akne. 2 Selain dari keluhan kosmetik, akne mempengaruhi setiap aspek kehidupan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang kesehatan psikodermatologi atau psikokutan berfokus pada interaksi antara pemikiran, otak, dan kulit. Kulit bukan hanya organ tubuh yang terluas tapi juga organ yang terlihat, dan hal ini merespons terhadap emosi- emosi dengan memerah, pucat, piloereksi, dan keringat. Otak dan kulit bersumber dari lapisan germ yang sama, embryonic ectoderm. Psikiatri difokuskan internal invisible disease, dan dermatologi difokuskan pada external visible disease. Interaksi antara otak, pemikiran, dan kulit adalah bervariasi, yaitu faktor-faktor psikopatologis bisa suatu berperan etiologis dalam perkembangan gangguan kulit, dan ekserbasi gangguan kulit yang sudah ada sebelumnya, ataupun pasien dermatologi bisa menderita konsekuensi psikososial dari gangguan penampilan. Beberapa studi telah melaporkan komorbiditas psikiatrik dan psikososial yang signifikan 30 persen pada pasien dermatologis. 1 Akne memiliki hubungan yang jelas dengan depresi dan ansietas, yang mana dapat dipengaruhi kepribadian, emosi, kesan diri dan harga diri, perasaan isolasi sosial, dan kemampuan untuk membentuk hubungan. Beberapa angket telah digunakan dari waktu ke waktu untuk menentukan pengaruh psikologis dari seseorang : sosial, pekerjaan, dan akademik. Secara khusus akne bisa mengganggu interaksi sosial seperti berkencan, makan keluar, partisipasi dalam olahraga pada pasien-pasien yang berusia sekolah dan yang lebih tua. Pasien akne yang berat, secara rerata memiliki prestasi akademik yang lebih buruk dan angka pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita akne. Pasien-pasien dengan akne ringan sampai sedang memiliki skor depresi yang lebih tinggi daripada pasien dengan alopecia areata, atopic dermatitis atau psoriasis. 3 Taborda dan kawan-kawan, pada tahun 2005 dalam penelitian deskriptif cross-sectional, pada 76 pasien pria dan wanita dengan gangguan kulit
psikokutaneus (psychocutaneous disorder dermatoses). Pada sampel yang diteliti, akne vulgaris adalah dermatosis yang paling sering ditemukan (28,9%), yang tidak diduga usia rerata pasien adalah 34 tahun, dimana akne ini secara khusus biasanya mempengaruhi orang muda. Kemudian vitiligo dan psoriasis, yang masing-masing menunjukkan 27,6%, dermatosis yang umum yang bisa mempengaruhi hingga 1% populasi umum. Pada sisi lain, fakta bahwa hanya 7% sampel yang menunjukkan dermatitis atopik bisa dijelaskan oleh batas usia yang lebih rendah dari 15 tahun, karena penyakit ini biasanya mempengaruhi anak-anak dan remaja. Durasi penyakit rerata adalah 107 bulan. Penting ditekankan bahwa 67% sampel terdiri dari wanita, kemungkinan karena wanita lebih sering mencari bantuan dermatologis daripada pria. Perhatian dengan estetika dan penampilan fisik adalah ciri feminim dalam kultur wanita dan lesi kondisi kulit yang terlihat secara estetika mengganggu sekali pada wanita. 4 Akne vulgaris adalah suatu penyakit kulit umum, yang mempengaruhi hampir 80% remaja dan dewasa muda yang berusia 11-30 tahun. 3,5-6 Angka keseluruhan kelihatannya mengalami peningkatan, khususnya di kalangan dewasa. Akne pernah dianggap sebagai penyakit remaja yang berhubungan dengan hormon, kini diakui sebagai suatu kondisi yang mempengaruhi manusia pada semua usia. Akne lebih lazim pada pria daripada wanita, dimana pria mencari pengobatan, bila dengan akne lebih berat. Wanita dengan akne, dilaporkan mempunyai tingkat rasa malu yang lebih tinggi secara signifikan, daripada pria. Akne mempengaruhi kesehatan emosional pada ke dua jenis kelamin. Satu studi telah menemukan bahwa skor depresi tidak berbeda secara signifikan antara jenis kelamin. 3 Prevalensi akne pada populasi remaja dilaporkan berkisar dari 81-95% pada pria dan dari 79-82% pada wanita. 7 Siswa dengan akne vulgaris diwajahnya dalam survei ini memiliki risiko lebih tinggi secara signifikan untuk depresi dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita akne. Angka yang agak tinggi ini, dengan perbedaan 10%, adalah sesuai dengan hasil yang diterbitkan oleh beberapa peneliti di Turki serta dari negara lain. Dengan penjelasan ini, menunjukkan bahwa akne mempengaruhi kesehatan psikososial karena masalah psikologis yang terikat dengannya, yang meliputi nyeri dan gangguan kenyamanan, malu, kesan tubuh (body image),
ketegasan sosial, obsesif kompulsif, ejekan (embarrassment), dan gangguan sosial. Selanjutnya akne juga berhubungan dengan beban psikologis lebih besar dari berbagai gangguan kronik lainnya. 8 Penelitian kubota dan kawan-kawan, pada tahun 2008 dengan menggunakan kuesioner yang dilaporkan sendiri (self-report questionnaire) tentang pengaruh psikososial akne mendapati bahwa pernyataan dengan tingkat respons median 2,5 adalah: aku berpikir tentang jerawatku ; aku nyaman dalam situasi orang-orang melihat jerawatku ; aku dapat memiliki teman baru bahkan dengan jerawatku ; aku merasa bagus mengenai diriku bahkan dengan jerawat ; aku khawatir mengenai jelas dari jerawat. Mayoritas menunjukkan bahwa akne hampir tidak memiliki pengaruh pada hubungan interpersonal dari aktivitas sekolah. Namun, aspek yang menarik menunjukkan pada studi ini adalah kesadaran pada jejas yang tinggi. Jejas merupakan hal yang sulit diobati. 7 Pelajar dengan akne lebih depresi secara signifikan dari pada mereka yang tanpa masalah kulit ( 63.1 ± 22.0 vs 71.2 ± 20.8, p < 0,01), selanjutnya pelajar dengan penyakit kulit lainnya menunjukkan depresi signifikan ( 64.4 ± 23,1 vs 71,2 ± 20.8, p < 0,01). Diantara mereka yang memiliki akne, anak wanita lebih depresi secara signifikan daripada anak laki-laki. 7 Dalam pengamatan dasar oleh Gupta dan kawan-kawan dari 10 pasien dewasa (range usia 19-34 tahun) dengan akne wajah ringan sampai sedang telah diidentifikasi sebagai penderita depresi, menurut wawancara psikiatrik klinis, dan tujuh dari 10 pasien dewasa yang akne menunjukkan sejarah episode depresif berat yang di perburuk oleh kesadaran diri yang berkaitan dengan akne. 9 Depresi klinis pada pasien dapat dimulai selama pertengahan remaja dan masa dewasa, yang dianggap sebagai masa rentan untuk perkembangan penyakit depresif. Penyebab-penyebab untuk simtom yang muncul bisa saja respons pasien terhadap perubahan perkembangan inti (misalnya, seputar kesan tubuh, seksualitas, pendidikan atau pilihan pekerjaan) yang mempengaruhi individu sampai masa dewasa. 9 Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis selama periode Januari- Desembar 2008, dari total 5.573 pasien yang berobat ke Poliklinik Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, 107 pasien (1,91 %) diantaranya merupakan pasien akne vulgaris. Dari jumlah tersebut, berusia 0-12 tahun (8,41 %), berusia 13-35 tahun (90,6 %) dan berusis 36-65 tahun (0,93 %). Hal ini menggambarkan bahwa pasien akne vulgaris yang terbanyak adalah usia remaja dan dewasa muda. Di Indonesia hingga saat ini belum pernah dilakukan penelitian untuk menilai sindrom depresif pada pasien akne vulgaris. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian sindrom depresif pada pasien akne vulgaris. 1. 2. Rumusan Masalah Apakah terdapat kesejahteraan yang terganggu pada pasien akne vulgaris? Apakah terdapat sindrom depresif pada pasien akne vulgaris? karakteristik demografik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan)? gradasi penyakit akne vulgaris? respons pasien terhadap pengaruh psikososial akne vulgaris? Apakah terdapat perbedaan sindrom depresif pada pasien akne vulgaris berdasarkan ciri kepribadian? 1. 3. Hipotesis Terdapat gangguan kesejahteraan pada pasien akne vulgaris. berdasarkan karakteristik demografik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan). berdasarkan gradasi penyakit akne vulgaris. berbeda berdasarkan respons pasien terhadap pengaruh psikososial akne vulgaris. berdasarkan ciri kepribadian.
1. 4. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui berapa banyak proporsi pasien akne vulgaris mengalami sindrom depresif dengan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory II (BDI II). Tujuan Khusus Mengetahui jumlah pasien akne vulgaris mengalami gangguan kesejahteraan. Mengetahui jumlah sindrom depresif pada pasien akne vulgaris berdasarkan karakteristik demografik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan). Mengetahui adanya perbedaan sindrom depresif pada pasien akne vulgaris berdasarkan gradasi penyakit akne vulgaris. Mengetahui respons pasien akne vulgaris terhadap pengaruh psikososial akne vulgaris. Mengetahui ciri-ciri kepribadian pada pasien akne vulgaris. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai tingkat sindrom depresif pada pasien akne vulgaris, sehingga pasien-pasien akne vulgaris bisa mendapatkan perawatan yang lebih adekuat tidak hanya untuk penyakit akne vulgaris saja tapi juga untuk sindrom depresif. Hasil penelitian ini juga dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian lanjutan yang sejenis atau penelitian lain yang memakai penelitian ini sebagai bahan acuannya.