta. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 35

Grafik 14. Komposisi Jumlah IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar per Provinsi Tahun 2015-2017 ACEH SUMATERA UTARA JAMBI BENGKULU SUMATERA BARAT BANGKA BELITUNG RIAU KEPULAUAN RIAU SUMATERA SELATAN LAMPUNG DKI JAKARTA BANTEN JAWA BARAT JAWA TENGAH D.I. YOGYAKARTA JAWA TIMUR BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN UTARA SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH SULAWESI TENGGARA SULAWESI BARAT SULAWESI UTARA GORONTALO MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA 78,26% 78,26% 4,35% 72,73% 12,12% 12,12% 100,00% 100,00% 100,00% 70,00% 80,00% 70,00% 100,00% 78,95% 78,95% 100,00% 85,71% 85,71% 100,00% 66,67% 66,67% 85,71% 57,14% 57,14% 82,35% 88,24% 88,24% 93,33% 73,33% 66,67% 0,00% 0,00% 0,00% 87,50% 75,00% 62,50% 88,89% 66,67% 77,78% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 63,16% 55,26% 55,26% 88,89% 100,00% 100,00% 90,00% 90,00% 70,00% 86,36% 45,45% 45,45% 100,00% 64,29% 71,43% 100,00% 80,00% 70,00% 100,00% 100,00% 84,62% 92,86% 78,57% 57,14% 40,00% 40,00% 60,00% 75,00% 16,67% 12,50% 100,00% 84,62% 84,62% 82,35% 64,71% 57,14% 100,00% 33,33% 16,67% 73,33% 40,00% 40,00% 100,00% 83,33% 83,33% 27,27% 27,27% 27,27% 60,00% 60,00% 20,00% 7,69% 14,29% 46,15% 86,21% 79,31% 51,72% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00% 2017 2016 2015 36 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Grafik 15. Skor Rata-Rata Persentase IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar per Provinsi Tahun 2015-2017 ACEH SUMATERA UTARA JAMBI BENGKULU SUMATERA BARAT BANGKA BELITUNG RIAU KEPULAUAN RIAU SUMATERA SELATAN LAMPUNG DKI JAKARTA BANTEN JAWA BARAT JAWA TENGAH D.I. YOGYAKARTA JAWA TIMUR BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN UTARA SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH SULAWESI TENGGARA SULAWESI BARAT SULAWESI UTARA GORONTALO MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA 31,68% 63,58% 61,95% 61,95% 59,73% 53,67% 53,67% 55,01% 80,19% 73,70% 73,95% 79,18% 82,13% 81,96% 75,83% 79,12% 78,52% 85,13% 87,29% 81,41% 85,02% 81,66% 81,66% 86,45% 74,42% 74,42% 86,30% 74,12% 73,77% 77,38% 72,82% 72,82% 83,71% 75,59% 76,02% 81,75% 78,07% 67,63% 82,89% 75,48% 76,18% 88,87% 85,96% 84,97% 90,03% 85,93% 87,07% 80,40% 80,40% 79,02% 82,09% 80,97% 88,23% 83,45% 81,13% 81,05% 67,90% 67,90% 86,01% 76,91% 78,54% 82,28% 76,51% 74,58% 83,34% 85,95% 80,20% 83,44% 75,55% 73,09% 71,08% 68,11% 66,05% 65,72% 61,53% 80,30% 76,86% 76,86% 75,71% 70,71% 72,02% 87,12% 59,63% 60,97% 79,99% 70,49% 70,49% 85,81% 74,06% 73,07% 67,43% 68,41% 68,41% 73,59% 71,32% 57,29% 60,36% 61,80% 66,40% 78,18% 72,56% 64,88% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% 2017 2016 2015 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 37

Permasalahan: Permasalahan dalam pencapaian indikator persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar tahun 2017 diuraikan sebagai berikut: a) Adanya revisi pada komponen perhitungan IFK sesuai standar, sehingga masih terdapat Kabupaten/Kota yang melakukan perhitungan skor terhadap masingmasing komponen yang tidak sesuai dengan prosedur, atau perhitungan dilakukan menggunakan formulir sebelum revisi. b) Masih terdapat Kabupaten/Kota yang menyampaikan hasil penilaian IFK sesuai standar tidak tepat waktu kepada Dinas Kesehatan Provinsi, sehingga terjadi keterlambatan dalam melakukan rekapitulasi dan penyampaian hasil ke Pusat. c) Seringnya mutasi tenaga kefarmasian yang bertugas di Instalasi Farmasi. Upaya Pemecahan Masalah: a) Melakukan sosialisasi terkait teknik perhitungan dan komponen penilaian IFK yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar kepada petugas penanggung jawab data di Daerah. b) Perlu dibangun koordinasi yang baik untuk pelaporan data IFK yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar dari Daerah ke Pusat dan mengirimkan feedback berupa surat pemberitahuan mengenai pelaporan data dan hasil evaluasi capaian indikator kinerja kegiatan dari Direktur Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota guna menginformasikan ketaatan pelaporan dan juga manfaat hasil laporan bagi Daerah. c) Melakukan peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota. 5) Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) Kondisi yang dicapai: Realisasi indikator persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) tahun 2017 sebesar 20,26%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian 38 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Kesehatan Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 20% dengan capaian sebesar 101,30%. Indikator ini merupakan indikator baru di tahun 2017 dalam Satker Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang dituangkan dalam revisi pertama Renstra 2015-2019 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017. Tabel 18. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017 Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) 20% 20,26% 101,30% Grafik 16. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Menerapkan Aplikasi Logistik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) Tahun 2015-2019 50% 40% 30% 20% 10% 15% 20% 20,26% 30% 40% Target Realisasi 0% 2015 2016 2017 2018 2019 Permasalahan: Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) tahun 2017, yaitu: a) Belum semua Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menggunakan aplikasi e-logistik mencapai proses integrasi ke Bank Data Pusat. b) Belum semua Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang sudah memiliki aplikasi logistik obat dan BMHP berbasis elektronik selain e-logistik melaporkan Surat Pernyataan Penggunaan Aplikasi Logistik Obat dan BMHP yang Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 39

ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan, dan juga melaporkan data ketersediaan 150 item obat dan vaksin ke Bank Data Pusat. c) Tingginya mutasi pegawai/sdm yang bertindak sebagai pengelola aplikasi logistik obat dan BMHP. Upaya Pemecahan Masalah: Upaya pemecahan masalah terhadap permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan aplikasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) tahun 2017 adalah sebagai berikut: d) Mengembangkan aplikasi e-logistik sehingga dapat merekam setiap tahap implementasi walaupun Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota belum sampai pada tahap integrasi data ke Bank Data Pusat. e) Membuat Surat Edaran Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan nomor FO.02.01/11/0736/2017 mengenai Tata Laksana Indikator Kinerja Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sekaligus melakukan sosialisasi kepada Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas mengenai surat edaran tersebut. f) Melakukan pendampingan penerapan dan pemantapan aplikasi e-logistik ke Provinsi dan Kabupaten/Kota. g) Memberikan saran kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menunjuk pegawai yang bertugas sebagai pengelola aplikasi logistik obat dan BMHP lebih dari satu orang dengan surat keputusan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan. 6) Persentase penilaian Pre-Market Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practices Kondisi yang dicapai: Perkembangan regulasi di tingkat regional yang telah disepakati dalam ASEAN Medical Devices Directive (AMDD) mewajibkan negara-negara di kawasan asia tenggara melakukan harmonisasi di bidang alat kesehatan salah satunya dalam proses pengawasan premarket alat kesehatan. Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT menerapkan Good Review Practice dan Good Submission Practice. 40 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Reformasi birokrasi di Indonesia saat ini menuntut adanya percepatan waktu pelayanan perizinan dalam rangka meningkatkan investasi dan perekonomian negara, oleh karena itu Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT berupaya melakukan evaluasi proses pelayanan registrasi alat kesehatan dan PKRT secara berkelanjutan serta melakukan inovasi sistem registrasi alat kesehatan dan PKRT secara online (regalkes.depkes.go.id). Jumlah permohonan perijinan alat kesehatan dan PKRT yang masuk selama tahun 2017 sejumlah 18.265 berkas dan yang telah selesai proses evaluasinya sejumlah 16.859 berkas. Dari jumlah tersebut, perizinan yang sudah selesai tepat waktu sesuai Good Review Practice tahun 2017 sejumlah 16.211. Sehingga capaian indikator kinerja kegiatan persentase penilaian pre-market tepat waktu sesuai Good Review Practice tahun 2017 adalah 96,16% dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 19. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penilaian Pre-Market Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang diselesaikan Tepat Waktu Sesuai Good Review Practices Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017 Persentase penilaian premarket alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practices 80,00% 96,16% 120,20% Grafik 17. Target dan Realisasi Indikator Persentase Penilaian Pre-Market Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang diselesaikan Tepat Waktu Sesuai Good Review Practices Tahun 2015-2019 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 96,16% 90,21% 80% 82% 85% 70,68% 66% 63% 2015 2016 2017 2018 2019 Target Realisasi Pada tahun 2015, capaian indikator kinerja kegiatan persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practice adalah sebesar 70,68% dengan target sebesar 63% sehingga diperoleh persentase capaian indikator kinerja sebesar 112,19%, sedangkan pada Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 41

tahun 2016 capaian indikatornya adalah sebesar 90,21% dengan target sebesar 66% sehingga diperoleh persentase capaian indikator kinerja sebesar 136,68%. Dari data diatas tampak bahwa target indikator kinerja kegiatan persentase penilaian pre-market tepat waktu sesuai Good Review Practice pada tahun 2015 dan 2016 telah tercapai dengan kenaikan 25% dari tahun 2015 dengan capaian 32,44%. Untuk tahun 2017, indikator mengalami revisi pada target yang akan dicapai. Target awal yang ditetapkan pada renstra awal sebesar 69%, direvisi menjadi 80%. Adapun capaian indikator ini pada tahun 2017 sebesar 96,16% dengan perolehan persentase capaian indikator sebesar 120,20%. Permasalahan: Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja kegiatan persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practices yaitu: a) Terdapat perubahan aturan HS code dari Direktorat Jeneral Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI dari 10 digit menjadi 8 digit sehingga menghambat proses evaluasi permohonan perizinan. b) Upgrade system registrasi alat kesehatan dan PKRT online (regalkes) dari vers 1.0 menjadi 2.0 sehingga membutuhkan waktu baik bagi evaluator maupun pendaftar untuk menyesuaikan. c) Adanya tuntutan untuk melakukan percepatan proses perizinan alat kesehatan dan PKRT. d) Beberapa hal yang memperlambat proses pelayanan perizinan antara lain pencetakan sertifikat izin edar, penandatanganan sertifikat izin edar, penataan berkas dan pemutakhiran data perizinan yang masih manual. Upaya Pemecahan Masalah: Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja kegiatan persentase penilaian pre-market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practices adalah sebagai berikut: a) Melaksanakan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI b) Melaksanakan sosialisasi dan bimbingan teknis terkait penggunaan sistem registrasi dan PKRT online (regalkes) versi 2.0. 42 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

c) Melaksanakan evaluasi internal pada masing-masing tingkatan dibandingkan dengan jumlah proses permohonan yang masuk dan tuntutan percepatan proses perizinan alkes dan PKRT. d) Menyusun draft regulasi terkait Pelayanan Perizinan dengan menggunakan tanda tangan elektronik (Digital Signature) serta menyiapkan proses pengadaan Sistem Digital Signature. 7) Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik (GMP/CPAKB) Kondisi yang dicapai: Jumlah sarana produksi alkes pada tahun 2017 sejumlah 251 sarana produksi alat kesehatan dan PKRT. Jumlah sarana produksi alkes dan PKRT yang memenuhi CPAKB sebanyak 126 sarana. Sehingga, persentase sarana produksi alkes dan PKRT yang memenuhi cara pembuatan yang baik (CPAKB/GMP) pada tahun 2017 adalah 50,20% sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 20. Target, Realisasi Dan Capaian Indikator Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik (GMP/CPAKB) Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017 Persentase sarana produksi alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi cara pembuatan yang baik (GMP/CPAKB) 50% 50,20% 100,40% Grafik 18. Target dan Realisasi Indikator Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan yang Baik (GMP/CPAKB) Tahun 2015-2019 100% 90% 80% 70% 60% 40% 20% 35% 35,44% 47,00% 40% 50% 50,20% Target Realisasi 0% 2015 2016 2017 2018 2019 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 43

Permasalahan: Beberapa permasalahan dalam mencapai indikator kinerja Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan PKRT yang Memenuhi Cara Pembuatan Yang Baik yaitu: a) Kurangnya kepatuhan pemilik, pimpinan dan penanggung jawab teknis sarana produksi dalam penerapan prinsip perizinan, misalnya tidak melaporkan perubahan pimpinan atau ganti penanggung jawab teknis, pindah alamat pabrik atau sarana produksi sudah berhenti memproduksi alat kesehatan dan/atau PKRT, b) Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) dan Cara Pembuatan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang Baik (CPPKRTB) belum diterapkan oleh sebagian besar produsen dalam negeri. c) Beberapa SNI Alat kesehatan yang sudah tersedia belum sepenuhnya diterapkan oleh produsen dalam negeri. d) Kurang optimalnya sarana produksi memenuhi Corrective Action Prevention Action (CAPA) sesuai pedoman Cara Pembuatan Alat Kesehatan dan/atau PKRT yang Baik. e) Kurangnya jumlah petugas inspeksi baik di tingkat pusat maupun daerah yang kompeten dalam melaksanakan inspeksi sarana produksi. Upaya Pemecahan Masalah: Upaya pemecahan masalah terhadap permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja Persentase Sarana Produksi Alat Kesehatan dan PKRT Yang Memenuhi Cara Pembuatan Yang Baik adalah sebagai berikut: a) Adanya Permenkes No 20 th 2017, CPAKB/CPPKRTB secara mandiri diwajibkan dalam waktu kurung 4 tahun. b) Meningkatkan sosiasilasi dan advokasi kepada pemilik, pimpinan perusahaan, dan penanggung jawab teknis dalam penerapan prinsip perizinan dan penerapan Cara Pembuatan Alat Kesehatan Yang Baik dan Cara Pembuatan PKRT Yang Baik. c) Melakukan analisa dan evaluasi laporan pengawasan sarana produksi alkes dan PKRT untuk memberikan langkah perbaikan pada sarana produksi berupa : rekomendasi untuk mendapatkan CPAKB dan/atau CPPKRTB atau sanksi administratif berupa surat peringatan tertulis hingga pencabutan Sertifikat Produksi. d) Melakukan koordinasi dan advokasi kepada asosiasi terkait seperti ASPAKI (Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia) dan Persatuan Perusahaan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Indonesia (PEKERTI) dan Gabungan 44 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium di Indonesia (GAKESLAB) dalam penerapan regulasi (perinsip perizinan dan penerapan CPAKB, CPPKRTB, CDAKB) untuk menjamin Alkes dan PKRT yang diproduksi dan diedarkan secara terus menerus memenuhi keamanan, manfaat dan mutu. e) Peningkatan kemampuan SDM Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan pengawasan dan pembinaan sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan PKRT. 8) Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) Kondisi yang dicapai: Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (kumulatif) merupakan indikator baru pada Revisi Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017, sehingga pengukurannya baru di mulai pada tahun 2017. Indikator ini menggantikan indikator sebelumnya yang terdapat di Renstra Awal yaitu jumlah industri yang memanfaatkan bahan baku obat dan obat tradisional produksi dalam negeri (kumulatif). Adapun target dan realisasi indikator jumlah industri yang memanfaatkan bahan baku obat dan obat tradisional produksi dalam negeri (kumulatif) tahun 2015-2019 sebagai berikut: Grafik 19. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri yang Memanfaatkan Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri (Kumulatif) Tahun 2015-2019 12 10 8 6 4 2 0 10 8 6 4 4 4 2 2 2015 2016 2017 (TW 2) 2018 2019 Target Realisasi Pada tahun 2017, indikator jumlah industri yang memanfaatkan bahan baku obat dan obat tradisional produksi dalam negeri (kumulatif) sudah tidak lagi didukung sumber daya anggaran sehingga pelaksanaannya dialihkan ke indikator jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif). Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 45

Realisasi capaian indikator jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif) adalah sebanyak 3 industri dari target sebanyak 3 industri yang telah ditetapkan sehingga persentase capaian indikator ini sebesar 100%. Tabel 21. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) Tahun 2017 Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017 Jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif) 3 3 100% Grafik 20. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) Tahun 2015-2019 10 9 8 6 4 2 3 3 6 Target Realisasi 0 2015 2016 2017 2018 2019 Daftar industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif) tahun 2017 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 22. Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi Dari Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) No Industri Keterangan 1 PT. Biofarma BUMN farmasi produsen vaksin; memiliki fasilitas R&D dan produksi vaksin virus dan vaksin bakteri; telah di-endorse oleh Organization of Islamic Cooperation (OIC) sebagai center of excellence (CoE) pengembangan bioteknologi dan vaksin; berdasarkan penilaian parameter transformasi telah berada pada level of maturity transformasi level 3 (consistent-designed); memungkinkan terus sustainable menjadi industri farmasi life science 46 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

No Industri Keterangan 2 PT. Dexa Medica PMDN yang telah melaksanakan riset dan pengembangan produk inovatif obat tradisional maupun sediaan farmasi; telah memiliki infrastruktur R&D bernama Dexa Development Center (DDC) yang menyelenggarakan R&D formulasi, formulasi inovatif dan new drug delivery system (NDDS) serta Dexa Laboratories of Biomolecular Science (DLBS) untuk R&D dan produksi produk inovatif berdasarkan biomolecular science; berdasarkan penilaian parameter transformasi telah berada pada level of maturity transformasi level 4 (consistent-implemented); Dexa Medica dan DLBS telah melaksanakan riset terpadu dengan research center of excellence internasional di bidang farmasi, biofarmasi, dan nutraceutical 3 PT. Kalbe Farma PMDN yang telah melaksanakan riset dan pengembangan riset unggulan mulai dari stem cell sampai bioteknologi; Kalbe Farma telah melaksanakan R&D dalam rangka transfer teknologi dan joint-venture termasuk dalam hal pengembangan produk inovatif dan berteknologi tinggi (insulin analog, long acting EPO, EPO, rituximab dan bevacizumab serta transtuzumab); berdasarkan penilaian parameter transformasi telah berada pada level of maturity transformasi level 4 (consistent-implemented); pipeline R&D dengan bersinergi dengan stakeholder terkait secara sustainable dan sistematik antara lain dengan perguruan tinggi i3l, UGM, ITB, UI, dan Udayana Permasalahan: Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja kegiatan jumlah industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif) tahun 2017 yaitu: a) Pelaksanaan pencapaian industri farmasi yang bertransformasi masih dilaksanakan secara sektoral yang belum berfokus pada usaha sinergisme para stakeholder yang termaktub dalam Inpres Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alkes. Saat ini, upaya mendorong industri farmasi untuk bertransformasi menjadi industri inovatif yang menciptakan novelty dan nilai tambah yang tinggi masih terbatas pada dukungan advokasi dan pembinaan teknis dari sisi produksi kefarmasian. b) Sistem inovasi yang masih terkendala dengan kurang kuatnya dukungan insentif dan perlindungan paten. c) Data kebutuhan produk biofarmasi, vaksin, natural product, dan BBO kimia (API dan eksipien) untuk memetakan kebutuhan baik dalam negeri maupun luar negeri belum dimiliki secara utuh. Hal ini menyebabkan perhitungan ekonomi (feasibility Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 47

study/economic scale production) dalam hal investasi dan produksi atas produk hasil industri berbasis riset belum tajam. d) Industri farmasi kesulitan untuk mengakses dan memetakan qualified SDM, para scientist atau pakar teknologi, terutama yang dibutuhkan untuk mendukung transformasi industri farmasi. e) Anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan riset yang mengarah pada sistem inovasi dan life science sangat besar, industri tidak mungkin untuk menanggung biaya riset dari anggaran internalnya saja. f) Akses terhadap pasar atas produk biofarmasi, vaksin, natural product, dan BBO kimia (API dan eksipien) di luar negeri belum tergambar secara jelas. Hal ini selain disebabkan pemetaan kebutuhan yang belum tajam, juga karena menghadapi peraturan perdagangan antar negara. g) Akses terhadap pasar atas produk biofarmasi, vaksin, natural product, dan BBO kimia (API dan eksipien) di dalam negeri belum tergambar secara jelas. Terutama untuk produk tersebut, industri farmasi belum menemukan perlindungan hukum atas serapan produk dalam sistem pengadaan pemerintah. h) Terutama untuk produk biofarmasi dan vaksin, industri farmasi masih kesulitan untuk mengakses infrastruktur/instansi dalam negeri yang memiliki kemampuan dan terstandar dalam melaksanakan clinical trial. Selain itu, kebijakan persetujuan clinical trial perlu dipercepat. Upaya Pemecahan Masalah: Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja kegiatan jumlah industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif) tahun 2017 yaitu adalah sebagai berikut: a) Dilaksanakan sinergisme antar stakeholder melalui grand design inovasi industri farmasi berdasarkan Permenkes 17 tentang Peta Jalan Pengembangan Industri Farmasi dan Alkes. Masing-masing stakeholder dari Kementerian dan Lembaga harus dapat memetakan dan menjalankan peran dan fungsi secara komprehensif, fokus, sustainable, dan target pada outcome. Pelaksanaan sinergisme ini juga harus dapat dikomunikasikan antar stakeholder sebagai fungsi kendali dan evaluasi. b) Mendorong sistem inovasi melalui pemberian insentif dan bantuan perlindungan paten dan pemanfaatan paten. 48 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

c) Bekerjasama dengan badan intelejen, Kemdag, Kemlu (melalui kedutaan besar Indonesia di luar negeri), K/L terkait, maupun penyedia data pasar farmasi (seperti IIMS, dsb) untuk menganalisis, mengkaji, dan menetapkan data kebutuhan produk biofarmasi, vaksin, natural product, dan BBO kimia (API dan eksipien). Informasi ini perlu tersedia baik kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang. d) Pemerintah memfasilitasi industri farmasi untuk menetapkan standar, contoh best practice, prosedur sertifikasi, desain, dan desain kualitas yang dibutuhkan industri dalam mendukung implementasi transformasi industri farmasi. Hal ini juga sangat diperlukan terutama untuk menjalankan business plan yang sudah disusun oleh industri farmasi. e) Diperlukan asistensi dari pemerintah terkait jejaring SDM yang diperlukan terutama agar lebih memudahkan akses dengan scientist atau pakar teknologi. f) Perlu dibuat suatu kebijakan dimana pemerintah juga menanggung sebagian proporsi resiko riset, termasuk pembiayaan. Pemerintah juga perlu menyusun kebijakan baik fiskal maupun moneter seperti fasilitasi/insentif pajak. g) Pemerintah melalui Kemlu, Kemdag, Kemenko, dan Perwakilan Kedutaan Indonesia di luar negeri berupaya membuka pasar serta mempermudah/menegosiasikan peraturan perdagangan antar negara. Selain itu, Pemerintah diharapkan dapat membuka/memfasilitasi akses industri farmasi ke procurement system organisasi internasional (WHO, GF, dsb). h) Untuk produk biofarmasi, vaksin, natural product, dan BBO kimia (API dan eksipien) perlu dukungan kebijakan pemerintah dalam kebijakan pengadaan obat melalui e-catalog/e-purchasing dimana pemerintah berfungsi sebagai first buyer terutama pada fase inisiasi, sehingga mendukung sustainability industri farmasi berbasis riset yang telah berhasil memproduksi produk-produk inovatif dan berbasis riset. i) Akses terhadap clinical trial centre/cros/rumah sakit milik pemerintah untuk kerjasama clinical trial vaksin baru dan biosimilar agar dapat ditingkatkan. Percepatan proses persetujuan untuk clinical trial produk baru (OPB) terutama untuk produk biofarmasi dan vaksin. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 49

9) Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Kondisi yang dicapai: Indikator persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu merupakan indikator baru pada Revisi Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017, sehingga pengukurannya baru dimulai di tahun 2017. Capaian indikator kinerja kegiatan persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu tahun 2017 adalah sebesar 85,11% dari target yang telah ditetapkan sebesar 85% sehingga persentase capaian indikator ini menjadi 100,13%. Tabel 23. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017 persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu 85% 85,11% 100,13% Grafik 21. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2015-2019 95% 90% 85% 85% 85,11% 88% 90% Target 80% 80% Realisasi 75% 2015 2016 2017 2018 2019 Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian melaksanakan kegiatan perizinan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. Kegiatan perizinan Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian meliputi perizinan bidang Obat yang dilaksanakan di Subdirektorat Obat dan Pangan, bidang Obat Tradisional dan Kosmetika yang dilaksanakan di Subdirektorat Obat Tradisional dan Kosmetika, dan bidang Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi yang dilaksanakan di Subdirektorat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi. 50 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Kegiatan perizinan bidang produksi dan distribusi kefarmasian menjadi salah satu indikator kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian dengan diukur presentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu. Permasalahan: Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja kegiatan persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu tahun 2017 yaitu: a) Jumlah permohonan perizinan sarana produksi dan distribusi kefarmasian semakin meningkat. b) Proses pelaksanaan perizinan belum sepenuhnya elektronik. Upaya Pemecahan Masalah: Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja kegiatan persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu tahun 2017 adalah dengan melakukan implementasi sistem perizinan elektronik yang terintegrasi secara internal Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan pada stakeholder terkait (Pemerintah Daerah/PTSP/Balai POM/Badan POM dan pemohon). Sistem ini juga berperan dan berfungsi sebagai alat kendali dan evaluasi. 10) Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu Kondisi yang dicapai: Persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu menggambarkan kinerja kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya di Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Yang dimaksud dengan layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu adalah tersedianya pelayanan kesekretariatan yang diselesaikan tepat waktu sesuai janji layanan dari Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Indikator Persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu mengalami perubahan nomenklatur dan target capaian indikator pada pada Revisi Renstra tahun 2017 sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017 yang mulai berlaku pada 29 Agustus 2017. Indikator Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 51

sebelumnya adalah Persentase kepuasan klien terhadap dukungan manajemen dengan capaian dan target sebagai berikut. Grafik 22. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kepuasan Klien Terhadap Dukungan Manajemen Tahun 2015-2019 100% 95% 85,71% 87,03% 89,97% 80% 85% 90% 80% 75% 60% 40% 20% Target Realisasi 0% 2015 2016 2017 (TW 2) 2018 2019 Realisasi indikator persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu tahun 2017 sebesar 93,35%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 87% dengan capaian sebesar 107,30%. Tabel 24. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi 2017 Capaian 2017 Persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu 87% 93,35% 107,30% Grafik 23. Target dan Realisasi Indikator Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2015-2019 100% 95% 90% 85% 80% 75% 70% 93,35% 95% 90% 85% 87% 80% 2015 2016 2017 2018 2019 Target Realisasi Indikator ini diukur dengan jumlah layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu sesuai dengan janji layanan dibandingkan dengan jumlah layanan dukungan manajemen. Adapun 8 (delapan) jenis pelayanan Sekretariat Direktorat Jenderal 52 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Kefarmasian dan Alat Kesehatan beserta capaiannya di tahun 2017, dapat dilihat pada tabel dibawah ini: No Tabel 25. Pengukuran Persentase Layanan Dukungan Manajemen yang Diselesaikan Tepat Waktu Jenis Pelayanan TW I TW II TW III TW IV Persentase 1 Penerbitan STRA 92,75 100,00 100,00 100,00 98,19 2 Penyelesaian Penilaian Angka Kredit (PAK) Apoteker dan Asisten Apoteker 71,43 66,67 100,00 87,50 81,40 3 Penyelesaian Layanan Pengadaan 83,33 77,42 79,31 84,62 81,17 4 Penyelesaian Rancangan Permenkes 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 5 Respon Time terhadap Keluhan Pelanggan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 6 Penyelesaian Revisi 100,00 85,71 71,43 100,00 89,29 7 Tindak Lanjut LHP 100,00 - - - 100,00 8 Pencairan Dana 94,12 100,00 92,86 100,00 96,74 Layanan Dukungan Manajemen Tepat Waktu 92,70 89,97 91,94 96,02 93,35 Permasalahan: Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja kegiatan persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu tahun 2017 yaitu: a) Penyelesaian layanan pengaadaan mengalami hambatan ketika suatu paket pengadaan memiliki spesifikasi yang kompleks sehingga penyedia tidak dapat menyanggupi spesifikasi yang ada dan terjadi gagal lelang. b) Usulan yang masuk terkait penyelesaian angka kredit Apoteker/Asisten Apoteker tidak sebanding dengan SDM yang memiliki jabatan fungsional terkait penyelesaian penilaian angka kredit,. Upaya Pemecahan Masalah: Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja kegiatan persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu tahun 2017 yaitu adalah sebagai berikut: a) Memetakan potensi masalah baik di internal maupun eksternal pada proses pengadaan sehingga hal-hal yang menghambat proses dapat diminimalisir dan penyelesaian paket pengadaan dapat diselesaikan sesuai janji layanan. b) Mengkaji beban kerja jabatan fungsional dalam melakukan analisa setiap usulan yang masuk sehingga bobot kerja sebanding dengan penyelesaian angka kredit. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 53

B. REALISASI ANGGARAN Pagu alokasi APBN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan terus mengalami peningkatan, ini menunjukkan bahwa pengelolaan kegiatan dalam upaya pencapaian sasaran program kefarmasian dan alat kesehatan dinilai baik. Peningkatan program tidak hanya dilakukan di tingkat pusat tapi juga program di daerah. Alokasi APBN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun 2017 yang tertera pada perjanjian kinerja adalah sebesar Rp.2.978.429.542.000,00 yang terdiri alokasi Kantor Pusat sebesar Rp.2.929.352.180.000,00 dan alokasi Dekonsentrasi sebesar Rp.49.077.362.000,00. Selama pelaksanaan kegiatan tahun 2017, alokasi APBN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami dua kali perubahan akibat efisiensi/penghematan dan hibah. Untuk Efisiensi/penghematan diatur melalui Instruksi Presiden No.4 sebesar Rp.39.163.170.000,00 dan memperoleh Hibah Luar Negeri Langsung dari Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI) sebesar Rp.428.332.280.000,00 sehingga merubah alokasi anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi sebesar Rp.3.367.598.652.000,00 dengan realisasinya pada tahun 2017 sebesar Rp.3.337.118.449.598,00 dengan persentase sebesar 99,09%. Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan didukung dengan anggaran Kantor Pusat dan Dana Dekonsentrasi. Rincian alokasi dan realisasi Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2017 adalah sebagai berikut: Tabel 26. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Berdasarkan Kegiatan NO Kegiatan Alokasi Realisasi % 1 Peningkatan Pelayanan 2 Kefarmasian Peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 3 Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian 4 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan 5 Peningkatan Penilaian Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) 6 Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) TOTAL Rp 28.392.159.000 Rp 26.549.629.819 93,51% Rp 3.163.978.093.000 Rp 3.151.204.702.608 99,60% Rp 38.971.750.000 Rp 35.418.415.498 90,88% Rp 86.647.042.000 Rp 76.739.925.952 88,57% Rp 27.689.654.000 Rp 26.576.680.310 95,98% Rp 21.919.954.000 Rp 20.629.095.411 94,11% Rp 3.367.598.652.000 Rp 3.337.118.449.598 99,09% 54 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Anggaran yang dialokasikan untuk Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2017 sebesar Rp.3.367.598.652.000,00 dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan program tersebut sebesar 99,09% atau Rp.3.337.118.449.598,00. Rerata capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2017 adalah sebesar 105,60%. Rerata capaian Indikator tersebut didapat dari perhitungan rerata tertimbang antara 3 Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang terdiri dari Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial dengan persentase capaian sebesar 101,16%, Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri, dan jumlah alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) dengan persentase capaian untuk target sediaan farmasi sebesar 115,00% dan persentase capaian untuk target alkes sebesar 100,00%, serta Persentase produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat dengan persentase capaian sebesar 106,22%. Hal tersebut menyatakan terwujudnya efisiensi anggaran terhadap capaian kinerja, karena capaian kinerja sebesar 105,60% dapat terwujud dengan 99,09% penyerapan anggaran. Grafik 24. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan 108,00% 106,00% 104,00% 102,00% 100,00% 98,00% 96,00% 94,00% 105,60% Capaian Kinerja 99,09% Realisasi Anggaran Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, efisiensi penggunaan sumber daya terhadap capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah tercapai. Berikut merupakan gambaran analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya yang menggambarkan kondisi tiga tahun terakhir. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 55

Grafik 25. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015-2017 140,00% 120,00% 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% Capaian Kinerja Realisasi Anggaran 129,79% 121,49% 105,60% 95,19% 99,09% 83,74% 2015 2016 2017 1. KANTOR PUSAT Keberhasilan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam mencapai target indikator kinerja di tahun ketiga Renstra 2015-2019 merupakan hasil kerja keras seluruh komponen, pendayagunaan sumber daya yang optimal dan penguatan terutama dalam perencanaan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian dan alat kesehatan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang berkelanjutan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2017 dengan alokasi sebesar Rp.2.929.352.180.000,00. Selama pelaksanaan kegiatan tahun 2017, anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami dua kali perubahan akibat efisiensi/penghematan dan hibah. Untuk Efisiensi/penghematan diatur melalui Instruksi Presiden No.4 sebesar Rp.39.163.170.000,00 sehingga alokasi anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi Rp.2.890.189.010.000,00. Pada tahun 2017, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan kembali memperoleh Hibah Luar Negeri Langsung dari Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI) sebesar Rp.428.332.280.000,00 sehingga merubah alokasi anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi sebesar Rp.3.318.521.290.000,00 (Tiga triliun tiga ratus delapan belas miliar lima ratus dua puluh satu juta dua ratus sembilan puluh ribu rupiah). Adapun realisasi anggaran tahun 2017 adalah sebesar Rp.3.292.284.398.892,00 (Tiga triliun dua ratus sembilan puluh dua miliar dua ratus delapan puluh empat juta tiga ratus sembilan puluh delapan ribu delapan ratus sembilan puluh dua rupiah). dengan persentase realisasi sebesar 99,21%. 56 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tabel 27. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan NO SATUAN KERJA ALOKASI AWAL ALOKASI SETELAH EFISIENSI REALISASI % 1 Direktorat Tata Kelola Obat Rp 2.741.993.416.000 Rp 3.150.602.864.000 Rp 3.138.692.331.669 99,62% Publik dan Perbekalan Kesehatan 2 Direktorat Pelayanan Rp 19.705.281.000 Rp 16.304.583.000 Rp 15.633.729.372 95,89% Kefarmasian 3 Direktorat Produksi dan Rp 39.163.633.000 Rp 32.361.169.000 Rp 29.508.970.395 91,19% Distribusi Kefarmasian 4 Direktorat Penilaian Alat Rp 27.529.674.000 Rp 26.330.322.000 Rp 25.262.172.465 95,94% Kesehatan dan PKRT 5 Diirektorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT Rp 22.806.973.000 Rp 19.679.073.000 Rp 18.552.421.669 94,27% 6 Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Rp 78.153.203.000 Rp 73.243.279.000 Rp 64.634.773.322 88,25% TOTAL Rp 2.929.352.180.000 Rp 3.318.521.290.000 Rp 3.292.284.398.892 99,21% 2. DANA DEKONSENTRASI Untuk mendukung penyelenggaraan program kefarmasian dan alat kesehatan di daerah, tahun 2017 disediakan dana Dekonsentrasi sebesar Rp.49.077.362.000,00 (Empat puluh sembilan miliar tujuh puluh tujuh juta tiga ratus enam puluh dua ribu rupiah). Realisasi dana Dekonsentrasi tahun 2017 adalah Rp.44.834.050.706,00 (Empat puluh empat miliar delapan ratus tiga puluh empat juta lima puluh ribu tujuh ratus enam rupiah) dengan persentase realisasi sebesar 91,35%. Alokasi dana dan realisasi DIPA Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan seperti diuraikan pada tabel berikut ini: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 57

Tabel 28. Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan NO SATUAN KERJA ALOKASI REALISASI % 1 Dinkes Provinsi DKI Jakarta Rp 1.061.358.000 Rp 1.047.926.950 98,73% 2 Dinkes Provinsi Jawa Barat Rp 1.632.601.000 Rp 1.319.083.969 80,80% 3 Dinkes Provinsi Jawa Tengah Rp 879.484.000 Rp 754.222.164 85,76% 4 Dinkes Provinsi D.I. Yogyakarta Rp 619.855.000 Rp 565.028.855 91,16% 5 Dinkes Provinsi Jawa Timur Rp 1.879.429.000 Rp 1.421.955.390 75,66% 6 Dinkes Provinsi Aceh Rp 1.035.837.000 Rp 961.027.000 92,78% 7 Dinkes Provinsi Sumatera Utara Rp 1.419.083.000 Rp 1.309.806.571 92,30% 8 Dinkes Provinsi Sumatera Barat Rp 1.080.349.000 Rp 1.018.808.108 94,30% 9 Dinkes Provinsi Riau Rp 1.855.542.000 Rp 1.750.392.800 94,33% 10 Dinkes Provinsi Jambi Rp 1.901.551.000 Rp 1.764.444.323 92,79% 11 Dinkes Provinsi Sumatera Selatan Rp 1.038.313.000 Rp 958.073.504 92,27% 12 Dinkes Provinsi Lampung Rp 1.494.256.000 Rp 1.437.050.980 96,17% 13 Dinkes Provinsi Kalimantan Barat Rp 1.104.530.000 Rp 984.593.500 89,14% 14 Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah Rp 1.117.674.000 Rp 1.079.135.301 96,55% 15 Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan Rp 1.413.843.000 Rp 1.345.452.950 95,16% 16 Dinkes Provinsi Kalimantan Timur Rp 834.090.000 Rp 792.651.431 95,03% 17 Dinkes Provinsi Sulawesi Utara Rp 1.936.586.000 Rp 1.933.059.000 99,82% 18 Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah Rp 1.815.026.000 Rp 1.766.858.538 97,35% 19 Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan Rp 2.414.013.000 Rp 2.327.016.100 96,40% 20 Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara Rp 1.909.837.000 Rp 1.842.670.650 96,48% 21 Dinkes Provinsi Maluku Rp 1.120.945.000 Rp 1.014.153.100 90,47% 22 Dinkes Provinsi Bali Rp 940.331.000 Rp 909.298.377 96,70% 23 Dinkes Provinsi Nusa Tenggara Barat Rp 1.870.085.000 Rp 1.681.856.800 89,93% 24 Dinkes Provinsi Nusa Tenggara Timur Rp 1.348.431.000 Rp 1.220.573.898 90,52% 25 Dinkes Provinsi Papua Rp 2.596.213.000 Rp 2.274.497.121 87,61% 26 Dinkes Provinsi Bengkulu Rp 1.404.970.000 Rp 1.307.135.500 93,04% 27 Dinkes Provinsi Maluku Utara Rp 1.660.830.000 Rp 1.634.824.000 98,43% 28 Dinkes Provinsi Banten Rp 1.017.516.000 Rp 931.749.376 91,57% 29 Dinkes Provinsi Kepulauan Bangka Rp 1.318.700.000 Rp 1.230.512.252 93,31% 30 Dinkes Provinsi Gorontalo Rp 1.131.798.000 Rp 1.098.773.220 97,08% 31 Dinkes Provinsi Kepulauan Riau Rp 992.974.000 Rp 923.408.250 92,99% 32 Dinkes Provinsi Papua Barat Rp 2.416.662.000 Rp 1.628.149.861 67,37% 33 Dinkes Provinsi Sulawesi Barat Rp 1.517.441.000 Rp 1.328.458.200 87,55% 34 Dinkes Provinsi Kalimantan Utara Rp 1.297.209.000 Rp 1.271.402.667 98,01% TOTAL Rp 49.077.362.000 Rp 44.834.050.706 91,35% 58 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

C. SUMBER DAYA MANUSIA Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu unsur penting dalam mendukung tercapainya indikator kinerja. Secara teknis SDM dapat menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan apabila mencukupi dari sisi jumlah dan kualitas serta profesional di bidangnya. Pengembangan karier juga diperlukan sebagai faktor penunjang dalam mewujudkan SDM yang berkualitas. Keadaan pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sampai akhir tahun 2017 berjumlah 258 orang dengan rincian sebagai berikut: Tabel 29. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Jabatan Keterangan Jumlah Menurut Jabatan Jabatan Struktural 84 Jabatan Fungsional Tertentu 3 Staf 171 Jumlah 258 Grafik 26. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Jabatan 32,56% Jabatan Struktural 66,28% 1,16% Jabatan Fungsional Tertentu Staf Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 59

Tabel 30. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Golongan Keterangan Jumlah Menurut Golongan Golongan II 6 Golongan III 183 Golongan IV 69 Jumlah 258 Grafik 27. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Golongan 2,33% 26,74% 70,93% Golongan II Golongan III Golongan IV Tabel 31. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Pendidikan Keterangan Jumlah Menurut Pendidikan S3 2 S2 166 Spesialis 1/2/A V 1 S1 59 D3 15 Akademi 2 SMA 13 Jumlah 258 60 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Grafik 28. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Pendidikan 0,78% 5,81% 5,04% 0,78% S3 22,87% 64,34% S2 Spesialis 1/2/A V S1 D3 0,39% Akademi SMA Tabel 32. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Jenis Kelamin Keterangan Jumlah Menurut Jenis Kelamin Pria 90 Wanita 168 Jumlah 258 Grafik 29. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut Jenis Kelamin 35% 65% Pria Wanita Untuk pengembangan karier SDM di lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, sebanyak 4 orang pegawai dikirim untuk melaksanakan tugas belajar, 188 orang pegawai mengikuti pelatihan dalam rangka pengembangan SDM, serta 3 orang pegawai telah melaksanakan tugas belajar pada tahun 2017. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 61

BAB IV PENUTUP Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Laporan ini disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan ini menyajikan berbagai keberhasilan maupun upaya dalam mencapai sasaran sebagaimana yang telah ditetapkan didalam dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan program Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun anggaran 2017, yang tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Program (IKP) serta analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran. Pencapaian indikator pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2017 telah mencapai target yang telah ditetapkan. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan kegiatan yang telah dicanangkan pada periode berikutnya sehingga pelaksanaan kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Sinergi antara perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan perlu dipertahankan dan terus ditingkatkan sehingga terjadi keterpaduan dalam mencapai akuntabilitas kinerja. Upaya yang akan dilakukan pada tahun 2018 antara lain: melakukan sosialisasi langkah-langkah strategis pengumpulan data indikator Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial; mengirimkan umpan balik berupa surat pemberitahuan mengenai pelaporan data dan hasil evaluasi capaian indikator kinerja kepada Kepala Daerah guna menginformasikan ketaatan pelaporan dan manfaat hasil laporan bagi Daerah; koordinasi antara Academic, Business dan Government; pendampingan kepada industri farmasi; peningkatan kapasitas SDM di Indonesia baik melalui training atau studi sesuai dengan kebutuhan serta menyediakan area khusus produk hasil riset alat kesehatan dalam negeri pada pameran pembangunan kesehatan dan produksi alat kesehatan dalam negeri sehingga dapat mempertemukan akademisi dengan industri. 62 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi kinerja dalam penyempurnaan dokumen perencanaan maupun pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang, serta penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 63

LAMPIRAN 1 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT TATA KELOLA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN 64 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 65

66 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

LAMPIRAN 2 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 67

68 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 69

LAMPIRAN 3 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN 70 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 71

72 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

LAMPIRAN 4 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENILAIAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 73

74 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 75

LAMPIRAN 5 PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT PENGAWASAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA 76 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 77

78 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 79

80 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 81

LAMPIRAN 7 DATA PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI PUSKESMAS TAHUN 2017 LAMPIRAN 7 82 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 83

LAMPIRAN 8 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017 RENOMA Blooad Lancet (AKD 11603710031) Renoma Blood Lancet adalah jarum yang dibungkus oleh material plastik, dimana material plastik tersebut dapat dibuka / dipatahkan untuk mengeluarkan bagian tajam dari jarum. Renoma Blood Lancet digunakan sebagai penusuk kulit untuk mengambil sampel darah dalam jumlah sedikit untuk keperluan pemeriksaan darah. Dapat pula dipadukan dengan alat bantu berupa pena untuk mempermudah penusukan. 84 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

LAMPIRAN 9 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017 NPC Strip G (AKD 20306710479) NPC Strip G merupakan alat untuk membantu diagnosis dan deteksi dini kanker nasofaring (Nasopharing Cancer/NPC). Alat ini berupa strip dengan ukuran 0,5 x 8 cm yang telah mengandung antigen EA-EBV, antibodi poliklonal anti IgG dan antibodi mouse IgG. Alat ini juga dilengkapi dengan buffer pelarut sampel. Alat ini bekerja dengan cara mendeteksi antibodi IgG pada darah/serum/plasma dari penderita yang akan bereaksi dengan protein Virus Epstein-Barr (EBV), khususnya protein Early Antigen (EA) yang sudah dilekatkan pada strip. Metode yang digunakan pada pemeriksaan ini dikenal sebagai metode immunokromatografi. Antibodi terhadap protein virus EBV digunakan sebagai marker untuk beberapa keganasan, salah satunya NPC. NPC strip G telah terbukti dapat mendeteksi NPC dengan sensitivitas sebesar 86% dan spesifisitas sebesar 100%. Cara penggunaannya adalah dengan mencelupkan strip ke dalam sampel darah yang telah diencerkan dengan buffer pelarut dalam tabung. Hasil positif akan ditunjukkan dengan terbentuknya 2 garis berwarna merah muda, sementara hasil negatif akan ditunjukkan dengan terbentuknya 1 garis merah muda. Individu sehat yang memberikan hasil positif pada tes ini disarankan untuk melakukan tes ulangan setiap 6 bulan dan berkonsultasi dengan dokter ahli THT-KL bagian onkologi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Material produk Strip terdiri dari bagian pendukung yang terbuat dari bahan plastik, yang ditempeli dengan membran nitroselulosa, polyester papers dan absorben : 1. Membran nitroselulosa adalah material tempat penempelan antibodi. 2. Polyester paper adalah tempat penempelan antigen terkonjugasi dan normal serum. 3. Absorben berfungsi untuk menyerap kelebihan cairan, baik dari konjugat maupun sampel. Bufer pelarut sampel berisi larutan garam yang berfungsi untuk melarutkan sampel darah/serum/plasma Kemasan berupa aluminium foil yang disegel rapat untuk menjaga agar produk tetap terjaga kelembabannya pada kondisi tertentu Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 85

LAMPIRAN 10 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017 ENESERS Anaesthesia Machine (AKD 20403710668) Mesin Anesthesia Enesers A8500 adalah sistem Anestesi aliran kontinu yang menawarkan ventilasi manual atau otomatis, pengiriman gas segar dengan mudah disesuaikan, pengiriman agen anestesi, pemantauan ventilasi, ergonomi yang nyaman, dan sistem keselamatan.yang aman. 86 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

LAMPIRAN 11 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017 ONEMED Uro One Folley Catheter (AKD 20805710645) ONEMED Uro One Foley Catheter 2 way, terbuat dari bahan latex. Seluruh permukaan foley catheter dilapisi dengan silicone untuk memudahkan proses insersi. Tersedia dalam berbagai ukuran sehinggga mudah disesuaikan sesuai kebutuhan. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 87

LAMPIRAN 12 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017 TESENA Electrocardiograph 12 Channel Telemetry (AKD 20502610453) Electrocardiograph 12 Channel Telemetry adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan mendiagnosa abnormalitas jantung dengan mengukur tegangan sinya lisrik pada jantung manusia. EKG Tesena terbagi ke dalam dua bagian yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras EKG menerima sinyal listrik dari elektroda dan mengirimkannya ke PC atau laptop. Perangkat lunak berupa program pada laptop membaca sinyal dan menampilkannya dalam bentuk grafik. Dengan perintah dari pengguna, program dapat menyimpan sinyal tersebut. 88 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

LAMPIRAN 13 PROFIL PRODUK ALAT KESEHATAN DALAM NEGERI TAHUN 2017 ZENMED+ Orthopedic Plate (AKD 21302710783) ZENMED+ adalah merek implan tulang asli buatan dalam negeri yang berbahan baku Stainless Steel 316L medical grade dengan kandungan TKDN 70-80%. Produk ZENMED+ yang akan diproduksi oleh PT Zenith Allmart Precisindo (ZAP) ini dikembangkan melalui kerjasama dengan para peneliti dari Pusat Teknologi Material (PTM) BPPT, yang didukung penuh oleh Kementerian Ristekdikti. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 89

LAMPIRAN 14 KERTAS KERJA EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA UNIT KERJA DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TAHUN 2016 90 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 91

92 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 93

LAMPIRAN 15 SOP PELAPORAN CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN LAMPIRAN 94 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 95

96 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 97

98 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

LAMPIRAN 16 SOP PEMANTAUAN CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 99

100 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 101

102 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

LAMPIRAN 17 SOP PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 103

104 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 105

106 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan 107