BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

dokumen-dokumen yang mirip
Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Drg. Novitasari RA,MPH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

Tujuan pendidikan kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN. secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social dan prinsip ekuitas, dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tingkah laku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan. bukanlah tingakah laku yang acak, tetapi tingkah laku yang selektif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok

BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan tubuh nyamuk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data atau informasi indikator-indikator perilaku dapat melalui beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. negara-negara maju seperti diabetes melitus, jantung koroner, penyakit

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

2.1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Batu ginjal didalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menerima pengakuan ini adalah Imhotep dari Mesir yang jauh lebih tua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kompetensi Apoteker Indonesia adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoadmojo, 2007 perilaku dari pandangan biologis merupakan sesuatu

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENELITIAN PERILAKU KESEHATAN 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), Mekanisme (mechanisme), Adaptasi (adaptation) (Notoatmodjo,2003). Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2003) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Adapun perilaku manusia antara lain: a. Perilaku tertutup (Covert behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk unobservable behavior atau covert behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. b. Perilaku terbuka (Overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain atau observable behavior. 8

9 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap. Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku kesehatan menurut Lawrene Green Notoatmodjo (2003) terbagi tiga teori penyebab masalah kesehatan yaitu: a. Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. b. Faktor pemungkin (enabling factors) adalah faktor-faktor ysng memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

10 3. Perilaku kesehatan Perilaku kesehatan (healthy behavior) adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Oleh karena itu, perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua, yakni (Notoatmodjo, 2003) : a. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkatkan perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior), yang mencakup perilaku-perilaku (overt dan covert behavior) dalam mencegah atau menghindar dari penyakit dan penyebab penyakit/masalah, atau penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku promotif). b. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup

11 tindakan-tindakan yang diambil seseorang atau anaknya bila sakit atau terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan atau terlepas dari masalah kesehatan yang dideritanya. Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas atau pelayanan kesehatan tradisional maupun pengobatan modern atau professional. Sedangkan menurut Becker (dalam Notoatmodjo, 2003) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan, dan membedakannya menjadi tiga, yaitu : a. Perilaku sehat (healthy behavior) Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, antara lain : 1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang di sini adalah pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut jumlahnya (kuantitas), maupun jenisnya (kualitas) 2) Kegiatan fisik secara teratur dan cukup. Kegiatan fisik di sini tidak harus olah raga. Bagi seseorang yang pekerjaannya memang sudah memenuhi gerakan-gerakan fisik secara rutin dan teratur, sebenarnya sudah dapat dikategorikan berolah raga. Bagi seseorang yang pekerjaannya tidak melakukan kegiatan fisik

12 seperti manager, administrator, sekretaris dan sebagainya memerlukan olah raga secara teratur. b. Perilaku sakit (Illnes behavior) Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan/atau terkena masalah kesehatan pada dirinya, atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya. Pada saat orang sakit atau anaknya sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain : 1) Didiamkan saja (no action) artinya sakit tersebut diabaikan, dan tetap menjalankan kegiatan sehari-hari. 2) Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment atau self medication). Pengobatan sendiri ini ada 2 cara, yakni : cara tradisional (kerokan, minum jamu, obat gosok dan sebagainya) dan cara modern, misalnya minum obat jadi. 3) Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi dua, yakni : fasilitas pelayanan kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan paranormal), dan fasilitas atau pelayanan kesehatan modern atau professional (Puskesmas, Poliklinik, dokter atau bidan praktik swasta, rumah sakit, dan sebagainya). c. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)

13 Dari segi sosiologi orang yang sedang sakit mempunyai peran (roles) yang mencakup hak-haknya (rights), dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Menurut Becker, hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan perilaku orang sakit (the sick role behavior). Perilaku peran orang sakit ini antara lain : 1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan 2) Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh kesembuhan. 3) Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhannya. d. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhannya. e. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan sebagainya. B. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

14 yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003). Pengetahuan adalah pengamatan terhadap keseluruhan benda atau peristiwa. Pengetahuan adalah hasil suatu proses berpikir, pengetahuan adalah gambaran subyektif tentang apa yang ada dalam alam yang sesungguhnya (Achmad, 1994). Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya (Suriasumantri, 1994). 2. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Winkel dalam Notoatmodjo, 2003) yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan, tingkatan : mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya. Contoh : menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita. b. Memahami (Comprehension)

15 Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang belum paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari, misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi penggunaan kaidah, metode, prinsip dan sebagainya sesuai kontek dan situasi tertentu. d. Analisis (Analysis) Analysis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur tersebut, dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Kemampuan abtraks ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan atau membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

16 menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkasnya dan menyelesaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dan anak yang kurang gizi, dapat menanggapi terjadinya diare disuatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut penyuluhan dan sebagainya. Dari pengalaman bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). a. Tingkat Pendidikan Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Sudah barang tentu tingkat pendidikan dapat menghasilkan suatu perubahan dalam pengetahuan orang tua. b. Informasi Dengan kurangnya informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan

17 sebagainya akan menurunkan tingkat pengetahuan orang tua tentang hal tersebut. c. Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut. d. Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur, dengan tingkat pendidikan seseorang, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan lebih luas sedang umur semakin bertambah. 4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner, untuk menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden. Pengetahuan yang ingin diketahui oleh peneliti dapat disesuaikan dengan tingkat responden yang ada (Notoadmodjo, 2003). 5. Cara Mencari Pengetahuan Ada berbagai macam cara untuk mencari atau menperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah yang di kelompokkan sebagai berikut: a. Cara tradisional Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum

18 ditemukannya metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis (Notoadmodjo, 2003). b. Cara coba-salah (trial and error) Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada seseorang yang menghadapi persoalan, maka upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Dimana metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masalah (Notoadmodjo, 2003). c. Cara kekuasaan atau otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi berikutnya. Dimana pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu pengetahuan (Notoadmodjo, 2003). d. Berdasarkan pengalaman pribadi

19 Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah dengan maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar maka diperlukan berpikir kritis dan logis (Notoadmodjo, 2003). e. Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi dan deduksi (Notoadmodjo, 2003). f. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoadmodjo, 2003). C. Obat

20 Obat memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan karena obat merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu, obat yang beredar harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan klinik. (Rustamaji & Saleh Danu, 2005). Pijakan pemerintah untuk melaksanakan kebijakan pemeliharaan mutu obat adalah Kebijakan Obat Nasional yang telah diterbitkan pada tahun 1983. sebagai bentuk pengendalian dan pengawasan oleh pemerintah, semua obat sebelum diedarkan dipersyaratkan melalui penilaian kemanfaatan, keamanan dan mutu obat di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). Berdasarkan ketentuan dari Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor hk.00.05.3.02706 tahun 2002 disebutkan bahwa obat adalah sediaan atau paduan bahan-bahan, termasuk produk biologi dan kontrasepsi, yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan. Agar tidak terjadi kesalahan fatal saat mengkonsumsi obat perlu diperhatikan beberapa warna lambang yang ada pada bungkus obat bagian depan dari obat tersebut. Adapun macam obat antara lain: a. Obat bebas Obat bebas adalah obat yang dapat kita beli di apotik tanpa harus menggunakan resep dari dokter. Biasanya, jenis obat bebas yang sering

21 dibeli adalah vitamin. Untuk mengetahuinya dengan melihat lingkaran berwarna hijau. b. Obat bebas terbatas Obat bebas terbatas adalah jenis obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi tertentu yang harus mempunyai tanda peringatan (P), namun dapat dijual bebas. Contohnya adalah obat asma, obat anti muntah atau obat flu. Tandanya adalah lingkaran berwarna biru. c. Obat keras Tanda khususnya adalah lingkaran berwarna merah. Untuk memperoleh obat ini harus dengan resep dan dokter contohnya adalah obat antibiotika, obat injeksi, obat jantung, dan lain-lain. D. Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Perilaku mengkonsumsi obat-obat pasar tanpa resep Perilaku mengkonsumsi obat pasaran adalah semua kegiatan atau aktivitas seseorang, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dalam mengkonsumsi obat-obat yang diperjual-belikan secara bebas di pasaran tanpa menggunakan resep dari dokter. Perilaku dalam mengkonsumsi obat pasar ini didasarkan atas respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seseorang yang mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang atau anaknya bila sakit atau terkena masalah kesehatan

22 untuk memperoleh kesembuhan atau terlepas dari masalah kesehatan yang dideritanya. Pengetahuan masyarakat yang rendah tentang obat-obatan pasar tanpa resep akan berdampak pada perlaku konsumsi yang tidak dapat dikendalikan, hal ini akan mempengaruhi segi kesehatan yang pada akhirnya terjadi masalah kesehatan pada masyarakat. Kebiasaan masyarakat yang terlanjur percaya dengan obat yang dikonsumsi tanpa resep dan merasa cocok membuat masyarakat mengkonsumsi tanpa aturan yang pas dan yang paling di khawatirkan adalah masyarakat tidak mengetahui dosis tiap obat yang mereka konsumsi. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wibisono (2001) yang melakukan penelitian mengenai perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi jamu tradisional yang berefek medikasi dengan pengetahuan sebagai variabel bebasnya. Dalam penelitian tersebut didapatkan nilai korelasi 0,675 dan nilai p = 0,002 < 0,05 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku mengkonsumsi jamu tradisional yang berefek medikasi.

23 E. Kerangka Teori Predisposisi - Pengetahuan - Sikap - Kepercayaan - Nilai-nilai - Tradisi Pemungkin Sarana dan prasarana Perilaku Penguat Sikap Perilaku Keterangan:.. variabel yang diteliti. Sumber: Notoatmodjo (2003) yang dimodifikasi

24 F. Kerangka Konsep Variabel bebas Pengetahuan masyarakat tentang obat pasar Variabel terikat Perilaku mengkonsumsi obat pasar tanpa resep