BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
A. Landasan Teori. 1. Pendidikan. a. Definisi Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon sintetik dan hormon alamiah. (Baziad, 2002)

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahirkan yang

KUESIONER PENELITIAN

KB SUNTIK 3 (TIGA) BULAN DENGAN EFEK SAMPING GANGGUAN HAID DAN PENANGANANNYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

PENGARUH FREKUENSI KONTRASEPSI SUNTIK DMPA TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DMPA. Oleh: ABSTRACT

HUBUNGAN LAMANYA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KEMBALINYA KESUBURAN PADA POST AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon akif estrogen/progesin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon akif.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

SAP KELUARGA BERENCANA

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari persepsi (perception), respon terpimpin. (guided respons), mekanisme (mehanisme), adaptasi (adaptation)

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Medan, Maret 2014 Hormat saya,

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologis (normal), sebagai

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PUS TERHADAP PEMAKAIAN KB SUNTIK 3 BULAN DI BPM LILIK RUKIYANAH, DI DESA LEMBEYAN WETAN KAB. MAGETAN PENELITIAN DOSEN

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR. Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Lilis Oktaviani** ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB II TINJAUHAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 6 No. 2 Nopember 2014

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tanda ceklis ( ) pada jawaban yang benar, kuesioner yang telah disediakan.

JURNAL. Diajukan Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Skripsi. Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Study Diploma IV Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. melalui program Keluarga Berencana (BKKBN,2010). pemerintah yang pada awalnya diatur berdasarkan Undang-Undang No.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap dan dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat atau dengan operasi (Kapita Selekta Kedokteran, 2001). 2) Keluarga Berencana Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan Keluarga Sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketabahan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum dan Sujiyatini, 2009). 8

9 2. Kontrasepsi Suntikan Kontrasepsi suntik adalah jenis kontrasepsi hormonal yang pemakaiannya dengan cara disuntikkan diotot panggul setiap 3 bulan sekali atau dengan hormon estrogen yang disuntikkan setiap 1 bulan sekali (BKKBN Kanwil Propinsi Jawa Tengah). a. Ada 2 macam kontrasepsi suntikan progestin, yaitu : 1) Kontrasepsi Suntikan DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetat) Adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular didaerah bokong. 2) Kontrasepsi Suntikan Depo Noristerat Adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat, yang diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuscular (Saifuddin, 2006). b. Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Suntik 1) Keuntungannya antara lain : a) Sangat efektif. b) Pencegahan kehamilan jangka panjang. c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri. d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah. e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

10 f) Sedikit efek samping. g) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik. h) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai menopause. i) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik. j) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara. k) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul. l) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) (Saifuddin, 2006). 2) Kerugiannya antara lain : a) Sering ditemukan gangguan haid, seperti : siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali. b) Klien sangat tergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntik). c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut. d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering. e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B, atau infeksi virus HIV.

11 f) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian. g) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan). h) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang. i) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas). j) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, dan jerawat (Saifuddin, 2006). c. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik 1) Mencegah ovulasi. 2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma menjadi terganggu. 3) Perubahan pada endometrium sehingga implantasi terganggu. 4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Arum dan Sujiyatini, 2009).

12 d. Efek Samping Kontrasepsi Suntik 1) Amenorrhea 2) Perdarahan hebat atau tidak teratur Spooting yanng berkepanjangan (>8 hari) atau perdarahan sedang. 3) Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan) (Handayani, 2010) e. Indikasi dan Kontra Indikasi Kontrasepsi Suntik 1) Indikasinya antara lain : a) Usia reproduksi. b) Nulipara dan yang telah memiliki anak. c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi. d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai. e) Setelah melahirkan. f) Setelah abortus atau keguguran. g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi. h) Perokok. i) Tekanan darah < 180/110 mmhg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit. j) Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbitirat) atau obat tuberculosis (rifampisin). k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

13 l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. m) Anemia defisiensi besi. n) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (Saifuddin, 2006). 2) Kontra Indikasinya antara lain : a) Hamil atau dicurigai hamil. b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea. d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. e) Diabetes mellitus disertai komplikasi (Saifuddin, 2006). f. Waktu Mulai Menggunakan Suntikan DMPA 1) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tidak hamil. 2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid. 3) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. 4) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila sebelumnya ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal secara benar dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.

14 5) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi yang lain lagi, kontrasepsi yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya. 6) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke- 7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. 7) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual (Saifuddin, 2006). g. Peringatan bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan DMPA 1) Setiap terlambat haid harus dipikir adanya kemungkinan kehamilan. 2) Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu. 3) Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi. 4) Sakit kepala migraine, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya penglihatan.

15 5) Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam satu periode (Saifuddin, 2006). 3. Keterlambatan a. Pengertian Keterlambatan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), keterlambatan didefinisikan lewat dari waktu yang telah ditentukan, tidak tepat pada waktunya. b. Akibat Keterlambatan Suntik Keterlambatan suntik ulang dapat mengakibatkan kehamilan Kehamilan adalah masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) yang dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama yang dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, dan triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2007). c. Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Suntik Ulang 1) Pekerjaan Kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Pengeluaran energi untuk kegiatan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Manusia bekerja untuk mendapatkan suatu penghasilan dalam bentuk uang

16 Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak belum berperan sebagai timbulnya suatu pemilihan dalam melakukan KB suntik. Pekerjaan berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk mencukupi semua kebutuhan salah satunya kemampuan untuk melakukan suntik KB (Depkes, 2002). 2) Pendapatan perkapita Pendapatan perkapita sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan dan perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat. Ratarata keluarga dengan pendapatan yang cukup baik akan memilih tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu (Notoatmodjo, 2003). Penghasilan perkapita perbulan yang dihitung dari jumlah rata-rata pendapatan yang diterima keluarga baik tetap maupun tidak tetap setiap bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang dinyatakan dalam rupiah. 3) Jarak dengan tempat pelayanan kesehatan Jarak yang ditempuh (dalam menit ) oleh akseptor dari tempat aktivitasnya yang terakhir menuju tempat pelayanankesehatan itu untuk mendapatkan pelayanan. Apakah itu jarak dari rumah maupun jarak dari tempat kerja.

17 4) Kealpaan Kealpaan bisa diartikan sebagai kelalaian, kurang memperhatikan, kurang mengindahkan, ataupun lalai dalam kewajiban (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). 5) Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Jumlah tahun sukses yang ditempuh ibu dalam menyelesaikan pendidikan formal. 6) Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan melalui panca indra manusia yaitu indra penglihat, pendengar, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). 7) Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

18 dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentusebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007). 8) Akses layanan Pelayanan yang diterima oleh akseptor, baik itu pelayanan yang di dapatkan di Rumah Sakit, Puskesmas, dokter maupun bidan. 9) Ketersediaan jadwal Pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja atau rencana kegiatan dengan pembagian waktu yang sudah terjadwal ataupun terperinci (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). 10) Ketersediaan sarana kesehatan Untuk mendukung program pemerintah dalam mengatasi masalah kependudukan, pemerintah mengadakan program KB. Namun hal tersebut tidak bisa berjalan dengan sendirinya tanpa adanya fasilitas yang memadai.

19 B. Kerangka Teori Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka, disusun suatu kerangka teori faktor yang berhubungan dengan keterlambatan suntik ulang yang pada dasarnya merupakan ringkasan dari berbagai hal yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka. Secara ringkas kerangka teori disajikan dalam bagan dibawah ini. Jarak pelayanan kesehatan Pendapatan perkapita Akses layanan Ketersediaan sarana kesehatan Pengetahuan Ketersediaan jadwal Keterlambatan suntik ulang Pendidikan Sikap Pekerjaan Kealpaan Gambar 2.1 Kerangka Teori

20 C. Kerangka Konsep Pendapatan perkapita Pekerjaan Keterlambatan suntik ulang Jarak pelayanan kesehatan Kealpaan Gambar 2.2 Kerangka Konsep D. Hipotesis Ha : 1. Ada hubungan antara pendapatan perkapita dengan keterlambatan untuk melakukan suntik ulang. 2. Ada hubungan antara pekerjaan dengan keterlambatan untuk melakukan suntik ulang.

21 3. Ada hubungan antara jarak pelayanan kesehatan dengan keterlambatan untuk melakukan suntik ulang. 4. Ada hubungan antara kealpaan dengan keterlambatan untuk melakukan suntik ulang.