BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP"

Transkripsi

1 BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI) Sindroma Koroner Akut (SKA) adalah penyakit jantung pada arteri koroner disebabkan oleh aterosklerosis Faktor resiko 1) Utama a) tidak dapat dimodifikasi :- Usia Jenis kelamin Genetik b) dapat dimodifikasi :- Merokok Kadar lemak yang abnormal Tekanan darah yang tinggi Aktivitas fisik yang kurang Berat badan berlebihan Diabetes melitus Faktor resiko 2) pendukung Stress Alkohol Diet & nutrisi yang tidak sehat GAMBAR 3.1 : KERANGKA TEORI

2 3.2 KERANGKA KONSEP PENELITIAN Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang gambaran profil pasien penyakit jantung koroner di RSUP H. Adam Malik, Medan. Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah : Profil pasien Jenis kelamin Pasien dengan sindroma koroner akut (SKA) Umur IMT Dislipidemia Hipertensi Merokok Diabetes Melitus GAMBAR 3.2 : KERANGKA KONSEP PENILITIAN

3 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif untuk melihat profil pasien sindroma koroner akut dengan rancangan penelitian cross section. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rekam medis, yang merupakan data sekunder dari pasien sindroma koroner akut yang berobat di RSUP H. Adam Malik pada tahun Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik. Waktu pengambilan dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2016 hingga November Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah seluruh pasien dengan diagnosis sindroma koroner akut (SKA) yang dirawat di unit rawat kardiovaskular RSUPH. Adam Malik selama periode Januari 2015 sampai Desember 2015.Besar sampel yang digunakan ialah dengan metode total sampling dimana semua populasi yang sesuai dengan penelitian diguna sebagai sampel Kriteria Inklusi Kriteria inklusi dari penelitian adalah seluruh pasien sindroma koroner akut yang tercatat dalam rekam medis.

4 4.3.2 Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah bila rekam medis tidak memiliki data yang lengkap. 4.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis di RSUPH. Adam Malik Medan. Dari data sekunder tersebut dilakukan observasi untuk mengetahui faktor resiko masing-masing pasien Sindroma Koroner Akut (SKA). 4.5 Definisi Operasional Definisi operasional dari penelitian perlu untuk menghindari perbedaan dan menyamakan persepsi dalam menginterpretasikan masing-masing variabel penelitian. 1) Sindrom Koroner Akut (SKA) : peyakit jantung disebabkan aterosklerosis pada arteri koroner Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur : Tipe SKA (STEMI, NSTEMI dan APTS) Skala Ukur : Nominal Profil pasien penyakit jantung koroner yang terdiri dari : 1) Jenis kelamin : Laki-laki atau perempuan pada rekam medis Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur : Laki-laki, Perempuan Skala Ukur : Nominal

5 2) Umur : lama waktu hidup pasien sejak lahir sampai ulang tahun terakhir yang sesuai dengan rekam medis Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur : < 40 tahun, tahun dan >60 tahun Skala Ukur : Rasio 3) IMT (Indeks Massa Tubuh) : Hasil pembagian antara berat (kg) dan kuadrat tinggi badan (m 2 ) Cara Ukur : Perhitungan Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur : Kurus <17.5kg/m 2, Normal = 17,5-23,99kg/m 2, Overweight = 24-26,99kg/m 2, Obese 27kg/m 2 Skala Ukur : Ordinal 4) Dislipidemia : Kadar kolesterol umumnya meningkat sedangkan trigliserida bervariasi dari normal sampai sedikit meninggi. Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur : Hasil dikelompokan berdasarkan pasien dislipidemia atau tidak Skala Ukur : Nominal 5) Hipertensi : Tekanan darah sistolik >139 mmhg dan atau, tekanan darah diastolik >89mmHg Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis

6 Skala Ukur Hasil Ukur : Nominal : Hasil dikelompokan berdasarkan pasien derita hipertensi atau tidak. 6) Merokok : Pasien yang derita SKA dan ada kebiasaan merokok atau tidak seperti yang tertulis di dalam rekam medis. Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur : Merokok atau tidak Skala Ukur : Ordinal 7) Diabetes melitus : penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi kerana kelainan insulin, kerja insulin atau keduanya dengan KGD puasa >126mg/dl, KGD 2jam PP >180mg/dl, KGD sewaktu >140mg/dl Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur : Pasien mempunyai diabetes mellitus atau tidak Skala Ukur : Nominal 4.6 Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan akan diperiksa dan diolah dengan bantuan program komputer dan dimasukkan ke dalam data.

7 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 6 November sampai 14 November 2016 di RSUP Haji Adam Malik, Medan dengan total sampel sebanyak 202 orang Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medis, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Pada mula didirikan, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan yang berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 335/Menkes/SK/VII/1990.Rumah sakit ini sebagian besar adalah rumah sakit pendidikan yang cukup besar dan luas dengan hubungan khusus ke Fakultas kedokteran, rumah sakit ini yang digolongkan kepada RSUP H. Adam Malik. RSUP H. Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau no.17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP H. Adam Malik ini agak berada di daerah pedalaman yaitu berjarak +- 1km dari Jalan Jamin Ginting yang merupakan jalan raya menuju ke arah Brastagi Karakteristik Sampel Penelitian Sampel untuk penelitian ini adalah data rekam medis pasien yang menderita sindroma koroner akut yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik, Medan dalam masa waktu 1 Januari Desember 2016 yang telah memenuhi kriteria inklusi. Sampel penelitian diambil sebanyak 202 sampel.

8 5.1.3 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut Tipe SKA Frekuensi (n) Persentase (%) STEMI ,5 NSTEMI APTS ,4 34,1 Total ,0 Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma koroner akut berdasarkan tipe sindroma koroner akut pasien. Berdasarkan data pada Tabel 5.1 frekuensi tertinggi adalah tipe STEMI yaitu 106 (52,5,0%) orang, terendah adalah tipe NSTEMI yaitu 27 (13,4%) orang dan diikuti dengan tipe APTS yaitu seramai 69 (34,1%) orang.

9 5.1.4 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut Dengan Jenis Kelamin Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut dengan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Tipe SKA Laki-laki Wanita Total n % n % n % STEMI 73 50, , ,5 NSTEMI 19 13,0 8 14, ,4 APTS 54 37, , ,1 Total , , ,0 Tabel 5.2 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma koroner akut berdasarkan tipe sindroma koroner akut dengan jenis kelamin pasien. Berdasarkan data pada Tabel 5.2 frekuensi tertinggi adalah tipe STEMI pada laki-laki yaitu 73 (50,0%) orang dan 33 (58,9%) pasien wanita. Diikuti dengan tipe APTS yaitu seramai 54 (37,0%) pasien laki-laki dan 15 (26,8%) pasien wanita. Seramai 19 (13,0%) pasien laki-laki dan 8 (14,3%) pasien wanita yang didiagnosa dengan tipe NSTEMI.

10 5.1.5 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut Dengan Usia Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut dengan Usia Usia Tipe SKA < >60 Total n % n % n % n % STEMI 2 66, , , ,5 NSTEMI 1 33, , , ,4 APTS , , ,1 Total 3 100, , , ,0 Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma koroner akut berdasarkan tipe sindroma koroner akut dengan usia pasien. Berdasarkan data pada tabel 5.3 frekuensi terbanyak dari kelompok usia yaitu 52 (46,0%) pasien dan kelompok usia >60 seramai 52 (60,5%) pasien yang didiagnosa dengan STEMI. 47 (41,6%) pasien dari tipe APTS dari kelompok usia 40-59, diikuti kelompok usia >60 yang didiagnosa dengan tipe APTS seramai 22 (25,5%) pasien. 14 (12,4%) pasien didiagnosa dengan tipe NSTEMI dari kelompok usia dan seramai 12 (14,0%) pasien dari kelompok usia >60. Terakhir adalah 2 (66,7%) pasien dari kelompok usia <40 yang didiagnosa dengan tipe STEMI dan 1 (33,3%) pasien dari kelompok usia <40 yang didiagnosa dengan tipe NSTEMI.

11 5.1.6 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%) Laki-laki ,3 Wanita 56 27,7 Total ,0 Table 5.4 yang menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma koroner akut berdasarkan jenis kelamin pasien. Berdasarkan data tabel 5.4 jumlah pasien laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan pasien perempuan. Di mana jumlah pasien laki-laki seramai 146 orang (72,3%) dan jumlah pasien wanita seramai 56 orang (27,7%) Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kelompok Usia Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kelompok Usia Usia Laki-laki Wanita Total n % n % n % <40 3 2, , , , ,0 > , , ,5 Total , , ,0

12 Tabel 5.5 yang menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma korone akut berdasarkan kelompok usia pasien. Jumlah pasien yang paling sedikit dijumpai dalam kelompok usia <40 tahun yaitu 3 orang (1,5%), jumlah paling banyak pasien dijumpai dalam kelompok usia >60 tahun yaitu 93 orang (46,0%) dan kelompok usia tahun yaitu 73 orang (36,1 %) dan diikuti dengan pasien dari kelompok usia yaitu 33 orang (16,3 %) Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan IMT IMT Frekuensi Persentase (%) Kurus 30 14,9 Normal 89 44,0 Overweight 45 22,3 Obese 38 18,8 Total ,0 Tabel 5.6 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma koroner akut berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) pasien. Jumlah pasien paling banyak dijumpai dalam kelompok normal seramai 89 (44,0%) orang. Diikuti oleh kelompok overweight berjumlah 45 (22,3%) orang dan obese seramai 38 (18,8%) orang. Jumlah pasien yang paling sedikit dari kelompok kurus yaitu 30 (14,9%) orang.

13 5.1.9 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia Dislipidemia Frekuensi (n) Persentase (%) Ya ,4 Tidak 78 38,6 Total ,0 Tabel 5.7 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma koroner akut berdasarkan dislipidemia. Berdasarkan data pada Tabel pasien (61,4%) mempunyai dislipidemia dan 78 pasien (38,6 %) tidak mempunyai dislipidemia Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia Dengan Jenis Kelamin Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia Dengan Jenis Kelamin Dislipidemia Laki-laki Jenis Kelamin Wanita Total n % n % n % Ya , , ,4 Tidak 37 25, , ,6 Total , , ,0

14 Tabel 5.8 menunjukkan distribusi frekuensi dislipidemia berdasarkan jenis kelamin. Seramai 109 (74,7%) pasien laki-laki dan 15 (26,8%) pasien wanita yang mempunyai dislipidemia. Seramai 37 (25,3%) pasien laki-laki dan 41 (73,2%) pasien wanita yang tidak mempunyai dislipidemia Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia Dengan Usia Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia Dengan Usia Dislipidemia Usia < >60 Total n % n % n % n % Ya 3 2, , , ,4 Tidak , , ,6 Total 3 1, , , ,0 Tabel 5.9 menunjukkan tabel distribusi frekuensi dislipidemia berdasarkan usia pasien sindroma koroner akut. Berdasarkan data kelompok usia tahun mempunyai pasien yang paling tinggi mempunyai dislipidemia yaitu 113 (55,9%) pasien diikuti oleh kelompok usia >60 tahun yaitu 86 (42,6%) pasien dan paling rendah adalah dari kelompok usia <40 tahun yaitu 3 (1,5%) pasien yang mempunyai dislipidemia.

15 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Profil Lipid Tabel 6.0 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Profil Lipid Trigliserida Normal Abnormal Profil Lipid Frekuensi (n) Persentase (%) ,6 59,4 Total ,0 Kadar HDL Normal Abnormal ,5 51,5 Total ,0 Kadar LDL Normal Abnormal ,0 55,0 Total ,0 Kolesterol Total Normal Abnormal ,0 55,0 Total ,0 Tabel 6.0 menunjukkan distribusi frekuensi profil lipid. Profil lipid terdiri dari trigliserida, HDL, LDL dan kolesterol total. Seramai 120 (59,4%) pasien yang mempunyai kadar trigliserida yang abnormal dan diikuti oleh 82 (40,6%) pasien yang kadar trigliserida normal. Menurut data dari tabel 6.0, pasien yang mempunyi kadar HDL berjumlah normal 98 (48,5%) orang dan pasien yang mempunyai kadar HDL yang abnormal

16 berjumlah 104 (51,5%) orang. Bagi kadar LDL pulak seramai 111 (55,0%) pasien yang mempunyai kadar LDL yang abnormal dan 91 (45,0%) pasien yang mempunyai kadar LDL yang normal. 111 (55,0%) pasien yang mempunyai kadar kolesterol total yang abnormal dan 91 (45,0%) pasien yang mempunyai kadar kolesterol yang normal Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus Diabetes Melitus Frekuensi (n) Persentase (%) Ya ,3 Tidak 66 32,7 Total ,0 Tabel 6.1 menunjukkan data frekuensi sampel sindroma koroner akut berdasarkan diabetes melitus. Dari tabel 6.1, seramai 136 (67,3%) orang pasien yang didiagnosa dengan diabetes melitus dan 66 (32,7%) orang pasien tidak menghidap diabetes melitus.

17 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus Dengan Jenis Kelamin Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus dengan Jenis Kelamin Diabetes melitus Laki-laki Jenis Kelamin Wanita Total n % n % n % Ya , ,3 Tidak 47 32, , ,7 Total , , ,0 Tabel 6.2 menunjukkan data distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut berdasarkan diabetes melitus dan jenis kelamin. Dari tabel dapat diinterpretasikan bahwa 99 (67,8%) orang pasien laki-laki dan 37 (66,1%) orang pasien wanita yang menderita diabetes melitus. 47 (32,2%) pasien laki-laki dan 19 (33,9%) pasien wanita yang tidak mempunyi diabetes melitus Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus Dengan Usia Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus dengan Usia Diabetes Melitus Usia < >60 n % n % n % Total Ya 2 66, , , ,3 Tidak 1 33, , , ,7 Total 3 100, , , ,0

18 Tabel 6.3 menunjukkan distribusi sampel sindroma koroner akut berdasarkan diabetes melitus dan usia. Dari data di tabel 6.3 menunujukkan kelompok usia tahun paling ramai mempunyai diabetes melitus yaitu 72 (63,7%) orang, diikuti dari kelompok usia >60 tahun berjumlah 62 (72,1%) orang dan paling sedikit dari kelompok usia <40 tahun yaitu 2 (66,7%) orang pasien yang didiagnosa dengan diabetes melitus. Sebanyak 41 (36,3%) orang dari kelompok usia tahun tidak mempunyai diabetes melitus, diikuti kelompok usia >60 tahun seramai 24 (27,9%) orang dan terakhir kelompok usia <40 tahun yaitu 1 (33,3%) orang yang tidak mempunyai diabetes melitus Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi Tabel 6.4 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi Hipertensi Frekuensi (n) Persentase (%) Ya ,7 Tidak 43 21,3 Total ,0 Tabel 6.4 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan sindroma koroner akut berdasarkan hipertensi. Berdasarkan data pada Tabel 6.4, 159 (78,7%) pasien mempunyai hipertensi dan 43 (21,3 %) pasien yang tidak mempunyai hipertensi.

19 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi Dengan Jenis Kelamin Tabel 6.5 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi dengan Jenis Kelamin Hipertensi Laki-laki Jenis Kelamin Wanita Total n % n % n % Ya , , ,7 Tidak 26 17, , ,3 Total , , ,0 Tabel 6.5 menunjukkan distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut berdasarkan hipertensi dengan jenis kelamin. Data menunjukkan ramai pasien laki-laki yang mempunyai hipertensi yaitu 120 (82,2%) orang, diikuti dengan 39 (69,6%) pasien wanita. Seramai 17 (30,4%) pasien wanita yang tidak mempunyai hipertensi diikuti dengan pasien laki-laki yaitu 26 (17,8%) orang yang tidak mempunyai hipertensi Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi Dengan Usia Tabel 6.6 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi dengan Usia Hipertensi Usia < >60 Total n % n % n % n % Ya 3 100, , , ,7 Tidak 0 100, , ,3 Total 3 100, , , ,0

20 Tabel 6.6 menunjukkan data distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut berdasarkan hipertensi dengan usia. 113 (100,0%) pasien yang mempunyai hipertensi dari kelompok usia tahun, diikuti dengan kelompok usia >60 tahun yaitu 43 (50,0%) orang dan 3 (100,0%) orang dari kelompok usia <40 tahun. Bagi kelompok pasien yang tidak mempunyai hipertensi pulak paling ramai dari kelompok usia >60 tahun yaitu 43 (50,0%) orang dan tiada pasien dari kelompok usia tahun dan <40 tahun Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Tabel 6.7 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Merokok Frekuensi (n) Persentase (%) Ya Tidak Total ,0 Tabel 6.7 menunjukkan distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut berdasarkan kebiasaan merokok. Dari tabel dapat disimpulkan 109 (54%) pasien yang mempunyai kebiasaan merokok dan 93 (46%) pasien yang tidak mempunyai kebiasaan merokok.

21 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Dengan Jenis Kelamin Tabel 6.8 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok dengan Jenis Kelamin Merokok Laki-laki Jenis Kelamin Wanita Total n % n % n % Ya , Tidak , Total , , ,0 Tabel 6.8 menunjukkan distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut berdasarkan kebiasaan merokok dengan jenis kelamin. Mengikut data sebanyak 108 (74%) pasien laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok diikuti oleh 1 (1,8%) pasien wanita. Sebanyak 55 (98,2%) pasien wanita yang tidak mempunyai kebiasaan merokok dan diikuti dengan 38 (26%) pasien laki-laki Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Dan Usia Tabel 6.9 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Dan Kelompok Usia Merokok Usia < >60 Total n % n % n % n % Ya 3 100, , , Tidak , , Total 3 100, , , ,0

22 Tabel 6.9 menunjukkan distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut berdasarkan kebiasaan merokok dengan kelompok usia. Kelompok usia yang paling ramai mempunyai kebiasaan merokok yalah dari kelompok usia tahun berjumlah 68 (60,2%), diikuti oleh kelompok usia >60 tahun berjumlah 38 (44,2%) orang dan 3 (100,0%) orang dari kelompok usia <40 tahun. Seramai 48 (55,8%) orang pasien dari kelompok usia >60 tahun tidak mempunyai kebiasaan merokok, diikuti oleh 45 (39,8%) orang dari kelompok usia tahun.

23 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan SKA Berdasarkan Semua Faktor Resiko Tabel 7.0 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Semua Faktor Resiko Faktor Resiko Usia < >60 STEMI NSTEMI APTS L W L W L W Total IMT Kurus Normal Overweight Obese Total Dislipidemia Ya Tidak Total DM Ya Tidak Total Hipertensi Ya Tidak Total Merokok Ya Tidak Total

24 5.2 Pembahasan Dari hasil penelitian ini didapatkan gambaran pasien sindroma koroner akut (SKA) yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2015 paling banyak dalam kelompok tipe STEMI yaitu 106 (52,5%) pasien, diikuti dengan tipe APTS 69 (34,1%) pasien, dan tipe NSTEMI seramai 27 (13,4%) pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ranjith et al., (2011), kejadian SKA tipe STEMI terbanyak yaitu (75%). 47 Penelitian oleh Zahara et al.,(2013) juga menunjukkan hasil yang sama bahwa gambaran kejadian SKA terbanyak adalah kejadian tipe STEMI. 48 Berdasarkan hasil penelitian, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015 lebih banyak adalah laki-laki yaitu 146 (72,3%) pasien dibanding dengan pasien wanita 56 (27,7%) pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ariandiny et al., (2014) dimana pasien laki-laki berjumlah 65 (74%) orang dan pasien wanita berjumlah 23 (26%) pasien. 49 Hal ini disebabkan karena resiko aterosklerosis lebih besar pada laki-laki daripada wanita. Menurut Zahara et al.,(2013) hal ini terjadi karena sebelum menopause, pembuluh darah wanita dilindungi estrogen. 48 Dari hasil penelitian, usia pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015 yang terendah dari kelompok umur < 40 tahun yaitu 3 (1,5%) pasien, terbanyak dari kelompok usia yaitu 113 (55,9%) pasien, diikuti oleh kelompok usia >60 tahun yaitu 86 (42,6%) pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Zahara et al.,(2013) bahwa kejadian sindrom koroner akut terendah pada kelompok usia >40 tahun yaitu 2 (2,04%) pasien, kelompok usia tahun paling tinggi yaitu 57 (58,16%) pasien, dan >60 tahun berjumlah 39 (39,94%) pasien. Insiden sindroma koroner akut meningkat pada umur >45 tahun pada laki-laki dan umur >55 tahun pada perempuan. 48 Berdasarkan hasil penelitian, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015 berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) paling ramai pasien yang didiagnosa dalam kelompok IMT normal yaitu 89 (44,0%) pasien diikuti

25 dengan pasien dalam kelompok overweight seramai 45 (22,3%) pasien, kelompok obese seramai 38 (18,8%) pasien dan kelompok kurus 30 (14,9%) pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di poliklinik jantung RSUD DR Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa IMT pasien penyakit jantung koroner terbanyak pada IMT normal yaitu 12 (40%) pasien. 49 Hal ini tidak kesesuaian dengan teori yang ada, yaitu kejadian penyakit jantung koroner meningkat dengan meningkatnya IMT. 50 Berdasarkan hasil penelitian ini, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015 yang mempunyai dislipidemia berjumlah 124 (61,4%) pasien dan 78 (38,6%) pasien tidak mempunyai dislipidemia. Hasil ini sesuai dengan penelitian Zahara et al. (2013) bahawa 54 (55,1%) pasien mempunyai dislipidemia dan 44 pasien tidak mempunyai dislipidemia (44,9%). Dislipidemia yang terjadi akibat peningkatan kolesterol yang menempel didalam pembuluh darah, sehingga terjadi pengendapan kolesterol dalam pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerotik 48. Berdasarkan hasil penelitian ini, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015 seramai 159 (78,7%) pasien mempunyai hipertensi dan 43 (21,3%) pasien tidak mempunyai hipertensi. Hasil ini sesuai dengan penilitian yang dilakukan oleh Ariandiny et al.,(2014) dimana 88 (60,6%) pasien mempunyai hipertensi dan 57 (39,4%) pasien tidak mempunyai hipertensi. 51 Hasil ini mendukung teori bahwa hipertensi merupakan salah satu penyebab tejadinya sindroma koroner akut. Hipertensi tinggi menetap akan menimbulkan trauma terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner lebih sering. 51 Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor resiko pasien sindroma koroner akut RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015, seramai 136 (67,3%) pasien mempunyai diabetes mellitus dan 66 (32,7%) pasien tidak mempunyai diabetes mellitus. Hal ini sesuai dengan penelitian Torry et al.,(2013) dimana 18 (72%) pasien mempunyai diabetes mellitus dan 7 (28%) pasien tidak mempunyai diabetes mellitus. Diabetes mellitus dihubungkan dengan stress hiperglikemia. 52 Penelitian lain yang sejalan

26 menunjukkan prevalensi yang tinggi terhadap toleransi glukosa atau DM pada penderita penyakit jantung koroner di RSUP Dr. Kariadi dan RS Telogorejo Semarang yaitu sebanyak 70% 53. Hal ini telah diidentifikasi dalam studi sebelumnya di mana ukuran infark dikaitkan sesuai dari tingkat creatine kinase MB, kortisol, pelepasan katekolamin dan peningkatan linear terkait glukosa darah. Kadar gula darah yang tinggi dapat memicu trombosis, penurunan fibrinolisis, dan peningkatan respon inflamasi sehingga memprcepat terjadinya atherosklerosis. 54 Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor resiko pasien sindroma koroner akut RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015, seramai 109 (54,0%) pasien mempunyai kebiasaan merokok dan 93 (46,0%) pasien yang tidak mempunyai kebiasaan merokok. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Savia et al.,(2012) dimana sebanyak 35 (63,6%) pasien mempunyai kebiasaan merokok dan 20 (36,4%) pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok. 55 Hal ini sama dengan teori-teori yang menyatakan bahawa merokok merupakan salah satu terjadinya sindroma koroner akut. Merokok dapat mendorong perkembangan aterosklerosis, karena produksi radikal bebas dari rokok menyebabkan cedera pada endotel

27 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang faktor resiko sindroma koroner akut pasien RSUP Haji Adam Malik, Medan dalam masa waktu 1 Januari Desember 2015 pada sampel 202 dan disimpulkan dibawah ini : 1. Angka kejadiam sindroma koroner akut tertinggi pada laki-laki yaitu seramai 146 (72,3%), dan wanita seramai 56 (27,7%) pasien. 2. Angka kejadian sindroma koroner akut tertinggi pada kelompok usia tahun yaitu 113 (55,9%) pasien, terendah dijumpai dalam kelompok usia <40 tahun yaitu 3 (1,5%) pasien dan diikuti dengan kelompok usia >60 tahun yaitu seramai 86 (42,6%) pasien. 3. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan indeks massa tubuh normal adalah tertinggi sebanyak 89 pasien (44,0%), diikuti dengan overweight sebanyak 45 (22,3%) pasien dan obese sebanyak 38 (18,8%) pasien dan terendah adalah kelompok kurus yaitu sebanyak 30 (14,9%) pasien. 4. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan dislipidemia sebanyak 124 (61,4%) pasien dan sebanyak 78 (38,6%) pasien tidak mempunyai dislipidemia. 5. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan hipertensi adalah sebanyak 159 (78,7%) pasien dan sebanyak 43 (21,3%) pasien tidak mempunyai hipertensi. 6. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan kebiasaan merokok adalah sebanyak 109 pasien (54,0%) dan sebanyak 93 pasien (46,0%) tidak mempunyai kebiasaan merokok. 7. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan diabetes melitus adalah sebanyak 136 (67,3%) pasien, dan sebanyak 66 (32,7%) pasien tidak mempunyai diabetes melitus.

28 6.2 Saran Dari pengamatan selama melakukan penelitian ini, terdapat beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Diantaranya : 1. Peneliti berharap data-data rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan, dicantumkan dengan semua hasil pemeriksaan dan interpretasi sehingga tidak ada data yang hilang serta rekam medis diisi dengan rapi dan jelas. Ini untuk memudahkan proses pengambilan data bagi peneliti-peneliti lain. 2. Peneliti berharap agar tenaga kesehatan dapat mencari idea-idea baru untuk memberi edukasi bagi pasien-pasien SKA yang tersedia ada di instalasi jantung terpadu, RSUP Haji Adam Malik, Medan. 3. Harap penelitian ini dapa menjadi panduan buat mahasiswa dan peneliti lain.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang sangat serius, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Data dari WHO tahun 2004 menyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat: Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini sangat ditakuti oleh seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu penyakit jantung yang sering ditemui pada orang dewasa. Pada PJK, fungsi jantung terganggu akibat adanya penyempitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan sebuah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh, hal ini menjadikan fungsi jantung sangat vital bagi kehidupan, sehingga jika terjadi sedikit saja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta terutama di Instalasi Rekam Medik dan dilaksanakan pada Agustus 2015 Januari 2016. B. Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi pembuluh darah. 1 Terdapat dua klasifikasi umum stroke yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), penyakit sistem sirkulasi darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati urutan teratas pada tahun 2007

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menjadi masalah besar disetiap negara didunia ini, baik karena meningkatnya angka mortalitas maupun angka morbiditas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat

Lebih terperinci

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga menderita sindroma metabolik. Seluruh subyek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang teknologi dan industri. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya penyempitan pembuluh darah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J PERBEDAAN RERATA KADAR KOLESTEROL ANTARA PENDERITA ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL, INFARK MIOKARD TANPA ST- ELEVASI, DAN INFARK MIOKARD DENGAN ST-ELEVASI PADA SERANGAN AKUT SKRIPSI Diajukan oleh : Enny Suryanti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2012 penyakit kardiovaskuler lebih banyak menyebabkan kematian daripada penyakit lainnya. Infark miokard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis telah menjadi beban besar sebagai suatu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh karena morbiditas DM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik tingkat ekonomi, sosial maupun teknologi. Perubahan penyakit menular ke penyakit tidak menular menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di negara maju dan diperkirakan akan terjadi di negara berkembang pada tahun 2020 (Tunstall. 1994). Diantaranya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan di bidang perekonomian sebagai dampak dari pembangunan menyebabkan perubahan gaya hidup seluruh etnis masyarakat dunia. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran. Oleh:

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran. Oleh: PERBEDAAN RATA-RATA TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DAN TANPA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI Disusun sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena

Lebih terperinci

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi). BAB IV MEDOTE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi). 4.2 Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di SMF Neurologi RSUP

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan oleh adanya penyempitan pembuluh darah koroner.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai saat ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia seperti Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 di instalasi rawat jalan Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang. Pengambilan subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan penyakit yang masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara berkembang (Rima Melati, 2008). Menurut WHO, 7.254.000 kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP. PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP. HAJI ADAM MALIK KARYA TULIS ILMIAH Oleh: SASHITHARRAN S/O NALLATHAMBI 110100511

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus kini telah menjadi ancaman dalam kesehatan dunia. Jumlah penderita diabetes melitus tidak semakin menurun setiap tahunnya, namun justru mengalami

Lebih terperinci

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Jantung Koroner A.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi 51 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian : Observational : Cross sectional (belah lintang) Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian R0 K1 R0 K2 R1 K1 R1 K2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah metode survey cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah metode survey cross sectional yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain atau rancangan penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan hubungan antar variabel dengan menganalisis data numerik (angka) menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS) BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS) >139 mmhg dan/ atau, Tekanan Darah Diastolik (TDD) >89mmHg, setelah dilakukan pengukuran rerata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri telah berubah secara

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri telah berubah secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PJK (PJK) merupakan penyebab kematian utama bagi masyarakat Indonesia dan dunia. Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri telah berubah secara dramatis

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia telah membuat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping berhasilnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemi) dan ditemukannya

Lebih terperinci

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM) Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM) PENDAHULUAN Mengenai pencegahan ini ada sedikit perbedaan mengenai definisi pencegahan yang tidak terlalu mengganggu. Dalam konsensus yang mengacu ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia dalam dekade terakhir (2000-2011). Penyakit ini menjadi penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan jenis penyakit yang melibatkan jantung atau pembuluh darah. Penyakit ini masih merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyebab kematian utama di dunia. Stroke membunuh lebih dari 137.000 orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab utama kematian dan gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, 2011). Dalam 3 dekade terakhir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang) BAB. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian : Observational : Cross sectional (belah lintang) Rancang Bangun Penelitian N K+ K- R+ R- R+ R- N : Penderita

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Gambaran Faktor Risiko Stroke pada Pasien Stroke Infark Aterotrombotik di RSUD Al Ihsan Periode 1 Januari 2015 31 Desember 2015 The Characteristic of Stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan landasan teori, dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Edukasi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori Faktor risiko dan etiologi: - Faktor lingkungan - Faktor neurogenik - Faktor hormonal - Faktor genetik Overweight dan obesitas Body Mass Index

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit yang utama menyebabkan cacat dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Michelle Angel Winata, 2016. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk., MPd. Ked

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Dislipidemia 1. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP).

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP). 47 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini mendapatkan 34 subyek penderita pasca stroke iskemik yang memenuhi kriteria. Karakteristik subyek penelitian dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin ataupun tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Diabetes menjadi penyebab besarnya jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lemak adalah substansi yang tidak larut dalam air dan secara kimia mengandung satu atau lebih asam lemak. Tubuh manusia menggunakan lemak sebagai sumber energi, pelarut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossectional ( potong lintang) yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran darah otak. Terdapat dua macam stroke yaitu iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 41 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional, dengan desain penelitian Cross Sectional (belah lintang) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan penyebab utama angka mortalitas di seluruh dunia.

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : YASMEEN BINTI MOHAMMED AKRAM 100100270 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

ABSTRAK... 1 ABSTRACT DAFTAR ISI ABSTRAK... 1 ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang sehat, di tahun 2011 dicanangkan peningkatan derajat kesehatan sebagai salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak bisa menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung adalah penyebab nomor satu kematian di dunia. Hasil penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung adalah penyebab nomor satu kematian di dunia. Hasil penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung adalah penyebab nomor satu kematian di dunia. Hasil penelitian menyebutkan 17.5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler pada tahun 2005,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab kematian nomor satu di dunia. Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah suatu istilah atau terminologi yang digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci