BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Gambaran Rinosinusitis Kronis Di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun The Picture Of Chronic Rhinosinusitis in RSUP Haji Adam Malik in Year 2011.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

: PPDS THT FK-USU (Asisten Ahli) : Ilmu Kesehatan THT, Bedah Kepala dan. A. Nama : dr. Siti Nursiah, Sp. THT-KL NIP :

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP Kerangka Teori

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 KERANGKA KONSEP. Gambar 3.1: Kerangka konsep tentang pola kelainan kulit pada pasien AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

Profil Pasien Rinosinusitis Kronik di Poliklinik THT-KL RSUP DR.M.Djamil Padang

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. Kebersihan diri

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirasi benda asing pada saluran nafas, terutama pada traktus trakeobronkhial sangat

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian

KARAKTERISTIK PENDERITA YANG MENJALANI BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL (BSEF) DI DEPARTEMEN THT-KL RSUP. HAJI ADAM MALIK, MEDAN DARI PERIODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang bagian saraf dan rehabilitasi medik

BAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut (simptoms 3 minggu sampai

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yaitu penelitian

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. organisme berbahaya dan bahan-bahan berbahaya lainnya yang terkandung di

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT PENYIMPANAN RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 SUHERI PARULIAN GULTOM ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa. Yogyakarta tahun 2012, penyakit infeksi masih menduduki 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER NASOFARING DI RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: WULAN MELANI

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dikenal dengan benda asing endogen (Yunizaf, 2012).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN. A. Kedudukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

BAB III METODE DAN PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL. Isolat Pseudomonas aeruginosa

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODE PENELITIAN. 3. Ruang lingkup waktu adalah bulan Maret-selesai.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara fisiologis hidung berfungsi sebagai alat respirasi untuk mengatur

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB III METODE DAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

BAB II SEJARAH BERDIRI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN Kebutuhan akan RS pendidikan dikemukakan oleh para dosen Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis. pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan menggunakan metode

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak dan Farmakologi. dari instansi yang berwenang.

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. tak terpisahkan. Oleh sebab itu, seorang ibu hamil pada masa kehamilannya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL DAN BAHASAN. adenotonsilitis kronik dengan disfungsi tuba datang ke klinik dan bangsal THT

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.


LAPORAN PENDAHULUAN SINUSITIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoskopis berupa polip atau sekret mukopurulen yang berasal dari meatus

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif non analitik

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan adalah penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru di. bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Dari hasil tinjauan kepustakaan serta kerangka teori tersebut serta masalah penelitian yang telah dirumuskan tersebut, maka dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmojo, 2005). Berdasarkan hal tersebut, maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut: - Rekam Profil Penderita sinusitis maksilaris : - Usia - Jenis kelamin - Keluhan utama - Etiologi - Penatalaksanaan Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Defenisi Operasional No Variabel Defenisi Cara ukur 1 Pasien Sinusitis Maksilaris Semua pasien sinusitis maksilaris yang telah ditegakan diagnosa berdasarkan CTscan 2 Umur Umur pasien yang sesuai berdasarkan hari kelahiran 3 Jenis Kelamin 4 Keluhan utama Perempuan ataupun laki-laki masalah utama yang di hadapi oleh pasien sehingga menyebabkan pasien datang berobat ke rumah sakit 5 Etiologi faktor yang menjadi penyebab terjadinya sinusitis maksilaris kronis Melihat Melihat Melihat Melihat Melihat Alat ukur Data Data Data Data Data Hasil ukur - <9 tahun - 10-19 tahun - 20-29 tahun - 30-39 tahun - 40-49 tahun - 50-59 tahun - > 60 tahun - Laki-laki - Perempuan - Bersin - Hidung berair - Hidung berbau - Hidung berdarah - Hidung gatal - Hidung tersumbat - Nyeri di pipi - Dentogen - Rhinogen Skala ukur Nominal Ordinal Nominal Nominal Nominal 6 penatalaks anaan jenis tindakan yang dilakukan kepada penderita sinusitis maksilaris kronis Melihat Data - Farmakologi - Non farmakologi Nominal

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan adalah retrospektif deskriptif. dengan mengunakan data sekunder. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Lokasi penelitian ini dilakukan di bagian Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 4.2.2 Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli-Oktober tahun 2013 di bagian Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita sinusitis maksilaris kronis yang di Poliklinik THT Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 4.3.2 Sampel Sampel data penderita sinusitis maksilaris kronis di Instalasi THT RSUP Haji Adam Malik Medan terhitung sejak bulan Januari 2012 hingga Desember 2012. Jumlah sampel diambil dengan cara mengunakan total sampel di mana penderita sinusitis sebanyak 497 penderita.

a. Kriteria Inklusi Seluruh pasien penderita Sinusitis Maksilaris Kronis yang telah ditegakan diagnosa berdasarkan pemerikasaan CT scan pada periode Januari-Desember 2012. b. Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah apabila data medik tidak lengkap, pasien dengan diagnosis sinusitis maksilaris yang melibatkan sinus yang lain seperti etmoid, sphenoid,frontalis dan tidak menderita polip, keganasan, sedang hamil, diabetes militus. 4.4 Metode Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan diperoleh dari medik penderita sinusitis maksilaris kronis di Instalasi THT RSUP Haji Adam Malik Medan. Data dikumpulkan dari bulan Januari 2012 hingga Desember 2012. Cara pengumpulan data berdasarkan observasi dari. 4.5 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data hasil penelitian ini ditransformasikan dengan menggunakan langkah-langkah berikut : 1. Editing : untuk melengkapi kelengkapan, konsistensi, dan kesesuaian antara kriteria yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian. 2. Coding : untuk mengkuantifikasi data kualitatif atau membedakan aneka karakter. Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama dalam rangka pengolahan data, baik secara manual maupun dengan menggunakan komputer. 3. Data Entry : data dalam bentuk kode akan dimasukkan ke dalam program komputer. 4. Cleaning : pemeriksaan data yang sudah dimasukkan ke dalam program komputer untuk menghindari terjadinya kesalahan pada pemasukan data. Setelah pengolahan data selesai, data dianalisa menggunakan aplikasi SPSS versi 16

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 5.1.2 Deskripsi Karekteristik Responden Sampel pada penelitian ini sebanyak 497 penderita Sinusitis Maksilaris Kronis di Poliklinik THT Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2012. Data dikumpulkan dari bulan Januari 2012 hingga Desember 2012. Deskripsi umum penderita sinusitis maksilaris kronis seperti yang tertera pada tabel di bawah ini: Distribusi berdasarkan umur penderita sinusitis maksilaris kronis dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.1. Distribusi Penderita Sinusitis Maksilaris Kronis di Poliklinik THT Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 Berdasarkan Umur. Usia Frekuensi Persentase (%) <9 tahun 10-19 tahun 20-29 Tahun 3 19 169 0.6 3.8 34 30-39 Tahun 174 35 40-49 Tahun 69 13,9 50-59 Tahun 50 10,1 >60 Tahun 13 2,6 Total 497 100 Dari data di atas dapat dilihat berdasarkan umur yang paling banyak menderita sinusitis maksilaris kronis umur 30-39 tahun sebanyak 174 penderita (35%) dan yang paling sedikit menderita sinusitis kronis umur < 9 tahun sebanyak 3 penderita (0,6%). Distribusi berdasarkan jenis kelamin penderita sinusitis maksilaris kronis dapat di lihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.2. Distribusi Penderita Sinusitis Maksilaris Kronis di Poliklinik THT Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki laki 179 36 Perempuan 318 64 Total 497 100 Dari data di atas dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak menderita sinusitis maksilaris kronis adalah perempuan sebanyak 318 penderita (64%) dan laki-laki sebanyak 179 penderita (36 %).

Distribusi berdasarkan Keluhan Utama penderita sinusitis maksilaris kronis dapat di lihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.3. Distribusi Penderita Sinusitis Maksilaris Kronis di Poliklinik THT Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 Berdasarkan Keluhan Utama. Keluhan Utama Frekuensi Persentase (%) Bersin 83 16,7 Hidung Berair 25 5 Hidung Berbau 20 4 Hidung Berdarah 9 1,8 Hidung Gatal 28 2,4 Hidung Tersumbat 323 65 Nyeri di Pipi 9 1,8 Total 497 100 Dari data di atas dapat dilihat berdasarkan keluhan utama yang paling banyak menderita sinusitis maksilaris kronis adalah hidung tersumbat sebanyak 323 penderita (65%) dan yang paling sedikit adalah hidung berdarah dan nyeri pipi masing- masing sebanyak 9 penderita (1,8%). Distribusi berdasarkan Etiologi penderita sinusitis maksilaris kronis dapat di lihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.4. Distribusi Penderita Sinusitis Maksilaris Kronis di Poliklinik THT Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 Berdasarkan Etiologi. Etiologi Frekuensi Persentase (%) Rhinogen 362 72,8 Dentogen 135 27,2 Total 497 100

Dari data di atas dapat dilihat berdasarkan etiologi yang paling tersering menyebabkan sinusitis maksilaris kronis adalah rhinogen sebanyak 362 penderita (72,8%) dan dentogen sebanyak 135 penderita (27,2%). Distribusi berdasarkan Penatalaksanaan penderita sinusitis maksilaris kronis dapat di lihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.5. Distribusi Penderita Sinusitis Maksilaris Kronis di Poliklinik THT Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 Berdasarkan Penatalaksanaan. Penatalaksanaan Frekuensi Persentase (%) Farmakologi 274 55,1 Non-Farmakologi 223 44,9 Total 497 100 Dari data di atas dapat dilihat berdasarkan penatalaksanaan yang paling banyak mendapat pengobatan sinusitis maksilaris kronis adalah dengan farmakologi sebanyak 274 penderita (55,1%) dan non farmakologi sebanyak 223 penderita (44,9%). 5.2. Pembahasan 5.2.1. Deskripsi Penderita Sinusitis Maksilaris Kronis di Poliklinik THT Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 Berdasarkan Umur. Pada penelitian ini paling banyak pada kelompok umur 30-39 tahun (35%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Paramasivan (2010) di RS.HAM Medan menyatakan bahwa kelompok umur yang paling banyak menderita sinusitis adalah 30 39 sebanyak 17 penderita (24,3%), Privina (2011) usia terbanyak yang menderita sinusitis adalah 31 45 sebanyak 60 penderita (31,6%). Menurut Hellgren (2008), meningkat kejadian sinusitis maksilaris kronis pada umur dewasa muda dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan (alergen, polutan), perubahan gaya hidup, pola makan serta infeksi.

5.2.2. Deskripsi Penderita Sinusitis Maksilaris Kronis di Poliklinik THT Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin. Berdasarkan penelitian paling banyak adalah perempuan sebanyak 318 penderita (64%) dibandingkan dengan laki-laki sebanyak 179 penderita (36%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Multahzar (2008) dimana insiden pada perempuan sebanyak 169 penderita (57,9%) dan lakilaki sebanyak 127 penderita (42,91%), Kumala (2011) dimana insidensi penyakit sinusitis pada perempuan sebanyak 244 penderita (58,2%) sedangkan pada lelaki mencapai 179 penderita (41,8%). Menurut kutipan dari Jones (2004) menyebutkan bahwa perempuan lebih banyak terinfeksi sinusitis maksilaris kronis dibandingkan dengan laki-laki, penderita sinusitis maksilaris kronis perempuan pada penelitian ini dimungkinkan karena perempuan lebih peduli dengan keluhan sakit sehingga lebih cepat datang berobat. 5.2.3. Deskripsi Penderita Sinusitis Maksilaris Kronis di Poliklinik THT Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 Berdasarkan Keluhan Utama. Berdasarkan penelitian ini keluhan yang sering dikeluhkan pasien adalah hidung tersumbat sebanyak 323 penderita (65%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Multazar (2008) juga,di mana keluhan terbanyak penderita sinusitis maksila kronis berupa hidung tersumbat sebanyak 223 penderita (75,3%). Hal yang sama juga didapati pada penelitian yang dilakukan Kumala (2011) dimana keluhan utama penderita adalah hidung tersumbat sebanyak 176 penderita (42,2%). Hidung tersumbat merupakan salah satu faktor presdiposisi terjadinya sinusitis maksilaris kronis. Hidung tersumbat biasanya akibat edema selaput lendir konka yang disebabkan oleh alergi serta sekret yang mengental karena infeksi sekunder sebelum terjadinya sinusitis maksilaris kronis. Penyebab lain hidung tersumbat bisa dikarenakan oleh deviasi septum, hipertrofi konka, polip kavum nasi, tumor hidung. (Ballenger, 1994; Higler, 1997)

5.2.4. Deskripsi Penderita Sinusitis Maksilaris Kronis di Poliklinik THT Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 Berdasarkan Etiologi. Berdasarkan penelitian ini etiologi tersering penyebab sinusitis maksilaris kronis adalah rhinogen sebanyak 362 penderita (72,8%) dan dentogen sebanyak 135 penderita (27,2%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Paramasivan (2010) dimana faktor rhinogen paling mendominan sebanyak 328 penderita (82,4%). Pada penelitian ini didapati kejadian sinusitis dentogen sebanyak 135 penderita (27,2%) dikarenakan tingkat kesadaran masyarakat di Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih rendah jika dibandingkan dengan masyarakat luar. Kejadian sinusitis maksilaris yang paling sering menandakan bahwa selain faktor rinogen atau tersumbatnya KOM, faktor dentogen juga memainkan peranan yang penting sebagai salah satu penyebab sinusitis maksilaris kronis. Anatomi sinus maksilaris sedemikian rupa sehingga menyebabkan ia mudah terinfeksi. Dasar sinus maksilaris terletak lebih rendah dari ostium sehingga ia harus bergantung sepenuhnya pada pergerakan silia untuk mengeluarkan kuman atau benda asing yang masuk bersama udara pernafasan. Hambatan pada pergerakan silia akan menyebabkan sekret terkumpul dalam sinus yang seterusnya menjadi media pembiakan bakteri (Mangunkusumo & Soetjipto dalam Soepardi dkk, 2011). 5.2.5 Deskripsi Penderita Sinusitis Maksilaris Kronis di Poliklinik THT Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 Berdasarkan Penatalaksanaan. Berdasarkan Penelitian Penatalaksanaan yang paling sering digunakan adalah farmakologi sebanyak 274 penderita (55,1%). Hal ini sejalan dengan penelitian Multazar (2008) penatalaksanaan paling banyak adalah dengan farmakologi sebanyak 229 penderita (77,3%), dan Stephen (2011) penatalaksaan yang paling terbanyak adalah farmakologi 146 sebanyak penderita (77,7%). penatalaksaanaan sinusitis maksilaris kronis dengan farmakologi lebih dahulu dilakukan karena sesuai dengan Perhimpunan Dokter spesialis THT-KL indonesia (Guideline THT di Indonesia) dimana penatalaksanaan sinusitis maksilaris kronis

dengan farmakologi diberikan selama 7 hari (dengan pemberian antibiotik dan terapi tambahan) dan jika ada perbaikan maka pemberian antibiotik dapat diteruskan selama 7-14 hari, namun jika masih tidak ada perbaikan maka harus dievaluasi ulang faktor penyebab yang mendasari terjadinya sinusitis maksilaris kronis tersebut, bisa juga dilakukan tindakan operasi BSEF (Bedah sinus Endoskopik Fungsional), Antrostomi Meatus Inferior (Kak Spooling), CWL (Caldwel-Luc).

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Berdasarkan umur yang paling banyak menderita sinusitis maksilaris kronis umur 30-39 tahun sebanyak 35% dan yang paling sedikit menderita sinusitis kronis umur < 9tahun sebanyak 0,6%. 2. Berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak menderita sinusitis maksilaris kronis adalah perempuan sebanyak 64% dan yang paling sedikit adalah laki-laki sebanyak 36%. 3. Berdasarkan keluhan utama yang paling banyak menderita sinusitis maksilaris kronis adalah hidung tersumbat sebanyak 65% dan yang paling sedikit adalah hidung berdarah dan nyeri pipi masing-masing sebanyak 1,8% 4. Berdasarkan etiologi yang paling banyak menderita sinusitis maksilaris kronis adalah rhinogen sebanyak 72,8% dan yang paling sedikit adalah dentogen sebanyak 27,2%. 5. Berdasarkan penatalaksanaan yang paling banyak di berikan pada penderita sinusitis maksilaris kronis secara farmakologi sebanyak 55,1% dibandingkan dengan non farmakologi sebanyak 44,9%. 6.2 Saran 1. Bagi tempat penelitian diharapkan agar dapat memberikan penyuluhan terhadap masyarakat tentang penyebab terjadinya sinusitis, agar kedepan nya insiden sinusitis menjadi berkurang 2. Bagi penulis selanjutnya dapat lebih mengembangkan data yang lebih baik lagi dari sebelumnya