MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

dokumen-dokumen yang mirip
Rasiman 1, Wahyu Widayanto 2. Abstrak

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SAINS SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

Rosita Christina Haloho Guru Fisika SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

FAKULTAS EKONOMI UNNES

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

Oleh : Vira Ismis Kairat

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

Samriani. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

RUSMI HARTATIK SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

ISRINA ENDANG WIDIASTUTI A54D090003

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

Jurnal Publikasi. Oleh: WINDARTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak

Dosen Pembimbing I : Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd Dosen Pembimbing II : Dr. Hobri, S.Pd., M.Pd

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE SELF DIRECT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAKUKAN PRAKTIKUM MATERI SISTEM PENCERNAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN MEDIA KONKRET

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN HALAMAN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Oleh : Restuning Ropika Putri, S.Pd

ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk

ZULFA SAFITRI A54F100040

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV SDN Santigi

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Lensa Vol. 2 No. 2, ISSN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 2 Ogowele Pada Pokok Bahasan Perkembangbiakan Pada Hewan Melalui Penerapan LKS Bergambar

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU Dahyana SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI SIFAT-SIFAT BANGUN MATA PELAJARAN MATEMATIKA

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Kata Kunci: Keaktifan, Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Strategi TANDUR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ruiyati, Samsurizal M. Suleman, dan Lestari MP Alibasyah

Oleh: Sadono 1) & Kana Hidayati 2) 1) SMA Muhammadiyah I Yogyakarta 2) Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA HERBARIUM DAN INSEKTARIUM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SDN GUMILIR 04 TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Volume Kubus dan Balok di Kelas IV SDN 1 Balukang

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

Transkripsi:

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Diah Nugraheni Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang email: diah_fisika@yahoo.co.id Abstrak Penelitian tentang penerapan pendekatan CTL untuk meningkatkan minat belajar Sains (IPA) ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa terhadap pelajaran Sains (IPA) dengan menggunakan pendekatan CTL. Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas V Sekolah Dasar Negeri Kedungmundu 1 Semarang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi untuk mengetahui nama siswa dan nilai ulangan siswa, tes untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa, kuesioner untuk mengetahui peningkatan minat siswa, dan lembar observasi untuk mengetahui hasil belajar afektif dan psikomotorik. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Sains (IPA) dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan minat belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar diadakan penelitian lebih lanjut dan pendekatan CTL ini dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bagi guru dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa. Kata kunci: Minat, Belajar, Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). PENDAHULUAN Sejauh ini, pendidikan masih memegang peranan yang sangat penting. Dengan adanya pendidikan, sumber daya manusia dapat berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa. Dalam perkembangannya, guru harus memiliki keahlian untuk memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran Sains (IPA) serta mengetahui kondisi siswa di samping penguasaan ketrampilan yang lain. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, ternyata guru kelas di Sekolah Dasar Negeri Kedungmundu 1 dalam mengajar cenderung bersifat informatif atau hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa sehingga siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa juga belum sepenuhnya menyukai pelajaran Sains (IPA) yang disebabkan oleh kurangnya Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan strategi ini, diharapkan proses minat belajar maupun kreativitas yang dimiliki oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (4: 82), yang menyatakan bahwa pelajaran berjalan lancar apabila ada minat dan apabila anak-anak malas belajar, mereka akan gagal karena tidak adanya minat. Selain itu, alat peraga di Sekolah Dasar Negeri Kedungmundu 1 khususnya untuk mata pelajaran Sains (IPA) juga terbatas sehingga mengakibatkan minat siswa terhadap mata pelajaran Sains (IPA) berkurang. Tidak adanya sarana dan prasarana belajar yang menunjang seperti perpustakaan maupun laboratorium juga menjadi faktor yang mempengaruhi minat siswa maupun hasil belajar yang diperoleh siswa. Ruang kelas terlalu sempit dan tidak sesuai dengan jumlah siswa yang banyak juga sangat berpengaruh pada proses pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan strategi pembelajaran yang berguna untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa secara optimal yaitu dengan menggunakan pendekatan kontekstual atau pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami 1

bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa (Nurhadi, 2: 1). Dengan melihat kondisi yang ada, memungkinkan jika pendekatan kontekstual (CTL) diterapkan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Kedungmundu 1 yang merupakan kelas besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi (2: 27) yang menyatakan bahwa pendekatan kontekstual (CTL) dapat diterapkan di kelas besar. Pendekatan kontekstual (CTL) juga melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian yang sebenarnya. Sehingga, melalui pendekatan kontekstual (CTL) ini, diharapkan siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap Sains (IPA) agar memperoleh hasil belajar yang optimal. Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul: Meningkatkan Minat Belajar Sains (IPA) dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning). Permasalahan Perencanaan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I Terselesaikan Siklus I Refleksi Tindakan I Pengamatan Tindakan I Permasalahan baru hasil refleksi Perencanaan Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II Terselesaikan Siklus II Refleksi Tindakan II Pengamatan Tindakan II Permasalahan belum terselesaikan Siklus Berikutnya Gambar 1. Skema Kegiatan Inti Pembelajaran (Arikunto, S, 6: 74) METODE PENELITIAN Jenis Peneliti Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan secara sistematis sebagai upaya perbaikan pelaksanaan pembelajaran dengan melakukan tindakan inovatif dalam proses pembelajaran. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kedungmundu 1 yang terletak di Jalan Ampo Sari Raya No. 3 Semarang pada semester 2. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Kedungmundu 1 Semarang. 11

Prosedur Prosedur penelitian tindakan (Action Research) ini dilakukan melalui beberapa tahapan bersiklus yang terdiri dari empat tahapan kegiatan, yaitu 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Pengamatan, dan 4) Refleksi. Secara ringkas skema prosedur penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada Gambar 1. Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Sumber data diperoleh dari data awal tentang minat belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran, hasil belajar kognitif yang diperoleh dari nilai tes, dan hasil belajar afektif dan psikomotorik yang diperoleh dari hasil pengamatan pada lembar observasi yang sudah disiapkan. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu: 1) Metode Dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan daftar nama dan nilai hasil ulangan harian siswa. 2) Metode Kuesioner, digunakan untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa terhadap Sains (IPA). 3) Metode Tes, digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual (CTL). 4) Metode Observasi, digunakan untuk mengetahui hasil belajar afektif maupun psikomotorik siswa selama pembelajaran. Teknik Analisis Data Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Data hasil penelitian yang sudah terkumpul kemudian dianalisis sebagai berikut: 1) Menghitung data hasil pengisian kuesioner sebelum dan sesudah tindakan. 2) Menghitung data hasil belajar kognitif siswa. 3) Menghitung data hasil observasi penilaian afektif yang meliputi minat, sikap, dan nilai maupun penilaian psikomotorik. 4) Menghitung data tentang ketuntasan belajar yang telah dicapai siswa. Menurut Mulyasa (3: 99), keberhasilan pembelajaran untuk aspek kognitif dapat dilihat dari hasil tes, apabila hasil belajar siswa mencapai 65% secara individual dan 85% secara klasikal. Menurut Priatiningsih (4: 4), penilaian aspek psikomotorik menyatakan bahwa seorang siswa dikatakan tuntas jika hasil belajar siswa mencapai 75% secara individual. Sedangkan penilaian aspek afektif menyatakan bahwa seorang siswa dikatan tuntas apabila telah mencapai 6. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini tercermin dengan adanya peningkatan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Sains (IPA) setiap siklusny berupa kenaikan jumlah siswa yang tuntas belajar baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik Hasil Penelitian dan Pembahasan Minat belajar siswa sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran diperoleh melalui lembar kuesioner. Ringkasan minat belajar siswa dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Kuesioner Siswa Hasil Siklus Siklus Awal Kuesioner 1 2 Skor 67 78 Skor 26 39 55 Skor 56,13 64,83 7,67 Kategori Ber minat Ber minat Sangat Berminat Peningkatan minat siswa terhadap pelajaran Sains (IPA) sebelum tindakan dan sesudah dilakukan tindakan pada siklus 1 maupun 2 dapat dilihat pada Gambar 2. 12

7 6 5 4 3 1 Skor Skor Skor Rata- Rata Awal Siklus 1 Siklus 2 Gambar 2. Hasil Analisis Kuesioner Siswa Setelah dilaksanakan penelitian dan berdasarkan hasil penelitian pada siklus 1, dapat dijelaskan bahwa dari tabel 1 (hasil analisis kuesioner siswa siklus 1) dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL pada siklus 1 rata-rata hasil kuesioner siswa meningkat dari 56,13 menjadi 64,83 yang termasuk dalam kategori berminat. Kemudian, pada siklus 2 rata-rata hasil kuesioner siswa meningkat menjadi 7,67 dan termasuk kategori sangat berminat (Suyitno, Amin, 4: 73). Hasil belajar kognitif siswa sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran diperoleh melalui tes. Ringkasan data hasil belajar kognitif siswa dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Belajar Kognitif Siswa Hasil Tes Awal Siklus 1 Siklus 2 9 93 1 4 53 6 Rata- 64,62 75,5 77,69 Rata 53,85 % 88,46% 96,15% 1 9 7 6 5 4 3 1 75,5. Sedangkan pada siklus 2 nilai rata-rata hasil tes siswa adalah 77,69. Peningkatan hasil belajar siswa terhadap pelajaran Sains (IPA) sebelum tindakan dan sesudah tindakan pada siklus 1 maupun 2 dapat dilihat pada Gambar 3. 1 % 6 % Skor Skor Skor Data Awal Awal Siklus 1 Siklus 2 Gambar 3. Hasil Belajar Kognitif Siswa belajar klasikal dapat dilihat pada gambar 4, dimana pada siklus 1 meningkat dari 53,85% menjadi 88,46% dan pada siklus 2 meningkat sebesar 96,15%. Gambar 4. Belajar Siswa Hasil belajar afektif minat siswa sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran diperoleh dengan menggunakan lembar observasi. Ringkasan data hasil belajar afektif siswa dapat dilihat pada tabel 3. Dari tabel 2 (hasil belajar kognitif siswa siklus 1) dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL pada siklus 1 nilai rata-rata hasil tes siswa meningkat dari 64,62 menjadi 13

1 9 % 7 6 5 3 % 1 Tabel 3. Hasil Belajar Afektif Minat Siswa Kriteria Siklus 1 Siklus 2 Kehadiran di 88,46% 92,31% kelas Perhatian dlm 23,8% 63,46% pelajaran Perhatian dlm 32,69% 57,69% keg. Praktikum Keaktifan 38,46% 59,62% mengerjakan LKS Kelengkapan 5, 61,54% alat/sumber bljr 1 1 65 75 85,1 91,83 1 1 Dari tabel 3 (hasil belajar afektif minat siswa) dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL pada siklus 1 dan siklus 2, nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa meningkat dari 85,1 menjadi 91,83 dengan ketuntasan klasikal sebesar 1. Prosentase peningkatan hasil belajar afektif minat siswa sesudah dilakukan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil belajar afektif minat siswa dapat dilihat pada Gambar 6. Sedangkan ketuntasan belajar belajar klasikal afektif minat siswa dapat dilihat pada Gambar 7. 1 2 3 4 5 Gambar 5. Prosentase Peningkatan Hasil Belajar Afektif Minat Siswa 1 9 7 6 5 4 3 1 1 9 % 7 6 5 3 % 1 Gambar 6. Hasil Belajar Afektif Minat Siswa Gambar 7. Belajar Afektif Minat Siswa Hasil belajar afektif sikap siswa sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran diperoleh dengan menggunakan lembar observasi. Ringkasan data hasil belajar afektif sikap siswa dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Belajar Afektif Sikap Siswa Kriteria Siklus 1 Siklus 2 Tanggung jawab 46,15% 63,46% Kejujuran 61,54% 73,8% Interaksi dengan 36,54% 5, guru Teliti 19,23% 53,85% Sistematis 51,92% 63,46% 1 1 65 75 85,38 9,19 1 1 14

7 6 5 3 % 1 Dari tabel 4 (hasil belajar afektif sikap siswa) dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL pada siklus 1 dan siklus 2, nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa meningkat dari 85,38 menjadi 9,19 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 1. Prosentase peningkatan hasil belajar afektif sikap siswa sesudah dilakukan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada Gambar 8. Hasil belajar afektif sikap siswa dapat dilihat pada Gambar 9. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal afektif sikap siswa dapat dilihat pada Gambar 1. 1 6 4 1 % 6 % 1 2 3 4 5 Gambar 8. Prosentase Peningkatan Hasil Belajar Afektif Sikap Siswa Gambar 9. Hasil Belajar Afektif Sikap Siswa Gambar 1. Belajar Afektif Sikap Siswa 15 1 9 7 6 5 4 3 1 Hasil belajar afektif nilai siswa sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran diperoleh dengan menggunakan lembar observasi. Ringkasan data hasil belajar afektif nilai siswa dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Belajar Afektif Siswa Kriteria Siklus 1 Siklus 2 Bekerjasama dlm 3,77% 53,85% kelompok Menghargai pendapat 59,62% 65,38% org lain Menghargai waktu 42,31% 53,85% Kerapian 55,77% 63,46% Menggunakan 25, 57,69% peralatan dengan seksama 1 1 65 65 84,42 89,4 1 1 Dari tabel 5 (hasil belajar afektif nilai siswa) dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL pada siklus 1 dan siklus 2, nilai rata-rata hasil belajar afektif nilai siswa meningkat dari 84,42 menjadi 89,4 dengan ketuntasan klasikal sebesar 1. Prosentase peningkatan hasil belajar afektif nilai siswa sesudah dilakukan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada Gambar 11. Hasil belajar afektif nilai siswa dapat dilihat pada Gambar 12. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal afektif nilai siswa dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 11. Prosentase Peningkatan Hasil

1 6 4 1 9 % 7 6 5 3 % 1 Belajar Afektif Siswa Gambar 12. Hasil Belajar Afektif Siswa Gambar 13. Belajar Afektif Siswa Setelah dilakukan pembelajaran didapatkan nilai hasil belajar psikomotorik siswa dari lembar observasi di akhir siklus 1 dan siklus 2. Ringkasan data hasil belajar psikomotorik siswa dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Kriteria Siklus 1 Siklus 2 Mempersiapkan alat dan 51,92% 65,38% bahan Merangkai alat dan bahan 46,15% 69,23% Membaca hasil 28,85% 53,85% pengamatan Melakukan pengamatan 34,62% 73,8% & percb Mengkomunikasikn dt hsl 42,31% 59,62% percb 1 1 55 75 83,85 92,4 88,46% 1 Dari tabel 6 (hasil belajar psikomotorik siswa) dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL pada siklus 1 dan siklus 2, nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa meningkat dari 83,85 menjadi 92,4 dengan ketuntasan belajar klasikal meningkat dari 88,46% menjadi 1. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas yang dilakukan oleh siswa dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kriteria yang telah dibuat dalam lembar observasi. Prosentase peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa sesudah dilakukan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada Gambar 14. Hasil belajar psikomotorik siswa selama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual juga dapat dilihat pada Gambar 15. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal psikomotorik siswa dapat dilihat pada Gambar 16. 16

% 7 6 5 3 % 1 1 2 3 4 5 Gambar 14. Prosentase Peningkatan Hasil Belajar Psikomotorik Siswa 1 9 7 6 5 4 3 1 1 98% 96% 94% 92% 9 88% 86% 84% 82% Gambar 15. Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Gambar 16. Belajar Psikomotorik Siswa Jadi, setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL), lembar kuesioner maupun soal tes yang telah diisi oleh siswa setelah dianalisis hasil yang didapatkan meningkat menuju ke arah yang lebih baik. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 1 maupun 2 setelah pembelajaran menggunakan pendekatan CTL, ada komponen-komponen pendekatan CTL yang tampak selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu: 1) Konstruktivisme, muncul ketika siswa memperoleh ilmu dan pengalaman dari mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui pengalaman nyata maupun keterlibatan aktif siswa selama proses pembelajaran dan mengkaitkan pengetahuan awal dengan materi yang akan dibahas. 2) Bertanya, muncul ketika siswa mengamati benda-benda yang dapat digunakan untuk membuktikan sifat-sifat cahaya dan ketika siswa sedang melakukan presentasi maupun diskusi secara klasikal. 3) Inkuiri, muncul ketika siswa dapat membuktikan bahwa cahaya dapat merambat lurus, dipantulkan, dan dibiaskan. Siswa dapat menentukan benda-benda tembus cahaya atau tidak, warna-warna yang termasuk warna pelangi, dan membuktikan bahwa cahaya terdiri dari beberapa warna. 4) Masyarakat belajar, muncul ketika siswa bekerjasama dalam kelompok dan berdiskusi dengan teman kelompoknya maupun berdiskusi secara klasikal. 5) Pemodelan, muncul ketika guru memperagakan bagaimana cara menggunakan busur derajat dan mengukur sudut dengan baik dan benar. 6) Refleksi, muncul ketika siswa mempresentasikan kembali apa yang sudah dipelajari dan melakukan refleksi di akhir pembelajaran. 7) Penilaian yang sebenarnya, dari kegiatan itu adalah interaksi siswa selama pembelajaran berlangsung dan nilai dari tes yang telah diberikan. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, salah satu faktor keberhasilan dalam pelajaran adalah minat. Berdasarkan hasil analisis kuesioner siswa pada penelitian di atas, 17

sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL, terdapat siswa yang kurang berminat dengan pelajaran Sains (IPA). Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas yang memadai sehingga siswa merasa malas ataupun bosan setiap kali pelajaran berlangsung. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL pada siklus 1 maupun pada siklus 2 mengalami peningkatan minat terhadap pelajaran Sains (IPA). Sedangkan pada siklus 2, sudah tidak ada lagi siswa yang kurang berminat. Hal ini sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen penting yang ada dalam CTL yaitu konsruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) sehingga memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, maupun diskusi (Nurhadi, 2: 7). Selain itu, siswa juga dapat melakukan praktikum dengan alat dan bahan yang sederhana yang dapat dijumpai di kehidupan sehari-hari, tidak harus dengan alat dan bahan yang mahal. Dengan praktikum ini diharapkan dapat menstimulir perasaan senang pada siswa sesuai pendapat Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 229). Dengan adanya perasaan senang yang muncul pada siswa ketika melakukan praktikum, maka minat yang sudah ada dalam diri siswa mampu ditingkatkan. Apabila minat belajar kurang, maka akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa baik terhadap aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Belajar (learning) adalah mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berbentuk perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Anni, Tri Catharina, 4: 3). Sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL, terdapat siswa yang nilainya belum mencapai standar ketuntasan. Dalam penilaian aspek kognitif, seorang siswa dipandang telah tuntas belajar apabila mampu menyelesaikan dan mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran (Mulyasa, 3: 99). Sedangkan dalam penilaian aspek psikomotorik, seorang siswa dianggap tuntas apabila telah mencapai hasil belajar minimal 75% (Priatiningsih, 4: 4). Dalam aspek afektif (minat, sikap, dan nilai) siswa, secara keseluruhan sudah bagus walaupun masih terdapat siswa yang belum tuntas. Namun ketuntasan klasikal dalam kelas sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas sudah tercapai (Mulyasa, 3: 99). Hal ini ditunjukkan bahwa selama pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2, nilai ratarata hasil belajar afektif minat siswa mengalami peningkatan dari 85,1 menjadi 91,83 dengan ketuntasan klasikal sebesar 1, nilai rata-rata hasil belajar afektif sikap siswa mengalami peningkatan dari 85,38 menjadi 9,19 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 1, dan nilai rata-rata hasil belajar afektif nilai siswa mengalami peningkatan dari 84,42 menjadi 89,4 dengan ketuntasan klasikal sebesar 1. Sama halnya dalam aspek psikomotorik siswa, masih terdapat siswa yang belum tuntas belajar. Namun, selama pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2 nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa mengalami peningkatan dari 83,85 menjadi 92,4 dan ketuntasan belajar klasikal meningkat dari 88,46% menjadi 1. Selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL), masih terdapat banyak kekurangan yang perlu diperbaiki pada siklus 1 maupun pada siklus 2. Adapun kesulitan yang dihadapi guru selama pelaksanaan pembelajaran sehingga menyebabkan indikator pembelajaran belum tercapai pada siklus 1 yaitu disebabkan karena siswa kurang bisa menerima pembagian kelompok secara heterogen sehingga menyebabkan siswa kurang dapat 18

bekerjasama dan kurang bisa menyesuaikan diri dengan baik dalam pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran cenderung berpusat pada guru bukan pada siswa sehingga suasana kelas menjadi ramai, siswa kurang bisa menyesuaikan diri dalam kelas sehingga siswa tidak terlibat secara aktif dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa belum berani bertanya ketika belum jelas dengan materi yang diberikan, namun ketika ditunjuk oleh guru untuk bertanya siswa menyanggupinya. Dengan adanya kesulitan yang dihadapi oleh guru pada siklus 1 tersebut, maka pada siklus 2, guru melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk memperbaiki kesalahan yang muncul pada siklus 1. Upaya yang dilakukan oleh guru antara lain memotivasi siswa agar bertanya tentang materi yang belum jelas, meminta siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan praktikum maupun diskusi secara kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan, meminta siswa untuk membaca LKS dengan cermat sebelum mulai melaksanakan praktikum agar memiliki bekal pengetahuan selama pelaksanaan praktikum. Dari upaya-upaya tersebut, maka pada siklus 2 sudah tidak ditemui lagi kesulitan seperti yang terjadi pada siklus 1. Hal ini ditunjukkan dengan tingkah laku siswa dalam kelas yang sudah bisa menerima pembagian kelompok secara heterogen sehingga siswa mampu bekerjasama dan menyesuaikan diri dengan baik dalam pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran tidak lagi cenderung berpusat pada guru melainkan pada siswa sehingga suasana kelas menjadi tenang. Selain itu, setelah pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual, siswa sudah bisa menyesuaikan diri dalam kelas sehingga siswa mampu terlibat secara aktif dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa berani bertanya ketika belum jelas dengan materi yang diberikan, siswa juga mampu bekerjasama dengan anggota kelompoknya sehingga tugas-tugas yang diberikan mampu dilaksanakan dengan baik dan tepat pada waktunya. Jadi, selama pelaksanaan siklus 2 permasalahan-permasalahan yang ada di siklus 1 sudah tidak ada lagi. Hal ini membuat hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL meningkat menuju ke arah yang lebih baik. Pada prinsipnya, seluruh rangkaian proses penelitian dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) ini adalah membantu siswa untuk melihat makna dari suatu teori atau bahan pelajaran dengan cara mengkaitkan antara pokok bahasan yang diajarkannya yaitu cahaya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa terhadap pelajaran Sains (IPA) mengalami peningkatan dari kategori berminat menjadi kategori sangat berminat. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya minat belajar siswa sesuai dengan aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diberikan, maka untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL untuk meningkatkan minat belajar Sains (IPA), diperlukan saran-saran antara lain: 1) Bagi Peneliti, diharapkan untuk senantiasa saling membantu, menjaga dan menjalin komunikasi yang baik dengan guru kelas selama pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. 2) Bagi Guru, diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan dalam mengajar dan memotivasi siswa untuk 19

berperan aktif dalam pembelajaran supaya suasana kelas menjadi menyenangkan. 3) Bagi Sekolah, diharapkan supaya fasilitas pembelajaran khususnya laboratorium dan perpustakaan dapat diwujudkan. DAFTAR PUSTAKA Anni, Catharina Tri. 4. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Arikunto, Suharsimi dkk. 6. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. ---------------------------. Silabus Kelas V Mata Pelajaran PKPS, Bahasa Indonesia, Matematika, SAINS, Bahasa Jawa, dan Kertangkes. Dinas Pendidikan. Mulyasa. 3. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nasution. 4. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Nurhadi. 2. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Depdiknas. Nurkancana, W & Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Priatiningsih, Titi. 4. Pengembangan Instrumen Penilaian Biologi. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah. Suyitno, A. 4. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: UNNES.