I. PENDAHULUAN. Dua pertiga dari luas negara Indonesia terdiri dari laut dan dilalui garis

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang 70 % dari wilayahnya terdiri dari

I. PENDAHULUAN. alam. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah pantai terpanjang dan

SKRIPSI. Disusun oleh:

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

I. PENDAHULUAN. merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan luas perairan 5,8 juta kilometer persegi dan garis pantai 50 ribu mil kedua

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

I. PENDAHULUAN. berbagai makhluk hidup terus dilakukan. Hal ini disebabkan penyalahgunaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

SKRIPSI. Disusun oleh: YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB I PENDAHULUAN. menjaga keseimbangan ekosistem perairan (Komarawidjaja, 2005).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumberdaya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beranekaragam.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. makanan (foodborne disease) (Susanna, 2003). Foodborne disease tidak

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini

antihelmintik, dan lain-lain (Absor, 2006). Komponen aktif yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahan tambahan berbahaya untuk makanan. Salah satu bahan

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Potensi dan Karakteristik Rumput Laut di Indonesia

bahan-bahan alami (Nascimento dkk., 2000).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. (Deshmukh,2004 ; Stamets,2000 ; Hawksworth,1990).

BAB I PENDAHULUAN. mikron atau lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

menghasilkan minyak atsiri adalah bunga cengkeh yang mengandung eugenol (80-90%), eugenol asetat (2-27%), β- kariofilen (5-12%), metil salisilat,

I. PENDAHULUAN. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti bakteri, virus, riketsia, jamur, dan protozoa (Gibson, 1996). Badan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara maritim dikarenakan banyaknya gugus pulau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju. Indonesia dengan kasus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

BAB I. PENDAHULUAN. daerah Gunung Kidul Yogyakarta dan pesisir Nusa Tenggara (Julyasih et

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memilki garis pantai sepanjang lebih kurang km dengan wilayah laut

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

mencit dalam menurunkan jumlah rerata koloni Salmonella typhimurium (Murtini, 2006). Ekstrak metanol daun salam juga terbukti mampu menghambat

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo (C. gariepinus). Ikan ini memiliki pertumbuhan yang cepat,

aeruginosa ATCC secara in vitro Pembuatan filtrat Streptomyces sp... 25

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI FAKULTAS PROGRAM. Disusun oleh: NPM:

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari luas daratan, oleh karena itu dikenal sebagai negara maritim. Total

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang ditemukan pada banyak populasi di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak

Analisis Hayati KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIKA. Oleh : Dr. Harmita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL Sinularia, Sarcophyton DAN Lobophytum DARI PERAIRAN TULAMBEN, BALI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting salah satunya adalah teripang yang dikenal dengan nama lain teat fish, sea

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : Afini Rahmawati J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dua pertiga dari luas negara Indonesia terdiri dari laut dan dilalui garis khatulistiwa serta kaya akan sumberdaya laut. Di samping fauna laut yang beraneka ragam dijumpai juga flora laut seperti alga (rumput laut) yang dapat dimanfaatkan untuk makanan, obat-obatan, dan bahan baku farmasi lainnya (Zatnika, 2007). Indonesia mempunyai suatu peluang yang sangat besar dalam pemanfaatan hasil-hasil dari sektor kelautan, terutama dalam pemanfaatan rumput laut yang berhubungan dengan bidang kesehatan dan obat-obatan atau farmasi. Menurut Poernomo (2010), Indonesia merupakan negara penghasil rumput laut terbesar di dunia namun potensi tersebut masih belum dikembangkan. Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), volume dan nilai ekspor rumput laut secara global total produksi rumput laut di Indonesia pada 2009 berjumlah 2,252 juta ton atau naik 5 persen dari 2008 sebanyak 2,145 juta ton. Jika bisa dikembangkan, pada tahun 2014 pemerintah menargetkan produksi rumput laut mencapai 10 juta ton per tahun. Saat ini Kementerian Kelautan dan Perikanan mengupayakan Indonesia menjadi negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar di dunia pada tahun 2015, dengan rumput laut sebagai salah satu komoditas andalan. Sejak jaman dahulu orang-orang dari Jepang dan China sudah menggunakan rumput laut sebagai obat. Awalnya bangsa China menggunakan 1

2 rumput laut untuk menyembuhkan penyakit dalam seperti doopsy, berbagai gangguan haid, bisul, dan bahkan kanker (Ruggieri, 1976). Rumput laut adalah tanaman ganggang multiseluler yang hidup di laut yang tergolong dalam divisi Thallophyta. Tubuh rumput laut belum berdiferensiasi menjadi akar, batang, dan daun seperti lazimnya tanaman tingkat tinggi (Soegiarto dkk., 1978). Jenis rumput laut sangat beragam, mulai dari yang berbentuk bulat, pipih, tabung, atau seperti ranting dahan yang bercabang. Layaknya tanaman darat pada umumnya, rumput laut memiliki klorofil atau pigmen warna lain seperti karotenoid, fikoeritrin, dan fikosianin (Sutomo, 2006). Rumput laut banyak mengandung senyawa organik yang sangat penting dalam dunia obat-obatan maupun dunia mikrobia sebagai medium pertumbuhan. Apabila dilihat dari segi kalorinya, rumput laut bukan merupakan sumber energi yang baik bagi manusia karena sebagian besar sumber kalori yang ada berada dalam bentuk yang tidak dapat dicerna atau sebagai karbohidrat komplek (Winarno, 1990). Penemuan obat-obat baru sangat penting untuk tiap-tiap pemerintah daerah di dalam negeri pada waktu ini. Salah satu sumber alam yang berpotensi memiliki kandungan bioaktif yang dapat berfungsi sebagai obat adalah sumberdaya hayati dari laut, khususnya dalam hal ini adalah rumput laut. Di Indonesia, rumput laut telah dimanfaatkan sebagai suatu sumber agar-agar atau karaginan yang selanjutnya diolah menjadi unsur dasar untuk pembuatan kosmetik, obat, dan juga bahan makanan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai ekonomis dari rumput laut di dalam negeri perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan berkesinambungan

3 dalam rangka menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang terdapat dalam rumput laut dan selanjutnya dapat diproduksi menjadi obat dalam industri farmasi (Sidharta, 2003). Dewasa ini, organisme-organisme laut terutama rumput laut, memiliki potensi yang sangat besar dan lebih menarik dalam pencaharian senyawa terapeutik berbasis bahan alami. Kemampuan rumput laut dalam memproduksi senyawa metabolit sekunder merupakan potensi menarik dari rumput laut yang telah dilaporkan secara luas (Faulkner, 1993). Beberapa penelitian melaporkan komponen-komponen yang terkandung dalam rumput laut memiliki aktivitas biologik yang luas, seperti antibiotik, antivirus, anitumor, dan anti-inflamatoris (Scheuer, 1990). Kemampuan rumput laut untuk memproduksi metabolit sekunder terhalogenasi yang bersifat sebagai senyawa bioaktif dimungkinkan terjadi, karena kondisi lingkungan hidup rumput laut yang ekstrem seperti salinitas yang tinggi atau kemampuan mempertahankan diri dari ancaman predator (Setiawan, 2004). Menurut Geraldino dkk. (2005), Padina sp merupakan rumput laut yang berasal dari kelas Phaeophyta (rumput laut coklat) dan tersebar melimpah selama bermusim-musim di sekitar genangan air di atas batu karang pantai pada daerah tropis. Terdapat 50 takson dari spesies Padina yang tersebar di dunia, namun pada umumnya sulit untuk dibedakan secara morfologi antara satu dengan lainnya. Menurut Cribb (1996), Padina sp memiliki morfologi bentuk thallus seperti kipas dengan diameter 3-4 cm yang tumbuh dalam lingkaran konsentris. Padina sp memiliki kemampuan menyerap kalsium. Hal ini tidak biasanya seperti pada

4 tumbuhan lain. Tumbuhan normal seperti rumput-rumputan dapat menyerap silika dan bukan kalsium sebagai materi penguat dan pertahanannya tumbuhan tersebut Kandungan kimia yang terdapat dalam Padina sp antara lain: a) komponen hidrokarbon atau karbonil, asam absisat, 1,4-Naphthoquinone, b) pigmen klorofil a dan c, c) polisakarida, dan d) asam alginat, laminarin. Padina sp juga telah dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk, makanan manusia, dan obat-obatan seperti antimikrobia (Trono, 2004). Menurut Gonzalez dkk. (2001), ekstrak Padina pavonica dengan pengekstrak metanol menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtilis. Berdasarkan hasil penelitian Tuney dkk. (2006), ekstrak Padina pavonica dengan pengekstrak etanol menunjukkan aktivitas antimikrobia yang lemah terhadap Candida, Enterococcus faecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia coli. Menurut Kandhasamy & Arunachalam (2008), ekstrak Padina tetrastromica dengan pengekstrak metanol dapat menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae, Enterobacter aerogenes, Micrococcus luteus, Enterococcus faecalis, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Bacillus subtilis, tetapi tidak dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Streptococcus faecalis. Kandungan senyawa antibakteri dari suatu tanaman dapat diperoleh dengan cara ekstraksi yang berfungsi untuk menarik kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dalam pelarut cair. Kandungan zat antibakteri dapat diekstrak dengan menggunakan metanol, etanol,

5 kloroform, eter, dan senyawa lain yang sesuai dengan kandungan kimia dalam organ tumbuhan (Voigt, 1994). Menurut Ansel (1989), kandungan zat antibakteri dapat diperoleh dengan cara maserasi dengan merendam 100 gram sampel dalam 750 ml pengekstrak (1:7,5). Pusparajasa (2006) melakukan maserasi terhadap Sargassum sp. menggunakan perbandingan kadar pengekstrak 1:7,5. Sidharta (2003) melakukan ekstraksi pada empat jenis Chlorophyta dengan perbandingan kadar pengekstrak 1:8. Tuney dkk. (2006), mengekstrak Padina pavonica dengan menggunakan perbandingan kadar pengekstrak 1:2. Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang variasi perbandingan kadar pengekstrak yang efektif dalam menarik senyawa bioaktif yang terdapat dalam Padina sp. Menurut Setyaningsih (2006), lama waktu maserasi memengaruhi kualitas ekstrak yang akan diteliti. Lama waktu maserasi pada umumnya berkisar antara 4 sampai 10 hari. Kandhasamy & Arunachalam (2008) melakukan ekstrak Padina tetrastromica dengan lama waktu maserasi selama 1 hari. Oleh karena itu untuk mengetahui waktu maserasi yang efektif dalam mengekstrak senyawa bioaktif pada rumput laut, perlu dilakukan optimasi mengenai waktu maserasi. Antibiotik penisilin dan ampisilin digunakan sebagai pembanding untuk membandingkan daya antibakteri ekstrak Padina sp dengan kemampuan antibiotik penisilin dan ampisilin dalam menghambat Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Bacillus subtilis. Antibiotik penisilin dan ampisilin merupakan antibiotik yang bersifat bakterisidal. Penisilin memiliki banyak turunan senyawa antibiotik yang mempunyai struktur hampir serupa. Ampisilin

6 merupakan salah satu turunan dari penisilin yang memiliki spektrum luas karena efektif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif (Volk & Wheeler, 1988). B. Perumusan Masalah 1. Berapa lama waktu maserasi dan volume metanol yang optimum untuk memperoleh ekstrak Padina sp sehingga efektif dalam menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Bacillus subtilis? 2. Apakah ekstrak Padina sp memiliki aktivitas antibakteri yang lebih efektif dibandingkan antibiotik penisilin dan ampisilin dalam menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Bacillus subtilis? 3. Bagaimana sifat antimikrobia ekstrak Padina sp dalam menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Bacillus subtilis? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui lama waktu maserasi dan volume metanol yang optimum untuk memperoleh ekstrak Padina sp dengan aktivitas maksimum sehingga efektif dalam menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Bacillus subtilis.

7 2. Membandingkan aktivitas antibakteri ekstrak Padina sp dengan antibiotik penisilin dan ampisilin. 3. Mengetahui sifat antimikrobia ekstrak Padina sp. D. Manfaat penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh variasi lama waktu maserasi dan volume metanol sebagai pengekstrak terhadap aktivitas senyawa antimikrobia dari ekstrak Padina sp dalam menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Bacillus subtilis, serta meningkatkan nilai tambah pemanfaatan rumput laut dari jenis Padina sp dalam bidang industri farmasi