BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA DAN EVALUASI

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping. material dalam sistem secara keseluruhan. Value Stream Mapping yang digambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENGURANGAN WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN PADA SISTEM DISTRIBUSI DI PT.

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBAIKAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN THINKING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS

BAB 1 PENDAHULUAN. harulah memiliki keunggulan kompetitif yang dapat di capai dengan

Analisis Proses Produksi Berdasarkan Lean Manufacture Dengan Pendekatan Valsat Pada PT.XX

KATA PENGANTAR. persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas

PENDEKATAN LEAN THINKING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA SISTEM PEMENUHAN ORDER GUNA MENGURANGI BIAYA DAN WAKTU (Studi Kasus : PT Kasa Husada Wira Jatim)

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING UNTUK MENGURANGI LEAD TIME SHOULDER Studi Kasus PT.Barata Indonesia (Persero)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN KEBIJAKAN PERBAIKAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN THINKING

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: A-530

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Waiting Time dalam Proses Perakitan MV Switchgear dengan Lean Production

SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V)

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : Anindya Gita Puspita ( ) Pembimbing: Drs. Haryono, M.SE

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Analisis Pemborosan Proses Loading dan Unloading Pupuk dengan Pendekatan Lean Supply Chain

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE

Perancangan Lean Strategy Pada Kegiatan Loading di Terminal Petikemas KOJA

IMPLEMENTASI LEAN PRODUCTION SYSTEM UNTUK MENGELIMINASI WASTE PADA PRODUKSI FILLING CABINET 4D DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING

PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI BLENDER MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. PMT

PENGURANGAN WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. KEMASAN CIPTATAMA SEMPURNA PASURUAN

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN PROGAM STUDI MANAJEMEN

Rancangan Lean Manufacturing System Dalam Meningkatkan Efisiensi Kerja Di Perusahaan Komponen Otomotif (Studi Kasus Di PT.

IDENTIFIKASI DAN PENGURANGAN WASTE DAN NON VALUE ADDED ACTIVITY DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DI PT. SRIWIJAYA AIR DISTRICT SURABAYA

Analisis Waste dalam Produksi Pasta Gigi Menggunakan Lean Thinking

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

EVALUASI PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DENGAN MENGGUNAKAN VALUE STREAM MAPPING DAN SIMULASI UNTUK MEREDUKSI MANUFACTURING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016

PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA DIVISI TRUCKING PT. JPEK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penerapan Lean Supply Chain Dengan Usulan Perbaikan Menggunakan Metode DMAIC

PERBAIKAN PROSES PRODUKSI BLENDER MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. PMT

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai tambah (value added), tidak memberi nilai tambah (non value added) yang

PENDEKATAN LEAN PRODUCTION UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI KACA

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DAN APLIKASI VALUE STREAM ANALYSIS TOOL (VALSAT) (Studi Kasus : CV KONSTALINDO)

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI PADA PT. REMAJA PRIMA ENGINEERING (RPE)

PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA DISPENSING

BAB I PENDAHULUAN. kelima sebagai negara pengekspor teh di dunia (Suwandi, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V

PEMETAAN PEMBOROSAN DALAM PROSES PRODUKSI KANTONG SEMEN MENGGUNAKAN VALUE STREAM MAPPING TOOLS

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

ANALISIS SISTEM PRODUKSI PENGOLAHAN BIJI KAKAO KERING DENGAN VALUE STREAM MAPPING AYU DAYINTA SEPTIA HAPSARI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

PENDEKATAN KONSEP LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA SISTEM PRODUKSI (Studi Kasus PT. XYZ)

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS PROSES PRODUKSI MODULE CONDENSOR MENGGUNAKAN METODE LEAN MANUFACTURING DENGAN PENDEKATAN SIMULASI DI PT. XYZ

Implementasi Value Stream Mapping Untuk Identifikasi Pemborosan Unit Pengantongan Semen ( Studi Kasus di PT. Semen Padang )

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

PADA SISTEM PRODUKSI KECAP LOMBOK MERAH KEMASAN BOTOL KACA DENGAN PENDEKATAN KONSEP LEAN MANUFACTURING

PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI

Analisis Penerapan Lean Manufacturing untuk Menghilangkan Pemborosan di Lini Produksi PT Adi Satria Abadi

Rancangan Perbaikan Proses Produksi dengan Pendekatan Lean Six Sigma di CV. Guntur Malang

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DALAM MENGIDENTIFIKASI DAN MEMINIMASI WASTE DI PT. HILON SURABAYA SKRIPSI. Oleh : SABTA ADI KUSUMA

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI

Studi Kasus : PT Terminal Petikemas Surabaya

USULAN PENGURANGAN WASTE PROSES PRODUKSI MENGGUNAKAN WASTE ASESSMENT MODEL DAN VALUE STREAM MAPPING DI PT. X

ANALISA WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN THINKING

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

MINIMASI WASTE BERDASARKAN KONSEP LEAN MANUFACTURING MELALUI PERANCANGAN ULANG SHOP FLOOR LAYOUT PADA UNIT SKM PT. DJITOE ITC SURAKARTA

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Kajian Pendahuluan. Identifikasi & Perumusan masalah. Penetapan Tujuan & batasan penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut pandang konsumen oleh karena itu perlu dieliminasi. Didalam lean

BAB I PENDAHULUAN I.1.

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

ANALISIS RANTAI NILAI PROSES PEMENUHAN MATERIAL PERBEKALAN DI ARMATIM

BAB I PENDAHULUAN. Laweyan dibawah Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL).

MINIMASI WASTE UNTUK PERBAIKAN PROSES PRODUKSI KANTONG KEMASAN DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Berdasarkan diagram alir pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilakukan mulai dari tahap pengidentifikasian masalah, pengambilan data, pengolahan data, analisa data, hingga tahap kesimpulan dan saran. 3.2. Deskripsi Metodologi Penelitian Agar lebih mudah dalam memahami metodologi penelitian maka akan didiskripsiskan dengan jelas dari langkah-langkah yang telah dirancang pada gambar 3.1. Secara umum metodologi penelitian terdiri dari 5 langkah utama antara lain tahap identifikasian masalah, pengambilan data, pengolahan data, analisa data, serta tahap kesimpulan dan saran. 3.2.1. Tahap Pengidentifikasian Masalah Pengidentifikasian masalah merupakan dasar dalam penelitian untuk menyelesaikan permasalahan sesuai dengan topik penelitian. Agar pengidentifikasian masalah lebih mudah maka dari itu diperlukan pula studi literatur, studi lapangan, serta rumusan masalah agar lebih sistematis dan lebih terfokus. 3.2.1.1. Penentuan Topik Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, peneliti menentukan topik yang akan menjadi objek pembahasan selama penelitian yakni lean manufacturing. 3.2.1.2. Studi Literatur Setelah mengetahui masalah yang akan diteliti beserta topik yang digunakan, kemudian dilakukan studi literatur sebagai dasar untuk memilih metode yang tepat untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Beberapa literatur yang nanti digunakan sebagai pedoman antara lain tentang konsep lean manufacturing, 32

33 jenis-jenis waste, big picture mapping, analytical networking process (ANP), serta teori tentang value stream analysis tools (VALSAT). MULAI Menentukan Topik Studi Literatur Tahap Identifikasi Masalah Studi Lapangan Identifikasi dan Perumusan Masalah Pengambilan Data Tahap Pengambilan Data Pembuatan Pembuatan Big Picture Current Value Mapping Stream Mapping Pembobotan Wastes berdasarkan ANP Pemilihan Waste yang Pemilihan Waste yang Dominan Dominan Tahap Pengolahan Data Pemilihan Detailed Mapping Tools dengan VALSAT Analisa Penyebab Waste dengan Diagram Sebab-Akibat (fishbone) Usulan Perbaikan berdasarkan diagram fishbone Tahap Analisa Data Kesimpulan dan Saran Tahap Kesimpulan dan Saran SELESAI Gambar 3.1 Diagram Alir Metodogi Penelitian

34 3.2.1.3. Studi Lapangan Observasi yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses produksi di perusahaan serta tindak lanjut yang dilakukan dalam rangka mengetahui waste yang dominan pada proses produksi di Perusahaan Raket Abadi Malang. Pengamatan didampingi oleh pembimbing lapangan dan dilakukan secara berkala menyesuaikan jadwal yang ditentukan oleh perusahaan. 3.2.1.4. Identifikasi dan Rumusan Masalah Identifikasi masalah dilakukan setelah melakukan pengamatan secara langsug terhadap objek penelitian, sehingga memudahkan peneliti dalam mengidentifikasi suatu masalah yang akan dibahas secara detail dan jelas. Rumusan masalah dibuat sebagai intisari permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, ini. 3.2.2. Tahap Pengambilan Data Pada tahap ini dilakukan pengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung maupun data historis yang ada dalam perusahaan. Data-data yang dikumpulkan antara lain : - Data umum perusahaan - Aliran informasi dan produksi secara umum - Data jenis mesin produksi - Data permintaan dan jumlah produksi aktual - Data waktu proses operasi produksi harian, termasuk waktu penyetelan, perpindahan material dan produk, waktu proses masing-masing mesin, waktu inspeksi produk - Data inventori produk termasuk work in process maupun produk jadi - Kuisioner hubungan waste dan penilaian diagram sebab akibat 3.2.3. Tahap Pengolahan Data Tahapan ini merupakan tahap pegolahan data awal untuk mengetahui waste yang dominan. Proses pengidentifikasian pemborosan dilakukan dengan

35 pembuatan big picture mapping dan metode ANP untuk mengidentifikasi waste yang dominan denga alat bantu software super decision. 3.2.3.1. Pembuatan Big Picture Mapping Pembuatan big picture mapping dibuat untuk mengidentifikasi waste secara visual berdasarkan aliran material dan informasi, aktivitas proses produksi, cycle time tiap proses produksi, lead time, serta kebutuhan tenaga kerja tiap proses produksi 3.2.3.2. Pembobotan Waste Berdasarkan Analytical Networking Process MULAI Konstruksi Model Matriks Perbandingan Berpasangan Rasio Konsistensi Tidak Konsisten? Ya Supermatriks SELESAI Gambar 3.2 Langkah-langkah Analytic Network Process Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi waste yang dominan dengan alat bantu software super decision. Meskipun dihitung secara otomatis oleh software, namun perlu dibahas pula langkah demi langkah dalam proses penentuan waste yang dominan agar lebih mudah untuk menganalisa seperti pada gambar 3.2. 3.2.3.2.1. Konstruksi Model Konstruksi model dibuat untuk membantu mengetahui keteriatan antar waste yang sudah dicontohkan oleh Rawabdeh pada proses produksi job shop seperti pada gambar 3.3 yang mana hubungan antar waste tersebut merupakan jenis struktur jaringan. Namun dikarenakan Perusahaan Raket abadi dalam melakukan

36 proses produksinya merupakan jenis flow shop, maka nantinya akan digambarkan kontruksi model yang sesuai berdasarkan keadaan perusahaan tersebut. Gambar 3.3. Hubungan Tujuh Waste (Rawabdeh, 2005) 3.2.3.2.2. Matriks Perbandingan Berpasangan Perbandingan berpasangan pada ANP dilakukan dengan membandingkan tingkat kepentingan setiap elemen. Penilaian dilakukan berdasarkan skala numerik table 3.1 dan dibuat matriks seperti pada rumus (3.1). Nilai Numerik Tabel 3.1 Skala Numerik Analytical Networking Process Definisi 1 Sama penting 3 Sedikit lebih penting 5 Lebih penting 7 Sangat lebih penting 9 Mutlak lebih penting 2, 4, 6, 8 Nilai tengah (Sumber : Saaty (2005) dalam Abastabte, dkk (2012)) Keterangan Dua aktivitas berpengaruh sama terhadap tujuan Satu aktivitas dinilai sedikit lebih berpengaruh dibandingkan aktivitas lainnya Satu aktivitas dinilai lebih berpengaruh dibandingkan aktivitas lainnya Satu aktivitas dinilai sangat lebih berpengaruh dibandingkan aktivitas lainnya Satu aktivitas dinilai mutlak lebih berpengaruh dibandingkan aktivitas lainnya

37 Proses matrik perbandingan berpasangan menggunakan perhitungan berdasarkan elemen hasil dari perbanding yang dapat dilihat pada rumus (3.1) (Saaty, 2013) (3.1) Adapaun kriteria yang digunakan antara lain tujuh jenis pemborosan yang di definisikan oleh Shigeo Shingo (1981, 1988), diantaranya sebagai berikut : 1. Over production, memproduksi terlalu banyak melebihi kebutuhan pelanggan atau memproduksi lebih cepat daripada waktu kebutuhan pelanggan yang menyebabkan kelebihan inventory. 2. Defects, tergolong defects contohnya bisa berupa kesalahan dokumentasi, permasalahan kualitas produk yang dihasilkan, atau delivery performance yang buruk. 3. Unnecessary Inventory, kelebihan penyimpanan dan delay material maupun produk sehingga mengakibatkan peningkatan biaya dan peningkatan biaya dan penurunan kualitas pelayanan terhadap pelanggan. 4. Inappropriate processing, seperti kesalahan oleh pekeja dalam mempergunakan tools saat bekerja sehingga terjadinya kesalahan dalam proses produksi. 5. Excessive transportation, dapat berupa waktu, tenaga, dan biaya akibat pergerakan yang berlebihan dari pekerja, aliran informasi, dan atau material produk. 6. Waiting, tidak beraktifitasnya (menunggu) pekerja, informasi dan atau barang dalam waktu yang lama yang berdampak terhadap buruknya aliran proses dan bertambahnya lead time.

38 7. Unnecessary motion, segala pergerakan dari orang atau mesin yang tidak menambah nilai terhadap barang dan jasa yang akan diserahkan kepada pelanggan tetapi hanya menambah biaya dan waktu saja. Atau keadaan tempat kerja yang kurang (tidak ergonomis) yang menyebabkan pekerja melakukan gerakan yang tidak perlu. 3.2.3.2.3. Rasio Konsistensi Rasio konsistensi digunakan sebagai dasar apakah matriks perbandingan tersebut sudah konsisten sehingga dapat diteruskan kelangkah selanjutnya atau dengan kata lain metode dapat diteruskan jika nilai CR 0,1. Namun jika tidak konsisten maka perlu diteliti kembali dalam pembuatan matriks perbandingan berpasangan. Hal ini terus dilakukan hingga nilai rasio konsistensi kurang atau sama dengan 10%. 3.2.3.2.4. Supermatriks Supermatriks dapat dibuat berdasarkan tiga langkah, antara lain unweighted supermatrix, weighted supermatrix, serta limit supermatrix. Bobot prioritas utama untuk kriteria dapat diketahui setelah pembuatan limit supermatrix terselesaikan. - Unweighted supermatrix. Supermatriks ini berisi eigenvector yang dihasilkan dari keseluruhan matriks perbandingan berpasangan dalam jaringan Setiap kolom dalam unweighted supermatriks berisi eigenvector yang berjumlah satu pada setiap clusternya, sehingga secara total satu kolom akan memiliki penjumlahan eigenvector lebih dari 1. - Weighted supermatrix. Supermatriks ini diperoleh dengan mengalikan seluruh eigenvector dalam unweighted supermatrix dengan bobot clusternya masingmasing. - Limit matrix. Matriks limit adalah supermatriks yang berisi bobot prioritas global dalam weighted supermatrix secara konvergen dan stabil. Nilai ini diperoleh dengan memangkatkan weighted supermatrix dengan 2k+1, dimana k adalah suatu bilangan yang besar dengan nilai yang tidak ditentukan

39 3.2.3.3. Pemilihan Waste yang Dominan Pada tahap ini akan dipilih jenis waste yang dominan dari ketujuh waste tersebut. Pertimbangan untuk memilih waste yang dominan adalah berdasarkan hasil dari pembobotan metode ANP yang memiliki nilai secara kualitatif dan subjektif dari responden pengisi kuesioner, namun hasil pengamatan berupa penjelasan secara visual ke dalam big picture mapping untuk mengetahui aliran fisik dan informasi dari suatu produk yang telah diamati. Waste dominan yang terpilih akan semakin jelas jika diperlihatkan kedalam big picture mapping. 3.2.3.4. Pemilihan Detailed Mapping Tools dengan VALSAT Wastes/structures Process activity mapping Tabel 3.2 The Seven Stream Mapping Tools Supply chain response marix Mapping Tools Production variety funnel Quality filter mapping Demand amplification mapping Decision point anays Physical structure (a) volume (b)value Overproduction L M L M M Waiting H H L M M Transport H L Innappropriate processing H M L L Unnecessary M H M H M L inventory Unnecessary motion H L Defects L H Overal structure L L M L H M H Catatan : (Hines dan Rich, 1997, hal 50) H = tingkat korelasi dan kegunaan tinggi (high) M = tingkat korelasi dan kegunaan sedang (medium) L = tingkat korelasi dan kegunaan rendah (low) Setelah mengetahui bobot dari masing-masing kriteria yang terdiri dari 7 waste tersebut kemudian bobot tersebut digunakan dalam menentukan tools berdasarkan ketentuan VALSAT. Pada tabel 3.1 sudah ditentukan tingkat korelasi dan kegunaan dari masing-masing tool, yang perlu dilakukan hanyalah mengalikan bobot dari masing-masing waste dengan nilai masing-masing tingkat korelasi dan kegunaan dari masing-masing tool : - Bobot 9, jika tingkat korelasi dan kegunaan high

40 - Bobot 3, jika tingkat korelasi dan kegunaan medium, - Bobot 1, jika tingkat korelasi dan kegunaan low - Bobot 0, jika tidak memiliki tingkat korelasi dan kegunaan. Setelah dikalikankan untuk masing-masing nilainya, maka nilai yang tinggi dari total tersebut akan diprioritaskan untuk digunakan. Sebaiknya pemakaian tool tidak hanya dipilih 1 tool saja, namun paling tidak menggunakan 2 tools yang berarti memiliki tingkat korelasi sedang (medium). Hal ini akan memastikan masing-masing waste cukup dapat ditangani dalam mapping process tersebut. 3.2.4. Tahap Analisa Tahap ini berisikan penyusunan secara sistematik dan disertai dengan argumentasi yang memiliki dasar referensi dan data-data valid tentang informasi ilmiah dalam penelitian, terutama informasi yang relevan degan masalah penelitian. 3.2.4.1. Analisa Penyebab Waste yang Dominan Berdasarkan Fishbone Analisa waste yang digunakan adalah analisa dari penyebab terjadinya waste yang dominan berdasarkana diagram sebab-akibat atau diagram fishbone berdasarkan beberapa kategori 4M+1E, yakni man, machine, methode, material, and environtment (manusia, mesin, metode, material, dan lingkungan). 3.2.4.2. Usulan Perbaikan Berdasarkan Diagram Fishbone Setelah diketahui penyebab utama dari masing-masing waste yang dominan, maka akan dibuat usulan perbaikan dengan memperhatikan faktor-faktor yang menjadi penyebab suatu kategori. 3.2.5. Tahap Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini akan ditarik kesimpulan yang sesuai dengan tujuan, dan saran untuk penelitian selanjutnya/kajian lanjutan maupun saran sebagai bahan evaluasi perusahaan yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kinerja perusahaan.